PERAN PELAYANAN TAMBAHAN UNTUK PENGEMBANGAN DI TANGKAHAN
Sormalita Simalango1, Wanda Ivone Anugerah Tarigan2, Putri Rahel Pasaribu3, Afni Rosentina Siregar4
Program Studi Destinasi Pariwisata, Jurusan Kepariwisataan, Politeknik Pariwisata Medan
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Diajukan
DD-MM-YYYY Direvisi
DD-MM-YYYY Diterima DD-MM-YYYY
ABSTRACT (Book Antiqua 12; Bold; maksimal 250 kata)
Ketik abstrak bahasa inggris di sini. Isi abstract ditulis dengan font Book Antiqua 10 (1 spasi). Abstrak terdiri atas:
Purpose (Book Antiqua 10; Bold): berisikan tujuan penelitian secara ringkas dan jelas.
Research Methods (Book Antiqua 10; Bold): berisikan jenis penelitian, alat analisis yang digunakan, aplikasi pengolahan data, teknik pengumpulan data. Maksimal dijelaskan dengan 60 kata.
Implication (Book Antiqua 10; Bold): berisikan tentang implikasi hasil penelitian.
Keywords (Book Antiqua 10; Bold): terdiri dari 3-5 kata kunci yang relevan dengan variabel penelitian.
ABSTRAK (Book Antiqua 12; Bold; maksimal 250 kata)
Ketik abstrak bahasa indonesia di sini. Isi abstrak ditulis dengan font Book Antiqua 10 (1 spasi). Abstrak terdiri atas:
Tujuan (Book Antiqua 10; Bold): berisikan tujuan penelitian secara ringkas dan jelas.
Metode (Book Antiqua 10; Bold): berisikan jenis penelitian, alat analisis yang digunakan, aplikasi pengolahan data, teknik pengumpulan data. Maksimal dijelaskan dengan 60 kata.
Implikasi (Book Antiqua 10; Bold): berisikan tentang implikasi hasil penelitian.
Kata Kunci (Book Antiqua 10; Bold): terdiri dari 3-5 kata kunci yang relevan dengan variabel penelitian.
PENDAHULUAN
Dalam pengembangan daerah berbasis ekowisata, pariwisata berkelanjutan telah menjadi salah satu pendekatan strategis, khususnya di daerah yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati seperti Tangkahan di Sumatera Utara. Keunggulan alam negara telah menarik perhatian wisatawan dari seluruh dunia untuk menikmati keindahan alam dan mempelajari keanekaragaman budaya Indonesia. Wisata juga dapat menghasilkan lapangan kerja dan peluang usaha di berbagai industri, seperti dagang, transportasi, hiburan, jasa, telekomunikasi, dan sebagainya. Selain itu, ia berfungsi sebagai pusat pengembangan pendidikan, pengetahuan, dan penelitian, serta meningkatkan aset daerah yang sangat berharga untuk investasi jangka panjang. Sektor pariwisata memiliki banyak pengaruh dan manfaat. Selain menciptakan lapangan kerja baru dan menghasilkan devisa negara, sektor ini berusaha untuk mempertahankan kelestarian alam dan mempertahankan budaya lokal (Dritasto dan Anggreni, 2013: 8). Fungsi komunikasi ini memiliki potensi untuk mempengaruhi jumlah pengunjung. Upaya untuk memberikan strategi untuk mempengaruhi pengunjung dengan berbagai cara dapat membuat mereka lebih tertarik.
Dengan komunikasi pemasaran wisata yang efektif, tujuan peningkatan kunjungan wisatawan tercapai. Destinasi wisata Sumatera Utara juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menawarkan banyak keindahan alam kepada wisatawan domestik dan asing. Wisata Tangkahan, yang terletak di Kabupaten Langkat, adalah salah satu tempat wisata di Sumatra Utara. Tempat Tangkahan berada di Namo Sialang dan Sei Serdang.
Wisata ini berfokus pada potensi ekowisata dengan keterlibatan masyarakat yang signifikan. Destinasi wisata Tangkahan, juga dikenal sebagai "The Hidden Of Paradise", adalah julukan yang tepat untuk tempat wisata yang indah. Wisata ini unik karena Anda dapat memandikan gajah, bermain air dengan gajah, berenang, dan menjelajahi Hutan Tangkahan yang indah. Karena wisata ini jauh dari kota, banyak orang yang datang mengunjungi destinasi Tangkahan.
Namun, alasan lain karena wisata Tangkahan tidak memiliki banyak fasilitas, seperti akses jalan yang rusak, akan membuat pengunjung tidak tertarik untuk pergi ke sana, sehingga mengurangi jumlah pengunjung. Wisatawan juga dihalangi oleh kurangnya fasilitas dan fasilitas, terbatasnya dana, kurangnya sumber daya manusia, dan kurangnya kesadaran wisatawan saat berkunjung. Salah satu fungsinya adalah menyediakan ruang publik untuk rekreasi hiburan dan olahraga santai. Keberhasilan Tangkahan dalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara tidak hanya ditentukan oleh potensi alam semata, tetapi juga oleh kualitas pelayanan yang ditawarkan, termasuk pelayanan tambahan atau ancilary services yang mampu memberikan nilai lebih bagi pengalaman wisatawan. Pelayanan tambahan dalam konteks pariwisata mencakup berbagai aspek di luar pelayanan utama, seperti fasilitas pendukung (misalnya pusat informasi wisata, toilet bersih, tempat istirahat), pelayanan interpretatif (seperti pemandu wisata terlatih), layanan transportasi yang ramah lingkungan, hingga pelayanan digital dan kemudahan akses informasi. Dalam pengembangan daerah berbasis ekowisata, pariwisata berkelanjutan telah menjadi salah satu pendekatan strategis, khususnya di daerah yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati seperti Tangkahan di Sumatera Utara. Keunggulan alam negara telah menarik perhatian wisatawan dari seluruh dunia untuk menikmati keindahan alam dan mempelajari keanekaragaman budaya Indonesia. Wisata juga dapat menghasilkan lapangan kerja dan peluang usaha di berbagai industri, seperti dagang, transportasi, hiburan, jasa, telekomunikasi, dan sebagainya.
Selain itu, ia berfungsi sebagai pusat pengembangan pendidikan, pengetahuan, dan penelitian, serta meningkatkan aset daerah yang sangat berharga untuk investasi jangka
panjang. Sektor pariwisata memiliki banyak pengaruh dan manfaat. Selain menciptakan lapangan kerja baru dan menghasilkan devisa negara, sektor ini berusaha untuk mempertahankan kelestarian alam dan mempertahankan budaya lokal (Dritasto dan Anggreni, 2013: 8). Fungsi komunikasi ini memiliki potensi untuk mempengaruhi jumlah pengunjung. Upaya untuk memberikan strategi untuk mempengaruhi pengunjung dengan berbagai cara dapat membuat mereka lebih tertarik. Dengan komunikasi pemasaran wisata yang efektif, tujuan peningkatan kunjungan wisatawan tercapai. Destinasi wisata Sumatera Utara juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menawarkan banyak keindahan alam kepada wisatawan domestik dan asing. Wisata Tangkahan, yang terletak di Kabupaten Langkat, adalah salah satu tempat wisata di Sumatra Utara. Tempat Tangkahan berada di Namo Sialang dan Sei Serdang. Wisata ini berfokus pada potensi ekowisata dengan keterlibatan masyarakat yang signifikan. Destinasi wisata Tangkahan, juga dikenal sebagai "The Hidden Of Paradise", adalah julukan yang tepat untuk tempat wisata yang indah. Wisata ini unik karena Anda dapat memandikan gajah, bermain air dengan gajah, berenang, dan menjelajahi Hutan Tangkahan yang indah. Karena wisata ini jauh dari kota, banyak orang yang tidak datang. Namun, alasan lain karena wisata Tangkahan tidak memiliki banyak fasilitas, seperti akses jalan yang rusak, akan membuat pengunjung tidak tertarik untuk pergi ke sana, sehingga mengurangi jumlah pengunjung. Wisatawan juga dihalangi oleh kurangnya fasilitas dan fasilitas, terbatasnya dana, kurangnya sumber daya manusia, dan kurangnya kesadaran wisatawan saat berkunjung. Salah satu fungsinya adalah menyediakan ruang publik untuk rekreasi hiburan dan olahraga santai. Keberhasilan Tangkahan dalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara tidak hanya ditentukan oleh potensi alam semata, tetapi juga oleh kualitas pelayanan yang ditawarkan, termasuk pelayanan tambahan atau ancilary services yang mampu memberikan nilai lebih bagi pengalaman wisatawan. Pelayanan tambahan dalam konteks pariwisata mencakup berbagai aspek di luar pelayanan utama, seperti fasilitas pendukung (misalnya pusat informasi wisata, toilet bersih, tempat istirahat), pelayanan interpretatif (seperti pemandu wisata terlatih), layanan transportasi yang ramah lingkungan, hingga pelayanan digital dan kemudahan akses informasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan jenis pelayanan tambahan yang tersedia di Tangkahan dan mengevaluasi seberapa efektif mereka dalam mendukung pengembangan destinasi. Fokus penelitian mencakup identifikasi jenis pelayanan tambahan yang telah digunakan, persepsi wisatawan tentang layanan tersebut, serta dampak dari layanan tersebut terhadap daya tarik, kepuasan, dan keberlanjutan kawasan. Studi ini juga bertujuan untuk memberikan saran strategis bagi pengelola, pelaku usaha, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas layanan tambahan untuk memperkuat posisi Tangkahan sebagai destinasi ekowisata unggulan di Sumatera Utara. Penelitian ini berfokus pada peran layanan tambahan dalam pengembangan destinasi, khususnya dalam hal kualitas layanan, keterlibatan masyarakat lokal, dan kontribusinya terhadap keberlanjutan. Pokok permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran pelayanan tambahan dalam mendukung kenyamanan dan kepuasan wisatawan di Tangkahan? dan Apa tantangan tang dihadapi dalam peneydiaan pelayanan tambahan di Tangkahan?
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis untuk pengembangan konsep pelayanan tambahan di sektor ekowisata dengan menggabungkan metode kualitatif dan tinjauan empiris terbaru. Selain itu, itu juga akan memberikan masukan praktis bagi pengelola Tangkahan dan stakeholder terkait untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan kawasan wisata.
METODE PENELITIAN (Book Antiqua, 12) (tidak boleh ada sub bab atau penomoran)
Metode merupakan teknik pengumpulan, pengolahan, dan analisis data. Isi metode mencakup sumber data, teknik pengumpulan, pengolahan, dan analisis data. Metode mencerminkan cara menganalisis data penelitian. Dari analisis data ini diperoleh hasil dan pembahasan kajian/penelitian. Isi metode ditulis dengan font Book Antiqua 11pt, 1 spasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelayanan tambahan memiliki peran strategis dalam meningkatkan kenyamanan dan kepuasan wisatawan, yang pada akhirnya berdampak langsung terhadap daya saing dan keberlanjutan suatu destinasi wisata. Di kawasan Wisata Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan, Medan, Sumatera Utara, pelayanan tambahan bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi penopang utama dalam menciptakan pengalaman wisata yang holistik. Keberadaan fasilitas seperti pusat informasi wisata, layanan kesehatan, transportasi lokal, toilet umum, tempat ibadah, jaringan internet, tempat penginapan, layanan penukaran uang asing, area parkir, hingga sistem pengelolaan sampah sangat memengaruhi persepsi wisatawan terhadap kualitas layanan destinasi. Penelitian oleh Nugroho (2020) menegaskan bahwa semakin lengkap dan terkelola dengan baik pelayanan tambahan di suatu objek wisata, maka tingkat kepuasan pengunjung akan semakin tinggi, sehingga meningkatkan potensi kunjungan ulang dan promosi dari mulut ke mulut.
Pelayanan tambahan berfungsi tidak hanya sebagai fasilitas pendukung kenyamanan fisik, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian pengelola terhadap kebutuhan emosional dan spiritual wisatawan. Misalnya, penyediaan fasilitas ibadah menunjukkan penghargaan terhadap keberagaman pengunjung, sementara toilet yang bersih dan terawat mencerminkan manajemen yang profesional. Di sisi lain, fasilitas digital seperti Wi-Fi publik dan informasi wisata daring menjawab kebutuhan wisatawan milenial yang sangat bergantung pada teknologi. Hal ini selaras dengan pendapat Suryani (2018) yang menyebutkan bahwa pelayanan tambahan yang responsif terhadap kebutuhan zaman berperan penting dalam menarik segmen pasar wisatawan baru. Di kawasan seperti Tangkahan yang
mengandalkan ekowisata, pelayanan tambahan juga berperan dalam menjaga kesinambungan lingkungan dan budaya lokal melalui edukasi, pengelolaan limbah, serta pembatasan aktivitas wisata berbasis informasi yang jelas.
Secara keseluruhan, pelayanan tambahan di destinasi seperti Tangkahan harus dikembangkan dengan pendekatan integratif, melibatkan pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan pelaku usaha pariwisata. Kolaborasi lintas sektor ini penting agar pengembangan pelayanan tambahan tidak hanya mengejar kenyamanan fisik, tetapi juga selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan. Seperti yang diungkap oleh Adiyoso dan Sugiharto (2019), pelayanan tambahan yang terstandarisasi dan dikelola secara kolaboratif dapat meningkatkan citra destinasi sekaligus memperpanjang lama tinggal wisatawan. Oleh karena itu, penguatan pelayanan tambahan di Tangkahan harus menjadi prioritas dalam rencana pengembangan jangka menengah dan panjang, sebagai strategi untuk menjadikan destinasi ini tidak hanya menarik secara alamiah, tetapi juga nyaman, aman, dan siap bersaing di tingkat regional dan nasional. Berikut ini penjelasan mengenai beberapa fasilitas pelayanan yang harus dikembangkan di wisata Tangkahan supaya lebih Mendukung Kenyamanan dan Kepuasan Wisatawan.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kenyamanan dan keamanan wisatawan, terutama di kawasan wisata alam seperti Tangkahan yang menyajikan berbagai aktivitas fisik seperti trekking, river tubing, dan arung jeram. Saat ini, Kawasan Wisata Tangkahan belum memiliki rumah sakit maupun klinik. Ketidakhadiran fasilitas Kesehatan ini menimbulkan
kekhawatiran terkait kesiapan destinasi dalam menqangani keadaan darurat medis, baik ringan maupun serius. Meskipun belum terdapat fasilitas klinik atau pos kesehatan formal di dalam kawasan wisata, namun Tangkahan sudah memiliki keunggulan tersendiri dengan keberadaan tim SAR yang berjaga di dekat area sungai. Keberadaan tim SAR ini berfungsi sebagai garda terdepan dalam
penanganan situasi darurat, khususnya yang berkaitan dengan kecelakaan air atau insiden saat aktivitas wisata berlangsung. Tim ini dilengkapi dengan pelatihan
pertolongan pertama serta peralatan dasar penyelamatan, yang sangat membantu memberikan rasa aman bagi para wisatawan. Namun demikian, peran ini masih perlu didukung dengan keberadaan fasilitas kesehatan yang bersifat permanen dan terintegrasi, agar pelayanan medis yang diberikan tidak hanya sebatas tindakan darurat, tetapi juga mampu menangani keluhan-keluhan kesehatan ringan lainnya seperti luka ringan, gigitan serangga, atau gangguan pernapasan.
Menurut penelitian oleh Siregar (2018), destinasi wisata yang memiliki sistem pertolongan pertama yang baik, baik melalui tenaga profesional maupun sukarelawan terlatih, akan memberikan citra positif terhadap keselamatan dan kesiapan destinasi tersebut. Namun, jika tidak diimbangi dengan sistem rujukan medis yang jelas dan fasilitas pendukung, penanganan kasus bisa menjadi lambat atau tidak optimal. Oleh karena itu, kehadiran tim SAR perlu diperkuat dengan pelatihan medis tambahan, koordinasi dengan puskesmas terdekat, serta penyediaan logistik kesehatan seperti tandu, kotak P3K lengkap, dan kendaraan evakuasi ringan. Dengan begitu, pelayanan kesehatan di Tangkahan tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga preventif dan siap mendukung pengembangan destinasi berkelas nasional yang berorientasi pada keselamatan dan kenyamanan pengunjung.
Layanan transportasi dan rental kendaraan memainkan peran penting dalam memperlancar mobilitas wisatawan. Tangkahan yang terletak cukup jauh dari pusat kota Medan belum memiliki sistem transportasi umum yang memadai. Wisatawan yang tidak membawa kendaraan pribadi umumnya mengalami kesulitan menjangkau lokasi karena tidak tersedia terminal atau halte transportasi yang terorganisir. Namun demikian, di sekitar kawasan Tangkahan, khususnya di wilayah Kabupaten Langkat, sudah tersedia beberapa penyedia jasa rental motor yang dapat ditemukan melalui media sosial. Salah satu contohnya adalah penyedia jasa yang beroperasi melalui platform daring seperti Facebook dan Google Maps, yang menawarkan sewa motor harian kepada wisatawan. Menurut Nasution (2020), kemudahan akses dan fleksibilitas mobilitas wisatawan merupakan indikator penting dalam menunjang kepuasan pengunjung. Oleh karena itu, pengembangan
sistem rental kendaraan yang lebih terstruktur dan terpercaya di sekitar Tangkahan perlu menjadi perhatian. Upaya seperti penyediaan layanan antar-jemput wisata, standarisasi tarif rental, serta promosi melalui platform digital akan membantu meningkatkan kenyamanan wisatawan selama berada di destinasi ini. Pengelola dan pemerintah daerah diharapkan dapat berperan aktif dalam memfasilitasi kerja sama antara pelaku usaha lokal dan komunitas wisata untuk mewujudkan sistem transportasi yang mendukung pariwisata berkelanjutan.
Sumber: PDI-P (2023)
Dalam hal transaksi dan keuangan, ketiadaan fasilitas ATM maupun tempat penukaran uang asing menjadi masalah tersendiri bagi wisatawan di Tangkahan.
Saat ini, wisatawan harus mempersiapkan uang tunai dari kota Medan karena tidak
tersedia mesin ATM maupun layanan penukaran uang resmi di sekitar lokasi. Hal ini menyulitkan wisatawan mancanegara dan domestik yang ingin melakukan transaksi di lokasi, seperti membeli makanan, menyewa perlengkapan wisata, atau membayar penginapan. Keadaan ini dapat menyebabkan ketergantungan pada jasa lokal yang tidak resmi dan berpotensi memunculkan praktik harga tidak wajar.
Tambunan (2020) menyatakan bahwa akses ke fasilitas keuangan seperti ATM dan money changer sangat berpengaruh terhadap pengalaman wisatawan, terutama dalam destinasi terpencil. Pengadaan mesin ATM mini, kerja sama dengan bank daerah, atau layanan penukaran uang berbasis komunitas bisa menjadi solusi alternatif yang mendukung kenyamanan dan meningkatkan daya saing destinasi.
Pusat informasi wisata adalah sarana strategis yang menyediakan berbagai informasi penting seperti peta lokasi, jadwal kegiatan, tarif layanan, hingga aturan lingkungan yang berlaku. Di Tangkahan, keberadaan pusat informasi wisata masih sangat minim. Tidak ada gedung khusus atau stan informasi yang secara aktif melayani pertanyaan wisatawan. Hal ini menyebabkan wisatawan kesulitan mendapatkan panduan atau informasi tentang objek wisata, sejarah lokal, atau kegiatan yang dapat diikuti. Padahal, menurut Suprihardjo (2019), keberadaan pusat informasi wisata sangat penting dalam memberikan edukasi, menciptakan kesan profesional, dan meningkatkan kenyamanan wisatawan selama berwisata.
Pusat informasi yang dikelola dengan baik juga dapat menjadi wadah promosi UMKM lokal, serta media sosialisasi kebijakan lingkungan dan budaya setempat.
Oleh karena itu, penyediaan fasilitas ini perlu segera direalisasikan oleh pengelola dan pemerintah daerah.
Fasilitas ibadah merupakan salah satu pelayanan tambahan yang sangat penting di destinasi wisata, khususnya di Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Di kawasan Wisata Tangkahan, keberadaan musala atau tempat ibadah masih sangat terbatas. Beberapa musala yang tersedia ukurannya kecil, minim pencahayaan, tidak dilengkapi tempat wudu yang layak, dan tidak menyediakan perlengkapan ibadah seperti mukena dan sajadah. Hal ini menjadi
kendala bagi wisatawan muslim yang ingin menunaikan ibadah salat saat berada di lokasi wisata. Harahap (2017) menjelaskan bahwa keberadaan fasilitas ibadah yang representatif memberikan rasa dihargai bagi wisatawan dan mendorong loyalitas kunjungan. Musala yang bersih, mudah dijangkau, dan tersedia di titik-titik strategis seperti dekat area parkir, pintu masuk, dan pusat aktivitas wisata akan sangat menunjang kenyamanan wisatawan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian serius dari pengelola wisata maupun pemerintah setempat dalam pembangunan fasilitas ibadah yang layak sebagai bagian dari pelayanan tambahan yang mendukung pariwisata berkelanjutan.
Toilet umum adalah kebutuhan dasar namun sering kali menjadi titik krusial dalam kenyamanan berwisata. Di Wisata Tangkahan, kondisi toilet umum masih belum ideal. Banyak toilet yang terlihat kotor, tidak tersedia air bersih, minim ventilasi, dan tidak dilengkapi sabun cuci tangan. Ketidakteraturan dalam pemeliharaan serta kurangnya petugas kebersihan menyebabkan wisatawan enggan menggunakan fasilitas ini, yang akhirnya memengaruhi persepsi terhadap kualitas pelayanan destinasi. Haryanto (2016) menekankan bahwa kebersihan dan kelayakan toilet umum sangat berperan dalam membentuk citra positif destinasi wisata. Selain itu, toilet yang baik juga menunjukkan keseriusan pengelola dalam memenuhi kebutuhan dasar pengunjung. Untuk meningkatkan kenyamanan, perlu dilakukan standarisasi toilet wisata, penambahan jumlah unit toilet di lokasi strategis, serta pelibatan masyarakat lokal sebagai petugas kebersihan secara bergilir.
Penginapan merupakan fasilitas penunjang yang sangat menentukan lamanya wisatawan tinggal di suatu destinasi. Dewi (2021) menjelaskan bahwa penginapan berfungsi tidak hanya sebagai tempat istirahat, tetapi juga mencerminkan citra destinasi secara keseluruhan. Di Tangkahan, pilihan penginapan umumnya berupa homestay dan eco-lodge yang dikelola oleh masyarakat setempat. Beberapa penginapan seperti Tangkahan Jungle Lodge, Green Forest, dan Mega Inn mendapatkan ulasan positif di berbagai platform perjalanan seperti TripAdvisor karena menawarkan suasana alami yang tenang, pemandangan sungai yang indah,
serta keramahan pengelola. Banyak wisatawan yang merasa puas dengan pengalaman menginap mereka, terutama mereka yang datang untuk menikmati keaslian dan ketenangan alam. Namun demikian, dari sisi fasilitas, sebagian besar penginapan di Tangkahan masih tergolong sederhana. Banyak kamar yang hanya memiliki kipas angin alami, tanpa pendingin ruangan, dan tidak semua penginapan menyediakan air panas atau perlengkapan mandi standar. Beberapa ulasan juga menyebutkan tentang ventilasi yang kurang baik, pencahayaan yang minim, serta listrik dan sinyal yang tidak stabil. Hal ini masih dapat dimaklumi oleh wisatawan yang memang mencari pengalaman ekowisata yang otentik, namun bisa menjadi hambatan bagi segmen wisatawan yang mengharapkan kenyamanan yang lebih modern. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas layanan akomodasi tanpa menghilangkan ciri khas ekowisata. Pelatihan pengelolaan homestay, peningkatan fasilitas dasar seperti air bersih, pencahayaan, dan kebersihan kamar, serta pengadaan listrik cadangan atau koneksi internet menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Dengan begitu, Tangkahan akan mampu menarik lebih banyak segmen wisatawan sekaligus mempertahankan kepuasan bagi wisatawan yang datang kembali.
Kebersihan lingkungan merupakan cerminan dari kualitas pengelolaan suatu destinasi wisata. Sayangnya, di Tangkahan, pengelolaan sampah belum optimal.
Banyak ditemukan sampah plastik di jalur trekking dan sekitar aliran sungai.
Minimnya tempat sampah terpilah, kurangnya edukasi bagi pengunjung, serta belum adanya sistem pengumpulan sampah yang terstruktur menjadi penyebab utama. Marpaung (2019) menegaskan bahwa pengelolaan kebersihan yang baik dapat meningkatkan daya saing destinasi dan menciptakan kenyamanan jangka panjang bagi wisatawan. Kawasan ekowisata seperti Tangkahan seharusnya menjadi contoh dalam penerapan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menghadirkan program pengelolaan sampah berbasis komunitas, seperti bank sampah atau gerakan “zero waste tourism”, yang tidak hanya melibatkan wisatawan tetapi juga masyarakat lokal secara aktif.
Fasilitas parkir merupakan pelayanan tambahan yang sering diabaikan namun sangat berpengaruh pada kesan pertama wisatawan. Di Tangkahan, area parkir belum terorganisir dengan baik. Kendaraan sering kali parkir sembarangan di tepi jalan atau di pekarangan warga karena tidak tersedia lahan parkir yang memadai.
Tidak adanya petugas parkir resmi, papan penunjuk arah, maupun sistem retribusi yang transparan, menimbulkan kesan bahwa pengelolaan destinasi belum profesional. Kemenparekraf (2020) menyebutkan bahwa parkir yang tertata rapi tidak hanya meningkatkan kenyamanan tetapi juga mendukung pengelolaan lalu lintas dan keamanan pengunjung. Oleh karena itu, pengembangan area parkir yang luas, aman, serta disertai sistem pengelolaan dan pemungutan yang jelas menjadi sangat penting. Hal ini juga dapat membuka peluang kerja baru bagi warga sekitar sebagai juru parkir resmi yang terlatih.
SIMPULAN
Pembahasan Sormalita 1. Keterbatasan Infrastruktur
Akses ke Tangkahan masih terbatas dan belum sepenuhnya memadai, terutama dari segi infrastruktur dan akses transportasi umum.
Sebagian besar jalan menuju wilayah ini masih berupa jalan tanah atau berbatu, yang rentan terhadap kerusakan, terutama selama musim hujan, sehingga sangat sulit bagi kendaraan untuk melintas dengan aman dan nyaman. Kondisi ini berdampak langsung pada distribusi logistik dan operasi pariwisata di daerah tersebut, serta kenyamanan dan keselamatan wisatawan. Proses pengadaan bahan- bahan penting yang diperlukan untuk mendukung layanan tambahan, seperti makanan, minuman, peralatan kebersihan, perlengkapan penginapan, dan berbagai fasilitas pendukung perjalanan lainnya, menjadi lebih sulit karena keterbatasan akses. Bisnis lokal juga harus mengeluarkan biaya tambahan dan menunggu lebih lama untuk mendapatkan barang dari kota-kota. keselamatan para wisatawan yang datang, tetapi juga berdampak langsung pada distribusi logistik dan operasi pariwisata di daerah tersebut. Proses pengadaan bahan- bahan penting yang diperlukan untuk mendukung layanan tambahan, seperti makanan, minuman, peralatan kebersihan, perlengkapan penginapan, dan berbagai fasilitas pendukung perjalanan lainnya, menjadi lebih sulit karena keterbatasan akses. Bisnis lokal juga harus mengeluarkan biaya tambahan dan menunggu lebih lama untuk mendapatkan barang dari kota-kota terdekat. Akibatnya, barang menjadi lebih mahal dan layanan seringkali tidak optimal karena keterlambatan pengiriman dan keterbatasan ketersediaan barang. Ini menjadi salah satu komponen utama yang menghambat
pengembangan layanan tambahan di Tangkahan secara optimal.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan di Tangkahan (Nadaya
& Hasibuan, 2023) Aksesbilitas di Tangkahan masih terbatas.
2.
Hanya 2 alenia, berisi simpulan dan keterbatasan penelitian). Simpulan dituliskan secara singkat, hanya menjawab tujuan atau hipotesis penelitian. Simpulan dituliskan secara kritis, cermat, logis dan jujur berdasarkan fakta. Generalisasi harus dibuat dengan hati-hati; jangan membahas HASIL Penelitian di kesimpulan. Simpulan dituliskan dalam satu paragraf, hindari penyajian simpulan dalam bentuk bullet/angka.
Cantumkan Keterbatasan penelitian. Keterbatasan penelitian mendasari saran penelitian. Cantumkan Saran penelitian. Tuliskan Saran dalam satu paragraf setelah paragraph berisi Simpulan, tetapi masih dalam satu sub-bab di simpulan (alenia kedua).
UCAPAN TERIMAKASIH (Book Antiqua, 12pt)
Ucapan terimakasih bersifat optional (tidak wajib), ditulis satu paragraf dengan font Book Antiqua, 12pt (1 spasi).
DAFTAR PUSTAKA (Book Antiqua, 12pt)
Daftar pustaka berisi rujukan yang digunakan peneliti berupa artikel yang terdiri dari 80% rujukan primer seperti artikel dan prosiding (15 artikel) nasional maupun internasional (minimal mensitasi 5 (lima) artikel dari JSTP (Jurnal Sains Terapan Pariwisata) JSTP atau IJOTHE (Internasional Journal Travel, Hospitality and Event) Politeknik Sahid.
Artikel maupun buku yang dijadikan rujukan merupakan terbitan 10 tahun terakhir. Gaya penulisan daftar pustaka menggunakan American Psychological Association (APA) 7th edition, dan diurutkan berdasarkan abjad tanpa memandang jenis rujukan: buku, artikel, jurnal maupun prosiding dan menggunakan aplikasi referensi seperti Mendeley.
Tentang Sitasi dan Referensi:
https://www.youtube.com/watch?v=68QRucmo2ps Cara meng-install Mendeley:
https://www.youtube.com/watch?v=HSBTaB8WVkQ Cara menggunakan fitur References di Ms. Words:
https://www.youtube.com/watch?v=ISpsItifCdE
I. PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL
Jurnal Sains Terapan Pariwisata (JSTP)
Ketika submit artikel, penulis harus memperhatikan:
1) Artikel harus sesuai lingkup keilmuan Jurnal Sains Terapan Pariwisata (JSTP).
2) Artikel dikirim dalam format Ms.Word dengan ketentuan:
• Kertas A4 (21 cm X 21,7cm) dengan marjin halaman;
kiri (3 cm), atas (2 cm), kanan (2 cm), dan bawah (2 cm);
• Jumlah halaman naskah kisaran 10-12 halaman.
• Naskah disusun satu kolom dengan font Book Antiqua dengan ketentuan-ketentuan tersebut.
• Kata sambung (dan, secara, atau, dengan, serta, tentang, yang, terhadap, sehingga, karena, maka, untuk, demi) dan kata depan (di, ke, dari, pada, kepada, dalam, oleh, sampai) ditulis dengan huruf kecil.
3) Artikel ditulis dengan sistematika sebagai berikut.
• JUDUL (Book Antiqua 14; huruf kapital dan tebal; 1 spasi).
• Nama Penulis (Book Antiqua 11 dan tebal; 1 spasi).
• Afiliasi Penulis(Book Antiqua 10; 1 spasi), berisi nama institusi/lembaga/tempat kerja/tempat studi penulis.
• Korespondensi (Book Antiqua 10; 1 spasi), berisi alamat email penulis pertama.
• ABSTRACT dan ABSTRAK (Book Antiqua 12; huruf kapital dan tebal) dan isinya (Book Antiqua 10; 1 spasi).
Abstrak artikel ditulis dua bahasa (Inggris dan Indonesia). Untuk artikel berbahasa Indonesia, abstrak bahasa inggris diletakkan di atas abstrak bahasa Indonesia dan sebaliknya.
• Keywords (Book Antiqua 11 dan tebal) dan isinya (Book Antiqua 10), keywords ditulis dengan bahasa inggris; dengan jumlah 3 – 7 keywords.
• PENDAHULUAN (Book Antiqua 12 dan tebal) dan isinya (Book Antiqua 11; 1 spasi).
• METODE (Book Antiqua 12 dan tebal) dan isinya
(Book Antiqua 11; 1 spasi).
• HASIL DAN PEMBAHASAN (Book Antiqua 12 dan tebal) dan isinya (Book Antiqua 11; 1spasi). Sebaiknya uraian hasil dan pembahasan dibuat terpisah.
• SIMPULAN (Book Antiqua 12 dan tebal) dan isinya (Book Antiqua 11; 1,15 spasi).
• UCAPAN TERIMA KASIH [optional] (Book Antiqua 12 dan tebal) dan isinya (Book Antiqua 11; 1spasi).
• DAFTAR PUSTAKA (Book Antiqua 12 dan tebal) dan sumber bacaan (Book Antiqua 11; 1 spasi). Sumber kutipan atau daftar pustaka naskah harus sama. Gaya penulisan daftar pustaka menggunakan American Psychological Association (APA) 7th edition, dan diurutkan berdasarkan abjad tanpa memandang jenis rujukan: buku, artikel, jurnal maupun prosiding dan menggunakan aplikasi referensi seperti Mendeley, Endnote, Zetero, dll.
Ketentuan gaya penulisan naskah di atas diterapkan dalam Template Naskah Jurnal Sains Terapan Pariwisata (JSTP) [Lampiran 1].
II. PERSYARATAN SUBMIT
Artikel yang di-submit penulis harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
• Artikel belum pernah dikirim dan diterbitkan ke penerbit lain dalam bentuk media apapun (cetak/elektronik). Jika terjadi duplikasi penerbitan, penulis bersedia artikelnya dihapus dari jurnal ini.
• Artikel ditulis dan disusun berdasarkan template naskah [Lampiran 1], dengan jumlah halaman naskah kisaran 10-12 halaman. Khusus untuk artikel dan abstrak berbahasa inggris, mohon dicek tata bahasanya dengan aplikasi grammarly.
• Kutipan dan daftar pustaka naskah ditulis menggunakan aplikasi reference manager Mendeley.
Jumlah bacaan ilmiah yang dijadikan daftar pustaka minimal 10 judul (80% referensi primer dan 20%
referensi sekunder). Referensi primer terdiri atas jurnal, prosiding/makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, sedangkan referensi sekunder, mencakup buku umum dan sumber informasi ilmiah online.
• Penulis menjunjung tinggi hak cipta, privasi, dan etika publikasi ilmiah Jurnal Sains Terapan Pariwisata (JSTP).