• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Sanad dalam Keshahihan Hadits (Studi Takhrij Hadis-hadis Masyhur di Masyarakat)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Sanad dalam Keshahihan Hadits (Studi Takhrij Hadis-hadis Masyhur di Masyarakat)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Lathaif: Literasi Tafsir, Hadis dan Filologi, Vol. 1 (2), 2022, (Juli-Desember) ISSN Elektronik : 2963-7678 ISSN Print : 2962-6153 Tersedia online di: https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/lathaif/index

Peran Sanad dalam Keshahihan Hadits (Studi Takhrij Hadis- hadis Masyhur di Masyarakat)

Nurhidayati Ismail

Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat, Indonesia

E-mail:

[email protected]

Abstract: Sanad is important in Islam. The existence of sanad in a hadith determines whether a hadith can be accepted (Maqbul) or ditolah (mardud). In addition, many of the famous (popular) hadiths circulating in the community are not necessarily the hadith considered shahih or even false. This study aims to examine several hadiths that are popular in the community. The method used in this study is the takhrij method, by examining the historical sanad-sanad in question. In this study, the history studied was three pieces. From the results of oenelitian, the three histories that were originally considered hadith, it turns out that none of the hadiths have a history from the Prophet Muhammad SAW, some are maudhu' (false), and are also popular Arabic syi'ir.

Abstrak: Sanad merupakan hal penting dalam Islam.

Eksistensi sanad dalam sebuah hadis menjadi penentu apakah sebuah hadis bisa diterima (Maqbul) atau ditolah (mardud). Disamping itu, banyak nya hadis-hadis masyhur (populer) yang beredar di masyarakat belum tentu hadis tersebut dinilai shahih atau bahkan palsu. Kajian ini bertujuan untuk meneliti beberapa hadis yang populer di masyarakat. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode takhrij, dengan meneliti sanad-sanad riwayat dimaksud. Dalam penelitian ini, riwayat yang diteliti ada tiga buah. Dari hasil oenelitian, ketiga riwayat yang awalnya dianggap hadis, ternyata tidak satupun hadis yang memiliki riwayat dari Rasulullah SAW, ada yang maudhu’ (palsu), dan juga merupakan syi’ir arab yang populer.

Kata Kunci: Takhrij, Hadis, Populer

PENDAHULUAN

Sesungguhnya agama Islam telah sempurna, nyata, terang lagi jelas, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali pasti binasa. Dan Islam, adalah agama yang berlandaskan wahyu Allah Ta’ala, bukan berlandaskan akal fikiran maupun perasaan manusia. Siapa saja mengikuti wahyu, maka sesungguhnya

ia berada di atas jalan yang lurus. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ٍطا َر ِص ٰىلَع َكَّنِإ ۖ َكْيَلِإ َي ِحوَ ُ أ ي ِذَّ

لاِب ْك ِسْمَت ْساَف ٍمي ِقت ْس ُمَ

"Maka berpegang teguhlah kepada yang telah diwahyukan kepadamu.

Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus". [az-Zukhruf/43:43].

(2)

Di samping itu kita juga mengetahui bahwasanya Allah SWT mengutus Rasulullah SAW sebagai teladan bagi kita dalam kehidupan ini, beliau adalah contoh nyata bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan ucapan yang berasal dari beliau tidak lain juga merupakan wahyu dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

ْن َمِل ٌةَن َس َح ٌةَو ْسُ أ ِ َّ

للَّا ِلو ُس َر يِف ْمُ كَ

ل ناَ َ ك ْدقَ َ

ل ْوَيْ

لا َو َ َّ

للَّا و ُج ْرَي ناَ َ ا ًريِثَ ك

ك َ َّ

للَّا َرَ

كَذ َو َر ِخآْ لا َم

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al Ahzab: 21)

Dalam perjalanan waktu, tetap saja ada orang yang berusaha mencemari kesucian agama Islam ini, demi kepentingan pribadi maupun kelompoknya, dia berani membuat kedustaan dengan mengatasnamakan Rasulullah SAW, padahal Rasulullah SAW telah mewanti-wanti kita akan akibat berbuat kedustaan atas nama beliau, akan tetapi tetap saja ada orang-

orang yang berani melanggar larangan Rasulullah SAW tersebut. Mereka menyebarkan berbagai macam hadis, padahal itu bukan hadis.

: َ

لاق ،ُهْن َع َُ َّ

للَّا َي ِض َر ِة َري ِغ ُملا ِنَع ُت ْع ِم َس

َّي ِبَّنلا

ىَّ

ل َص ُللَّا ِهْيَ

لَع َمَّ

ل َس َو

ُ لوقَيُ

َّ : نِإ«

اًب ِذَ ك َّيَ

لَع َسْيَ

ل

ٍب ِذَ كَ

ك ىَ

لَع

، ٍد َحَ أ ْن َم َبَ

ذَ ك َّيَ

لَع ،ا ًد ِ م َعَت ُم

ْأ َّوَبَتَيْ لفَ ُه َد َعق َمْ َن ِم » ِراَّنلا

Dari al-Mughîrah ra. Dia berkata: Aku telah mendengar Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya membuat kedustaan atas namaku tidak sama dengan kedustaan kepada orang lain, siapa yang mengadakan kedustaan atas namaku dengan sengaja, maka tunggulah tempatnya dari api neraka”

(HR. Bukhari).

Rasulullah juga bersabda:

ِلو ُس َر ْنَع َمَّ

ل َس َو ِهْيَ

لَع ُللَّا ىَّ

ل َص ِللَّا ْن َم«

َث َّد َح

ي ِ نَع ٍثي ِدَح ِب ى َرُي ُهَّنَ

أ

، ٌب ِذَ ك َو ُهفَ ُد َحَ

أ

» َنيِبِذاَ كْ

لا Dari Rasulullah dia bersabda: “Siapa yang menyampaikan satu hadis dariku, padahal dia tahu itu dusta, maka dia

(3)

termasuk salah satu dari dua orang pendusta” (HR. Muslim).

Berdasarkan hadis di atas, maka penulis ingin meneliti beberapa hadis yang masyhur di masyarakat untuk memastikan apakah itu memang benar hadis dari Rasulullah SAW, ataukah hanya perkataan seseorang dengan mengatasnamakan Rasulullah SAW, atau hal tersebut hanya kedustaan belaka yang tidak ada dasar sama sekali.

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah jenis penelitian kepustakaan (library research), yakni fokus pada hadis- hadis yang poluler di masyarakat.

Langkah metodologis yang akan dilakukan adalah: 1) Meneliti Sanad hadis yang dimaksud, 2) Memberikan penilaian terhadap hadis yang ditemukan dan tidak ditemukan sanadnya, 3) Melakukan kajian i’tibar terhadap riwayat yang mempunyai sanad, yaitu dengan mencari apakah ada riwayat-riwayat lain yang mendukung, dan 4) Memberikan kesimpulan apakah riwayat dimaksud termasuk hadis atau tidak.

PEMBAHASAN

Matan hadis yang akan diteliti Matan Pertama:

للَّا قالخأب اوقلخت Matan Kedua:

ا َ

لِب ٍة َر َج َشَ

ك ٍل َمَع ا َلِب ٌمْ ل ِع ٍة َر َمثَ

Matan Ketiga:

ةسردم مألا Penelusuran Ketiga Hadis

Hasil penelusuran terhadap 3 (tiga) hadis yang masyhur di masyarakat tersebut:

Matan Pertama

للَّا قالخأب اوقلخت Setelah penelusuran ke dalam kitab Mu’jam Mufahrasy li Alfâz al- Ahâdis dan Mausû’ah Athrâf al-hadîs al-Nabawi al-Syarîf tidak satupun ditemukan lafaz matan ini. Ketika penelusuran lebih lanjut dengan menggunakan Al-Maktabah al- Syamilah, ditemukan bahwa matan ini tidak termasuk ke dalam matan hadis Rasulullah SAW, dan ditemukan di dalam kitab-kitab takhrij seperti yang akan dijelaskan pada poin berikutnya.

(4)

Matan Kedua ٍة َر َمث اَ َ

لِب ٍة َر َج َشَ

ك ٍل َمَع ا َلِب ٌمْ ل ِع Setelah penelusuran ke dalam kitab Mu’jam Mufahrasy li Alfâz al- Ahâdis dan Mausû’ah Athrâf al-hadîs al-Nabawi al-Syarîf tidak satupun ditemukan lafaz matan ini. Ketika penelusuran lebih lanjut dengan menggunakan Al-Maktabah al- Syamilah, ditemukan bahwa matan ini tidak termasuk ke dalam matan hadis Rasulullah SAW.

Matan ini ditemukan dalam Kitab: Iqtidha’ al-‘Ilmi al-‘Amali, karangan al-Khatib al-Baghdâdi, (Beirut: Al-Maktabah al-Islamiy, 1984), pada halaman 37. Dia menjelaskan bahwa kata-kata ini diriwayatkan dari Abdullah bin Mu’tiz.

Sanad lengkap matan ini adalah (al-Baghdadi, 1984):

ُد َّمَح ُ م ِحْتفَْ

لا وُبَ

أ اَن َرَب ْخَ أ يِبَ

أ ِنْب َدَمْحَ أ ُنْب ِنْب ِ َّ

للَّا ِدْبَع ُنْب ُّيِلَع َ أَبْنَ

أ : َ لاَ

ق ، ِس ِرا َوفَ ْ لا : َ

لاَ

ق ، ُّي ِق ْشَم ِ دلا ٍدي ِع َس ُنْب ُدَمْحَ

أ انث ،ِة َري ِغ ُمْ لا

:، ِ زت ْع ُمْ

لا ُنْب ِ َّ

للَّا ُدْب َع َ لاقَ ٌمْ

ل ِع«

ا َ

لِب ٍل َمَع

َج َشَ ٍة َر َمث اَ َ ك

لِب ٍة َر

» Matan Ketiga

ةسردم مألا Setelah penelusuran ke dalam kitab Mu’jam Mufahrasy li Alfâz al- Ahâdis dan Mausû’ah Athrâf al-hadîs al-Nabawi al-Syarîf tidak satupun ditemukan lafaz matan ini. Ketika penelusuran lebih lanjut dengan menggunakan Al-Maktabah al- Syamilah, ditemukan bahwa matan ini tidak termasuk ke dalam matan hadis Rasulullah SAW, dan matan ini ditemukan dalam beberapa kitab tafsir dan pendidikan. Matan lengkapnya adalah:

بيط ابعش تددعأ اهتددعأ اذإ ةسردم مألا

قارعألا Matan ini telah dimuat oleh Ahmad Musthafa al-Maraghi, dalam tafsirnya tentang surat Al Baqarah, ayat 228. Ia menyatakan bahwa matan tersebut dinisbahkan kepada Hafiz Ibrahim (seorang penyair Mesir, yang wafat pada tahun 1351 H) (al-Maraghi,

(5)

1974).

DR. Sa’id bin Ali al-Qahthani dalam kitabnya

ةيبرت يف يوبنلا يدهلا ةنسلاو باتكلا ءوض يف دالوألا

juga

memuat matan ini, yang mana matan ini juga dinisbahkan kepada Hafiz Ibrahim (al-Qahthani, 2001).

Wahid Abdus Salam Bâli juga memuat syi’ir ini dalam kitabnya

حلاصلا دلولا ىلإ قيرطلا

dalam

pembahasan pertama yang berjudul

مألا رايتخا

(Bâli, 1410).

Penilaian Ulama terhadap Hadis Setelah penelusuran dari berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa di antara ketiga hadis di atas, tidak satu pun juga yang berasal dari Rasulullah SAW. Dan pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan berbagai penilaian ulama terhadap hadis di atas, dan penulis hanya akan memaparkan penilaian ulama terhadap dua matan saja, yaitu matan nomor 1 dan 3. Sedangkan matan nomor 2, penulis akan mencoba

menjelaskan tentang keadaan masing- masing perawi matan tersebut dikarenakan diantara ketiga matan di atas, hanya matan nomor 2 yang memiliki sanad sampai kepada sumbernya.

Matan Pertama

للَّا قالخأب اوقلخت Penilaian Ulama

Matan ini telah di takhrij oleh Syaikh Al Bani dalam kitabnya:

ةعوضوملاو ةفيعضلا ثيداحألا ةلسلس

ةمألا يف ئيسلا اهرثأو Pada halaman 346, pada nomor 2822, beliau menyatakan bahwa matan ini

هل لصأ ال

, yang mana matan ini dimuat oleh Imam al-Suyuthi dalam kitabnya

ةيلعلا ةقيقحلا دييأت

pada jilid 1, halaman 89 (al-Albani, 2000).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menilai bahwa:

عوضوم وه لب فورعم ريغ ثيدحلا Pernyataan ini terdapat dalam

(6)

kitabnya

سيدقتلا ساسأ ضقن

juz 3,

halaman 271 (Taimiyah, 1425 H).

Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyatakan dalam kitabnya:

كايإو دبعن كايإ لزانم نيب نيكلاسلا جرادم نيعتسن

bahwa matan ini “

لطاب رثأ

(al-Jauziyah, T.th)

DR. Abdullah bin Muhammad al-Ghanimân dalam kitabnya “ حرش

يراخبلا حيحص نم ديحوتلا باتك” juga

mengatakan hal yang serupa dengan mengutip pendapat Ibnu Taimiyah di atas (al-Ghanimân, 1988).

Demikianlah penilaian beberapa ulama terhadap hadis ini, dan dapat disimpulkan bahwa hadis ini adalah Maudhu’.

Matan Ketiga

ةسردم مألا

Berdasarkan referensi yang telah penulis paparkan sebelumnya,

telah dinyatakan bahwa matan tersebut adalah sebuah syi’ir yang dinisbahkan kepada Hafiz Ibrahim, yang isinya menyatakan tentang pentingnya memilih dan memberikan pendidikan bagi seorang ibu dalam mendidik anak.

Oleh karena itu, ulama tidak ada yang menilai keshahihan matan ini, dikarenakan tidak satupun ulama yang mengatakan ini hadis.

Penilaian Terhadap Sanad

Pada poin ini, penulis hanya akan membahas tentang penilaian terhadap sanad matan nomor 2. Karena di antara ketiga matan tersebut, hanya matan nomor 2 yang memiliki sanad lengkap sampai kepada sumbernya.

Sanad lengkap matan ini adalah:

يِبَ

أ ِنْب َدَمْحَ

أ ُنْب ُد َّمَح ُ م ِحْتَ

فْ لا وُبَ

أ اَن َرَب ْخَ أ َ

أَبْنَ أ : َ

لاَ

ق ، ِس ِرا َوفَ ْ ِنْب ِ َّ لا

للَّا ِدْب َع ُنْب ُّي ِلَع : َ

لاَ

ق ، ُّي ِق ْشَم ِ دلا ٍدي ِع َس ُنْب ُدَمْحَ

أ انث ،ِة َري ِغ ُمْ لا ٍل َمَع ا َلِب ٌمْ

ل ِع« :، ِ زت ْع ُمْ

لا ُنْب ِ َّ

للَّا ُدْب َع َ لاقَ

»ٍة َر َمث اَ َ

لِب ٍة َر َج َشَ ك Berdasarkan sanad di atas,

(7)

maka dapat diketahui bahwa perawi matan ini adalah:

1)

يدادغبلا بيطخلا ٍر ْ كَب وُب َ

أ

(sebagai

perawi matan) 2)

يِب َ

أ ِنْب َدَمْح َ

أ ُنْب ُد َّمَح ُ م ِحْت ف َ ْ

لا وُب َ أ ِس ِراَو ف َ ْ

لا

3)

ِة َري ِغ ُم ْ

لا ِنْب ِ َّ

للَّا ِدْب َع ُنْب ُّي ِل َع

4)

ُّي ِق ْشَم ِ دلا ٍدي ِع َس ُنْب ُدَمْح َ أ

5)

ِ زت ْع ُم ْ

لا ُنْب ِ للَّا ُد ْب َع َّ

Ranji Sanad

Berikut dapat penulis gambarkan ranji Sanad:

Penilaian Ulama tentang para perawi matan ini:

Abdullah bin Mu’tiz (Khalifah Bani Abbasiyah)

a. Nama Lengkap : (al-Zahaby, 2006)

ريمألا نب للَّا دبع يسابعلا يمشاهلا

نب مصتعملا نب لكوتملا نب زتعملا سابعلا وبأ ،يدهملا نب ديشرلا نوراه رعاشلا بيدألا يدادغبلا

b. Lahir dan Wafat :

Beliau lahir pada tahun 249 H dan wafat pada Rabi’ul Akhir tahun 296 H (al-Zahaby, 2006).

c. Guru :

Mubarrid, Tsa’lab dan Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy (al-Zahaby, 2006).

d. Murid :

Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy (sekaligus menjadi gurunya), Muhammad bin Yahya al-Shuly, dan lainnya.

e. Penilaian Ulama : Ibnu Khalakan mengatakan:

Bahwa dia adalah seorang ahli Adab (Sastra), Ahli Balaghah dan seorang penya’ir, bergaul (dekat) dengan para Ulama dan ahli sastra, dan beraqidah ِة َريِغُمْلا ِنْب ِ هاللَّ ِدْبَع ُنْب ُّيِلَع

يِبَأ ِنْب َدَمْحَأ ُنْب ُدهمَحُم ِحْتَفْلا وُبَأ ِس ِرا َوَفْلا

َع تْعُمْلا ُنْب ِ هاللَّ ُدْب ِ ز

ٍديِعَس ُنْب ُدَمْحَأ ُّيِقْشَمِ دلا

ٍرْكَب وُبَأ بيطخلا

يدادغبلا

ربخأ ان أبنأ انثدح

لاق

(8)

Sunni (al-Baghdady, 1417 H).

Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy

a. Nama Lengkap : (al-Baghdady, 1417 H)

د َم ْح َ أ ن َسَح ْ

لا وُب َ أ ، َّ

للَّا دْب َع نْب دي ِع َس نْب . ي ِق ْشَم ِ دلا

b. Lahir dan Wafat :

Wafat di Bahgdad, pada hari Kamis tanggal 13 Rajab 306 H (al- Baghdady, 1417 H).

c. Guru :

Diantara gurunya adalah Abdullah bin Mu’tiz (sekaligus muridnya), dan Hisyam bin Ammar (al-Baghdady, 1417 H).

d. Murid :

Abdullah bin Mu’tiz, Ismail bin Muhammad al-Shafar, Abdul Aziz bin Muhammad bin Watsiq, Ali bin Abdullah bin Mughirah dan lainnya (al-Baghdady, 1417 H).

e. Penilaian Ulama :

Khatib al-Baghdâdi menyatakan bahwa Ahmad bin Sa’id “Shaduq” (al- Sudûny, 2011).

Ali bin Abdullah bin al-Mughîrah a. Nama Lengkap : (al-Baghdady,

1417 H)

للَّا دبع نب سابعلا نب للَّا دبع نب يلع د َّمَح م وُب ُ َ

أ ،ةريغملا نْب سا بعلا نب .يرهوجلا

b. Lahir dan Wafat :

Lahir tahun 290 H, dan wafat pada bulan Syawal tahun 365 H (al- Baghdady, 1417 H).

c. Guru :

Di antara gurunya adalah: Ja’far al-Faryabi, Muhammad bin Ibrahim bin Abban, Abdullah bin Najiyah, Abu al- Qasim al-Baghawy, dan Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy (al-Baghdady, 1417 H).

d. Murid :

Di antara muridnya adalah:

Muhammad bin Abi al-Fawaris, Ali bin Abdil Aziz al-Thahiry, Muhammad bin Ja’far bin ‘Alan, Ahamd bin Muhammad bin Abdullah al-Katib, dan lainnya (al-Baghdady, 1417 H).

e. Pandangan Ulama : Muridnya Ibnu Abil Fawaris mengatakan (al-Zahaby, Târikh al- Islam wa wafayât al-Masyâhir wa al- A’lâm, 2003):

هيف ناك :سراوفلا يبأ نبا لاق

ٌ ل ُها َس َ

ت

ديدش

(9)

Muhammad bin Ahmad bin Abi al- Fawâris

a. Nama Lengkap : (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006)

، ُق ِ ق َح ُملا ، ُظ ِفاَحلا ، ُما َمِإلا لا َّ ح َّرلا

وُب َ أ ،

ِنب ِد َّم َح ُم ِنب َدَمْح َ

أ ُنب ُد َّمَح ُ

م ِحْت فلا َ ِسرا ف َ

. ُّي ِدا َد ْغَبلا ٍلهس ِس ِراَو َ فلا ي ِب َ

أ ِنْبا

b. Lahir dan Wafat :

Lahir tahun 338 H (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006), dan wafat bulan Zul Qa’dah tahun 412 H (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006).

c. Guru :

Di antara guru-gurunya adalah:

Ahmad bin Fadhil bin al-Khuzaimah, Ja’far bin Muhammad al-Khuldi, Da’laj bin Ahmad, Abu Bakar al- Syafi’I, dan lainnya (

ريثك قلخ

) (al-

Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006).

d. Murid :

Di antara murid-muridnya adalah: Abu Sa’id al-Malini, Abu Bakar al-Barqani, Abu Bakar al- Khatib, Abu ‘Ali bin Banna’, Abu Hasan bin al-Muhtadi billah, dan lainnya (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-

Nubalâ’, 2006).

e. Penilaian Ulama :

Diantara Penilaian Ulama kepadanya termaktup dari nama yang dibuat oleh al-Zahabi, yaitu dia seorang Imam, Muhaddis, Muhaqqiq, dan seorang Hafiz (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006).

Khatib Al-Baghdâdi

a. Nama Lengkap : (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006)

ي ِت ف ُملا ُة َم ْ َّ

ال َعلا ُد َح ْو َ

ألا ُما َم ِإلا ُظ ِفاَحلا

ُنب ُد َم ْح َ أ ؛ ٍر ْ

كَب وُب َ

أ ِت ق َولا ُث ِ دَح ْ ُ

م ُد ِقاَّنلا ٍ ي ِدْهَم ِنب َدَمْح َ

أ ِنب ِتِبا َ

ث ِنب ِ يِل َع . ُّي ِدا َد ْغَبلا

b. Lahir dan Wafat :

Lahir Bulan Jumadil Akhir tahun 392 H, wafat tahun 463 H (al- Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006).

c. Guru :

Di antara guru-guru beliau adalah: Abu Umar bin Mahdi al-Farisi, Sa’ad bin Muhammad al-Syaibani, Abu al-Fath bin Abi al-Fawaris, Abdu al-Shamad bin al-Makmun, Muhammad bin Faris al-Ghuri dan lainnya (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-

(10)

Nubalâ’, 2006).

d. Murid :

Diantara murid-muridnya adalah: Abu Bakar al-Barqani, Nasr al- Muqdisy, Abu Nash Ibnu Makula, al- Humaidi, dan lainnya (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006).

e. Penilaian Ulama :

Sebagaimana di atas, beliau adalah seorang Imam, Ulama besar, Hafiz, Naqid dan Muhaddis. Beliau seorang pemuka Syafi’iyah (al- Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006).

Al-Mu’taman al-Sâji berkata:

Baghdad tidak pernah melahirkan ulama setelah Daruquthni yang lebih hafiz dari Khatib al-Baghdâdi (al- Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006).

Abu ‘Ali al-Bardani berkata:

Tidak ada satupun yang sama dengan Khatib al-Baghdâdi (al-Zahaby, Siyaru a’lam al-Nubalâ’, 2006).

Dan masih banyak lagi ulama yang memuji beliau.

Kesimpulan Sanad

1) Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sanad matan ini muttasil dengan dibuktikan dengan

data dari berbagai kitab rijal, bahwa semua rawi sanad ini mempunyai guru dan murid yang telah disebutkan. Dengan rincian:

a. Hubungan antara Abdullah bin Mu’tiz (Khalifah Bani Abbasiyah) dan Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy

Diantara nama murid Abdullah bin Mu’tiz tercatat nama Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy, dan di antara nama guru Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy, tercatat nama Abdullah bin Mu’tiz.

Hal ini menandakan antara murid dan guru saling bertemu.

b. Hubungan antara Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy dan Ali bin Abdullah bin al-Mughîrah

Diantara nama murid Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy tercatat nama Ali bin Abdullah bin al-Mughîrah, dan di antara nama guru Ali bin Abdullah bin al-Mughîrah, tercatat nama Ahmad bin Sa’id al-Dimasyqy.

Hal ini menandakan antara murid dan guru saling bertemu.

c. Hubungan antara Ali bin Abdullah bin al-Mughîrah dan Muhammad bin Ahmad bin Abi al-Fawâris

Diantara nama murid Ali bin Abdullah bin al-Mughîrah tercatat nama Muhammad bin Ahmad bin

(11)

Abi al-Fawâris, dan di antara nama guru Muhammad bin Ahmad bin Abi al-Fawâris, yang diistilahkan dengan

ريثك قلخ

(dan yang lainnya), maka penulis menyatakan bahwa Ali bin Abdullah bin al-Mughîrah juga termasuk gurunya. Hal ini menandakan antara murid dan guru saling bertemu.

d. Hubungan antara Muhammad bin Ahmad bin Abi al-Fawâris dan Khatib Al-Baghdâdi

Diantara nama murid Muhammad bin Ahmad bin Abi al- Fawâris tercatat nama Khatib Al- Baghdâdi, dan di antara nama guru Khatib Al-Baghdâdi, tercatat nama Muhammad bin Ahmad bin Abi al- Fawâris. Hal ini menandakan antara murid dan guru saling bertemu.

2) Dari berbagai penilaian ulama terhadap rawi, tidak ada satupun ulama yang mentajrih masing- masing rawi sanad tersebut. Hanya saja Muhammad bin Ahmad bin Abi al-Fawâris mengatakan bahwa gurunya Ali bin Abdullah bin al- Mughîrah adalah orang yang mutasâhil. Hal ini menunjukkan bahwa berita yang dibawa oleh Ali bin Abdullah bin al-Mughîrah perlu

dicermati sebelum

meriwayatkannya.

3) Dikarenakan sanad matan ini hanya satu, maka derajat matan ini adalah Gharib dari Abdullah bin Mu’tiz (Khalifah Bani Abbasiyah).

KESIMPULAN

Dari ketiga hadis yang masyhur di masyarakat ini, telah dipastikan bahwa tidak satupun yang berasal dari Rasulullah SAW.

Matan pertama merupakan hadis Mau’dhu yang tidak ada dasar sama sekali dari Rasulullah SAW. Hal ini berdasarkan penilaian dari beberapa ulama terkemuka.

Matan ketiga merupakan syi’ir tentang pentingnya menuntut ilmu dan beramal dengannya, yang dinisbahkan kepada Abdullah al-Mu’tiz.

Matan kedua merupakan salah satu syi’ir yang dinisbahkan kepada seorang penya’ir Mesir bernama Hafiz Ibrahim.

REFERENSI

al-Albani, M. N. (2000). Silsilah al- Ahâdis al-Dha’îfah wa al- Maudhû’ah wa Atsaruha al- Sayyi; fi al-Ummah (Vol. 6).

Riyadh: Maktabah al-Ma’ârif.

(12)

al-Baghdadi, A. B.-K. (1984). Iqtidha’

al-‘Ilmi al-‘Amali. Beirut: Al- Maktabah al-Islamiy.

al-Baghdady, A. B.-K. (1417 H).

Târikh Baghdad wa Zuyûluh.

Beirut: Dâr al-Kitab al-Ilmiyah.

al-Ghanimân, A. b. (1988). Syarhu Kitâb al-Tauhîd min Shahih al- Bukhâri. Damanhur: Maktabah Layyinah.

al-Jauziyah, I. Q. (T.th). Madârij al- Sâlikîn Baina Manâzil Iyyâka Na’budu wa Iyyâka Nasta’în.

Beirut: Dâr al-Kutûb al-Ilmyah.

al-Maraghi, A. M. (1974). Tafsir al- Maraghi. Mesir: Syirkah Maktabah.

al-Qahthani, S. b. (2001). Al-Hadyu al- Nabawiyah fi Tarbiyah al- Aulâd fi Dhaui al-Kitab wa al- Sunnah. Riyad: Matba’ah Safîr.

al-Sudûny, A. a.-F. (2011). al-Tsiqât min Man lam Yuqa’ fi Kutub al- Sittah. Yaman: Markaz al- Nu’man.

al-Zahaby, S. A. (2003). Târikh al- Islam wa wafayât al-Masyâhir wa al-A’lâm. Kairo: Dâr al- Maghrib al-Islamy.

al-Zahaby, S. A. (2006). Siyaru a’lam al-Nubalâ’. Kairo: Dâr al- Hadis.

Bâli, W. A. (1410). al-Tharîq ila al- Walad al-Shâlih. Riyad: Dâr al- Dhiya’.

Taimiyah, A. a.-A. (1425 H). Naqdu Asâs al-Taqdis. Madinah:

Maktabah al-‘Ulûm wa al- Hikam.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut istilah ilmu hadis, al-i’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat

Hadis- hadis yang ditampilkan juga hadis-hadis yang berisi kelebihan laki-laki atas perempuan dan kewajiban isteri (perempuan) untuk selalu taat kepada suaminya