• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Puskesmas Dalam Pelayanan Pencegahan - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Puskesmas Dalam Pelayanan Pencegahan - SIMAKIP"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Peran puskesmas dalam pelayanan pencegahan penyakit dan promosi kesehatan pada era sebelum dan sesudah jaminan kesehatan nasional di wilayah tangerang selatan indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap kegiatan pencegahan penyakit dan promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Apabila program pencegahan dan promosi kesehatan tidak dilaksanakan dengan baik, maka akan terus terjadi peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan yang juga akan meningkatkan pengeluaran kesehatan.

Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari petugas Dinas Kesehatan, 25 Puskesmas yang meliputi kepala puskesmas, pemberi pelayanan seperti dokter, bidan, perawat dan promosi. pemegang program kesehatan dan pengguna layanan serta masyarakat yang berperan serta dalam pelaksanaan program promosi kesehatan. Dua orang dari Staf Dinas Kesehatan yaitu Kabid Pelayanan Kesehatan Dasar dan Kabid Promosi Kesehatan. Penyedia layanan: Penyedia layanan dalam hal ini adalah delapan orang yang terdiri dari 3 dokter, 1 dokter gigi dan 4 pemegang program promosi kesehatan (2 bidan dan 2 lulusan kesehatan masyarakat).

Gambar 1. Skema Informan Penilitan
Gambar 1. Skema Informan Penilitan

Keterbatasan Penelitian

Pada tahap awal, wawancara dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh orang yang berpendidikan dan berpengalaman di bidang kesehatan masyarakat.

Triangulasi Data

Persetujuan Komite Etik

Kebijakan Pencegahan dan Promosi Kesehatan di Puskesmas

Sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan tentang penyelenggaraan promosi kesehatan, pengelolaan promosi kesehatan dilakukan oleh seorang koordinator yang berpendidikan D3 kesehatan ditambah minat dan bakat di bidang promosi kesehatan. Jika tidak, maka semua tenaga kesehatan lain yang ada di puskesmas, seperti dokter, perawat, bidan, petugas kebersihan dan lain-lain. Selain itu, Tabel 4 menyajikan jumlah SDM puskesmas di kota Tangerang Selatan tahun 2012 dan 2013.

Namun masih terdapat pengelola puskesmas yang berada di wilayah kriteria desa tersebut yang berpendapat bahwa sumber daya manusia yang ada masih kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Saat istirahat dikatakan hanya ada tiga dokter, satu dokter shift pagi, satu dokter. Penyedia layanan di Puskesmas yang berada di wilayah desa juga mengaku masih kekurangan tenaga, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Hal ini ditunjukkan dimana ada pelayanan yang tidak diberikan oleh profesinya, seperti bidan harus menjadi perawat. Penerima layanan juga menyebutkan bahwa layanan rumah sakit juga menambah beban tenaga kesehatan. Namun sebagian besar tenaga kesehatan di Puskesmas yang berlokasi di perkotaan berpendapat bahwa jumlah dan kualitas tenaga sudah mencukupi.

Namun ada kader kesehatan yang menyatakan jumlah petugas puskesmas masih kurang karena masih ada posyandu yang jarang dikunjungi petugas kesehatan.

Sarana dan Fasilitas terkait Kegiatan Pencegahan dan Promosi Kesehatan di Puskesmas

Pendanaan Kegiatan Pencegahan dan Promosi Kesehatan di Puskesmas

Mereka juga mengungkapkan bahwa dana yang ada cukup untuk membiayai kegiatan promosi dan pencegahan kesehatan. Namun ada juga yang menyatakan masih ada kerancuan penggunaan dana kapitasi sehingga kepala puskesmas harus rutin berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan mengenai penggunaannya. Penyedia layanan juga mengatakan bahwa dana yang digunakan untuk promosi dan pencegahan kesehatan memadai dan meningkat.

Mengenai insentif, mereka juga menyatakan bahwa dana yang diperoleh adil karena dibagikan sesuai dengan pangkat atau jenjang pendidikan. Namun masih terdapat kendala yaitu besarnya perbedaan dana kapitasi yang diterima oleh masing-masing puskesmas dibandingkan dengan jumlah orang yang terdaftar di puskesmas tersebut. Oleh karena itu, puskesmas yang jumlah pasiennya banyak akan memiliki dana kapitasi yang lebih besar dibandingkan dengan puskesmas yang jumlah pasiennya sedikit.

Untuk tenaga medis, mereka juga menyatakan bahwa sumber daya yang ada untuk promosi dan pencegahan kesehatan dianggap cukup. Mereka juga mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan antara keberadaan JKN untuk promosi dan pencegahan kesehatan sebelum dan sesudahnya. Perencanaan program pencegahan dan promosi kesehatan di Puskesmas Berdasarkan analisis dokumen, perencanaan di Puskesmas perlu dilakukan.

Perencanaan pada program pencegahan dan promosi kesehatan di Puskesmas Berdasarkan analisis dokumen yang dilakukan, perencanaan pada Puskesmas diharuskan

Hal ini dinilai cukup baik karena dalam perencanaan perlu mendengar masukan yang berbeda dari berbagai pihak.

Metode yang digunakan pada pada program pencegahan dan promosi kesehatan di Puskesmas

Namun pendamping program menyatakan bahwa ada beberapa cara promosi kesehatan yaitu dengan memberikan poster, leaflet dan juga penyuluhan kesehatan. Isu yang diangkat para pendamping program juga sama, yaitu kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan sulitnya menjangkau orang kaya yang tinggal di perumahan elit. Prolanis diselenggarakan bersamaan dengan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya kesehatan yang efektif dan efisien.

Pengawasan pada program pencegahan dan promosi kesehatan di Puskesmas

Pembuat kebijakan mengungkapkan bahwa ada berbagai program promosi kesehatan di gedung seperti leaflet, poster di ruang tunggu, poliklinik, ruang kesehatan ibu dan anak dan ruang obat. Selain itu, ada juga yang menyebutkan penyuluhan langsung dari tenaga kesehatan atau penggunaan TV di ruang tunggu. Hal yang sama diungkapkan oleh pihak pemberi pelayanan yaitu adanya program promosi kesehatan di puskesmas seperti pembagian leaflet, penyuluhan di ruang tunggu, pemberian informasi kesehatan di poliklinik seperti kesehatan ibu dan anak, KB, ibu hamil dan gizi buruk. .

Baik pemberi kebijakan maupun penyedia layanan menyatakan tidak ada perbedaan terkait program pencegahan dan promosi kesehatan di gedung antara sebelum dan sesudah adanya JKN. Penerima layanan juga menyebutkan adanya promosi kesehatan di puskesmas seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan, terdapat poster dan brosur terkait promosi kesehatan di poliklinik, ruang kesehatan ibu dan anak, ruang KB, ruang tunggu pasien, ruang obat.

Program pencegahan dan promosi kesehatan di luar gedung Puskesmas

21 Untuk penerima layanan dan tenaga kesehatan, mereka juga menyebutkan bahwa puskesmas mengunjungi sekolah dan masyarakat. Namun, ada juga penerima layanan, terutama laki-laki, yang tidak mengetahui kunjungan ke puskesmas. Penerima layanan tidak melihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah adnaya JKN pada promosi kesehatan di luar puskesmas.

Pengambil kebijakan juga menemukan adanya pemberdayaan masyarakat seperti kader kesehatan, dokter SMP untuk siswa SD PKPR untuk remaja di sekolah. Dikatakan juga pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam hal pengadaan posyandu, posbindu, jumantik, dokter muda, kader gizi. Hal yang sama diungkapkan kader kesehatan yaitu pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan posyandu, posbindu dan dokter muda.

Berdasarkan analisis dokumen yang dilakukan dalam laporan tahunan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga menyebutkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah kader kesehatan, posyandu dan posyandu lansia di Kota Tangerang Selatan. Terkait rokok, baik pemegang kebijakan, penyedia layanan maupun penerima layanan menyatakan bahwa masih ada orang yang merokok di luar Puskesmas, namun tidak ada yang merokok di dalam Puskesmas. Ada orang yang merokok karena ada klinik rehabilitasi di puskesmas, sehingga mereka tetap merokok di luar puskesmas.

Dalam tanggapan umum, tertanggung berkeyakinan bahwa promosi kesehatan cukup dan ketersediaan sumber modal JKN berpengaruh positif terhadap kegiatan promosi kesehatan. Pemberi layanan juga menyatakan bahwa kegiatan promosi kesehatan sudah cukup, dan kehadiran JKN juga memberikan efek positif pada kegiatan promosi kesehatan tambahan.

Pelayanan kesehatan ibu hamil

Cakupan ibu hamil yang mendapat Fe adalah ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi atau tablet Fe yaitu ibu yang mendapat minimal 90 tablet besi dari program atau sendiri selama masa kehamilannya. Tabel 5 menunjukkan bahwa cakupan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 0,07 persen. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Kota Tangerang Selatan tahun 2014 meningkat sebesar 0,62 persen dari tahun sebelumnya.

Cakupan kunjungan ibu hamil dihitung dari jumlah ibu hamil yang berkunjung ke pelayanan kesehatan sebanyak empat kali dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah. Cakupan KB aktif adalah cakupan peserta KB baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat kontrasepsi dan obat (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu. Cakupan persalinan adalah pertanggungan manfaat bagi ibu selama 6 jam sampai dengan 42 hari setelah melahirkan sesuai standar minimal 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah melahirkan di wilayah kerja selama periode waktu tertentu.

Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu yang mendapat pertolongan persalinan dari tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam jangka waktu tertentu. Melihat data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, cakupan polio pada tahun 2012 sebesar 102,8% dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 104,7%. Imunisasi polio 4 menunjukkan bayi yang telah mendapatkan imunisasi polio lengkap berturut-turut sebanyak 4 kali mulai dari usia 1 sampai 4 bulan.

Cakupan imunisasi Polio 4 di Kota Tangerang Selatan menunjukkan angka yang fluktuatif dimana angka tersebut pada tahun 2012 sebesar 99% meningkat menjadi 107,7% kemudian menurun lagi menjadi 102,8%. Data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menunjukkan peningkatan imunisasi ini dari tahun ke tahun dimana imunisasi ini mencapai 103,1% pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 109,3% pada tahun 2013 kemudian meningkat lagi pada tahun 2014 menjadi 111,1%.

Tabel 6. Pelayanan kesehatan bayi dan anak tahun 2012-2014
Tabel 6. Pelayanan kesehatan bayi dan anak tahun 2012-2014

Pelayanan Promosi Kesehatan

Data morbiditas

Dari segi status gizi menurut berat badan/umur terlihat adanya penurunan kasus gizi buruk dari tahun ke tahun.

Data mortalitas

Namun di Tangerang Selatan sendiri, karena minimnya layanan kesehatan lanjutan, beberapa Puskesmas menyediakan layanan rawat inap. Namun masih terdapat beberapa permasalahan seperti perbedaan besaran dana kapitasi antar Puskesmas, karena besaran dana kapitasi disesuaikan dengan jumlah pasien yang terdaftar di Puskesmas tertentu. Masalah lainnya adalah dana kapitasi yang diberikan kepada petugas Puskesmas tidak berdasarkan kinerja petugas Puskesmas.

Namun, karena aset modal tidak dapat digunakan untuk membeli objek fisik, kekurangan ini tidak dipengaruhi secara positif oleh aset modal. Mekanisme perhitungan alokasi sumber daya yang lebih efisien diperlukan untuk mengurangi kesenjangan dana kapitasi antar puskesmas. Penyaluran dana modal kepada staf Puskesmas juga harus ditingkatkan sehingga penyaluran dana insentif kepada staf juga didasarkan pada kinerja dan hasil yang lebih banyak yang dapat dihasilkan oleh staf.

Penggunaan dana kapitasi untuk keperluan fasilitas pendukung pelayanan juga harus dipertimbangkan untuk diperbolehkan karena beberapa Puskesmas memerlukan fasilitas pendukung tersebut. Selain itu, diperlukan juga kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tingkat lanjut di Tangerang Selatan sehingga dapat mengurangi beban fungsi kuratif dan rehabilitatif Puskesmas. 11.URL:http://manajemenpemfundankesehatan.net/index.php/usingjoomla/extensions/components/content-component/article-categories/1366-outlook-kebijakan-pemfundan-di-tahun.

URL: http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/indonesia-had-13-466-pulau-yang-terdaftar-dan-koordinat. URL: http://www.depkes.go.id/article/view organisasi-kementerian-kesehatan-republik-indonesia.html view. Pengelolaan dan penggunaan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada institusi kesehatan daerah tingkat pertama.

The impact of national health insurance on the poor and the informal sector in low- and middle-income countries: a systematic review.

Gambar

Gambar 1. Skema Informan Penilitan
Tabel 1. Jadwal dan rencana penelitian
Tabel 3. Triangulasi Sumber  Variabel
Tabel 5. Pelayanan kesehatan ibu hamil tahun 2012-2014
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling dengan pertimbangan telah dilakukan observasi awal bahwa stasiun tersebut memiliki