• Tidak ada hasil yang ditemukan

peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

Inventarisasi GRK adalah kegiatan untuk memperoleh data dan informasi tentang tingkat, status dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala dari berbagai sumber emisi dan serapan. Pedoman Pelaksanaan dan Pelaporan Inventarisasi GRK dimaksudkan untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan inventarisasi emisi GRK di tingkat nasional, provinsi, dan/atau kabupaten/kota. Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi: pedoman pelaksanaan inventarisasi GES; Dan. Pedoman pelaporan pelaksanaan inventarisasi GRK.

Pelaksanaan inventarisasi GRK merupakan proses yang berkesinambungan untuk memperoleh data dan informasi tentang tingkat, status dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara periodik dari berbagai sumber dan penyerap emisi.

PEMBIAYAAN

Tahapan Penyelenggaraan Inventarisasi GRK

Operator Inventarisasi GRK mengembangkan mekanisme kelembagaan untuk mengumpulkan data aktivitas yang diperlukan untuk perhitungan sesuai dengan rumus di atas. Penyelenggara inventarisasi gas rumah kaca melakukan upaya pengumpulan dan pengembangan faktor emisi lokal melalui kerjasama dengan instansi, lembaga dan perguruan tinggi yang melakukan penelitian faktor emisi. Jika faktor emisi lokal belum tersedia, maka digunakan faktor emisi lokal yang tersedia untuk wilayah lain atau faktor emisi nasional atau regional yang telah tersedia atau standar yang ditetapkan oleh IPCC.

Kumpulan faktor emisi dari berbagai negara dan wilayah dikumpulkan dalam database faktor emisi.

Gambar 1. Siklus Penyelenggaraan Inventarisasi GRK (dimodifikasi dari  pedoman IPCC 2006)
Gambar 1. Siklus Penyelenggaraan Inventarisasi GRK (dimodifikasi dari pedoman IPCC 2006)

Metodologi Perhitungan Emisi/Serapan GRK

Analisis Ketidakpastian dan Kategori Kunci E. Analisis Ketidakpastian dan Kategori Kunci

Tinjauan teknis kategori sumber/penyerapan, data aktivitas, faktor emisi, parameter estimasi, dan metode yang digunakan dalam melakukan inventarisasi gas rumah kaca; Penjaminan mutu dilakukan melalui proses review setelah inventarisasi gas rumah kaca selesai dan telah melewati proses kendali mutu. Kegiatan tersebut pada angka 2 juga memastikan bahwa pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca telah mengikuti prosedur dan standar yang berlaku serta menggunakan metode terbaik sesuai dengan perkembangan pengetahuan terkini, ketersediaan data dan didukung oleh program pengendalian mutu yang efektif.

KELEMBAGAAN INVENTARISASI GRK 1. EMISI GRK SEKTOR ENERGI

  • EMISI GRK SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PENGGUNAAN LAHAN LAINNYA (AFOLU)
  • EMISI GRK SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH

Pusat Kajian Industri Hijau dan Lingkungan; pusat data dan informasi; Direktorat Industri Minuman, hasil.

SISTEM INVENTARISASI GRK NASIONAL (SIGN) BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

  • Kategori Sumber Emisi Gas Rumah Kaca
  • Tipe/Jenis Emisi Gas Rumah Kaca
  • Pendekatan Inventarisasi Emisi GRK
  • Penentuan TIER
  • Model Dasar Penghitungan

Emisi buronan dari kegiatan produksi dan distribusi bahan bakar secara keseluruhan jauh lebih kecil daripada emisi dari pembakaran bahan bakar. Jenis GRK lain yang dipancarkan oleh pembakaran bahan bakar adalah karbon monoksida (CO), metana (CH4), N2O dan senyawa organik volatil non-metana (NMVOCs). Sumber emisi yang dipertimbangkan meliputi emisi dari pembakaran bahan bakar di masing-masing sektor dan emisi fugitif.

Hasil penilaian emisi dengan menggunakan pendekatan acuan dapat digunakan sebagai batas atas perhitungan emisi dari pembakaran bahan bakar menurut pendekatan sektoral.

Tabel 2.1  Kategori Sumber Emisi dari Kegiatan Energi
Tabel 2.1 Kategori Sumber Emisi dari Kegiatan Energi

ESTIMASI EMISI GRK DARI PEMBAKARAN BAHAN BAKAR 1. Kategori Sumber Emisi GRK

  • Metodologi Penghitungan Emisi GRK dari Pembakaran Bahan Bakar Pada Sumber Stasioner
  • Metodologi Penghitungan Emisi GRK dari Pembakaran Bahan Bakar Pada Sumber Bergerak
  • Estimasi Emisi CO 2
  • Emisi CH 4 dan N 2 O
  • Emisi CO 2

Faktor emisi: faktor emisi GRK untuk jenis tertentu menurut jenis bahan bakar dan jenis teknologi (kg gas/TJ). Emisi CH4 dan N2O dari suatu kendaraan tergantung pada jenis bahan bakar dan jenis teknologi pengendalian pembakaran. Konsumsi bahan bakar dan jumlah operasi LTO (Landing and Take-off) berdasarkan operasi (LTO dan trip).

Metodologi Tier-1 menggunakan data agregat pada konsumsi bahan bakar (gabungan darat dan penerbangan) dan faktor emisi per jenis bahan bakar yang digunakan.

ESTIMASI EMISI GRK DARI FUGITIVE 1. Kategori Sumber Emisi GRK

  • Emisi Fugitive Kegiatan Batubara
  • Emisi Fugitive Kegiatan Migas

Kategori emisi fugitif dari kegiatan penambangan batubara meliputi: (i) Emisi pertambangan, yaitu emisi dari gas yang tersimpan yang dikeluarkan selama proses ekstraksi batubara; (ii) Emisi pascatambang, yaitu emisi yang timbul selama penanganan, pengolahan dan pengangkutan batubara; (iii) Emisi oksidasi suhu rendah, yaitu emisi yang dihasilkan dari oksidasi batubara dengan oksigen di udara, membentuk CO2. Emisi buronan dari proses penambangan bawah tanah muncul dari sistem ventilasi dan degassing di mana emisi CH4 dari gas lapisan yang dilepaskan selama penambangan dikumpulkan dan disalurkan ke titik yang ditentukan. Sumber utama emisi fugitif dari kegiatan migas adalah venting, flaring, kebocoran peralatan, dan penguapan yang terjadi di tangki penyimpanan.

Pada Tier-3, estimasi emisi didasarkan pada perhitungan terperinci di setiap fasilitas utama yang menghasilkan emisi fugitif.

Tabel 2.5 Sumber Utama Emisi Fugitive Batubara
Tabel 2.5 Sumber Utama Emisi Fugitive Batubara

METODA PENDEKATAN REFERENSI (REFERENCE APPROACH)

  • Algoritma Metoda Pendekatan Referensi
  • Excluded Carbon

Kuantitas/jumlah bahan bakar primer yang diproduksi (tidak termasuk produksi bahan bakar sekunder seperti BBM dan produk turunan BBM seperti pelumas); Sebaliknya, jika stok bahan bakar dalam persediaan satu tahun berkurang, maka biaya persediaan berubah menjadi negatif. Total konsumsi bahan bakar sekunder adalah jumlah dari konsumsi nyata masing-masing bahan bakar.

Karbon yang dikecualikan adalah konsumsi bahan bakar yang harus dikeluarkan dari perhitungan konsumsi semu karena bahan bakar tersebut tidak digunakan untuk produksi energi.

Tabel 2.8.  Bahan bakar yang dapat masuk dalam kategori excluded  carbon
Tabel 2.8. Bahan bakar yang dapat masuk dalam kategori excluded carbon

RINCIAN DATA UNTUK PERHITUNGAN EMISI GRK KEGIATAN PENGADAAN DAN PENGGUNAAN ENERGI

  • Kategori Emisi GRK
  • Jenis Emisi GRK

Kandungan emisi gas CO2 untuk bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan industri manufaktur dan konstruksi. Kandungan emisi gas CO2 untuk bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan industri besi dan baja. Kandungan emisi gas CO2 spesifik/lokal untuk bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan transportasi (agregat).

Kandungan emisi gas CH4 spesifik/lokal untuk bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan transportasi (agregat). Kandungan emisi gas CO2 untuk bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan angkutan air nasional (domestik). Kandungan emisi gas CH4 untuk bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan angkutan air nasional (domestik).

Kandungan emisi gas N2O untuk bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan angkutan air nasional (domestik). Kandungan emisi gas CO2 untuk bahan bakar yang digunakan pada kegiatan lain (pertanian, konstruksi dan pertambangan). Kandungan emisi CH4 dari bahan bakar yang digunakan untuk kegiatan lain (pertanian, konstruksi dan pertambangan).

Kandungan emisi gas N2O untuk bahan bakar yang digunakan pada kegiatan lain (Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan). Kandungan emisi CO2 spesifik untuk bahan bakar yang digunakan pada kegiatan lain (Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan). Kandungan emisi gas CH4 spesifik untuk bahan bakar yang digunakan pada kegiatan lain (Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan).

Kandungan emisi gas N2O spesifik untuk bahan bakar yang digunakan pada kegiatan lain (pertanian, konstruksi dan pertambangan).

Tabel 3.1  Kategori  Sumber  Emisi  GRK  dari  Proses  Industri  dan  Penggunaan Produk
Tabel 3.1 Kategori Sumber Emisi GRK dari Proses Industri dan Penggunaan Produk

METODDE PERHITUNGAN EMISI GRK KEGIATAN PROSES INDUSTRI DAN PENGGUNAAN PRODUK

  • Pendekatan Umum Penghitungan Tingkat Emisi GRK
  • Tier (Tingkat Ketelitian)

Tier 3: estimasi berdasarkan metoda spesifik suatu negara dengan data aktifitas yang lebih akurat (pengukuran langsung) dan faktor emisi spesifik

  • RINCIAN DATA UNTUK PERHITUNGAN EMISI GRK KEGIATAN PROSES INDUSTRI DAN PENGGUNAAN PRODUK
  • PENDAHULUAN 1. Pengantar
    • Definisi Kategori Penggunaan Lahan
    • Tampungan Karbon
    • Gas Non-CO 2

Kandungan emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh produksi kaca nasional (faktor emisi standar untuk produksi kaca/kaca). Kandungan emisi gas CO2 yang dihasilkan dari produksi masing-masing jenis kaca (float glass, container glass, fiberglass). Tingkat emisi gas CO2 spesifik akibat produksi per jenis kaca (float glass, glass container, fibreglass).

Kandungan emisi gas CO2 yang dihasilkan dari produksi ethylene nasional ['Ethylene (nilai dari 0 - 2,29 ton CO2/ton produk ethylene) ditentukan berdasarkan jenis proses industri dan jenis bahan baku yang digunakan]. Kandungan emisi gas CO2 yang dihasilkan dari produksi ethylene nasional (nilai kalor untuk jenis bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi/gas yang dibakar). Kandungan emisi gas CO2 yang dihasilkan dari produksi etilen oksida nasional (nilai kalor untuk jenis bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi/gas yang dibakar).

Kandungan emisi CO2 yang dihasilkan dari produksi besi gabungan nasional (kandungan karbon dalam reduktor). Kandungan emisi CO2 yang dihasilkan dari proses produksi aluminium nasional (karbon anoda dalam reaksi konversi aluminium oksida). Kandungan emisi gas CF4 yang dihasilkan dari salah satu jenis proses produksi aluminium nasional (proses efek anoda).

Kandungan emisi gas CO2 yang dihasilkan dari proses produksi aluminium nasional (karbon anoda dalam reaksi konversi alumina). Tingkat emisi gas SF6 akibat proses produksi pengecoran magnesium (faktor emisi Mg yang digunakan untuk proses pengecoran). Tingkat emisi gas SF6 dari proses manufaktur pengecoran magnesium [Data konsumsi spesifik SF6 dalam magnesium yang digunakan di pabrik peleburan dan peleburan (ton SF6) = data emisi SF6].

Kandungan emisi gas CO2 yang dihasilkan dari proses produksi seng nasional (default data faktor emisi CO2 yang dihasilkan dari produksi 1 ton seng).

Tabel 4.1 Definisi Tampungan Karbon pada Kategori Penggunaan Lahan
Tabel 4.1 Definisi Tampungan Karbon pada Kategori Penggunaan Lahan

Tier 2 dapat menggunakan pendekatan metodologi yang sama dengan Tier 1, tetapi menggunakan faktor-faktor emisi dan perubahan simpanan yang

Semua biomassa mati dengan dimensi lebih besar dari ukuran bahan organik tanah (2 mm) dan lebih kecil dari diameter kayu mati (10 cm) mati dalam berbagai tahap dekomposisi di permukaan tanah. Akar halus pada tanah mineral atau organik (kurang dari diameter biomassa bawah tanah) termasuk dalam serasah. Ini mencakup karbon organik dari tanah organik dan tanah mineral hingga kedalaman tertentu yang dipilih oleh negara dan diterapkan secara konsisten dari waktu ke waktu.

Akar hidup atau mati dan bahan organik mati dalam tanah dengan diameter kurang dari 2 mm termasuk bahan organik tanah. Secara umum perubahan cadangan karbon pada setiap kategori diperkirakan dari perubahan seluruh cadangan karbon, sedangkan perubahan cadangan karbon tanah dapat dibedakan dengan perubahan cadangan karbon pada tanah mineral dan tanah organik. Selain 5 cadangan karbon di atas, Hasil Kayu Panen (HWP) dapat dimasukkan sebagai reservoir tambahan jika data tersedia. Emisi gas non-CO2 yang menjadi perhatian utama sektor AFOLU adalah metana (CH4) dan dinitrogen oksida (N2O), yang dapat berasal dari berbagai sumber termasuk emisi dari lahan, ternak dan pupuk kandang, serta dari pembakaran biomassa, kayu mati dan limbah. .

Tidak seperti emisi CO2, yang diperkirakan dari perubahan stok biomassa, perkiraan emisi non-CO2 biasanya melibatkan tingkat emisi dari sumber langsung ke atmosfer. Untuk mendapatkan nilai emisi gas non CO2 dapat menggunakan nilai konversi yang dihitung dari nilai emisi CO2. Tingkat Tier dibedakan dari penggunaan persamaan sederhana dengan data standar hingga penggunaan data spesifik dalam sistem yang lebih kompleks.

Menggunakan metode ini memerlukan data aktivitas spesifik per negara, tetapi untuk Tier 1 seringkali terdapat sumber data aktivitas yang tersedia secara global (misalnya laju deforestasi, statistik produksi pertanian, peta tutupan lahan global, penggunaan pupuk lahan, data populasi ternak, dll.) ) meskipun biasanya data mentah. Misalnya berdasarkan umur sapi dibedakan menjadi pedet, muda dan dewasa, berdasarkan pemberian pakan, yaitu dipelihara di padang penggembalaan dengan kandungan biji-bijian yang tinggi atau dilepas ke padang penggembalaan.

Tier 3 merupakan metode-metode orde tinggi, termasuk model-model dan sistem-sistem pengukuran inventarisasi yang dibuat untuk mengatasi

  • PETERNAKAN
    • Perhitungan Emisi Peternakan
    • Fermentasi Enterik
    • Rincian Data Untuk Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Kegiatan Peternakan
  • PERTANIAN
    • Emisi Metan dari Pengelolaan Padi Sawah
    • Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Pengapuran Tanah Pertanian
    • Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Pupuk Urea
    • Emisi Dinitrogen Oksida (N 2 O) dari Pengelolan Tanah
    • Emisi Non CO 2 dari Pembakaran Biomasa
    • Rincian Data Untuk Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Kegiatan Pertanian

Kg CH4 /ekor/tahun 3.A.1.b Kerbau (kerbau) 1 DA Total populasi kerbau (jumlah kerbau tanpa memandang umur/agregat). Kg CH4 /ekor/tahun 3.A.1.c Domba (domba) 1 DA Total populasi domba (jumlah domba tanpa memandang umur/agregat). Kg CH4/ekor/tahun 3.A.1.d Kambing (kambing) 1 DA Jumlah populasi kambing (jumlah kambing tanpa memandang umur/agregat).

Kg CH4 /ekor/tahun 3.A.1.e Unta (Unta) 1 DA Total populasi unta (jumlah unta tanpa memandang umur/agregat). Kg CH4 /ekor/tahun 3.A.1.f Kuda (Horse) 1 DA Total populasi kuda (jumlah kuda tanpa memandang umur/agregat). Kg CH4 /ekor/tahun 3.A.2.b Kerbau (kerbau) 1 DA Total populasi kerbau (jumlah kerbau tanpa memandang umur/agregat).

Kg CH4 /hewan/tahun 3.A.2.c Domba (domba) 1 DA Total populasi domba (jumlah domba tanpa memandang umur/total). Kg CH4/hewan/tahun 3.A.2.d Kambing (kambing) 1 DA Jumlah populasi kambing (jumlah kambing tanpa memandang umur/total). Kg CH4 /hewan/tahun 3.A.2.f Kuda 1 DA Total populasi kuda (jumlah kuda tanpa memandang umur/total).

EF1FR = faktor emisi untuk emisi N2O dari input N untuk sawah irigasi, kg N2O-N per (kg N input). EF2CG,F,Temp, Trop,R,P = faktor emisi untuk emisi N2O dari tanah organik yang dikelola/didrainase N untuk sawah irigasi, kg N2O-N per (ha tahun); {CG, F, Temp, Trop, R, dan P singkatan dari Lahan Pertanian dan Padang Rumput, Hutan, Beriklim Sedang, Tropis, Kaya Nutrisi, dan Miskin Nutrisi.}

Gambar

Gambar 1. Siklus Penyelenggaraan Inventarisasi GRK (dimodifikasi dari  pedoman IPCC 2006)
Tabel 2.1  Kategori Sumber Emisi dari Kegiatan Energi
      Gambar 2.1  Ilustrasi Pendekatan Sektoral dan Pendekatan Referensi  Pada  Pendekatan  Sektoral  penghitungan  emisi  dikelompokkan  menurut  sektor  kegiatan,  seperti:  produksi  energi  (listrik,  minyak  dan  batubara),  manufacturing,  transporta
Gambar 2.2  Prosedur penentuan Tier yang akan digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Emisi Sumber

 Tersedianya informasi pencapaian penurunan emisi GRK dari kegiatan mitigasi perubahan iklim daerah (RAD-GRK). Fokus Inventarisasi GRK terkait

bahwa baku mutu emisi untuk pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara sebagaimana tercantum dalam Lampiran III A dan Lampiran III B Keputusan Menteri Negara

Dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta untuk mencapai target penurunan emisi GRK dan peningkatan ketahanan terhadap perubahan iklim ini, Pemerintah

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/ 6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2023 TENTANG PENERAPAN BAKU MUTU EMISI KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M, KATEGORI N,

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor PP.21/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air

Bersih/orangm3/ Hari 1 Kantor Air minum, cuci tangan, mengepel lantai, dll 50 Grey Water 2 Mes Air minum, cuci tangan, Mencuci, mengepel lantai, dll 150 Grey Water 3 Laboratoriu