• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Sipil dan Demokrasi

N/A
N/A
Fatma Azizah

Academic year: 2024

Membagikan "Masyarakat Sipil dan Demokrasi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

CIVIL SOCIETY DAN DEMOKRASI

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaan Dosen Pengampu: Salman Paris Harahap, S.H.I., M.H.

Disusun oleh:

1. Afifa Saulyna (244110202182) 2. Andrean Handika Widodo (244110202185) 3. Aulivia Natasya Rizki (244110202188)

PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWKERTO

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, karena tanpa rahmat dan hidayah-Nya kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Salman Paris Harahap, S.H.I, M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Civil Society dan Demokrasi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 24 November 2024

Tim Pemakalah

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I... 1

PENDAHULUAN...1

A. LATAR BELAKANG... 1

B. RUMUSAN MASALAH... 2

C. TUJUAN MASALAH... 2

BAB II...3

PEMBAHASAN... 3

A. Konsep Dasar Civil Society...3

B. Hubungan Antara Demokrasi dan Civil Society...4

C. Peran Civil Society Dalam Perkembangan Politik dan Sosial di Indonesia...6

BAB III...9

PENUTUP...9

KESIMPULAN...9

DAFTAR PUSTAKA...10

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Civil Society dalam filsafat politiknya, yang berarti komunitas politik yang beradap, dan didalamnya termasuk masyarakat kota yang memiliki kode hukum tersendiri, di mana civil society berasal dari proses sejarah masyarakat Barat Cicero yang memulai menggunakan istilah tersebut (Suroto, Universitas Mangkurat, 2015). Secara sejarah, keberadaan civil society bisa ditatap lebih tua dari Indonesia sebagai negeri bangsa yang berdiri tahun 1945.

Di Indonesia Civil Society dimaksud sebagai warga madani yang ialah konsep merujuk pada warga yang sempat tumbuh di Madinah pada era Nabi Muhammad SAW, ialah warga yang mengacau pada nilai- nilai kebijakan universal, yang diucap al- khair. Menurut Asfar, (2001) konsep masyarakat madani digunakan untuk memahami gerakan demokratisasi yang bersifat universal, sebagaimana yang belakangan ini mendominasi wacana politik diberbagai negara.

Civil society dan demokrasi memiliki keterkaitan yang saling berhubungan, dimana warganegara bekerjasama membangun ikatan, jaringan sosial, dan solidaritas kemanusiaan yang sifatnya non-pemerintah (non-goverment) guna mencapai kebaikan bersama. Dawam Rahardjo mengatakan bahwa civil society serta demokrasi bagaikan 2 sisi mata uang, sebab dalam civil society yang kuatlah demokrasi bisa berdiri dengan tegak serta kuat, begitu pula kebalikannya, hanya dalam atmosfer yang demokratislah civil society bisa tumbuh secara wajar (Agung & Rumtini Puslitjaknov, 2010). Pemerintahan yang demokratis idealnya bisa menghasilkan ruang korelasi serta berorganisasi untuk orang secara leluasa yang nantinya hendak mendesak warga sipil selaku suatu organisasi ataupun gerakan (Muradi, 2016).

Dalam penerapan program pemerintah, butuh didukung segala elemen pemerintahan terikat, pemerintah wilayah, warga serta pihak swasta. Dalam perkembangannya, civil society organization (CSO) timbul selaku wadah organisasi warga sipil tidak hanya non-goverment organization (NGO). Civil society organization merupakan wadah yang cukup menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Menurut Ronasifah et al., (2019) Badan tersebut memiliki kekuatan politik yang kuat di Indonesia, dapat melakukan pengawasan untuk membentuk mekanisme check and balances, dan memiliki peran mengawasi semua kegiatan pemerintahan, serta berhak memprotes jika dianggap tidak sesuai dengan tujuan sosial.

Indonesia memiliki Organisasi Masyarakat Sipil atau organisasi masyarakat Islam terbesar yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kedua lembaga tersebut memiliki peran yang penting untuk kemajuan bangsa Indonesia.

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana konsep dasar civil society?

2. Apa saja hubungan antara demokrasi dan civil society?

3. Apa saja peran civil society dalam perkembangan politik dan sosial di Indoneia?

C. TUJUAN MASALAH

Adapun tujuan masalah pada makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui apa itu civil society.

2. Untuk mengetahui hubungan antara demokrasi dan civil society.

3. Untuk mengtahui peran-peran civil society dalam pekembangan politik dan sosial di Indonesia.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Civil Society

Civil society memiliki definisi konsep yang beragam pada tokoh/orang yang mengartikannya. Istilah yang sering digunakan seperti Koinonia Politike (Aristoteles), Societas Civilis (Cicero), Comonitas Politica, dan Societe Civile (Tocquivile), Civitas Etat (Adam Ferguson). Hal ini terjadi karena konsep civil society memiliki banyak versi dan pemahaman, dan juga merupakan sebuah wacana yang telah mengalami proses yang panjang. Suwarni (2011) menyampaikan bahwa Konsep masyarakat madani atau civil society ini merupakan bangunan yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat, yakni muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada saat adanya transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat modern.

Konsep Civil society tersebut apabila dipisah secara ideologis dapat dibedakan kedalam dua versi yakni kapitalisme dan sosialisme. Cicero (106-43 SM) mengemukakan istilah dari Bahasa Latin yakni civil societas yang definisinya lebih mengarah kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat.

Masyarakat sipil disebutnya juga sebagai sebuah masyarakat politik (politic society) yang mengatur tentang masyarakat dalam berpolitik dan hukum sebagai dasar pengaturan hidup (Tobroni, 2007). Pada era modern saat ini istilah tersebut di angkat kembali oleh John Locke, ia merupakan orang pertama yang membahas tentang pemerintahan sipil atau civil government, sebagai cikal bakal konsep lahirnya civil society. Konsep tersebut tertuang dalam buku yang terbit pada tahun 1690 dengan judul Civillian Government. Buku tersebut mempunyai misi menghidupkan peran masyarakat dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan mutlak para raja dan hak-hak istimewa para bangsawan. Di Indonesia Civil society merupakan sebuah konsep dalam bentuk masyarakat yang sering diperbincangkan hingga saat ini. Menurut Parmudi (2015) konsep ini memiliki banyak istilah dan makna dimana istilah yang satu dengan lainnya memiliki kesamaan. Istilah tersebut dicetuskan oleh tokoh yang berbeda seperti Masyarakat Sipil yang di kemukakan oleh Mansour Fakih memiliki dua bidang yang berlainan yakni bidang politik (juga moral) dan bidang sosial ekonomi. Kedua bidang ini secara bersamaan diperjuangkan untuk kepentingan masyarakat.

Istilah berikutnya yakni Masyarakat Madani yang di kemukakan oleh Anwar Ibrahim, Nurcholis Madjid dan M. Dawam Rahardjo. Dapat di artikan sebagai sebuah wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi, yang bercirikan atas kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self generating), keswadayaan (self supporting), dan kemandirian.

Kesukarelaan dapat diartikan bahwa setiap individu bebas keluar atau masuk sebuah kelompok sosial, tanpa paksaan dan intimidasi, kelompok sosial ini juga harus menjunjung tinggi nilai pluralisme, persamaan dan keterbukaan sesama anggotanya. Sedangkan kemandirian merupakan kelompok sosial yang tidak tergantung pada negara dan swasta, baik dari pendanaan, fasilitas dan kegiatan (Argenti, 2017). Selain kedua istilah tersebut juga terdapat istilah lain yakni Masyarakat Kewargaan yang di kemukakan oleh Franz Magnis Suseno dan M. Ryaas Rasyid.

(7)

Dalam buku PengantarIlmu Politik (Suryanto, 2018) Civil society memberikan penekanan pada ruang yang dimana individu dan kelompok masyarakat saling berinteraksi dalam semangat toleransi di suatu wilayah atau negara. Pada ruang tersebut masyarakat berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan publik, mengurangi terjadinya konflik, mengatasi permasalahan perekonomian serta masalah sosial, dimana peranan yang dilakukan tersebut sejalan dengan cita-cita Indonesia yakni makmur, adil dan berdaulat. Dari berbagai pengertian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa civil society berwujud kedalam berbagai organisasi yang dibuat masyarakat secara otonom diluar pengaruh negara.

B. Hubungan Antara Demokrasi dan Civil Society

Demokrasi dan civil society memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan tidak bisa dipisahkan. Civil society berperan penting dalam demokrasi, demokrasi hanya bisa terlaksana dengan baik di masyarakat yang madani. Beberapa hubungan antara demokrasi dan civil society yaitu:

1. Penyangga Demokrasi

Civil society memainkan peran penting sebagai elemen penyeimbang kekuasaan negara dalam sistem demokrasi. Masyarakat sipil mencakup organisasi non-pemerintah, asosiasi masyarakat, dan kelompok advokasi yang memperjuangkan kepentingan publik. Demokrasi tidak hanya prosedural, tetapi juga harus mencerminkan keterlibatan aktif masyarakat dalam memastikan transparansi dan akuntabilitas.

Keberhasilan civil society di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat menunjukkan bagaimana mekanisme checks and balances dapat menjaga demokrasi dari penyalahgunaan kekuasaan. Teknologi, khususnya media sosial, memberikan peluang bagi civil society untuk mengadvokasi isu-isu penting dan meningkatkan kesadaran publik.

Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, civil society masih menghadapi banyak tantangan. Kurangnya kapasitas organisasi, keterbatasan dana, dan tekanan politik sering menjadi hambatan. Penguatan sumber daya dan pelatihan dinilai sebagai langkah penting untuk meningkatkan efektivitas organisasi masyarakat sipil.

2. Mendorong Demokrasi yang Sehat

Integrasi nilai-nilai lokal dengan prinsip demokrasi global juga diperlukan untuk memperkuat peran civil society. Dengan pendekatan yang inklusif, kelompok-kelompok marjinal dapat diberdayakan untuk berpartisipasi substansial dalam proses politik, sehingga demokrasi mencerminkan keadilan sosial yang lebih luas.

Pembentukan jaringan kolaboratif antarorganisasi masyarakat sipil dapat memperkuat posisi mereka dalam memengaruhi kebijakan publik. Aliansi lintas sektor memungkinkan civil society menciptakan gerakan sosial yang lebih kuat untuk menangani isu-isu kritis, seperti hak asasi manusia dan keadilan sosial. Efektivitas peran civil society juga membutuhkan dukungan sektor swasta dan pemerintah. Kolaborasi ini membantu masyarakat sipil mengatasi hambatan struktural yang sering kali membatasi partisipasi aktif dalam sistem demokrasi.

Civil society di Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan sejak masa kemerdekaan hingga era reformasi. Selama periode ini, masyarakat sipil memainkan peran penting dalam mendorong transisi dari pemerintahan otoriter ke demokrasi. Namun, tingkat partisipasi

(8)

masyarakat dalam politik masih perlu ditingkatkan. Hanya 37,8% responden survei yang memahami demokrasi sebagai kebebasan rakyat.

Tradisi lokal seperti musyawarah untuk mufakat menjadi salah satu ciri khas demokrasi Indonesia. Tradisi ini sering dianggap sebagai solusi untuk mengatasi konflik, meskipun terkadang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi liberal yang lebih menekankan individualisme dan kompetisi terbuka.

Pandemi COVID-19 memperburuk tantangan demokrasi di Indonesia. Fokus masyarakat bergeser dari isu-isu politik ke masalah kesehatan dan ekonomi, yang berpotensi mengurangi partisipasi politik dan memperlambat konsolidasi demokrasi. Oleh karena itu, diperlukan perhatian serius untuk memastikan bahwa demokrasi tetap menjadi prioritas.

3. Memberdayakan Masyarakat

Pendidikan politik menjadi salah satu rekomendasi utama untuk memperkuat demokrasi di Indonesia. Pendidikan ini harus mencakup nilai-nilai Pancasila, transparansi dalam sistem pemilu, dan penguatan lembaga-lembaga demokrasi. Reformasi institusi politik juga penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem pemerintahan. Selain itu, pemberdayaan pemuda melalui pendidikan politik berbasis pengalaman praktis diperlukan untuk mendorong generasi muda menjadi agen perubahan aktif dalam civil society.

Kolaborasi antara masyarakat sipil dan pemerintah juga menjadi kunci dalam mengatasi tantangan sosial dan politik. Dengan pendekatan kolaboratif, civil society dapat memainkan peran lebih efektif dalam membangun demokrasi yang tangguh dan berkelanjutan.

4. Fungsi Kontrol Sosial

Civil society memiliki peran strategis dalam proses demokratisasi, terutama dalam transisi dari pemerintahan otoriter ke demokrasi yang terkonsolidasi. Civil society dapat memperjuangkan hak asasi manusia, membela kepentingan publik, dan mendorong kebijakan yang inklusif. Organisasi masyarakat sipil yang efektif menciptakan ruang untuk dialog dan partisipasi aktif masyarakat. Namun, tantangan tetap ada. Dominasi ideologi sempit seperti radikalisme dan etnosentrisme sering melemahkan peran civil society dalam mendukung demokrasi. Hubungan yang terlalu erat antara masyarakat sipil dan partai politik juga dapat mengurangi independensi organisasi, sehingga menurunkan efektivitasnya.

Inklusivitas menjadi kunci keberhasilan civil society. Semua kelompok masyarakat, termasuk yang terpinggirkan, harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Literasi digital juga menjadi aspek penting dalam meningkatkan partisipasi melalui media sosial dan platform online.

Peningkatan ruang publik digital yang aman dan inklusif menjadi rekomendasi penting.

Ruang ini memungkinkan civil society menjangkau audiens yang lebih luas dan mendorong dialog konstruktif, mendukung konsolidasi demokrasi yang berkelanjutan. Kebijakan pemerintah yang progresif juga diperlukan untuk mendukung keberlanjutan civil society.

Dengan dukungan kebijakan yang tepat, organisasi masyarakat sipil dapat mengakses sumber daya dan perlindungan hukum yang dibutuhkan untuk menjalankan perannya secara efektif.

Kolaborasi lintas sektor antara masyarakat sipil, pemerintah, dan sektor swasta dapat memperkuat ekosistem demokrasi. Kerja sama ini memungkinkan civil society mengatasi tantangan struktural dan berkontribusi signifikan terhadap pembangunan demokrasi yang inklusif.

(9)

C. Peran Civil Society Dalam Perkembangan Politik dan Sosial di Indonesia 1. Perkembangan Politik

Perkembangan politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh hubungan antara kekuatan civil society. Negara dalam rangka penciptaan demokrasi sesuai azas kedaulatan rakyat. Maksudnya disini adalah penciptaan masyarakat yang mandiri di luar Negara sebagai prasyarat demokrasi. Adapun pentingnya konsep civil society di Indonesia dikarenakan civil society merupakan bagian dari aspirasi yang muncul di antara kekuatan-kekuatan sosial dan politik yang ada. Disini terdapat keinginan dan tuntutan untuk membangun masyarakat yang mampu menyerap nilai-nilai demokrasi dalam rangka mewujudkan sistem politik dan pemerintahan yang demokratis. Gerakan perkembangan civil society di Indonesia lebih merupakan reaksi atas perubahan tatanan kehidupan sosial politik yaitu penciptaan kondisi-kondisi demokratisasi yang ditandai dengan perjuangan kekuatan civil society untuk bisa otonom dihadapan Negara. Akan tetapi, otonomnya civil society bukan berarti benar-benar terpisah dari Negara, karena pada dasarnya relasi civil society dan Negara adalah saling berhubungan dan terdapat interaksi timbal balik namun tetap dalam posisi dan tujuannya masing-masing.

Perjuangan civil society mulai dapat berkembang setelah kejatuhan pemerintahan Orde baru.

Paska Orde Baru, relasi antara partai politik dan civil society di Indonesia mulai terlihat dalam bentuk yang lebih konstruktif dikarenakan adanya keterbukaan politik serta ruang kebebasan untuk berekspresi. Partai politik tumbuh bak jamur di musim hujan dan civil society pun mengalami hal yang sama. Meski tumbuh dalam ruang politik yang terbuka, namun keduanya tidak serta merta dapat dengan mudah menjalin komunikasi yang harmonis di arena pembuatan kebijakan. Di lembaga legislatif seperti DPR, diskusi yang panas antara para pembuat undang-undang dengan kelompok masyarakat seperti LSM ataupun universitas kerap terjadi.Dinamika inilah yang menjadi menarik untuk dilihat dalam konteks relasi yang nyata antara kelompok civil society dengan partai politik yang berada di DPR. Terdapat dua kasus nasional yang akan didiskusikan dalam bagian selanjutnya yaitu mengenai keberhasilan Undang- undang Pembentukan Peraturan perundang-undangan No.10/2004 yang didorong oleh berbagai kelompok civil society dan dinamika dari pembahasan paket UU politik tahun 2009 yang dikawal oleh Koalisi NGO untuk Penyempurnaan Paket UU Politik.

Ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh civil society dan partai politik secara bersama-sama, dimana lebih banyak fokus dalam konteks pembuatan kebijakan publik seperti advokasi atau lobi terhadap suatu isu yang sedang dibahas dalam proses pembuatan undang-undang. Dalam konteks ini, civil society sebagai kelompok kepentingan yang akan me-lobi partai politik di DPR untuk mendorong dan mendiskusikan kepentingan yang mereka ajukan. Sebagai organisasi yang independen dari kepentingan politik, civil society juga memiliki peran untuk memonitor janji-janji kampanye para kandidat dan partai dalam masa kampanye serta juga perilaku para politisi di DPR. Dalam kesempatan yang berbeda, civil society juga dianggap sebagai wadah untuk berdiskusi tentang berbagai hal-hal penting terkait dengan isu-isu yang mereka (anggota DPR) butuhkan saat itu. Dalam konteks kebutuhan partai politik, civil society juga berperan dalam meningkatkan kapasitas organisasi partai dalam

(10)

menjalankan fungsinya, melalui berbagai bentuk pelatihan pengembangan kapasitas.

Sebagai lembaga yang memiliki sumber daya manusia yang diakui eksistensi dalam pembangunan, civil society juga menyediakan para aktor dan pimpinannya sebagai kandidat yang mumpuni dalam ajang pemilihan umum, baik untuk legislatif ataupun eksekutif. Pada saat yang bersamaan, civil society juga dapat berperan dalam mobilisasi para pemilih untuk dapat memilih pemimpin partai politik yang sesuai dengan arah dan kepentingan mereka sebagai pemilih.

Sementara itu, bila kita memperhatikan hubungan kedua institusi ini dalam aspek kedekatannya, maka, Beavis menyebutkan terdapat empat arah relasi yang terkait satu sama lain. Dari perspektif civil society, paling tidak di kalangan civil society terhadap tiga pandangan relasi tersebut dilihat, yaitu:

1. Menghindari kontak dengan partai politik; dimana civil society berusaha untuk tidak terlibat dalam kegiatan politik sehingga mereka tidak diklaim memiliki aktivitas yang partisan.

2. Mendukung partai politik secara menyeluruh, tanpa ada keberpihakan; hal ini dilihat dari komitmen civil society untuk mendukung partai politik berdasarkan agenda serta isu yang sama dengan kepentingan kelompok civil society tersebut.

3. Beraliansi dengan satu partai politik; dalam konteks ini sebuah kelompok civil society atau lebih menyediakan bergagai informasi dan bentuk pelatihan hanya kepada satu partai politik, dan biasanya mereka memiliki ikatan yang kuat seperti kelompok buruh. Dari perspektif partai politik, terdapat empat pandangan yang dapat dilakukan oleh partai politik, yaitu:

1. Memiliki jarak jauh dengan civil society; situasi ini mengindikasikan bahwa partai tidak memiliki hubungan dengan civil society atau adanya kompetisi yang keras satu sama lain sehingga tidak memiliki relasi yang dekat.

2. Mendapat dukungan dari banyak kelompok masyarakat dalam jangka waktu yang singkat; hal ini disebabkan tergantung dari kepentingan seperti apa yang menjadi titik temu dari relasi tersebut.

3. Memiliki hubungan jangka panjang dengan satu atau beberapa kelompok civil society; hal ini diindikasi dari adanya dukungan serius dan permanen dari satu kelompok civil society kepada satu partai politik, seperti kelompok think thank, kelompok serikat pekerja dan lain-lainnya.

4. Relasi yang terputus dengan kelompok civil society; hal ini dimungkinkan manakala salah satu organ partai memutuskan keluar dari partai dan bertransformasi menjadi kelompok civil society dengan pertimbangan efektivitas kerja dibandingkan berada di dalam partai politik.

2. Perkembangan Sosial

Civil society, atau masyarakat sipil, memiliki peran penting dalam perkembangan sosial Indonesia diantaranya, yaitu:

1. Mengawasi pemerintah: Civil society berperan sebagai pengawas dan pengontrol kebijakan dan program pemerintah agar tetap akuntabel dan transparan.

2. Menyampaikan aspirasi: Civil society menyampaikan aspirasi masyarakat kepada elemen-elemen yang berwenang membuat keputusan, seperti DPR.

(11)

3. Memberdayakan masyarakat: Civil society secara aktif memberdayakan masyarakat.

4. Menciptakan keadilan sosial: Civil society berperan dalam menciptakan keadilan sosial.

5. Menunjang good governance: Civil society berperan sebagai penyeimbang dan pendamping bagi pemerintah, sehingga dapat tercapai good governance yang bebas dan mandiri.

6. Memfasilitasi kerja sama antara pemerintah dan masyarakat: Civil society berperan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan masyarakat.

7. Memerkuat posisi masyarakat: Civil society berperan dalam memperkuat posisi masyarakat bila berhadapan dengan kepentingan penguasa.

(12)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Civil Society atau masyarakat sipil adalah bagian penting dalam membangun demokrasi.

Masyarakat sipil berperan mengawasi pemerintah, memastikan kebijakan yang adil, serta mendorong transparansi dan keadilan sosial. Di Indonesia, civil society sangat berperan sejak masa reformasi 1998, membantu transisi dari pemerintahan otoriter ke demokrasi. Selain itu, mereka juga berkontribusi dalam berbagai bidang sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjadi contoh nyata peran civil society dalam mendukung stabilitas sosial dan kemajuan bangsa.

Dengan perannya, masyarakat sipil memperkuat demokrasi, memberdayakan masyarakat, dan membantu menciptakan kehidupan yang lebih adil dan sejahtera.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

 Adriani Adnani. (2021). Civil Society di Indonesia: Suatu Konsekuensi Logis Terwujudnya Good Governance. Ensiklopedia of Journal, Vol. 3 No. 4.

 Efendi, D. (2017). Urgensi Keterlibatan Civil Society dalam Demokrasi. Makalah Pendidikan Politik, Yogyakarta.

 Silitonga, S. G. J. (2021). Indonesia 1940-2020: Demokrasi dan Civil Society. Sosains Jurnal Sosial dan Humaniora, Vol. 1 No. 07.

 Wan Asrida, A., Marta, A., & Hadi, S. (2021). Civil Society, Demokrasi dan Demokratisasi. Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 20 No. 02

 Ryaas Rasyid. (1997). Perkembangan Pemikiran Tentang Masyarakat Kewargaan.

Jurnal Ilmu Politik, No.17 hlm. 3-9. Jakarta.

 Ichwanuddin.,Wawan., Aditya Perdana., Fransisca Fitri. (2006) Masyarakat Sipil dan Kebijakan Publik: Studi Kasus Aktivitas Masyarakat Sipil dalam Mempengaruhi Kebijakan Publik. Jakarta.

 Tanuredjo, Budiman. (2004). Ketika ‘Serangan” Muncul dari Rapat Komisi I DPR, HCB Dharmawan. Lembaga Swadaya Masyarakat, Menyuarakan Nurani Menggapai Kesetaraan. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Demokrasi tidak boleh membuat derita masyarakat, tidak dibenarkan masalah- masalah yang terjadi ditengah masyarakat tiada terselesaikan, demokrasi harus memberikan

Rendahnya tingkat indeks demokrasi di Sumatera barat dipengaruhi oleh tiga aspek yang diukur dengan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI), yakni kebebasan Sipil

Untuk itu organisasi masyarakat sipil yang melaksanakan Sekolah Demokrasi perlu membuka komunikasi dengan pihak pemerintah dan perusahaan swasta, agar

Beberapa gerakan berbasis demokrasi langsung kadang- kadang juga mengkhususkan perjuangannya untuk mempromosikan isu-isu dan kepentingan spesifik mereka pada kelompok atau

Ungkapan-ungkapan konsisten sejumlah organisasi masyarakat sipil (OMS) mendorong reformasi sektor keamanan (RSK) dalam konteks transisi demokrasi Indonesia memang

Dalam kerangka ini, maka pertanyaan yang mengmuka adalah kondisi seperti apa yang 

Apa yang telah dilakukan UE untuk pembangunan dan berusaha terlibat langsung dengan masyarakat sipil melalui linkage model telah mengarah pada peningkatan demokrasi di

Makalah tentang teori demokrasi dan pelaksanaannya di