Adakah pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing dengan alur teori pembelajaran Jerome Bruner terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada topik balok di kelas VIII SMP Negeri 37 Medan. Adakah pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing dengan alur teori belajar Jerome Bruner terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada topik balok di kelas VIII SMP Negeri 37 Medan.
Pembelajaran Matemetika
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar melalui desain yang dibuat untuk dapat mempelajari konsep-konsep, struktur-struktur yang ada dalam matematika, dimana guru sebelum memulai materi harus pertama-tama memotivasi siswa dengan menjelaskan mengapa konsep tersebut muncul, apa manfaat konsep tersebut di luar matematika dan bagaimana siswa mengkomunikasikan konsep dan struktur tersebut secara matematis. Agar semua siswa tidak menganggap matematika itu sulit karena siswa telah dikenalkan dengan baik terhadap matematika melalui konsep dan struktur yang ada dalam matematika.
Pemahaman Konsep Matematika
Penggunaan suatu konsep biasanya digunakan secara terus menerus untuk menjelaskan konsep lain dalam matematika. Memberikan contoh dan non contoh atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep untuk memperjelas konsep tersebut.
Komunikasi Matematis
Menurut Sumarmo, komunikasi matematika adalah suatu kegiatan yang melibatkan mendengarkan secara fisik dan mental, membaca, menulis, berbicara, merefleksikan, mendemonstrasikan, dan menerapkan bahasa dan simbol untuk menyampaikan ide-ide matematika. Keterampilan komunikasi matematis perlu dikembangkan karena komunikasi matematis merupakan salah satu tujuan utama dalam pendidikan Indonesia. Membangun kemampuan komunikasi matematis dapat dimulai dengan guru memberikan insentif untuk mengembangkan komunikasi matematis yang baik.
Sejak dini, siswa hendaknya dikenalkan dengan banyak pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dalam hal ini guru mempunyai peranan penting dalam membangun kemampuan komunikasi matematis siswa karena guru merupakan perancang kegiatan pembelajaran di kelas. Sebagaimana diketahui pembelajaran matematika bersifat terkotak-kotak dan berbentuk model spiral, pengetahuan prasyarat ini akan sangat membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.
Kegiatan dalam proses komunikasi hendaknya diperhatikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya secara optimal. Indikator kemampuan komunikasi matematis menjadi acuan tercapai atau tidaknya kompetensi matematis.Indikator pengukuran kemampuan komunikasi matematis yang diungkapkan oleh para ahli antara lain Sumarno, Satriawati, Ross dan NCTM. Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam merefleksikan gambar, tabel, grafik menjadi ide-ide matematis, mampu mengungkapkan kejadian sehari-hari dengan simbol dan bahasa matematika, serta mampu menjelaskan gagasan, konsep, gambar-gambar. , simbol dan grafik dalam bahasa matematika dalam bahasa sendiri sudah bagus.
Model Pembelajaran Matematika
Joice dan Weil menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan sebagai rancangan dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran meliputi buku, film, tape recorder, media perangkat lunak komputer dan kurikulum. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik siswa dan juga materi utama yang diajarkan.
Joice dan Weil mengemukakan lima unsur penting yang menggambarkan suatu model pembelajaran, yaitu (1) sintaksis, yaitu suatu rangkaian pembelajaran yang biasa disebut juga tahapan; (2) sistem sosial, yaitu peran siswa dan guru serta norma-norma yang diperlukan; (3) prinsip umpan balik, yang memberikan gambaran kepada guru tentang bagaimana memperhatikan dan menanggapi apa yang dilakukan siswa; (4) sistem pendukung, yaitu kondisi atau persyaratan yang diperlukan bagi penerapan suatu model, seperti lingkungan kelas, sistem pengajaran, perangkat pengajaran, perlengkapan pengajaran, dan perangkat pembelajaran; dan (5) dampak instruksional dan dampak asosiatif. Dampak pembelajaran merupakan hasil belajar yang dicapai secara langsung dengan mengarahkan peserta didik menuju tujuan yang diharapkan. Lebih lanjut Arends menawarkan empat ciri khas model pembelajaran yang tidak dimiliki beberapa strategi, yaitu sebagai berikut: (1) penalaran logis dan teoretis yang disiapkan oleh pencipta atau pengembang; (2) dasar pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang ingin dicapai); (3) perilaku mengajar yang diperlukan agar model dapat diterapkan dengan sukses; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Fungsi model pembelajaran disini adalah sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan teori-teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual atau desain yang digunakan sebagai rancangan dalam pembelajaran di kelas dengan topik yang berbeda-beda dalam berbagai materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model Pembelajaran Snowball Throwing
Lebih lanjut, Arends memberikan empat ciri khusus model pembelajaran yang tidak dimiliki oleh strategi tertentu, yaitu sebagai berikut: (1) landasan teori logis yang ditetapkan oleh pencipta atau pengembang; Ada beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menarik perhatian siswa sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar. Model pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap dalam menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman-temannya dalam kelompok.
Lemparan soal menggunakan kertas berisi soal yang diremas menjadi bola kemudian dilempar ke siswa lain. Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing merupakan modifikasi teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam permainan menarik yaitu saling melempar bola salju (Snowball Throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Dalam metode pembelajaran Snowball Throwing, strategi memperoleh dan memperdalam ilmu lebih diutamakan daripada berapa banyak siswa yang memperoleh dan mengingat ilmu tersebut.
Ketika siswa menerima satu bola/satu soal, siswa mempunyai kesempatan untuk menjawab satu per satu soal yang tertulis pada kertas berbentuk bola tersebut. Berdasarkan penjelasan mengenai model pembelajaran Snowball Throwing di atas, maka sintesis model pembelajaran Snowball Throwing adalah teknik diskusi yang membentuk kelompok yang diwakili oleh seorang ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari guru, kemudian setiap siswa mengajukan pertanyaan berupa pertanyaan. sebuah bola (lembar soal), kemudian melemparkannya kepada siswa yang lain, setiap siswa menjawab pertanyaan dengan bola yang diberikan. Dengan cara ini seluruh siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat berdasarkan pertanyaan yang diterima.
Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner
Bangun Ruang Balok A. Mengenal Unsur-Unsur Balok
Sisi bawah kongruen dengan sisi atas, sisi depan kongruen dengan sisi belakang, dan sisi kanan kongruen dengan sisi kiri, seperti terlihat pada gambar 2.2. Titik sudut balok merupakan perpotongan ketiga sisinya (titik sudut balok), seperti terlihat pada gambar 2.4. Diagonal sisi suatu bangun kotak adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada suatu sisi.
Diagonal ruang suatu balok merupakan ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada suatu balok, seperti pada Gambar 2.6. Diagonal-diagonal ruang balok saling berpotongan di tengah dan memisahkan dua diagonal ruang yang sama panjang. Bidang diagonal balok merupakan bidang yang melalui dua ujung yang berhadapan, terlihat pada gambar 2.7.
Jika suatu balok dipotong sepanjang rusuknya dan diregangkan pada masing-masing sisinya, maka akan dihasilkan suatu jaringan balok. Grid tersebut terdiri dari 6 buah persegi panjang (3 pasang persegi panjang kongruen) yang saling terhubung, Jumlah gridnya adalah 11 seperti terlihat pada gambar 2.8.
Luas Permukaan Balok
Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh model pembelajaran lempar bola salju dengan alur teori belajar Jerome Bruner terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa pada topik balok di kelas VIII SMP Negeri 37 Medan. Terdapat pengaruh model pembelajaran lempar bola salju dengan alur teori pembelajaran Jerome Bruner terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada topik balok di kelas VIII SMP Negeri 37 Medan. Penentuan waktunya berkaitan dengan kalender akademik sekolah, karena penelitian ini memerlukan beberapa siklus sehingga memerlukan proses belajar mengajar yang efektif di sekolah.
Populasi dan Sampel
Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian
Desain Penelitian
- Varibel Penelitian
- Prosedur Penelitian
- Instrument Penelitian .1 Sumber Data
- Kisi-kisi Instrumen Penelitian
- Uji Coba Instrument Penelitian
- Tehnik Analisis Data .1 Menghitung Rata-Rata Skor
- Menghitung Standard Deviasi Standard deviasi dapat dicari dengan rumus
- Uji Normalitas
- Koefisien Kolerasi Pangkat
- Analisis Regresi .1.Persamaan Regresi
- Menghitung JK
- Uji Kelinearan Regresi
- Uji Keberartian Regresi
- Koefisien Kolerasi
- Uji Keberartian Koefisien Korelasi
- Koefisien Determinasi
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah model pembelajaran melempar bola salju dengan alur teori belajar Jerome Bruner, yang kemudian dalam penelitian ini disebut sebagai Variabel terikatnya ada dua yaitu kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan komunikasi. , yang dalam penelitian ini disebut sebagai variabel Y. 3.5 Prosedur Penelitian. Kemudian data juga diperoleh dari tes untuk menilai pemahaman konseptual dan keterampilan matematis siswa kelas eksperimen.Tes tersebut dilakukan pada akhir materi yang telah dipelajari, dimana tes tersebut berbentuk essay. (deskripsi) untuk mengukur keterampilan pemahaman konseptual dan matematis siswa.
Instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan tes pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa pada materi balok.Tes yang digunakan berupa soal uraian atau uraian sebanyak 10 soal, yang mana variabel terikatnya akan diukur dan dijelaskan berdasarkan indikator-indikator yang ada. digunakan sebagai titik awal untuk menciptakan jaringan instrumen yang akan merespons semua siswa di kelas eksperimen. Sebelum digunakan instrumen untuk menguji pemahaman konsep dan keterampilan matematika siswa dalam penelitian, instrumen terlebih dahulu diujikan kepada siswa yang tidak menjadi sampel penelitian. Data hasil tes kemudian dianalisis untuk mengetahui karakteristik tes. item yang meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan kekuatan. H0 : Terdapat hubungan linier antara model pembelajaran Snowballing dan alur teori belajar Jerome Bruner terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika dan komunikasi siswa.
H1 : Tidak terdapat hubungan linier antara model pembelajaran Snowball Throwing dan teori belajar Jerome Bruner terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika dan komunikasi. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Snowball Throwing dan teori belajar Jerome Bruner terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika dan komunikasi siswa. Uji koefisien korelasi untuk mengetahui hubungan model pembelajaran lempar bola salju dan teori belajar Jerome Bruner terhadap kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan rumus korelasi product moment.
H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara model pembelajaran Snowball Throwing dan aliran teori Jerome Bruner terhadap kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa. Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara model pembelajaran Snowball Throwing dan teori belajar Jerome Bruner terhadap kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa.