• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demokrasi dan masyarakat sipil di dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Demokrasi dan masyarakat sipil di dunia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BOOK REVIEW

Judul Buku : Demokrasi Dan Masyarakat Sipil Di Dunia Ketiga

Judul Asli : Democracy And Civil Society In The Third World Politics & New Political Movement

Pengarang : Jeef Haynes

Penerbit : Yayasan Obor Indonesia, 2000

1. Latar Belakang

Kelompok aksi merupakan salah satu pilar penyangga bangunan masyarakat sipil. Demikian garis besar pengarang buku ini mencoba memperkenalkan gagasan mengenai kelebihannya dibandingkan pilar masyarakat sipil lainnya – seperti media massa, barisan kaum intelektual, parlemen, ikatan kelas menengah – adalah sifatnya yang populis dan benar – benar rentmelibatkan massa. Massa yang rentan karena keterpinggiran politik, ekonomis, cultural serta ketepencilan akibat diskriminasi gender, kelas, aliran politik, mencoba kekuatannya sendiri untuk memecahkan belenggu tersebut guna menjangkau kepentingannya.

Dengan demikian penulis, menggambarkan kelompok pinggiran tersebut dalam perubahan angin demokrasi di Dunia Ketiga pada decade 1980 – an dan 1990-an, dan berlanjut hingga saat ini. Munculnya “kelompok aksi” bagi penghimpunan kau terpinggir adalah mempertanyakan kembali tuntutan bagi demokrasi, hak asasi manusia dan perubahan ekonomi. Aksi yang ditampilkan bisa berwujud tuntutan bagi representasi politik dan pembanguunan ekonomi yang lebih adil, perlindungan terhadap lingkunga, emansipasi kaum wanita dan keinginan untuk mendirikan Negara dan masyarakat Islam. Adapun yang tampak jelas, gerakan dari kelompok aksi ini bisa di pandang sebagai suatu penguatan masyarakat sipil dan sangat berpotensi member sumbangan bagi pendalaman demokrasi.

NAMA : M.R SATRIA WARDHANA NIM : 1210103010065

(2)

2. Isi Buku

1.1. Pendahuluan

Dimulai semenjak tahun 1970-an di Eropa Selatan, gelombang demokrasi meluas keseluruh Negara dunia ketiga. Idak ada wilayah yang kebak. Dituntun oleh para democrat dunia ketiga mulai mempertanyakan legitimasi pemerintah yanng tidak demokratis. berakhirnya pemerintah diktator di Amerika Latin tiba satu dekade kemudian pada akhir 1980-an demokrasi memperoleh udara yang lebih segar dengan runtuhnya pemerintah komunis di Erropa Timur. Jumlah negara demokrasi pada tahun setelah 1974 meningkat tajam, dari 44 negara menjadi 107 negara ditahun 1994 yang menganut pemerintahaan demokrasi. untuk hari ini sudah ada 193 negara demokratis dari 206 negara yang ada didunia. Upaya untuk menjelaskan gelombang demokrasi ini, tidak dapat serta merta diabaikan, bagaimana tekanan dari jutaan dunia ketiga. Bukan hanya tekanan dari lembaga – lembaga masyarakat sipil, tekanan dari jutaan rakyat jelata pun mampu untuk menggulingkan rezim otoriter.

Jika dalam pemilu multi partai merupakan salah satu faset dalam evolusi Negara yang lebih dapat diterima dan masyarakat sipil yang lebih kuat, maka organisasi rakyat jelata yang menghendaki perubahan dalam bidang politik dan ekonomi, yaitu – kelompok aksi - adalah faset yang lainnya.

1.2. Kelompok Aksi dalam focus regional

Munculnya kelompok aksi yang berwawasan pembangunan dan social politik di Dunia ketiga dalam seperempa abad terakhir mencerminkan disuatu pihak, meningkatnya kemiskinan dan taraf pembangunan yang menurun di antara kelompok bawah, dan, di pihak lain, efek dari gelombang demokrasi akhir – akhir ini. Dalam beberapa hal, efek itu memperkuat masyarakat , mendorong berbagai kelompok social politik melalui kampanye, lobi dan tindakan langsung.

(3)

Adalah kelompok masyarakat demokrasi atau yang sedang menuju demokrasi adalah kelompok terbaik untuk menuju dan memperoleh peluang untuk mencapai tujuan mereka. Nanum, hambatanya adalah Negara- Negara dunia ketiga yang menggunakan system demokrasi formal bertambah – yaitu pemerintah yang dipilh melalui pemilu yang teratur dan relative ‘bebas dan adil’ – rakyat jelata sering merasa kepentingan mereka bukanlah partai politik . denga mengorganisasin demikian demokrasi memberikan kepada mereka ruang di mana mereka dapat mengorganisasikan diri, karena secara paradox, partai politik sekarang ini tidak dapat memberikan bobot pemikiran sepenuhnya tentang kepentingan rakyat jelata. Hal ini sangat jelas dalam hubungannya dengan penduduk pribumi di Latin Amerika, yang tampak adalah tidak ada manfaanya demokrasi.

1.3. Kemunduran makroekonomi dan kelompok aksi

Selama tahun 1980-an banyak Negara yang menggunakan program penyesuaain structural (SAP) sering – tanpa dikehendaki – memberikan pukulan agak keras terhadap kaum miskin yang tidak berdaya. SAP mempunyai akibat yang beragam. SAP sering berhas menstabilkan kedudukan maksroekonomi yang memburuk. Namun SAP bukan lah obat yang mujarab untuk pembangunan yang gagal dalam jangka panjang. Stabilitas makroekonomi kadang – kadang dibayar dengan harga tinggi artinya mundurnya taraf kehidupan bagi orang banyak ini berhasil mengorganisasikan diri untuk tujuan pembanguna, seperti yang terjadi di Ghana dan Bangladesh, maka akan sangat bagus bagi kelompok setempatjika diorganisasikan dengan kelompok nasional, khusunya jika mereka ini dapat pula menarik dana dari luat negeri. Tetapi enam – S/ Naam di Afrika barat, dana dari luar negeri sama sekali bukan menjadi obat mujarab itu sendiri. Yang membuat organisasi terlalu birokratis dan terlalu memusat, makin tergantung pada bantuan asing. Akibatnya orgnisasi ini runtuh pada tahun 1995. Dengan demikian kemerosotan makroekonomi dan SAP – bersamaan dengan akan penuntutan demokrasi _ turut nenusatkab ketidakpuaasan terhadap status qou, mendorong kelompok aksi untuk beroganisasi, sementara SAP melukai kelompok miskin dan kaum rentan.

1.4. Demokrasi Dan Pendudukan Pribumi

(4)

sejumlah kelompok masyarakat diuntungkan, yang lain tidak demikian, terdapat dua perangkat utama – global dan dalam negeri – yang memudahkan terjadinya pergeseran dari system otoriter menuju demokrasi secara formal.

Sebagian system yang di hasilkannya adalah demokrasi formal, bahkan dimana pemilihan umum yang teratur di selenggarakan, hanya sedikit peluang – jika sekiranya ada – jika sekiranya mendapat kekuasaan, untuk mengantikan dan mengambil alih dari kelompok elit yang relative kecil. Dengan kata lain, kesempatan sangat terbatas untuk mereka yang berada ditumpuukan social ekonomi kebawah guna memperbaiki nasib dengan berada dalam system demokrasi formal. Sebaliknya, sering masuk akal untuk kelompok tersebut untuk mencari alternative lain guna menggungkapkan keluhannya dan mengusahakan cara lain untuk meringankan bebannya.sebagai contoh sebagai mana yang terjadi di Brazil masyarakat pribumi menuntut hak dengan alternative yang lain karena pada saat yang bersamaan system demokrasi formal di Negara itu menutup akses mereka.

1.5. Perlindungan terhadap Lingkungan

Dengan contoh dari Asia, Afrika dan Pasifik Selatan, penulis telah menelaah pilihan dari 10.000 kelompok aksi lingkungan yang ada, yang memliki himpunan anggota berjumlah jutaan. Kita telah melihat bukan hanya bagaimana perlindungan terhadap lingkungan itu muncul sebagai focus yang penting dalam konflik Negara masyarakat di dunia ketiga selama seperempat abad yang lalu, melainkan juga kadang – kadang terlibat kampanye.

(5)

berhadapan dengan kampanye lingkungan yang kurang dukungan lembaganya akan terus selalu, tetapi cerita tentang kelompok aksi, lingkungan di Malaysia dan Indonesia – yang sekarang ini berkategori semi demokraksi dengan sekedar masyarakat sipil elementer – menunjukan bahwa koalisi peerlindungan lingkungan cukup besar dan ngotot, mereka akan berhasil menantang Negara dalam sejumlah isu lingkungan. Persoalanya yang lebih luas adalah bahwa baik di Malaysia maupun Indonesia, mungkin kita sedang menyaksikan munculnya masyrakat sipil yang lebih kuat dari pada yang ada pada saat ini ini.

Pokok terakhir adalah banyak kelompok aksi lingkungan dunia ketiga yang menantang praktek – praktek pemerintah maupun korporasi, sembari sering mendukung strategi membangun yang berkelanjutan, kelompok seperti Chipko (India), SAM (Malaysia) dan WALHI(Indonesia).

1.6. Perempuan dan pemberdayaan Perempuan

Bab ini telah melukiskan betapa betapa kedudukan sosial, ekonomi dan politik perempuan miskin di dunia ketiga bergantung pada sejumlah factor. Studi kasus dalam bab ini menyoroti betapa pentingnya

 Bagi perempuan pekerja untuk berhimpun guna mengejar tujuan social-ekonomi mereka, dan

 Bagi mereka untuk sama – sama menginginkan secara kolektif. Madres de Plaza de Mayo Argentina memulai kelompok dengan tuujuan yang sempit mengetahui apa yang terjadi dengan para suami dan anak –anak mereka setelah mereka itu di tangkap oleh dinas keamanan Negara, tetapi lama –kelamaan , banyak anggota mulai mempertanyakan kedudukan perempuan u menyeluruh dalam masyarakat Argentina.

(6)

1.7. Kelompok Aksi Islam

Pada bab ini kita telah melihat bagaimana kelompok Islamis seperti yang ada di Mesir, Aljazair dan Nigeria dan daerag pendudukan Israel tumbuh selama dua decade terakhir dalam ekonomi yang sulit, penganguran, tiadanya demokrasi dan khawatir terhadap sekularisasdan Westernisasi dan menurunya legitimasi dan otoritas Negara. Factor ini yang memunculkan kelompok semacam FIS dan Hamas. Yang menjadi kesimpulan pada bab ini adalah kelompok islam akan muncul dan tumbuh subur apabila rakyat jelata merasa ditinggal oleh negaranya.

KELEBIHAN :

Hayness melihat secara mendalam mengenai pertumbuhan kelompok aksi di Negara dunia ketiga, data dan fakta yang komprehensif terdapat dalam penjelasan per unit bab dalam buku ini. Sebab dan akibat demokratisasi di Negara yang baru keluar dari kolonialisasi dibahas secara menarik. Hayness pula melihat, dalam judul dari sub babnya tentang hal – hal yang memiliki posisi kunci yang jarang dibahas dalam kesempatan yang lain.

KEKURANGAN:

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus maka peneliti membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen

Di dalam bab ini akan merumuskan menegnai latar belakang responden kajian, persepsi pelancong terhadap produk budaya yang dikomersialkan, kepuasan pelancong terhadap

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa alasan penggunaan codes-switching pada program Warung VOA dalam bentuk penggunaan Bahasa Indonesia dicampur dengan logat

Ada dua tipe sistem bagi hasil yang dilakukan oleh para buruh tani, yang pertama yakni semua biaya produksi pertanian ditanggung oleh buruh tani, petani hanya membayar uang sewa

Pada bagian bagian duodenum kelompok P1 (dosis 50 mg/kg BB) ditemukan pelebaran lamina propria, penebalan epitel mukus, penyatuan vili, penumpukan limfosit dan

Sumber : output SPSS yang diolah oleh penulis, 2012.d. Test distribution

Berdasarkan pada analisis data, di- peroleh aktivitas siswa dalam proses pem- belajaran IPS pada Materi Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya Indonesia dengan

Fungsi garantung dalam pupuh XXIX 5 sepertinya tidak jauh dengan fungsi yang ada pada pupuh LII 2, dimana tersu- rat … Sakweh ning kapapag lumingsir aweding wwang ahelap