• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAWATAN MESIN DENGAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DALAM KAITANNYA DENGAN TINGKAT

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERAWATAN MESIN DENGAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DALAM KAITANNYA DENGAN TINGKAT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

lumal Riset Manajemen & Bisnis. Volume 4, lrlo 1, Juni 2009

ANALISIS

PROSES

PERAWATAN MESIN DENGAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DALAM KAITANNYA DENGAN TINGKAT

DEFECT DAN BREAKDOWN YANG TINGGI

PADA PT.

FMI JAKARTA Haryadi

Sarjono,

Edi

Santoso Endy Setiawan

Universitas Bina Nusantara, lakarta

Arko Pujadi

Universitas I ay abay a, Jakarta ABSTRACT

Quality in

produced

product

become

the

important

factor in

manufacture industry competition this time.

FMI

company as the biggest producer whole wheat

in

world always tried in order to product quality that produced may satisfied consumer desire. Problem that

faced

by

FMI

company was the high defect that exceeding standard which have determined at May-June 2009'h production.

After

research has doni, founded that the root caused

of

mctchines which doesn't work optimally. Therefore, researcher

feel

important discussing

system

of

machine treatment exist

in FMI company.

As

for

method which used

in

this

research is Stotistical Process

Control

(SPC) method

for

process quality operation, and Total Productive Maintenance (TPilrI) method

for

treatment machine system. By using the method, researcher

will

look

for

value of process capability

(cp

and

cpk)

by using map

conduct x - R, then

look

for

value

from overall

Equipment Effectiveness

(oEE)

in production process

Mill

MNO. Researcher also

will

lookfor potential cause that caused the height defect and breakdown in

Mill

MNO by Failure Mode method, Effect and

Criticality

Analysis (FMECA).In the end a repair suggestion

will

be proposed by researcher in effort

to

lessen level of defect may reduce breakdown time that become problem of

Mill

MNO.

Estimate

writing of

this skripsi may become a positive input

for

continuous improvement effort that do by

PT.

FMI Jakarta.

Keywords

: quality,

defect, map conduct

i- n, Ong,

breakdown,

FMECA,

continuous improvement

ly'ole .' Nama perusahaan dan produknya sesuai saran perusahaan disamarkan

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, persaingan dalam industri manufaktur menjadi sangat ketat dimana

tiap

perusahaan bersaing

untuk

dapat menjual produk mereka pada konsumen.

Salah satu upaya yang ditempuh untuk mencapai hal tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas

produk yang

dihasilkan sehingga

produk

tersebut dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Konsumen

juga

menjadi sangat peka terhadap masalah kualitas produk yang

(2)

ANALISIS PROSES PERAWATAN MESIN ..., Haryadi Sarjono, Edi Santoso, Endy Setiawan, Arko Pujadi

dihasilkan oleh perusahaan, sehingga pengendalian kualitas menjadi

faktor

yang sangat penting dalam industri manufaktur saat ini.

Mengikuti perkembangan teknologi yang ada, perusahaan saat ini banyak yang beralih dari sistem padat karya kepada sistem yang bersifat otomatisasi, dimana proses produksi yang dilakukan sebagian besar dikerjakan oleh mesin secara otomatis, sehingga masalah kualitas produk sangat bergantung juga kepada kinerja mesin yang dipakai perusahaan.

Tak dapat dipungkiri, tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan usaha atau laba. Hal

ini

diupayakan dengan cara meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari proses produksi

juga

dengan menekan biaya dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu, perusahaan harus berjuang untuk dapat mencapai suatu tahap produksi yang efisien, efektif, produktif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

PT.

FMI

Jakarta adalah perusahaan penggilingan tepung terbesar di dunia, dimana tepung

hasil

produksi dapat menyediakan supply sebesar

60%

kebutuhan pasar dalam negeri. Dalam menjalankan produksinya,

PT. FMI

sangat mementingkan pengendalian kualitas dari produk yang mereka hasilkan.

Hal ini

dicerminkan dari tingkat defect yang diperbolehkan dalam produksi yaitu hanya sebesar 2,5Yo dari total produksi.

Perawatan

mesin juga menjadi salah satu aspek penting yang

diutamakan oleh PT.

FMl,

karena mesin-mesin merupakan asset terbesar dari perusahaan, sehingga proses perawatannya harus dilakukan dengan baik agar dapat mempertahankan asset perusahaan dalam menjalankan produksi. Tingkat breakdown mesin harus dijaga serendah mungkin agar kerusakan mesin tidak terjadi dan mengganggu produksi yang ada. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini

akan difokuskan pada proses pengendalian kualitas yang ada pada PT.

FMI,

terutama pada

zll/ MNO

yang memproduksi tepung cap

"Piring

Terbang". Proses perawatan mesin pada

zil/

MNO juga akan dibahas dalam penelitian ini.

Tujuan dari penelitian

ini

adalah (1) Untuk mengetahui tingkat kapabilitas proses dari

mill MNO. (2)

Untuk mengetahui tingkat Overall Equipment Effectiveness dari

mill

MNO. (3) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari mill MNO.

TELAAH LITERATUR

Pengertian Kualitas

Menurut Douglas

C.

Montgomery (2001,p4), kualitas adalah kesesuaian dengan kegunaannya dan berbanding

terbalik

dengan banyaknya variasi yang ada. Barang yang berkualitas adalah barang yang dapat digunakan sesuai dengan tujuan pembuatannya, dan tidak mempunyai variasi dalam produknya. Hal

ini

sesuai dengan apa yang dikatakan Juran (1962) mengenai kualitas yaitu kesesuaian (conformance) dengan tujuan dan manfaat.

Tedapat delapan dimensi dalam membahas kualitas

yaitu: (l)

Performance. (2) Reability.

(3) Durability. (4)

Serviceability.

(5)

Aesthetlcs.

(6)

Features.

(7)

Percieved

Quality. (8)

Conformance

to

Standards. Dalam mempertimbangkan barang berkualitas, harus dipertimbangkan kedelapan dimensi tersebut.

Makin

banyak dimensi yang

dimiliki

suatu produk, makin baik kualitas produk tersebut.

29

(3)

Jumal Riset Manajemen & Br'snis. Volume 4, No 1, Juni 2009

Pengertian Pengendalian

Kualitas

Secara umum, pengendalian kualitas dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang

efektif untuk

memadukan pengembangan, pemeliharaan, dan upaya perbaikan kualitas dalam produksi, pemasaran, dan organisasi berada dalam tingkat yang

paling

ekonomis

sehingga konsumen

mendapat kepuasan

penuh. Terdapat dua

pendekatan dalam pengendalian kualitas, yaitu On-line Quality Control dan Off-line Quality Control.

On-line Quality Control mengacu pada pengendalian kualitas saat proses produksi sedang berjalan, sedangkan Off-line Quality Control mengacu pada pengendalian kualitas sebelum suatu proses produksi berjalan.

Tujuan

Pengendalian Kualitas

Tujuan utama dari pengendalian kualitas adalah untuk meminimalisir variasi dan

defect

dalam suatu proses

produksi. Variasi

adalah ketidakseragaman

dalam

sistem produksi atau operasional sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output yang dihasilkan.. Terdapat dua macam variasi, yaitu variasi penyebab umum (berasal dari dalam sistem) dan variasi penyebab khusus (berasal

dari

luar sistem). Variasi penyebab khusus yang ada dalam suatu sistem harus dieliminasi agar sistem tersebut dapat dikatakan stabil.

Defect adalah produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Defect

dapat menyebabkan konsumen

tidak

mendapatkan manfaat

dari produk

yang seharusnya didapatkan.

Hal ini

dapat menyebabkan ketidakpuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

Dengan meminimalisir

variasi

dan defect,

produk

yang dihasilkan

dari

proses produksi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan sehingga produk yang dihasilkan dapat memuaskan keinginan pelanggan.

Pengertian Statistical QualW Control

Menurut Douglas C. Montgomery (2001,

pl54),

Statistical Quality Control (SQC) adalah

kumpulan dari tools

(seven tools)

yang

digunakan

untuk

pemecahan masalah sehingga tercapai kestabilan proses

dan

peningkatan kapabilitas dengan pengurangan variasi.

Tujuan utama dari SQC menurut Gerald Smith (1996, p4), antara lain:

(l)

minimasi biaya produksi.

(2)

Memperoleh kekonsistenan terhadap

produk dan

servis

yang

memenuhi spesifikasi produksi dan keinginan konsumen.

(3)

Menciptakan peluang-peluang untuk semua anggota dari organisasi untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas.

(4)

membantu karyawan managemen

dan produksi untuk

membuat keputusan yang ekonomis mengenai tindakan yang akan diambil yang dapat mempengaruhi proses.

Seven tools dalam SQC antara

lain

adalah:

(l)

lembar periksa (checl<sheet). (2) diagram pareto.

(3)

diagram sebab akibat (fishbone).

(4)

diagram batang (histogram). (5) diagram tebar (scatter). (6) diagram alir (flowchart). (1) peta kendali (control chart). Seven

tools tni

digunakan dalam proses pengendalian

kualitas

agar proses

yang

ada dapat mencapai tingkat kualitas yang diinginkan.

(4)

ANALISIS PRoSES PERAWATAN MESIN ..., Haryadi Sarjono, Edi Santoso, Endy Setiawan, Ad<o Pujadi

Pengertian Kapabilitas Proses

Kapabilitas proses adalah rasio dari rentang toleransi dengan variasi proses natural

(Montgomery, 2001, p358).

Kemampuan suatu proses

dalam

memenuhi batas-batas

spesifikasi hanya boleh dihitung

apablla

proses

tersebut

berada dalam

batas-batas pengendalian statistikal.

Artinya,

proses tersebut

tidak

boleh

memiliki

variasi penyebab khusus, sehingga

variasi yang

ada hanya

variasi

umum,

yang berarti variasi

tersebut merupakan refleksi dari apa yang mampu dicapai proses tersebut.

Indeks

Kapabilitas Proses dapat dimengerti sebagai sebuah pengukuran dari seberapa baik performa dari proses tersebut. Kemampuan suatu proses dalam memenuhi spesifikasi merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur seberapa baik suahr proses.

lndeks Kapabilitas yang digunakan tidak memiliki dimensi sehingga dapat digunakan pada segala bidang dan tidak tergantung pada parameter produk tersebut.

Pengertian Maintenanc

Maintenance atau perawatan mesin dapat didefrnisikan sebagai usaha untuk menjaga atau mempertahankan dalam kondisi yang awet (Levitt, 2003,p200). Menurut Blanchard et

al. (1995, pl5), maintenance adalah semua kegiatan yang dibutuhkan

untuk

mempertahankan suatu sistem atau produk, atau memperbaiki sehingga dapat berada dalam suatu kondisi operasi yang diharapkan.

Dalam perusahaan dimana proses produksi yang dijalankan sudah bersifat otomatisasi, perawatan mesin menjadi sangat signifikan karena

bila terjadi

breakdown pada mesin, kerugian akibat produksi yang terhambat sangat besar. Oleh karena

itu,

perusahaan yang memakai sistem otomatiasi harus mengutamakan proses perawatan mesinnya agar dapat berjalan dengan efektif dan efi sien.

Dalam

perawatan mesin terdapat kerugian

yang

harus

dihindari yang

biasanya disebut sebagai Six Big los.iess, yaitu:

(l)

Breakdown due to equipmentfailure. (2) Setup and adjustment. (3) Idling and minor stoppages. (4) Reduced Speed. (5) Defects in process and rework. (6) Reduced Yield. Hal-hal inilah yang harus dihindari dengan cara melakukan perawatan mesin dengan baik.

Pengertian Totql Productive Maintenance

Total Productive Maintenance (TPM) adalah sistem Preventive Maintenance yang dilakukan

oleh

semua karyawan melalui aktifitas grup-grup

kecil.

Seperti halnya TQC,

TPM

adalah sistem maintenance yang dilakukan pada level companywide (seluruh aspek perusahaan) (Nakajima, 1988). Menurut Blanchard et a1.(1995,

pl7), TPM

adalah konsep perawatan mesin yang terintegrasi, dimana pendekatan

yang dipakai

adalah top-down, berorientasi pada sistem, dan memperhitungkan

faktor life-cycle,

dengan tujuan utama untuk memaksimalkan produktifitas.

Tujuan dari TPM antara lain: (1) maksimasi efektifitas peralatan.

(2) perkembangan sistem Productive Maintenance

untuk

masa

hidup

suatu peralatan. (3)

melibatkan

semua departemen

yang

merencanakan, mendesain, menggunakan, atau memelihara peralatan dalam implementasi

TPM.

Departemen

yang terlibat

antara lain Engineering, Desain, Produksi, dan Maintenance.

(4)

dengan

aktif

melibatkan semua

karyawan dari

manajemen

tingkat atas sampai pada pekerja lantai produksi.

(5)

31

(5)

Jumal Riset Manajemen & Br?nrb. Volume 4, No 1, Juni 2009

Mempromosikan TPM melalui manajemen motivasi dengan cara

Autonomous Maintenance.

l.

Pengertian Overall Equipment Effectiveness

Overall Equipment

Effectiveness

adalah suatu metode

pengukuran tingkat efektifitas pemakaian suatu peralatan atau sistem dengan mengikutsertakan beberapa sudut pandang dalam proses perhitungan tersebut. Sudut pandang yang diikutsertakan dalam perhitungan antara lain adalah tingkat availability, tingkat performance, dan tingkat quality dari suatu mesin atau sistem.

Dalam perhitungan OEE, kesemua

faktor

dalam srx

big

losses dihitung, sehingga tingkat efektifitas mesin yang

dihitung

dalam

OEE

merupakan tingkat efektifitas

nett

(bercih).

Tetapi, terkadang keterbatasan pencatatan data menjadi suatu penghalang yang sangat besar dalam perhitungan OEE. Seringkali suatu perusahaan tidak mau mengeluarkan biaya yang besar unfuk mencatat setiap data

yang

ada, sehingga terkadang antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya terdapat perbedaan dalam proses perhitungan OEE terutama dalam data yang dipakai.

Masih menurut Nakajima (1988,p28), kondisi ideal suatu perusahaan adalah dimana

nilai oEE yang dicapai

adalah sebagai

berikut: Availability : greater than 90

o/o,

Performance greater than 95yo, Quality greater than g9yo,

sehingga

Overall Equipment Effectiveness: greater than 85oh.

2.

Pengertian

Fsilure

Mode, Effect and Criticality Anatysis

Menurut Blanchard et al.(1995, p235),

FMECA

adalah suatu teknik desain yang digunakan

untuk

mengidentifikasi

dan

menginvestigasi secara sistematis kelemahan

potensial

sebuah

sistem (produk atau

proses).

FMECA meliputi metodologi

untuk memeriksa semua cara dimana suatu kegagalan sistem dapat terjadi, efek potensiat dari kegagalan pada performa sistem dan keamanan, dan tingkat keseriusan dari efek tersebut.

Dalam pembuatan

FMECA,

setiap kemungkinan penyebab potensial yang

te{adi

harus

dicari,

ditentukan

tingkat kritikalitas

efeknya terhadap sistem,

dan dicari

solusi pemecahan masalahnya.

Tingkat kritikalitas

suatu penyebab

dapat ditetukan

dengan menggunakan Risk

Priority

Number yang dicari dengan menentukan

nilai-nilai

dari tingkat Severity, Occurance, dan Detectability. Setelah efek suatu penyebab diketahui, penyebab

dengan nilai RPN tertinggi harus diprioritaskan untuk diselesaikan agar

tidak mempengaruhi sistem.

METODA PENELITIAN

Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian studi kasus. Dimana menurut consule (Husein, 2001, p56),jenis penelitian

ini

merupakan jenis penelitian terinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalu. Dalam penelitian ini, obyek penelitiamya adalah PT.

FMI

Jakarta yang berada didaerah Tanjung priok, pada

mill

MNO. Metode yang dipakai dalam pengendalian kualitas adalah metode SQC dan pada

(6)

ANALISIS PROSES PERAWATAN MESIN ..., Haryadi Sarjono, Edi Santoso, Endy Setiawan, Arko Pujadi

perawatan mesin adalah

TPM.

Time Horison yang digunakan bersifat Time Series yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu.

Teknik

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dalam mengumpulkan informasi adalah:

1.

Penelitian Lapangan (Field Research)

Dilakukan untuk memperoleh data primer, dilakukan dengan mendatangi perusahaan sehingga kebutuhan akan data

pokok

dapat terpenuhi. Teknik pengumpulan datanya dengan cara:

(l)

wawancara dengan pihak perusahaan. (2) observasi lapangan.

2.

Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian

ini dilakukan untuk

memperoleh

data

sekunder

yang

dapat menunjang penelitian yang diperoleh dari buku literatur, artikel, jurnal-jurnal, dan melalui intemet.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penentuan

Produk

dan Kategori yang

diteliti

Produk yang diteliti dalam penelitian ini

adalah

produk

tepung

terigu

hasil produksi PT.

FMI

dengan merek dagang "Piring Terbang" sebagai produk premium tepung

terigu untuk

pasar domestik. Pada saat

penelitian yaitu dari bulan April-Juni

2009, ditemukan bahwa tingkat defect pada bulan Mei dan Juni 2009 sangat tinggi melebihi batas yang ditentukan oleh PT.

FMI

yaitu bulan Mei 4.425oh dan bulan J:urrri 5.495%o.

Dalam produksi tepung

"Piring

Terbang", kategori kualitas yang harus dipenuhi antara lain adalah:

(l)

kadar protein. (2) kadar kelembaban (moisture). (3) kadar kekotoran (ash). Kategori kualitas yang akan

diteliti

akan dicari dengan cara membuat diagram pareto terhadap ketiga kategori tersebut.

aa -) -)

(7)

Jumal Riset Manajemen & Bisnt's. Volume 4, Irlo 1, luni 2009

Gambar

1.

Gambar Diagram Pareto

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2009)

Dari

pembuatan diagram pareto, ditemukan bahwa kategori moisture merupakan kategori yang paling banyak menyebabkan defect pada produksi, sehingga dalam penelitian

ini

data yang akan diateliti adalah dari kategori moishtre.

Pembuatan Peta

Kendali i

- R

Setelah data-data test moisture dikumpulkan, akan dibuat peta

kendali i - n,

karena datayang dikumpulkan bersifat data variabel dan besarnya sampel berkisar antara 2<n<10. setelah dibuat peta kendali lemyata perlu revisi, sehingga hasil revisinya adalah sebagai berikut:

(8)

ANALISIS PR0SES PERAWATAN MESIN ..., Haryadi Sadono, Edi Santoso, Endy Setiawan, Afto Pujadi

.i-flfl

,l.q:#

Gambar

2.

Gambar Peta

Kendali x

- R Revisi

14.5466 - 13.99s0

::.::.:.1:::=l;xilii I

.8,*rit-irri+i:,,

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2009)

Setelah semua data berada

di

dalam batas kendali, yang berarti

tidak

terdapat variasi penyebab khusus pada sistem, maka selanjubrya akan dicari

nilai

dari kemampuan proses tersebut dengan menghitung kapabilitas proses.

Perhitungan Kapabilitas Proses

R 0.2853

s: -

:0.1126

dz 2.534

USL_ LSL

cp

= ---:- :

6s

X_LSL

CPL:

-:

3s

USL_X

CPU:

-

:

3s

6*0.tt26

14.2708- 13.99s0

3*0.1L26 145466-t4.2708

O.ssl6

:0.8165

0.67s6

0.2758

:0.8165

0.3378

0.2758

:0.8165

0.3378

3*0.1126

35

(9)

Jumal Riset Manajemen & Bisnis. Volume 4, No 1, Juni 2009

Cpk: Min

(CPL;CPU)

Cpk: Min

(0.8165; 0.816s)

Cpk:0.816s

Nilai

Cp sebesar 0.8 165

<

I , berarti kapabilitas proses penggilingan tepung

"Cakta

Kembar" berada dalam tahap yang kurang baik.

Hal ini

dapat disebabkan karena

nilai

Cp yang dihitung adalah bersifat jangka pendek (short term) dimana periode yang dihitung hanya dua bulan produksi.

Oleh

karena

itu, nilai Cp ini tidak

mencerminkan stabilitas proses jangka panjang.

Nilai Cpk

sebesar 0.8165 dapat dikatakan sama dengan

nilai Cp

yang berarti proses cenderung berada mendekati

batas

tengah (centered).

Nilai Cpk <1,

berarti kemampuan sesungguhnya dari proses tersebut kurang baik dan harus dilakukan perbaikan yang besar untuk memenuhi batas

6o

(six sigma).

Pembuatan

FMECA

defect

tinggi

Tabel 1.

Tabel Dokumentasi

FMECA

a::.:i7/./.(,4n1

ffil

lr W,?/+

W.#:=

Kffi

ulx::.

lR?,14i ii):ii

t':ia;;;7////tli li\

S41-.::.4..::1::::1,,:;l

\));;;ffi

'iwffi,#,i

llllW::,:.-,i

Proses Produksi

tepung

"Cakra Kembar"

Tingkat Defect yang

tinggi dan kapabilitas proses yang

rendah

Pemahaman terhadap Pengendalian Kualitas Kurang

5 2 5 50

Operator diberikan penekanan

orientasi terhadap kualitas Pemahaman

terhadap Mesin dan Proses Kurang

5 1 4 60

Operator diberikan training tentang

mesin dan Droses

Bahan Baku

kurang baik 8 4 4 128

Pemilihan jenis gandum yang

baik dan penyimpanan

yang baik Tidak ada Standar

dalam setting 5 2 3 30

Dibuat standar setting mesin

yang baku Mesin tidak

beroperasi optimal

-1 6 6 252 Downtime

harus dikurangi

(10)

ANALISIS PROSES PERAWATAN MESIN ..., Haryadi Sarjono, Edi Santoso, Endy Setiawan, Arko Pujadi

Perawatan mesin harus direncanakan dengan baik Hasil Pengolahan Data PT.

FMI

(2009)

Tabel 2.

Tabel Peringkat RPN

Sumber : Hasil Pengolahan Data PT.

FMI

(2009) Analisa Perawatan Mesin pada PT. Bogasari

Dari

hasil pembuatan

FMECA,

ditemukan bahwa penyebab utama tingkat defect yang tinggi pada

mill MNO

adalah karena faktor mesin. Mesin pada Mrl/

MNO

tidak dapat beroperasi

optimal

karena sering

te{adi

breakdown dan produktifitas mesin berkurang karena

umur mesin

sudah

tua,

sehingga dalam penelitian

ini

dirasa

penting

untuk membahas

dan

menganalisa proses perawatan

mesin pada Mrl/ MNo. Mrl/ MNo

sebenarnya

sudah memakai sistem

perawatan

mesin dengan metode TpM,

tetapi pelaksanaan

dari

metode

ini

masih

belum

maksimal. Perencanaan

jadwal

maintenance terlihat seadanya, tidak detail, dan tidak ada pengecekan apakah pekerjaan sudah dilakukan sehingga perawatan mesin belum optimal.

Dari hasil penelitian lebih lanjut, ditemukan bahwa tingkat breakdown yang terjadi pada

mill MNO

pada bulan

Mei

dan Juni 2009 sangat tinggi yaitu pada bulan

Mei

sebesar 28,17 jam dan pada bulan Juni sebesar 21,58

jam.

Setelah dilakukan wawancara, ternyata terdapat suatu tren musiman dimana tingkat breakdown

Mill

M,NO meningkat tajam karena pada bulan-bulan tertentu permintaan tepung terigu menin gkat tajam karena dipengaruhi hari raya Lebaran dan Natal, sehingga pada saat-saat

ini

mesin harus berkerja kontinyu dan kurang

waktu

istirahat, sehingga breakdown mesin menjadi

tinggi.

Dalam menganalisa kemampuan mesin, penelitian akan difokuskan dengan mencari

nilai

Overall Equipment Effectiveness dari

Mll/

MNO.

Perhitungan Overall Equipment Effectiveness

loadingtime - downtime

Produktifitas

Mesin Berkurang 210

Mesin Tidak Beroperasi Ootimal Produktifitas Mesin

Pemahaman terhadap Mesin dan Proses Kuran Pemahaman terhadap Pengendalian Kualitas Tidak ada standar dalam setti

Availabiity (operating rate)

:

loadingtime

37

(11)

Jumal Riset Manajemen & Bisnis. Volume 4, No 1, luni 2009

844.38-

49.75

Availability(operatingrate): g443S

Availability (operating rate)

:

0.941 I

P erJbrmanc e Rate CK

-

actu al c ap aci ty C

K

idealcapacitycK

Performance Rate

CK- 40'379'14

4T,667

Performance Rate

CK:

0.9691

- input - defects

Quality

- Rate: ---- lnput

.

_ 22,766,447 -1,112,704

Oualin

' Ratu: 22,766,447

euatity Rate

: 2l'653'7 43 22,766,447

Quality Rate -- 0.951 I

OEE

:

Avail ab il ity * P erformance

*

Quality, dimana

Availability:

0.941I

Performance:

0.9691

Quality:

0.9511, sehingga :

oEE :

0.94t1

*

0.9691

*

0.951I

oEE:0.8674

OEE:86.74Yo.

Meskipun

nilai OEE

yang dicapai sudah ideal, tetapi

tingkat

breakdown yang terjadi masih sangat

tinggi,

sehingga kemungkinan untuk melakukan improvement sangat tinggi.

Pembuatan

FMECA

breakdown

tinggi

(12)

ANALISIS PRoSES PERAWATAN MESIN ..., Haryadi Sarjono, Edi Santoso, Endy Setiawan, Arko Pujadi

NiiinE i4p.i#

::l.

Proses Perawatan Mesin PT. FMI

Tingkat Breakdown yang tinggi

Kurangnya autonomous maintenance

7 4 5 r40

Dibuat team untuk melakukan outonomous maintenance

rutin

Pemahaman Operator terhadap Mesin dan

Proses Kurang

5 J 4 60

Operator diberikan training

tentang mesin dan

nl"oses

Umur mesin sudah

tua 6 5 4 120

Penyesuaian desain mesin dan

settins Setting mesin belum

sesuai dengan QG yang baru

6 4 4 96

Dibuat standar setting yang

baru

Sistem Perawatan

mesin belum optimal 7 7 6 294

Sistem perawatan

yangada harus diperbaiki Kurangnya waktu

istirahat mesin 6 6 5 180

Perawatan preventif mesin secara

berkala Sumber : Pengolahan data Maintenance

Mill MNO

PT.

FMI

(2009)

Tabel 3.

Tatrel Dokumentasi

FMECA

Tabel 4.

Tabel Peringkat RPN

ilVi,ifibilWll/,4

ilrffi

I Sistem Perawatan Mesin tidak optimal 294

2 Kuransnva waktu istirahat mesin t80

J K rrransnva autonomous maintenance 140

4 Umur mesin sudah tua

t20

39

(13)

Jumal Riset Manajemen & Bisnis. Volume 4, lVo 1, Juni 2009

mesin belum sesuai

Sumber : Pengolahan data Maintenance

Mill MNO

PT.

FMI

(2009)

Dari hasil

pembuatan

FMECA, ditemukan bahwa

penyebab

utama

tingkat breakdown yang

tinggi

adalah karena sistem perawatan mesin pada

Mill MNO

belum optimal karena sistem perawatan mesin yang sudah diterapkan tidak dapat mengantisipasi tingkat breakdown pada waktu-waktu puncak, sehingga suatu sistem perawatan mesin yang menyeluruh dan detail harus dibuat dan dijalankan dengan konsisten.

Usulan Penerapan

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, didapat

nilai

OEE pada PT.

FMI

sebesar 86,740/0, meski

nilai

tersebut cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan lebih baik lagi, salah satunya adalah dengan cara mengatasi tingkat breakdown yang

tinggi

yang sering menjadi tren setiap tahunnya.

Oleh karena itu perlu diusulkan beberapa alternatif perbaikan yang efektif pada perusahaan agar didapat hasil yang

lebih

optimal, adapun usulan perbaikan tersebut adalah sebagai

berikut:

l.

Dalam menunjang

TPM

agar bagian produksi mempunyai

tim-tim kecil

yang dapat melakukan Autonomous Maintenance

(AM)

secara konsisten dan

berkala.

Meskipun tindakan perawatan yang dilakukan hanya tightening (mengencangkar), lubricating

(melumasi), dan cleaning

(membersihkan),

tetapi

dengan perawatan dasar yang berkala, hasil yang didapatkan dapat memperpanjang waktu hidup

(life

span) mesin yang

ada.

Terdapat

7

langkah (seven steps) dalam membuat program

AM,

perlunya melakukan hal-hal tersebut dibawah ini, antara lain :

. Initial

Clearning (pembersihan awal)

Dalam langkah ini dilakukan pembersihan awal terhadap lingkungan kerja dan mesin yang ada.

.

Countermeasures of

Dirt

(langkah untuk mengatasi sebab dan efek kotoran).

Penetapan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi penyebab dan efek yanmg dihasilkan oleh kotoran.

o

Standard ofLubricating and Cleaning (standar dalam lubrikasi dan kebersihan).

Penerapan standar dalam melumasi mesin, lama pemakaian, jadwal dan proses pembersihan.

o

General Inspection (inspeksi secara umum)

Penetapan jadwal inspeksi umum terhadap semua mesin secara menyeluruh, dapat dilakukan dengan kerjasama dengan departemen maintenance.

.

Autonomous Inspectioz (inspeksi oleh tim-tim kecil)

lnspeksi oleh

tim-tim kecil

yang dilakukan secara rutin untuk mencari kerusakan kecil atau kerusakan yang tidak terdeteksi (hidden causes).

o

Organization and Tidiness (keteraturan dan kerapihan)

(14)

2.

-r-

4.

ANALISIS PR0SES PERAWATAN MESIN ..., Haryadi Sarjono, Edi Santoso, Endy Setiawan, Afio Puiadi

Seiri (Organization) dan Seiton (Tidiness) diusahakan dalam perusahan, dimana tercipta suatu keadaan yang teratur dan

rapi

dimana semua dijalankan dengan sistematis.

o

Full Autonomous Maintenance

Setiap karyawan dapat menjaga

dan

memelihara peralatan

yang

ada, dimana tercipta suatu keadaan yang harmonis antara departemen maintenance dengan departemen produksi, bekerjasama untuk menghilangkan downtime dan defects.

Jadwal dan program dalam Autonomous Maintenance juga harus dibuat dengan detail dan berkala. Dengan adanya jadwal dan program

AM,

perawatan dasar dapat dilakukan dengan rutin, dan dengan cara yang jelas, contohnya melakukan lubrikasi tiap 10 menit sebelum dan sesudah shift produksi, 30 menit pada akhir minggu dan I jam pada akhir bulan.

Manajemen juga harus mengusahakan agar work environment (lingkungan kerja) yang ada mendukung program yang akan dilakukan. Lingkungan kerja yang dimaksudkan bukan hanya lingkungan

fisik

semata, tetapi juga harus diperhatikan aspek psikologis

dari

para pekerja. Dengan lingkungan

ke{a

yang bersih dan menyenangkan, para pekerja akan lebih termotivasi untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaan.

Salah satu aspek terpenting dalam

TPM

adalah pelaksanaan Preventive Maintenance

(PM). PM

harus dilakukan secara

rutin,

dengan serius dan konsisten.

PM

terutama sangat penting saat

PT. FMI

mencapai

"High

Season" dimana permintaan tepung meningkat, biasanya menjelang

hari

raya Lebaran dan Natal. Dengan program PM yang baik, dimana perawatan berkala dilakukan secara rutin, berdasarkan desain mesin, tingkat breakdown yang terjadi pada saat tersebut seharusnya dapat diatasi. Dalam hal

ini,

diperlukan

juga

suatu metode

Predicitive

Maintenance

(PdM)

dimana dengan metode ini, perusahaan dapat melakukan suatu prediksi berdasarkan tren-tren yang ada pada masa

lalu

sehingga breakdown yang

te{adi

dapat diperkirakan dan diantisipasi lebih awal.

Dengan Pdm, dapat dibuat suatu jadwal preventive maintenance yang

baik

dengan memperkirakan kapan breakdown selanjutnya akan terjadi. Dengan

jadwal

preventif

yang baik, life cycle dari mesin yarg

ada akan

menjadi lebih

panjang sebelum mencapai tahap w ear-out.

Dalam implementasinya, memang preventive maintenance tidak dapat mengeliminasi downtime secara menyeluruh. Dalam

hal ini,

perusahan harus dapat membuat suatu metode perbaikan (corrective maintenance) yang inovatif dan original, dimana metode tersebut dapat menyelesaikan masalah

yang

ada dengan

efisien dan efektif

(on- condition maintenance atau condition based- maintenance). Kerusakan yang ada tidak dapat disama-ratakan karena tiap kerusakan selalu berubah-ubah berdasarkan kondisi yang ada. Dengan on-condition maintenance, perawatan mesin diharapkan menjadi kreatif dengan improvisasi untuk menyelesaikan masalah dengan cepat.

Program

TPM

yang sudah dijalankan oleh perusahaan

juga

harus terus dipantau dan dianalisa perkembangan dan hasilnya. Masalah-masalah yang

timbul

harus dianalisa dan dicari solusinya sehingga tujuan dari TPM yakni zero defect dan zero breakdown dapat tercapai.

Bila

memungkinkan, program

TPM

yang ada diikutsertakan dalam kompetisi produktifitas seperti PM Prize di Jepang.

5.

6.

7.

41

(15)

& Bisnis. Volume 4, No 1, luni 2009

8.

Setelah program TPM yang ada dipantau dan dianalisa dan hasilnya diketahui, tujuan- tujuan baru harus dibuat (set new goals). Tujuan yang dibuat tentu saja harus

mefibihi apa yang sudah dicapai pada periode

sebelumnya.

Tujuan

tersebut

bisa

saja memperbaiki kekurangan yang

terjadi

atau meningkatkan standar pencapaian yang harus diraih.

9.

Continous Improvement harus terus digalakkan dan harus menjadi motto perusahaan sehingga perusahaan harus mencapai suatu tingkatan dimana perbaikan menjadi suatu hal yang diutamakan.

SIMPULAN DAN

SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa simpulan, antara

lain:

o

Jumlah defect tepung

"Piring

Terbang" pada bulan

Mei

dan Juni

2009

pada

mill

MNO adalah sebesar 7,112,704 kilogram tepung

. Nilai

kapabilitas proses dari

zil/ MNO

didapatkan sebesar

Cp:0.g165,

dimana

nilai ini

menunjukkan bahwa kemampuan proses produksi pada

mill MNo

kurang baik, dan perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan proses.

o

Dari hasil perhitungan

OEE mill

MNO didapat nilai-nilai sebagai berikut : a).

Nilai avaibility =

0,9411,

b). Nilai performance:0,9691, c). Nilai quality:0,9511,

sehingga

nilai

OEE adalah 86,J4oh, tetapi tingkat breakdown bulan

Mei

dan Juni 2009 sangat tinggi yaitu 28,17 jam dan 21 .58 jam.

. Dari

hasil pembuatan

FMECA,

penyebab potensial yang menyebabkan tingginya tingkat breakdown pada bulan Mei-Juni 2009, adalah karena mesin-mesin yang ada tidak dapat beroperasi secara optimal, karena beberapa mesin

memiliki

umur yang tua dan kurangnya waktu istirahat mesin.

Saran

Sebagai

implikasi dari

hasil penelitian

ini

maka dapat disarikan beberapa saran adalah sebagai berikut :

o

Manajemen tingkat atas pada PT.

FMI

harus memberi prioritas dan perhatian yang penuh dalam usaha perawatan mesin (maintenance) secara berkesinambungan.

o Training dan edukasi harus diberikan bagi karyawan agar mereka

dapat mengoperasikan, memelihara

dan

melakukan perbaikan terhadap mesin-mesin secara benar dan baik.

.

Suatu program autonomous maintenance harus dibuat untuk menentukan standar pekerjaan,

jadwal

pengeq'akan dan sebagai tindakan

kontrol

atas apa yang sudah dikerj akan sebelumnya.

o

Metode corrective maintenance yang dipakai harus selalu berinovasi,

kreatif

dan original untuk mengatasi setiap perubahan yang ada dilapangan, sehingga perbaikan mesin dapat dilakukan dengan cepat.

(16)

ANALISIS PRoSES PERAWATAN MESIN ..., Haryadi Sarjono, Edi Santoso, Endy Setiawan, Afio Pujadi

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, (2005), Prinsip-prinsip Riset Operasi, Erlangga, Jakarta

Blanchard, Benyamin

S.,

(1976), Engineering Organization

and

Management, Printice Hall., lnc, Englewood Cliffs, NJ.

Blachard, Benyamin S., Verma, Dinesh, Peterson, Elmer

L.,

(1995), Maintainability, a key

to

effective serviceability

and

Maintenance Management. Jokn

Willey &

Sons

Canada

Crosby, Philip B., (1979), Quality is Free. The New American Library, Inc., New

York

Figenbaum,

A. V.,

(1983), Total

Quality Contol,3rd

ed.

McGraw-Hill Book

Co, New

York.

Heizer, Jay & Render, Barry., (2005), Prinsip-prinsip Manajemen

Operasional, (terjemahan) Edisi ke tujuh,

jilid I

dan2, Salemba Empat, Jakarta.

Herjantor, Eddy, (2005), Manajemen Produksi dan Operasi, Grasindo, Jakarta

Gaspersz,

Vincent, (1998), Statisticql Process Control : Penerapan

Telcnik-teknik

Statistikal dalam

manajemen

Bisnis Total.

Yayasan Indonesia Emas, lnstitut VINCENT, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Juran, Joseph

M.,

(1988), Quality Control Handbook,4th ed.

McGraw-Hill

Book Co, New York.

Levitt,

Joel (2003), Complete Guide to Preventive and Predictive Maintenance, InLdustrral Press, USA.

Lungan, fuchard, (2006), Aplikasi Statistika dan Hitung Peluang, Graha llmu, Jakarta Montgomery, Douglas C., (2001), Introduction to Statistical Quality

Control.4th

Edition

John Wiley

&

Sons, Canada.

Mulyono, Sri., (2004), Riset Operasi,Lembaga Penerbit FEUI., Jakarta

Nakajima, Seiichi, (1988), Introduction to TPM : Total Productive

Maintenance.

Productivity Press, Cambridge,

MA.

Nasution, Arman H., (2006), Manajemen Industri, Penerbit Andi, Surabaya.

Newbrough,

8.T.,

(1960),

Effictive

Maintenance Management,

McGraw-Hill

Book, Co, New York.

Pyzdek, Thomas, (2002),The Six Sigma Handbook, Salemba Empat, lakarta.

Patton, Joseph D., (1995), Preventive Maintenance, lnstrument Society of America, USA.

Shim, Jae

K. &

Siegel, Joel

G.,

(2002), Operations Management, Barron's Educational series., Inc. New York.

Taylor,

Bernard

W. lll,

(2001), Sains Manaiemen, Pendekatan Matematika dan Bisnis, (terjemahan) ,

jilid

2, Salemba Empat, Jakarta

43

Referensi

Dokumen terkait

Six Big Losses yang menyebabkan kerugian tersebut diantaranya adalah: Kerugian karena kerusakan peralatan (Breakdown Losses), kerugian karena pemasangan peralatan (Set-up

Metode perawatan yang selama ini digunakan masih bersifat corrective maintenance dimana kegiatan perawatan mesin dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi

Pada pilar ini direkomendasikan agar operator perawatan melakukan perawatan mandiri pada komponen gearbox aus yang disebabkan karena lifetime habis dengan

Downtime Losses (Availability) terdiri dari : Breakdown Losses/Equipment Failures yaitu kerusakan mesin/peralatan yang tiba-tiba atau kerusakan yang tidak diinginkan

Downtime adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin (equipment failures) mengakibatkan mesin

Perencanaan perawatan dengan metode RCM diperoleh bahwa kegiatan perawatan F.O Service Pump pada sistem bahan bakar mesin induk kapal ikan lebih optimal apabila

Downtime Losses (Availability) terdiri dari : Breakdown Losses/Equipment Failures yaitu kerusakan mesin/peralatan yang tiba-tiba atau kerusakan yang tidak diinginkan tentu

Pareto Diagram Data Breakdown Terbesar Peninjauan riwayat kegagalan Loading Arm selama periode 2020 hingga 2022, log Operasi dan catatan notifikasi SAP menyoroti masalah utama yang