• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Geometri Jalan

N/A
N/A
agil kharisma

Academic year: 2023

Membagikan "Perancangan Geometri Jalan"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

KELOMPOK 5

WILLIAM TIMOTHY SETIAWAN (2005511066) NGAKAN PUTU RIO APRINGGA (2005511069)

GEDE SOKRATES ABATHI (2005511085) I MADE PANDU WIRAKUSUMA (2005511088) I MADE AGIL PUTRA KHARISMA (2005511092)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA 2022

1

(2)

ii

KELOMPOK 5

KARTU ASISTENSI TUGAS

Mata Kuliah

: Perancangan Geometri Jalan Kelompok/

Reg/Non Reg

: 8/Reg

Dosen Pengajar

: Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD.

Semester : Genap

Pembimbing

Tugas : Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD.

Tahun Ajaran : 2021/2022

No Tanggal Uraian Paraf

1 27 Februari 2021

(3)
(4)

4 11 Maret 2021

(5)

6 5 Mei 2021

(6)

KELOMPOK 5

vi

NILAI TUGAS MATA KULIAH Mata Kuliah : Perancangan Geometri Jalan

Semester : Smt Genap, Tahun 2021/2022

Kelompok : 8 (Reguler)

Dengan perincian sebagai berikut:

No N a m a N I M Usaha untuk

konsultasi (Maks 15%)

Pemahaman Tugas (Maks 70%)

Kualitas Laporan (Maks 15%)

Total

Angka Huruf

1. William Timothy Setiawan 2005511066 2. Ngakan Putu Rio Apringga 2005511069 3. Gede Sokrates Abathi 2005511085 4. I Made Pandu Wirakusuma 2005511088 5. I Made Agil Putra Kharisma 2005511092 Rentang nilai:

80 ≤ N < 100 A 71 ≤ N < 80 B+

65 ≤ N < 71 B

60 ≤ N < 65 C+

55 ≤ N < 60 C

50 ≤ N < 55 D+

40 ≤ N < 50 D

0 ≤ N < 40 E

Denpasar, 19 Mei 2021 Dosen pengampu,

Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD.

NIP. 19601108 198803 1 002

(7)

vii

KELOMPOK 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nya lah Laporan Perancangan Geometrik Jalan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan salah satu prasyarat bagi Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana yang mengikuti mata kuliah Perancangan Geometrik Jalan.

Dalam penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapat bimbingan dan informasi dari berbagai pihak, oleh karena itu kali ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD selaku dosen pengampu sekaligus dosen pembimbing dalam mata kuliah Perancangan Geometrik Jalan

2. Semua pihak yang turut membantu kami dalam menyelesaikan Laporan Perancangan Geometrik Jalan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan saran–saran maupun kritik–kritik yang sifatnya membangun dari pembaca, sebagai bahan pertimbangan dan penyempurnaan laporan ini di masa mendatang.

Jimbaran, 19 Mei 2021

Penyusun

(8)

viii

KELOMPOK 5

DAFTAR ISI

NILAI TUGAS MATA KULIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Metode Penulisan ... 1

1.3 Tujuan Penulisan ... 1

1.4 Ruang Lingkup ... 1

BAB II ... 2

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ... 2

2.1 Perhitungan Kelas Medan Jalan ... 2

2.2 Penentuan Kecepatan Rencana ... 4

BAB III ... 5

ALINYEMEN HORIZONTAL ... 5

3.1 Alinyemen Horizontal ... 5

3.1. Standar Perencanaan Geometrik ... 7

3.2 Standar Perencanaan Alinyemen ... 7

3.3 Perhitungan Jarak dan Sudut Tikungan ... 8

3.4 Perencanaan Tikungan ... 8

BAB IV ... 75

ALINYEMEN VERTIKAL ... 75

4.1 Alinyemen Vertikal ... 75

4.2 Lengkung PPV 1 ... 76

4.2.1 Perhitungan LV cekung berdasarkan penyinaran lampu kendaraan ... 77

4.2.2 Perhitungan LV berdasarkan jarak pandang bebas dibawah bangunan ... 77

4.2.3 Perhitungan lengkung vertikal cekung berdasarkan bentuk visual ... 78

4.2.4 Perhitungan lengkung vertikal cekung berdasarkan persyaratan drainase ... 79

(9)

ix

KELOMPOK 5

4.2.5 Perhitungan lengkung vertikal cekung berdasarkan kenyamanan pengemudi ...79

4.2.6 Perhitungan Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung (Ev) ... 79

4.2.7 Perhitungan Stasioning dan Elevasi Lengkung PPV1 ... 80

4.3 Lengkung PPV 2 ... 82

4.3.1 Perhitungan LV cekung berdasarkan penyinaran lampu kendaraan ... 83

4.3.2 Perhitungan LV berdasarkan jarak pandang bebas dibawah bangunan ... 83

4.3.3 Perhitungan lengkung vertikal cekung berdasarkan bentuk visual ... 84

4.3.4 Perhitungan lengkung vertikal cekung berdasarkan kebutuhan drainase ... 84

4.3.5 Perhitungan lengkung vertikal cekung berdasarkan kenyamanan perjalanan .... 85

4.3.6 Perhitungan Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung (Ev) ... 85

4.3.7 Perhitungan Stasioning dan Elevasi Lengkung PPV2 ... 85

4.4 Lengkung PPV 3 ... 87

4.4.1 Perhitungan lengkung vertikal cembung berdasarkan jarak pandang ... 88

4.4.2 Perhitungan lengkung vertikal cembung berdasarkan kebutuhan drainase ... 88

4.4.3 Perhitungan lengkung vertikal cembung berdasarkan kenyamanan perjalanan .89

4.4.4 Perhitungan Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung (Ev) ... 89

4.4.5 Perhitungan Stasioning dan Elevasi Lengkung PPV2: ... 89

BAB V ... 92

GALIAN DAN TIMBUNAN TANAH ... 92

BAB VI ... 96

PENUTUP ... 96

6.1 Kesimpulan ... 96

6.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(10)

x

KELOMPOK 5

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perhitungan Kemiringan Potongan Ruas Jalan ... 3 Tabel 2. 2 Tabel Klasifikasi Medan Jalan ... 4 Tabel 5. 1 Perhitungan Volume Tanah ... 92

(11)

Gambar 3. 4 Diagram Superelevasi Tikungan I (S-C-S) ... 17

Gambar 3. 5 Potongan Melintang Tikungan I ... 18

Gambar 3. 6 Tambahan Lebar Perkerasan di Tikungan I ... 20

Gambar 3. 7 Kebebasan Samping Tikungan I ... 21

Gambar 3. 8 Jarak dan Sudut Tikungan Pada Tikungan II ... 22

Gambar 3. 9 Stasioning Tikungan II ... 29

Gambar 3. 10 Diagram Superelevasi Tikungan II ( S -S) ... 30

Gambar 3. 11 Potongan Melintang Tikungan II ... 31

Gambar 3. 12 Tambahan Lebar Perkerasan di Tikungan II ... 33

Gambar 3. 13 Kebebasan Samping Tikungan II ... 34

Gambar 3. 14 Stasioning Tikungan III ... 42

Gambar 3. 15 Superelevasi tikungan III ... 43

Gambar 3. 16 Potongan Melintang Tikungan III ... 44

Gambar 3. 17 Tambahan Lebar Perkerasan di Tikungan III ... 46

Gambar 3. 18 Kebebasan Samping Tikungan III ... 47

Gambar 3. 19 Stasioning Tikungan IV ... 54

Gambar 3. 20 Diagram Superelevasi Tikungan IV (S-C-S) ... 55

Gambar 3. 21 Potongan Melintang Tikungan IV ... 56

Gambar 3. 22 Tambahan Lebar Perkerasan di Tikungan IV ... 58

Gambar 3. 23 Kebebasan Samping Tikungan IV ... 59

Gambar 3. 24 Stasioning Tikungan V ... 67

Gambar 3. 25 Diagram Superelevasi Tikungan V (S-S) ... 68

Gambar 3. 26 Potongan Melintang Tikungan V ... 69

Gambar 3. 27 Tambahan Lebar Perkerasan di Tikungan V ... 71

Gambar 3. 28 Kebebasan Samping Tikungan V ... 72

Gambar 3. 29 Penomoran Pada Tikungan ... 73

Gambar 4. 1 Lengkung PPV1 (Cekung) ... 81

Gambar 4. 2 Lengkung PPV2 (Cekung) ... 86

Gambar 4. 3 Lengkung PPV3 (Cembung) ... 91

Gambar 5. 1 Diagram Volume Galian dan Timbunan ... 95

(12)
(13)
(14)

1

KELOMPOK 5

1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN

Seiring pesatnya perkembangan zaman, menyebabkan mobilitas penduduk masa kini semakin meningkat. Kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi jalan raya perlu lebih dipikirkan keamanan dan kenyamannya mengingat jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi yang cukup banyak digunakan oleh masyrakat.

Perancangan geometrik jalan merupakan bagian dari perancangan jalan yang difokuskan pada perancangan bentuk fisik jalan sedemikian sehingga dapat menghasilkan bentuk jalan yang dapat dilalui dengan cepat, lancar, aman, nyaman efisien serta dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas. Yang menjadi dasar perancangan geometrik adalah peta topografi, kondisi geologis, tata guna lahan, sifat gerakan, ukuran kendaraan (dimensi dan berat), sifat pengemudi, dan karakteristik arus (kecepatan, kerapatan, dan volume) lalu lintas. Dasar itulah yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan sehingga dihasilkan suatu bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang aman, nyaman, dan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

1.2 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas Geometrik Jalan ini adalah metode studi literatur, yaitu berdasarkan teori-teori dari buku dan bimbingan serta arahan dari dosen pembimbing.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan tugas Perancangan Geometrik Jalan ini adalah untuk merencanakan jalan raya yang aman, nyaman, efisien, serta sesuai dengan standar Peraturan Perancangan Geometrik Jalan.

(15)

2

KELOMPOK 5

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari tugas Perancangan Geometrik Jalan ini adalah sebagao berikut:

1. Merencanakan Tikungan (Alinyemen Horizontal) 2. Merencanakan Alinyemen Vertikal

3. Menghitung Galian dan Timbunan

4. Menggambar Alinyemen Horizontal dan Vertikal 5. Menggambar Potongan Melintang Jalan

(16)

3

KELOMPOK 5

BAB II

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.1 Perhitungan Kelas Medan Jalan

Kelas Medan Jalan dihitung menggunakan kemiringan beda elevasi titik kiri dan kanan dari potongan jalan yang direncanakan. Dalam tahapan mencari kelas medan kita harus mencari data setiap ujung elevasi agar didapat selisih beda tingginya, selanjutnya kita dapat menghitung rata-rata persentase kemiringan jalan, setelah rata-rata persentase kemiringan jalan kita dapatkan kita dapat mengklasifikasikan medan jalan menggunakan nilai pada table standar penentuan kelandaian jalan. Untuk persentasw kemiringan medan dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini :

Kemiringan(%)= Beda Tinggi X

Jarak di Lapangan×100

Contoh perhitungan kemiringan lereng adalah sebagai berikut : Pada potongan 1 – 1’

39.7 m

1.2 m

38.5 m

Dari perhitungan diatas didapatkan :

 Elevasi titik kiri = 39.7 m

 Elevasi titik tengah = 38,9 m

 Elevasi titik kanan = 38.5 m Kemiringan(%)=39.7−38.5

50 ×100=2.4 %

50 m

(17)

4

KELOMPOK 5

Dalam laporan ini, terdapat 16 potongan yang kami tinjau. Adapun skala gambar yang kami gunakan adalah 1 : 5.000. Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah:

(18)

Tabel 2. 1 Perhitungan Kemiringan Potongan Ruas Jalan

NO STA JARAK

HORIZONTAL (m)

ELEVASI TEPI

BEDA TINGGI KEMIRINGAN

(%) KLASIFIKASI

MEDAN

KIRI TENGAH KANAN

1 A-A' 50 42.5 38.5 34 8.5 17 perbukitan

2 1-1' 50 44.8 40.5 35.5 9.3 18.6 perbukitan

3 2-2' 50 47.5 42.5 37 10.5 21 perbukitan

4 3-3' 50 47.3 42.5 37.1 10.2 20.4 perbukitan

5 4-4' 50 47.2 42.3 37.3 9.9 19.8 perbukitan

6 B-B' 50 47 42.2 37 10 20 perbukitan

7 5-5' 50 42.5 36 32.3 10.2 20.4 perbukitan

8 C-C' 50 37.8 34 28 9.8 19.6 perbukitan

9 6-6' 50 38.5 34.6 29.2 9.3 18.6 perbukitan

10 7-7' 50 43 39.5 33.7 9.3 18.6 perbukitan

11 D-D' 50 41.5 35.5 32 9.5 19 perbukitan

12 8-8' 50 41.8 35.3 31.8 10 20 perbukitan

13 9-9' 50 33 29.8 25 8 16 perbukitan

14 E-E' 50 32 27.5 25 7 14 perbukitan

15 10-10' 50 35.3 30 24 11.3 22.6 perbukitan

16 F-F' 50 39 35 27.5 11.5 23 perbukitan

RATA RATA KEMIRINGAN MELINTANG SETIAP POTONGAN 19.288 perbukitan

(19)

Didapatkan:

Σe = 308,6 %

Σe / jumlah potongan = 308,6 / 16 = 19,288 %

Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, hal 5) adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 2 Tabel Klasifikasi Medan Jalan

Jenis Medan Kemiringan Melintang Rata –Rata

Datar < 3%

Perbukitan 3 – 25%

Pegunungan > 25%

Berdasarkan klasifikasi di atas, medan < 3 % tergolong medan datar. Sehingga golongan medan 2,313% merupakan klasifikasi medan “PERBUKITAN”.

Elevasi titik bagian tengah akan digunakan untuk mencari muka tanah yang akan dimasukkan ke dalam grafik.

2.2 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan

Menurut Undang – undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, menggelompokkan fungsi jalan umum yaitu :

a. Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama, dengan ciri, perjalanan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

b. Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan/pembagian, dengan ciri-ciri, perjalanan sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah.

(20)

d. Jalanan Lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dengan kecepatan rata-rata rendah.

2.3 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan

Menurut Undang – Undang no.22 tahun 2009, jalan dikelompokkan menjadi beberapa kelas berdasarkan fungsi jalan tersebut, intensitas Lalu Lintas, dan daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat beserta dimensi kendaraan bermotor. Pengelompokkan kelas jalan terdiri atas :

a. Jalan Kelas 1 Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 mm, ukuran panjang < 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 10 ton.

b. Jalan Kelas II Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 mm, ukuran panjang <

12.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton.

c. Jalan Kelas III Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar < 2.100 mm, ukuran panjang <

9.000 mm, ukuran paling tinggi 3.500 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton.

d. Jalan Kelas Khusus Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar > 2.500 mm, ukuran panjang > 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.

2.4 Penentuan Kecepatan Rencana

Kecepatan rencana (VR), pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraankendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti (Bina Marga, 2004). Menurut Bina Marga untuk kecepatan rencana masing- masing fungsi jalan ditetapkan sebagai berikut

(21)

Tabel 2.3 Klasifikasi menurut medan jalan

No Fungsi Kecepatan Rencana, VR Km/jam

Datar Bukit Pegunungan

1 ArArteri 70-120 60-80 40-70

2 Kolektor 60-90 50-60 30-50

3 Lolokal 40-70 30-50 20-30

Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga, 1997:11

Untuk klasifikasi jalan lokal dengan medan perbukitan didapatkan kecepatan rencana (VR) sebesar 30-50 km/jam.

(22)

BAB III

ALINYEMEN HORIZONTAL

3.1 Alinyemen Horizontal

Alinemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal yang terdiri dari garis-garis yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung, (dikutip dari

“Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan” oleh Silvia Sukirman ).

Ada tiga Lengkung Horizontal, yaitu :

1. Lengkung busur lingkaran (Circle-Circle : C-C)

Dipergunakan pada radius lengkung yang besar, dimana superelevasi yang dibutuhkan

≤ 3%

2. Lengkung busur Lingkaran dengan peralihan (Spiral-Circle-Spiral : S-C-S)

Dipergunakan pada radius lengkung yang lebih kecil, dimana superelevasi yang dibutuhkan > 3%, memiliki lengkung peralihan sehingga mengurangi kesan patah pada perubahan kemiringan melintang.

3. Lengkung Peralihan ( Spiral –Spiral : S – S ).

Merupakan lengkung horizontal tanpa busur lingkaran. Radius untuk jenis ini adalah radius yang menghasilkan kelandaian relatif < Kelandaian relatif maksimum.

Dalam menemukan bentuk lengkung peralihan yang paling sesuai, secara teoritis dapat dilakukan dengan peninjauan terhadap gerakan kendaraan di tikungan. Lengkung peralihan yang paling sesuai dengan lintasan kendaraan yang sebenarnya adalah spiral - circle - spiral. Lengkung peralihan diletakkan antara bagian lurus dan bagian lingkaran (circle) yaitu sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur lingkaran.

Tidak semua tikungan dapat menggunakan lengkung spiral-circle-spiral. Semuanya tergantung pada jari-jari lingkaran (R) yang digunakan dan ∆-nya. Untuk memilih perencanaan suatu tipe tikungan control harus tetap dilakukan. Kontrol terhadap tipe tikungan yang akan direncanakan, disajikan ringkas dalam flow chart asebagai berikut :

(23)

Perhitungan fmax (hal 70; hal 76); Ditentukan emax: 10%

𝑉�2

Perhitungan R min = 127(� 𝑚𝑎𝑥+� max)

Perhitungan Derajat Lengkung (D)

𝑚𝑎𝑥 = 2𝜋� 𝑚𝑖�25 ; � = 1432,39

��

(hal 74)

Menghitung Ordinat Mo :

Menghitung f, sesuai nilai D dan Dp (Hal 88) Menghitung nilai e dari : 𝑉�2

� + � = 127��

Lengkung SS : Sesuaikan nilai Rschg :

Ls =≥ (𝑠�𝑑𝑖𝑘𝑖� 𝑙𝑏𝑖ℎ 𝑏�𝑠𝑎𝑟)𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑠 𝑢��𝑢𝑘 𝑙𝑎�𝑑𝑎 𝑖 𝑟�𝑙𝑎�𝑖� = 𝑚(� + ��)𝐵, ℎ𝑎𝑙 134

∅𝑠𝜋��

90

B = Lebar Jalur 1 Arah (hal. 100-101) Ketentuan Kls / Jenis Jalan, Medan, Kec.

Rencana (VR), R coba (Rc)

Menghitung distribusi e dan f dengan Metode Lima (Hal 86-90) 𝑉𝑟𝑎�𝑎2= 90%𝑉� ; �𝑚𝑖� (𝑀��. 5) = (𝑉𝑟𝑎�𝑎2)2

127. � 𝑚𝑎𝑥 ; � =𝑚𝑖�1432,39(𝑀�� 5)

𝑚𝑎𝑥+ � = 𝑉�

127�𝑚𝑖�(𝑀��.5) ; Dengan e max 10% , f = h didapat

e ≤ 3%

Rc ≥ 20 m

Sumber: Sukirman. 1999. Dasar-dasarPerencanaanGeometriJalan, Penerbit Nova, Bandung.Gambar 3. 1 Diagram Alir/ Flow Chart Pemilihan Bentuk Lengkung Horizontal Lengkung Circle (Hal 113, 120)

(Rc>>>, sesuai ketentuan

Coba tipe SCS, Dgn Rc

(24)

Gambar 3. 2 Diagram Alir/ Flow Chart Pemilihan Bentuk Lengkung Horizontal

(25)

3.2 Standar Perencanaan Geometrik

Untuk standar perencanaan geometrik jalan sudah ditentukan dalam peraturan Departement Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, No.038/TBM/1997, sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi fungsi dan kiasifikasi medan jalan

Gambar 3.2 Penentuan Lebar Jalan dan Bahu Jalan

(26)

Gambar 3.3 Lebar Lajur Jalan Ideal

Gambar 3.4 Panjang Bagian Lurus Maksimum

Gambar 3.5 Panjang Jari-jari Minimum (dibulatkan)

Gambar 3.6 Kelandaian maksimum yang diizinkan

(27)

Gambar 3.7 Panjang kritis (m)

3.3 Standar Perencanaan Alinyemen

Berdasarkan peraturan Departement Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, No.038/TBM/1997 untuk jalan kelas III medan datar dengan Kecepatan Rencana (VR) 50 km/jam:

1. Klasifikasi Jalan : Kelas III

2. Klasifikasi Medan : Perbukitan

3. Kecepatan Lalu Lintas Harian Rata – Rata (VLHR) : 3.000- 10.000 (smp/hari)

4. Kecepatan Rencana (VR) : 50 km/jam

5. Lebar Bahu (Ideal) : 1,5 m

6. Lebar Jalur (Ideal) : 7.0 m

7. Lebah Bahu (Minimum) : 1.0 m

8. Lebar Jalur (Minimum) : 6.0 m

9. Lebar Lajur Ideal : 3.5 m

10. Jari - Jari Minimum Rmin : 80 m

11. Kelandaian maksimum : 9 %

3.4 Perhitungan Jarak dan Sudut Tikungan 1. Perhitungan jarak :

d1 = 381,29 m = 0,381 km d2 = 166,66 m = 0,166 km d3 = 150,53 m = 0,150 km d4 = 164,64 m = 0,164 km d5 = 159,51 m = 0,159 km

dtotal = 1022 m = 1,022 km

(28)

2. Perhitungan sudut tikungan

Sesuai dengan gambar, jadi sudut tikungan yang didapat adalah sebagai berikut :

Sudut Tikungan I (β1) = 170 Sudut Tikungan II (β2) = 290 Sudut Tikungan III (β3) = 410 Sudut Tikungan IV (β4) = 480 3.5 Perencanaan Tikungan

1. Perencanaan Tikungan I

Gambar Jarak dan Sudut Tikungan Pada Tikungan 1

Gambar 3.51 Jarak dan Sudut Pada Tikungan I Data-data tikungan:

a. Kecepatan rencana (VR) : 30 km/jam b. Sudut tikungan I (β1) : 17o

c. emax : 10%

d. Lereng melintang (en) : 2%

e. Rcoba (Rc) : 550 m

1) Menghitung Rmin dan R

(29)

fmax untuk VR = 30 km/jam

(Menurut DPGJ ’99, Silvia Sukirman hal 70 ) nilai VR < 80 km/jam

f max=−0,00065V R+0,192

¿−0,00065(30)+0,192

¿0,1725

(Tabel 4.1 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal.76 ) Rmin= VR2

127(emax+fmax)

¿ 302

127×(0,1+0,1725)

¿26,006m≈26m

Berdasarkan Tabel 4.1 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 76 R min perhitungan=26,006m→ sesuai

Sehingga R min desain=26m 2) Derajat Lengkung (D) (Menurut DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 74)

D max=181.913,53(emax+fmax) VR2

¿181.913,53×(0,1+0,1725) 302

¿55,080 D=1432,39

Rc

¿1432,39 550

(30)

¿2,60

3) Menghitung distribusi nilai e dan f dengan menggunakan “Metode kelima”

(DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 86) VR=30km/jam

V

(¿¿t)=90 %×VR=90 %×30=27km/jam VRatarata¿

Rmin(metode5)= VRatarata2

127×(emax)

¿ 272 127×(0,1)

¿57,40m Dp= 1.432,39

Rmin(metode5)

¿1.432,39 57,40

¿24,950

Apabila emax=10 % dan h=f maka:

emax+f= VR2

127.Rmin(metode5) 0,1+f= 302

127×(57,40) f=0,123−0,1 h=f=0,023m

tana1= h

Dp=0,023

24,95=0,001

(31)

tana2= fmaxh DmaxDp

=0,1725−0,023

55,08−24,95 =0,005

4) Ordinat Mo pada lengkung

M0=Dp(DmaxDp)(tana1−tana2) 2Dmax

¿24,95(55,08−24,95) (0,001−0,005) 2×55,08

¿0,027m

Untuk lengkung sebelah kanan D>Dp maka : f1=M0( DmaxD

DmaxDp)

2

+h+(DDp)tana2

¿0,027

(

55,08−55,08−24,952,6

)

2+0,023+(2,6−24,95)(0,005)

¿0,004

Untuk lengkung sebelah kiri D<Dp maka : a1

tan¿ f2=M0( D

Dp)

2

+D¿

f2=0,027

(

24,952,6

)

2+2,6×0,001

¿0,003

Mencari nilai e dari : e+0,004= 272

127×(550) e=0,017=1,7 %

(32)

Karena e 3%, maka, menggunakan tipe lengkung Circle 5) Menetukan bentuk lengkung horizontal untuk Tikungan I

Dicoba dengan tikungan Circle

(DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 121) 1. Tc = Rc tan ( 1

2 β¿

= 550. tan

(

12.17¿

= 82,20 m 2. Ec = Tc .tan ( 1

2β¿

= 82,20 . tan

(

14.17¿

= 6,11 m

3. Lc = 0,01745 . β . Rc

= 0,01745 . 17. 550

= 163,158 m Data Tikungan I:

VR 30

β1 17o

Rc 550

Tc 82,20

Ec 6,11

Lc 163,158

e 0,017

Berdasarkan tabel disamping, maka tikungan ketiga dengan kecepatan rencana 50 km/jam dipilih tipe lengkung Circle karena memiliki nilai super elevasi kurang dari atau sama dengan 3% yaitu 1,7%

(33)

6) Stationing Tikungan I

Gambar 3.52 Stasioning Tikungan I Jarak titik A – B (d1) = 381 m = 0,381 km

Jarak titik B – C (d2) = 166 m = 0,166 km a. Sta.P1 = Sta titik A + d1

= (0+000) + 381

= 0+381 b. Sta.TC1 = Sta.P1 - Tc

= (0+381) - 82,20

= 0+298,80 c. Sta.CT1 = Sta P1 + Tc

= (0+381) + 82,20

= 0+463,20

(34)

Gambar 3.53 Full Circle Tikungan I

(35)

Gambar 3.54 Diagram Superelevasi Tikungan I (Full Circle)

(36)

Gambar 3.55 Potongan Melintang Tikungan I

(37)

7) Pelebaran Perkerasan pada Tikungan I (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 141)

a. Untuk jalan kelas III, kendaraan rencana yang digunakan adalah kendaraan sedang dengan ketentuan sebagai berikut:

 Lebar kendaraan rencana (b) = 2,6 m

 Jarak antar gandar (p) = 7,6 m

 Tonjolan depan kendaraan (A) = 2,1 m

b. Jumlah lajur 2 (n) = 2

c. Lebar pekerasan pada Bagian Lurus (Bn) = n ×3,5

= 2×3,5=7m d. Jari-jari pada lintasan (R) = 550 m

 Rw adalah radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya dipengaruhi oleh sudut a .

Rw=

(R+b)2+(p+A)2

Rw=

(550+2,6)2+(7,6+2,1)2

¿552,685

 B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam.

B=Rw+b

Rw2−(p+A)

7,6+2,1 552,6852−(¿)

¿552,685+2,6−¿

¿2,685m

 Off Tarcking (u)

DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 142 u=Bb

(38)

u=2,685−2,6=0,085m

 Tambahan Lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan I (z) z=0,105× V

R z=0,105×30

550 =0,134 m

 Tambahan lebar perkerasan di Tikungan I (Δb):

Bt=n(B+c)+z

Dimana nilai C untuk lebar jalur 7 m adalah 1 m (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 146)

Bt=2(2,685+1)+0,134=7,505m Sehingga ∆ B :

∆ b=BtBn

¿7,505−7

¿0,505m

∆ b

2 =0,505 2

¿0,252

(39)

Gambar 3.56 Pelebaran Pekerasan Tikungan I

(40)

e. Jarak Pandang Henti Minimum (TCPGJAK, hal.20)

Jh=Vr 3,6×T+

( Vr 3,6)

2

2gf

¿30

3,6×2,5+

(30 3,6)

2

2×9,8×0,35

¿ 30,956 m

Jh minimum untuk Vr = 30 km/jam adalah 27 m ( TCPGJAK, Tabel II.10, hal. 21)

f. Setengah Sudut Pusat Lengkung Sepanjang L (θ) (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 148)

L=S=Jh dan R '=550 θ=90× S

π × R '

¿90×30,956 3,14×550

¿ 1,613

g. Jarak dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam (m) m=R '(1−cosθ)

¿550(1−cos 1,61)

¿0,218

Maka Kebebasan samping tikungan I adalah = 0,218 m

(41)

Gambar 3.57 Kebebasan Samping Tikungan I

(42)

29

KELOMPOK 5

2. Perencanaan Tikungan 2

Gambar Jarak dan Sudut Tikungan Pada Tikungan 2

Gambar 3.56 Jarak dan Sudut Pada Tikungan II Data-data tikungan:

a. Kecepatan rencana (VR) : 50 km/jam b. Sudut tikungan I (β1) : 290

c. emax : 10%

d. Lereng melintang (en) : 2%

e. Rcoba (Rc) : 159 m

1) Menghitung Rmin dan R fmax untuk VR = 50 km/jam

(Menurut DPGJ ’99, Silvia Sukirman hal 70 ) nilai VR < 80 km/jam

f max=−0,00065V R+0,192

¿−0,00065(50)+0,192

(43)

30

KELOMPOK 5

¿0,160 (Tabel 4.1 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal.76 dan grafik hal.

70)

Rmin= VR2

127(emax+fmsx)

¿ 502

127×(0,1+0,16)

¿75,858m≈76m

Berdasarkan Tabel 4.1 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 76 R min perhitungan=75,858m → sesuai

Sehingga R min desain=76m 2. Derajat Lengkung (D) (Menurut DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 74)

D max=181.913,53(emax+fmsx) VR2

¿181.913,53×(0,1+0,16) 502

¿18,880 D=1432,39

Rc

¿1432,39 159

¿90

3. Menghitung distribusi nilai e dan f dengan menggunakan “Metode kelima”

(DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 86) VR=50km/jam

V

(¿¿t)=90 %×VR=90 %×50=45km/jam VRatarata¿

(44)

31

KELOMPOK 5

Rmin(metode5)= VRatarata2 127×(emax)

¿ 452 127×(0,1)

¿159,449m Dp= 1.432,39

Rmin(metode5)

¿1.432,39 159,45

¿8,9 80

Apabila emax=10 % dan h=f maka:

emax+f= VR2

127.Rmin(metode5) 0,1+f= 502

127×(159,45) f= 474,985

20.250,15 h=f=0,023 tana1= h

Dp=0,023

8,98 =0,003 tana2= fmaxh

DmaxDp=0,160−0,023

18,88−8,98 =0,014 4. Ordinat Mo pada lengkung

M0=Dp(DmaxDp)(tana1−tana2) 2Dmax

¿8,98(18,88−8,98) (0,0026−0,014) 2×18,88

¿0,026m

(45)

32

KELOMPOK 5

Untuk lengkung sebelah kanan D>Dp maka : f1=M0( DmaxD

DmaxDp)

2

+h+(DDp)tana2

¿0,026

(

18,88−18,88−8,9 89

)

2+0,023+(9−8,9 8)(0,014)

¿0,049  0,05

Untuk lengkung sebelah kiri D<Dp maka : a1

tan¿ f2=M0( D

Dp)

2

+D¿

¿0,026

(

8,989

)

2+9×0,003

¿0,053  0,05

Mencari nilai e dari : e+f1= VR2

127× Rc e+0,05= 502

127×(159) ¿0,0739=7,39 %

Karena e > 3%, maka digunakan lengkung SCS.

5. Menetukan Panjang Lengkung Peralihan (Ls) a. Berdasarkan Landai Relatif (Bina Marga) (DPGJ’99, Silvia Sukirman hal 100)

1

m=

(

e+en

)

B

Ls dengan m = 115 (tabel 4.5 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 101) Ls=m(e+e n)B

(46)

33

KELOMPOK 5

¿115x(0,1+0,02)x3,5

¿48,3m

b.Berdasarkan modifikasi SHORT (DPGJ’ 99, Silvia Sukirman hal 108)

Ls=0,022× VR3

R x C−2,727×VR. e C

Untuk nilai C berada pada 1−3m/d3 dan dalam perhitungan nilai yang digunakan adalah 1−3 m/d3 (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal 109).

i. Untuk nilai c = 1 Ls=0,022× 503

159x1−2,727×50×(0,0739)

1 =7,22m

c. Berdasarkan pencapaian 3 detik (Bina Marga) Ls=VR× t

3,6

¿50×3 3,6

¿41,67m

Jadi, nilai Ls yang digunakan adalah nilai Ls yang terbesar, yaitu Ls berdasarkan perhitungan landai relatif dengan nilai yaitu Ls = 48,3 m.

6. Menetukan bentuk lengkung horizontal untuk Tikungan I Dicoba dengan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)

(DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 120) a. Besar Sudut Spiral (θs)

θS=90× Ls π RC

¿ 90×48,3 3,14×159

¿8,70

(47)

34

KELOMPOK 5

b. Sudut Pusat Busur Lingkaran (θc)

θC=B2−2θs

¿29−2(8,7)

¿11,60 c. Panjang Busur Lingkaran

LC= θC

180× π × Rc

¿13,54

180 ×3,14×159

¿32,17m Kontrol: Lc>20m , maka lengkung yang digunakan adalah tipe S- C-S.

7. Perhitungan Titik Peralihan dari Lengkung Spiral ke Circle

a. Xs=LS(1− Ls2

40× Rc2)

¿48,3(1− 48,32 40(159)2)

¿48,188m b. Ys= Ls2

6R c

¿ 48,32 6×(159)

¿2,445m 8. Kontrol dengan p

a. P= Ls2

6R cRc(1−cosθs)

¿ 48,32

6(159)−159(1−cos 8,70)

¿0,615m

Kontrol: p>0,15m, maka tipe lengkung S-C-S dapat digunakan.

(48)

35

KELOMPOK 5

b. k=LSLs2

6R cRcsinθs

¿48,3− 48,32

6(159)−159(sin 8,70)

¿21,80m

c.

1 2B

¿ cos¿¿ ES=RC+p

¿

¿ 159+0,615 cos(1

2×29)

−159

¿5,86m

d. TS=

(

Rc+p

)

tan

(

12B

)

+k

¿(159+0,615)tan

(

12×29o

)

+21,80

¿63,08m

e. Panjang busur tikungan I (L) L=Lc+2Ls

¿32,17+2(48,3)

¿128,77m Data Tikungan II:

VR 50

Β2 290

�s 8,7

�� 11,6

Rc 159

Es 5,86

(49)

36

KELOMPOK 5

Ts 63,08

L 128,77

e 0,0739

Ls 48,3

Lc 32,17

p 0,615

k 21,80

Berdasarkan tabel diatas, maka untuk tikungan pertama dengan kecepatan rencana 50 km/jam dipilih tipe busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral-Circle-Spiral) karena memiliki nilai Lc>20m yaitu 32,17 m serta memiliki nilai superelevasi sebesar 0,0739

7) Stationing Tikungan II

Gambar 3.57 Stasioning Tikungan II Jarah titik B – C (d2) = 166 m = 0,166 km

Jarak titik C – D (d1) = 150 m = 0,150 km a. Sta.P2 = Sta.P1 + d2

(50)

37

KELOMPOK 5

= (0+381) + 166

= 0+547 b. Sta.TS2 = Sta.P2-Ts

= (0+547)-63,08

= 0+483,92 c. Sta. SC2 = Sta.TS2 +Ls

= (0+483,92) + 48,30

= 0+532,22 d. Sta. CS2 = Sta.SC2 +Lc

= (0+532,22) + 32,17

= 0+564,39 e. Sta. ST2 = Sta.CS2 + Ls

= (0+564,39) + 48,30

= 0+612,69

(51)

38

KELOMPOK 5

Gambar 3.58 Spiral Circle Spiral Tikungan II

(52)
(53)
(54)

 Lebar kendaraan rencana (b) = 2,6 m

 Jarak antar gandar (p) = 7,6 m

 Tonjolan depan kendaraan (A) = 2,1 m

b. Jumlah lajur 2 (n) = 2

c. Lebar pekerasan pada Bagian Lurus (Bn) = n ×3,5

= 2×3,5=7m d. Jari-jari pada lintasan (R) = 159 m

 Rw adalah radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya dipengaruhi oleh sudut a .

Rw=

(R+b)2+(p+A)2

Rw=

(159+2,6)2+(7,6+2,1)2

¿161,891

 B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam.

B=Rw+b

Rw2−(p+A)

7,6+2,1 161,8912−(¿)

¿161,891+2,6−¿

¿2,891m

 Off Tarcking (u)

DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 142 u=Bb

(55)

R z=0,105×50

159 =0,416 m

 Tambahan lebar perkerasan di Tikungan II (Δb):

Bt=n(B+c)+z

Dimana nilai C untuk lebar jalur 7 m adalah 1 m (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 146)

Bt=2(2,891+1)+0,416=8,198m Sehingga ∆ B :

∆ b=BtBn

¿8,198−7

¿1,198m

∆ b

2 =1,198 2

¿0,599

(56)

Jh=Vr 3,6×T+

(3,6) 2gf

¿50

3,6×2,5+

(50 3,6)

2

2×9,8×0,35

¿ 62,842 m

Jh minimum untuk Vr = 50 km/jam adalah 55 m ( TCPGJAK, Tabel II.10, hal. 21)

f. Setengah Sudut Pusat Lengkung Sepanjang L (θ) (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 148)

L=S=Jh dan R '=159 θ=90× S

π × R '

¿90×62,842 3,14×159

¿ 11,328

g. Jarak dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam (m)

(57)

Gambar 3.6 Kebebasan Samping Tikungan II

(58)

45

KELOMPOK 5

3. Perencanaan Tikungan 3

Gambar Jarak dan Sudut Tikungan Pada Tikungan III

Gambar 3.61 Jarak dan Sudut Pada Tikungan III Data-data tikungan:

a. Kecepatan rencana (VR) : 40 km/jam b. Sudut tikungan I (β1) :410

c. emax : 10%

d. Lereng melintang (en) : 2%

e. Rcoba (Rc) : 120 m

1) Menghitung Rmin dan R fmax untuk VR = 40 km/jam

(Menurut DPGJ ’99, Silvia Sukirman hal 70 ) nilai VR < 80 km/jam

f max=−0,00065V R+0,192

¿−0,00065(50)+0,192

¿0,166

(59)

46

KELOMPOK 5

(Tabel 4.1 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal.76 dan grafik hal. 70) Rmin= VR2

127(emax+fmsx)

¿ 502

127×(0,1+0,160)

¿47,363m≈47m

Berdasarkan Tabel 4.1 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 76 R min perhitungan=47,363m→ sesuai

Sehingga R min desain=47m 2) Derajat Lengkung (D)

(Menurut DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 74) D max=181.913,53(emax+fmax)

VR2

¿181.913,53×(0,1+0,166) 402

¿30.240 D=1432,39

Rc

¿1432,39 120

¿11,940

3) Menghitung distribusi nilai e dan f dengan menggunakan “Metode kelima”

(DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 86) VR=40km/jam

V

(¿¿t)=90 %×VR=90 %×40=36km/jam VRatarata¿

(60)

47

KELOMPOK 5

Rmin(metode5)= VRatarata2 127×(emax)

¿ 362 127×(0,1)

¿102,04m

Dp= 1.432,39 Rmin(metode5)

¿1.432,39 102,04

¿14,040

Apabila emax=10 % dan h=f maka:

emax+f= VR2

127.Rmin(metode5) 0,1+f= 402

127×(102,04) f=0,123−0,1 h=f=0,023m tana1= h

Dp=0,023

14,04=0,002 tana2= fmaxh

DmaxDp=0,166−0,023

30,24−14,04=0,009 4) Ordinat Mo pada lengkung

M0=Dp(DmaxDp)(tana1−tana2) 2Dmax

¿14,04(30,24−14,04)(0,002−0,009) 2×30,24

¿0,027m

Untuk lengkung sebelah kanan D>Dp maka :

(61)

48

KELOMPOK 5

f1=M0( DmaxD DmaxDp)

2

+h+(DDp)tana2

¿0,027

(

30,2430,24−11,94−14,04

)

2+0,023+ (11,94−14,04)(0,009)

¿0,040,04

Untuk lengkung sebelah kiri D<Dp maka : a1

tan¿ f2=M0( D

Dp)

2

+D¿

¿0,027

(

11,9414,04

)

2+11,94×0,002

¿0,04

Mencari nilai e dari : e+0,034= 402

127×(120)

¿0,0658=6,58 %

Karena e > 3%, maka digunakan lengkung SCS.

5) Menetukan Panjang Lengkung Peralihan (Ls) a. Berdasarkan Landai Relatif (Bina Marga) (DPGJ’99, Silvia Sukirman hal 100)

1

m=

(

e+en

)

B

Ls dengan m = 100 (tabel 4.5 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 101) Ls=m(e+e n)B

¿100x(0,1+0,02)x3,5

¿42m

b. Berdasarkan modifikasi SHORT

(62)

49

KELOMPOK 5

(DPGJ’ 99, Silvia Sukirman hal 108) Ls=0,022× VR3

R x C−2,727×VR. e C

Untuk nilai C berada pada 1−3m/d3 dan dalam perhitungan nilai yang digunakan adalah 1−3 m/d3 (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal 109).

i. Untuk nilai c = 1 Ls=0,022× 403

180x1−2,727×40×(0,0658)

1 =4,55m

h. Berdasarkan pencapaian 3 detik (Bina Marga) Ls=VR× t

3,6

¿40×3 3,6

¿33,333m

Jadi, nilai Ls yang digunakan adalah nilai Ls yang terbesar, yaitu Ls berdasarkan perhitungan landai relatif dengan nilai yaitu Ls = 33,333 m.

6) Menetukan bentuk lengkung horizontal untuk Tikungan III Dicoba dengan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)

(DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 120) a. Besar Sudut Spiral (θs)

θS=90× Ls π RC

¿90×33,333 3,14×120

¿7,960 b. Sudut Pusat Busur Lingkaran (θc)

θC=B3−2θs

¿41−2(11,94)

(63)

50

KELOMPOK 5

¿17,120 c. Panjang Busur Lingkaran

LC= θC

180× π × Rc

¿17,12

180 ×3,14×1 20

¿35,83m Kontrol: Lc>20m , maka lengkung yang digunakan adalah tipe S- C-S.

7) Perhitungan Titik Peralihan dari Lengkung Spiral ke Circle

a. Xs=LS(1− Ls2

40× Rc2)

¿42(1− 422 40(120)2)

¿26,565m

b. Ys= Ls2

6R c

¿ 422 6×(120)

¿2,45m 8) Kontrol dengan p

a. P= Ls2

6R cRc(1−cosθs)

¿ 422

6(120)−120(1−cos 7,960)

¿1,29m

Kontrol: p>0,15m, maka tipe lengkung S-C-S dapat digunakan.

b. k=LSLs2

6R cRcsinθs

¿42− 422

6(120)−120(sin 7,960)

¿22,93m

(64)

51

KELOMPOK 5

c.

1 2B

¿ cos¿¿ ES=RC+p

¿

¿ 120+1,29 cos(1

2×41)

−120

¿9,49m

d. TS=

(

Rc+p

)

tan

(

12B

)

+k

¿(120+1,29)tan

(

12×41o

)

+22,93

¿72,62m

e. Panjang busur tikungan I (L) L=Lc+2Ls

¿35,83+2(42)

¿119,83m Data Tikungan III:

VR 40

β1 290

�s 7,96

�� 17,12

Rc 120

Es 9,49

Ts 72,62

L 111.38

e 0,0658

Ls 42

Lc 35,83

(65)

52

KELOMPOK 5

p 1,29

k 22,93

Berdasarkan tabel diatas, maka untuk tikungan pertama dengan kecepatan rencana 40 km/jam dipilih tipe busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral-Circle-Spiral) karena memiliki nilai Lc>20m yaitu 35,83 m serta memiliki nilai superelevasi sebesar 0,0658.

7) Stationing Tikungan III

Gambar 3.62 Stasioning Tikungan III Jarak titik C – D (d3) = 150 m = 0,150 km Jarah titik D – E (d4) = 164 m = 0,164 km e. Sta.P3 = Sta titik P2 + d3

= (0+547) + 150

= 0+697 f. Sta.TS3 = Sta. P3 -TS3

= (0+697) – 72,62

= 0+624,38 g. Sta.SC3 = Sta.TS3 +Ls

= (0+624,38) + 42

= 0+666,38

(66)

53

KELOMPOK 5

h. Sta.CS3 = Sta.SC3 + Lc

= (0+666,38) + 35,83

= 0+702,21 i. Sta.ST3 = Sta.CS3 + Ls

= (0+702,21) + 42

= 0+744,21

(67)

54

KELOMPOK 5

Gambar 3.63 Spiral Circle Spiral Tikungan III

(68)
(69)
(70)

 Lebar kendaraan rencana (b) = 2,6 m

 Jarak antar gandar (p) = 3,4 m

 Tonjolan depan kendaraan (A) = 0,9 m

b. Jumlah lajur 2 (n) = 2

c. Lebar pekerasan pada Bagian Lurus (Bn) = n ×3,5

= 2×3,5=7m d. Jari-jari pada lintasan (R) = 120 m

 Rw adalah radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya dipengaruhi oleh sudut a .

Rw=

(R+b)2+(p+A)2

Rw=

(120+2.6)2+(7.6+2.1)2

¿122,983

 B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam.

B=Rw+b

Rw2−(p+A)

¿122,983+2,6−

122,9832−(7,6+2,1)

¿2,983m

 Off Tarcking (u)

DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 142 u=Bb

u=2,983−2,6=0,383m

(71)

z=0,105×40

120 =0,383 m

 Tambahan lebar perkerasan di Tikungan III (Δb):

Bt=n(B+c)+z

Dimana nilai C untuk lebar jalur 7 m adalah 1 m (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal. 146)

Bt=2(2,983+1)+0,383=8,350m Sehingga ∆ B :

∆ b=BtBn

¿8,350−7

¿0,350m

∆ b

2 =0,350 2

¿0,67 5

(72)

3,6 2gf

¿ 40

3,6×2,5+

(40 3,6)

2

2×9,8×0,35

¿ 45,774 m

Jh minimum untuk Vr = 40 km/jam adalah 40 m ( TCPGJAK, Tabel II.10, hal.

21)

f. Setengah Sudut Pusat Lengkung Sepanjang L (θ) (DPGJ’99 Silvia Sukirman hal.

148)

L=S=Jh dan R '=120 θ=90× S

π × R '

¿90×45,774 3,14×120

¿ 10,933

g. Jarak dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam (m) m=R '(1−cosθ)

¿120(1−cos 10,933)

¿2,178

Maka Kebebasan samping tikungan III adalah = 2,178 m

(73)
(74)

61

KELOMPOK 5

4. Perencanaan Tikungan IV

Gambar Jarak dan Sudut Tikungan Pada Tikungan 4

Gambar 3.66 Jarak dan Sudut Pada Tikungan IV Data-data tikungan:

f. Kecepatan rencana (VR) : 40 km/jam g. Sudut tikungan I (β1) : 48o

h. emax : 10%

i. Lereng melintang (en) : 2%

j. Rcoba (Rc) : 102 m

1) Menghitung Rmin dan R fmax untuk VR = 40 km/jam

(Menurut DPGJ ’99, Silvia Sukirman hal 70 )

(75)

62

KELOMPOK 5

nilai VR < 80 km/jam

f max=−0,00065V R+0,192

¿−0,00065(50)+0,192

¿0,166m

(Tabel 4.1 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal.76 ) Rmin= VR2

127(emax+fmax)

¿ 502

127×(0,1+0,160)

¿47,363m≈47m

Berdasarkan Tabel 4.1 DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 76 R min perhitungan=47,363m→ sesuai

Sehingga R min desain=47m 2) Derajat Lengkung (D)

(Menurut DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 74)

D max=181.913,53(emax+fmax) VR2

¿181.913,53×(0,1+0,16) 502

¿30,24o D=1432,39

Rc

¿1432,39 318

¿14,04o

(76)

63

KELOMPOK 5

3) Menghitung distribusi nilai e dan f dengan menggunakan “Metode kelima”

(DPGJ’99, Silvia Sukirman hal. 86) VR=40km/jam

V

(¿¿t)=90 %×VR=90 %×40=36km/jam VRatarata¿

Rmin(metode5)= VRatarata2

127×(emax)

¿ 362 127×(0,1)

¿102,047m Dp= 1.432,39

Rmin(metode5)

¿1.432,39 102,047

¿14,0 40

Apabila emax=10 % dan h=f maka:

emax+f= VR2

127.Rmin(metode5) 0,1+f= 402

127×(102,047) f=0,123−0,1 h=f=0,023m tana1= h

Dp=0,023

14,04=0,002 tana2= fmaxh

DmaxDp=0,166−0,023

30,24−14,04=0,009

(77)

64

KELOMPOK 5

4) Ordinat Mo pada lengkung

M0=Dp(DmaxDp)(tana1−tana2) 2Dmax

¿14,04(30,24−14,04)(0,002−0,009) 2×30,24

¿0,027m

Untuk lengkung sebelah kanan D>Dp maka : f1=M0( DmaxD

DmaxDp)

2

+h+(DDp)tana2

¿0,027

(

30,2430,24−14,04−14,04

)

2+0,023+ (14,04−14,04)(0,009)

¿0,05

Untuk lengkung sebelah kiri D<Dp maka : a1

tan¿ f2=M0( D

Dp)

2

+D¿

f2=0,026

(

8,984,5

)

2+4,5×0,003

¿0,05

Mencari nilai e dari : e+0,05= 502

127×(102) e=0,0732=7,32 %

Karena e > 3%, maka digunakan lengkung SCS.

5) Menetukan Panjang Lengkung Peralihan (Ls) a. Berdasarkan Landai Relatif

(DPGJ’99, Silvia Sukirman hal 100)

Referensi

Dokumen terkait

Focus: Personal safety and wellbeing cont Outcomes: LS.5, LS.11, LS.17 Students learn about: Students learn to: Integrated learning experiences, instruction and assessment