Analisis Perbandingan Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Bali
Oleh: Rizky Meliana Siagian 2101112689 Dosen Pengampu: Dr. Umi O Retnoningsih, MA
Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau
Email: [email protected]
Abstrak
Kantong plastik telah menjadi permasalahan limbah lingkungan yang sulit untuk diurai meskipun sudah bertahun-tahun. Plastik tidak akan mudah hancur dan diuraikan oleh alam. Sampah plastik saat ini menjadi perhatian khusus karena jumlahnya yang sudah terlampau banyak dan merusak lingkungan. Dalam penelitian ini, akan dikaji perbandingan implementasi kebijakan pengeloaan sampah plastik terhadap timbunan sampah yang terus mengalami peningkatan.
Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan implementasi kebijakan pengeloaan sampah di DIY Bali serta efisiensi cara yang digunakan oleh kedua provinsi. Mengetahui metode pemantauan dan pengelolaan yang dilakukan kedua provinsi serta perubahan kualitas lingkungan hidup yang diakibatkan kebijakan pengelolaan sampah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengambilan data menggunakan kuisioner. Hasil penelitian ini yaitu Bali secara pengetahuan dinilai sedikit lebih paham tentang kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, dampak sampah plastik terhadap lingkungan hidup dan cara mengelola sampah plastik. Kebijakan yang dikeluarkan oleh kedua provinsi dinilai telah mampu mengurangi sampah plastik. Namun untuk upaya pengeloaan sampah plastik dan implementasi kebijakan dari pemerintah Bali lebih unggul dibanding DIY. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat di Bali menjadi salah satu kunci implementasi kebijakan yang berjalan dengan baik sehingga terjadi perubahan sosial.
Kata kunci : Perbandingan, Sampah Plastik, Kebijakan
Pendahuluan
Kantong plastik menjadi salah satu material yang sering kita gunakan karena mudah didapatkan, ringan, tahan air dan murah. Tingginya jumlah penggunaan plastik di Indonesia yang tidak sampai ke tahap pendaurulangan menjadi masalah yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan dimasyarakat.
Plastik yang tidak terurai menjadi ancaman ekosistem dan berdampak pada kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kebakaran dan hal lainnya yang merusak kondisi bumi. Berdasarkan world Bank’s Indonesia Marine Hotspots Rapid Assessment Indonesia menyumbang 175.000 ton sampah dan 24.500 ton merupakan sampah plastik. Satu orang Indonesia bisa menyumbang 700 kantong plastik dalam satu tahun oleh sebab itulah Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah palstik di dunia setelah Tiongkok[ CITATION Sat21 \l 1057 ].
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dan Status Lingkungan Hidup Indonesia pada tahun 2020-2021 mencapai 71,43 %, Namun target pada tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 69,48%. Hal ini disebabkan oleh volume sampah di Indonesia yang terus mengalami peningkatan. Menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, limbah dan B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan volume sampah di Indonesia pada tahun 2021 adalah 68,5 juta ton kemudian meningkat hampir 70 ton pada tahun 2022. Lingkungan hidup di Indonesia sudah tercemar terutama di daerah perkotaan. Oleh karena itu diperlukan alternatif untuk mengurangi sampah plastik misalnya dengan cara membawa tas belanja sendiri yang terbuat dari bahan-bahan organik yang tentunya ramah lingkungan. Menerapkan sistem reuse, recycle dan reduce di kampus maupun dimasyarakat. Meminimalizir penggunaan sampah plastik sekali pakai seperti kantong plastik, styrofoam, msedotan plastik dan botol plastik.
Langkah pengurangan dan pengelolaan sampah plastik di Indonesia menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat terutama pemerintah yang memberikan arahan, wadah dan kekmampuan dalam membuat kebijakan terkait pengelolaan sampah di setiap daerah. Setiap provinsi memiliki kebijakan dan cara tersendiri untuk menangani permasalahan sampah skema umum yang sejenis melalui pendekatan 3R dengan beberapa langkah diantaranya penghematan penggunaan SDA, membatasi konsumsi penggunaan bahan dalam kegiatan sehari- hari termasuk dalam proses produksi di sebuah industri, penggunaan produk yang dikonsumsi berulang-ulang. Langkah selanjutnya yaitu pendaur ulangan bahan yang tidak boleh digunakan secara langsung, diikuti dengan pemanfaatan.
Kemudian dilakukan pemanfaatan energi yang terkandung pada sampah yang dilakukan denganteknologi insinerasi. Langkah terakhir yaitu pengambilan residu atau sampah yang sudah tidak dapat digunakanakan lagi melalui disposal di alam secara aman dan sehat. Pemerintah sudah menargetkan pengurangan sampah plastik hingga 70 % pada tahun 2025 [ CITATION Idr20 \l 1057 ]
Sampah plastik menjadi ancaman yang cukup serius di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pengeloaan sampah DIY oleh pemerintah dilakukan dengan cara sentralisasi yaitu diawali penarikan retribusi, peneraikan sampah dari sumber kemudian dikumpulkan ke Tempat Pembungan Sampah (TPS) dan terakhir
pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain faktor jumlah penduduk yang cukup tinggi, kota jogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata sehingga pada saat musim liburan terjadi peningkatan volume sampah yang cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan DIY terkait pengeloaan sampah, jumlah sampah yang dihasilkan DIY meningkat setiap tahunnya.
Setiap kabupaten yang ada di DIY sudah memiliki TPA yang disediakan pemerintah sabagai sarana mengelola sampah. Hal ini membuktikan tekad pemerintah untuk menangani permasalahan sampah plsatik di DIY. Namun tidak semua sampah dapat terangkut karena terkendala sarana lainnya seperti TPS, truk sampah serta terkendala jalur trasnfortasi. Kurangnya insfrastruktur, kerangka kelembagan publik dan sumber daya. Adanya TPA disetiap kabupaten juga memilika dampak negatif seperti pemcemaran air, tanah dan udara karena sebagian besar sampah yang ada di TPA merupakan sampah masyarakat perkotaan yang lebih memiliki kandungan berbahaya dibandingan sampah masyarakat pedesaan. Lahan TPA di DIY semkain menyempit dikarenakan masyarakat menolak adanya TPA yang menggunakan metode open dumping.
Metode ini mencemari wilayah di sekitar TPA dan hal ini dapat menjadi sumber penyakit pada penduduk setempat.[ CITATION Sol11 \l 1057 ]
Pemerintah hadir untuk menyelesaikan permasalah sampah plastik dengan membuat peraturan perundang-undangan di seluruh kabupaten DIY. Regulsi diciptakan sebagi ketetapan yang harus ditaati dan peningkatan partisipan dengan cara penegakan hukum (law enforcement). Pembangunan sadar lingkungan dengan peraturan perundang-undangan, pembatasan wilayah dan pemberian reward. Setiap kota dan kabupaten di DIY memiliki progran untuk mengurangi volume sampah plastik. Konsep yang digunakan yaitu reduce, reuse, recycling (3R). Kosep ini dijalankan dengan proyek pengeloaan sampah terpadu.
[ CITATION Mul14 \l 1057 ]. Walikota DIY juga mengeluarkan peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Dearah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah.
Disisi lain Sampah di lautan di Bali telah menjadi sorotan media internasional, sampah di Bali menjadi sorotan dunia karena Bali merupakan salah satu daerah destinasi wisata turis mancanegara. Pulau dewata bahkan menenpati salah satu pososisi teratas wisata dunia. Sampah secara estetis pasti sangat mengganggu wisatawan. Namun yang menjadi fokus masalah utama adalah banyaknya sampah plastik di Bali.
Berdasarkan berita daerah provinsi Bali Tahun 2019 Nomor 50 telah diterbitkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang pengelolaan sampah berbasis sumber yang ditetapkan tanggal 5 November 2019. Peraturan ini diprakarsai oleh dinas lingkungan hidup provinsi Bali. Peraturan ini diterbitkan dengan tujuan menjaga kesucian dan keharmoniasan alam Bali sesuai dengan visi Nangun Sat Loka Bali. Peraturan ini juga hadir sebagi tindak lanjut dari peraturan provinsi Bali sebelumnya yakni Perda Bali Nomor 5 Tahun 2011 tentang pentingnya pengelolaan sampah berbasis sumber untuk menjaga kualitas lingkungan hidup serta kesehatan masyarakat Bali.
Sebelumnya Bali telah mengelurakan kebijakan peraturan gubernur nomor 97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik Sekali Pakai (Pergub PPTSP). Kebijakan ini berisi pelarangan dalam mengguanaan kantong plastik sekali pakai seperti sedotan plastik dan styrofoam oleh distributor, produsen dan semua pelaku usaha di Bali. Kebijakan ini juga mencakup penggunaaan produk pengganti dan sanksi administatif. Kebijakan ini memiliki tujuan menjaga keseimbangan lingkungan hidup, ekosistem dan kesehatan masyarakat serta mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan sampah plastik sekali pakai [ CITATION Put192 \l 1057 ]
Metodologi Penelitian
Untuk menggambarkan implementasi dari kebijakan pengelolaan sampah plastik di provinsi DIY dan Bali, penulis mengkaji dua kebijakan di kedua provinsi yang berbeda namun memiliki beberapa kesamaan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan atau memecahkan masalah secara hati-hati dan sistematis, dan data-data yang dikumpulkan berupa rangkaian atau kumpulan angka-angka. Peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Studi Kepustakaan (Library Research) menjadi teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder yang bersumber dari kepustakaan, dokumen dan peraturan perundang- undangan terkait implementasi kebijakan kedua provinsi[ CITATION Nas12 \l 1057 ].
Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok sasaran, yaitu mahasiswa/i yang berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali.
Teknik utama pengumpulan data penelitian ini adalah kuisioner/angket. Kuisioner ini disebarkan dengan tujuan mengetahui implementasi kebijakan penanganan sampah plastik dan dampak dari kebijakan pemerintah terhadap lingkungan hidup serta pastisipasi masyarakat dalam mewujudkan pengurangan sampah plastik.
Responden secara keseluruhan adalah mahasiswa/i yang memiliki asal daerah yang berbeda-beda diantaranya Bali, Jogyakarta, Jakarta, Medan dan Bogor.
Peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Studi Kepustakaan (Library Research) menjadi teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder yang bersumber dari kepustakaan, dokumen dan peraturan perundang-undangan terkait implementasi kebijakan kedua provinsi. Sebagian besar responden belum dikenal dan beberapa diantaranya adalah rekan organisasi dan teman. Pembagian kuisioner dilaksankan pada akhir bulan November sampai awal bulan Desember melalui direct message instagram, personal chat di whattsap dan telegram. Kuisioner juga disebarkan melalui group di media sosial yang terbuka untuk umum. Kuisioner yang dibagikan secara keseluruhan akan menggunakan bahasa Indonesia.
Kesulitan dalam melakukan penelitian ini adalah perbedaan wilayah yang cukup jauh dan perbedaan zonasi waktu khususnya pada responden yang berasal dari provinsi Bali yang memiliki perbedaan waktu satu jam. Peneliti tidak dapat mendampingi responden dalam mengisi kuisioner karena berada di daerah yang berbeda. Peneliti juga harus mencari kecocokan waktu untuk membagiakan kuisioner dan mendampingi beberapa responden dalam mengisi kuisioner melalui panggilan suara. Sebagian besar responden yang tidak dikenal juga menjadi tantangan bagi penulis untuk melakukan pendekatan terlebih dahulu pada responden. Banyak dari calon responden yang tidak memberikan tanggapan apapun terhadap peneliti karena banyak calon responden yang tidak nyaman mendapat pesan berupa promosi atau tautan situs. Setelah pengumpulan data melalui kuisioner langkah selanjutnya adalah pengolahan data untuk mendapatkan hasil dari penelitian.
Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 65 mahasiswa/i yang terbagi menjadi dua bagian. 35 mahasiswa/i yang berasal dari instansi-instansi di Yogjakarta dan 30 mahasiswa/i yang berasal dari instansi di Bali. Sebagaian besar responden adalah perempuan yang memiliki rentang usia responden adalah 18-24 tahun, sebagaimana data pada pada tabel 1. Angka 1 pada kolom jenis kelamin berarti laki-laki sementara angka 2 berarti perempuan. Pada kategori umur terdapat pilihan 12-17 (1), 18-24 (2) dan 25-30 (3). Asal instansi responden yaitu Universitas Udayana (1), Universitas Pendidikan Indonesia (2), Universitas Cendikia Mitra Indonesia (3), UIN Sunan Kalijaga (4), Universitas Atma Ata (5), UPN Veteran Yogyakarta (6), UKRIM Immanuel Christian University (7), Universitas Atma Jaya Yogjakarta (8), Universitas Kristen Duta Wacana (9), ITEKES Bali (10), Universitas Pendidikan Ganesha (11), Universitas Ibrahimy (12) dan UAYO (13). Banyaknya instansi yang berada di Jogjakarta mengakibatkan asal instansi dari responden beragam sementara itu responden bali didominasi oleh Universitas Udayana 49,2 %. Asal provinsi ditandai dengan kode 1 untuk Bali dan 2 untuk DIY.
Tabel 1
Karakteristik Responden Statistics
Jenis Kelamin Usia Asal Instansi Asal provinsi
N Valid
65 65 65 65
Missing 0 0 0 0
Mean 1,68 1,98 4,31 1,46
Mode 2 2 1 1
Minimum
1 1 1 1
Maximum 2 3 13 2
Analisis data dilakukan secara kuantitatif berdasarkan klasifikasi data berdasarkan bentuk dan jenis jawaban responden, mentabulasi data dan menghitung data untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Kuisioner menggunakan skala Likert yang dibagi menjadi lima kemungkinan jawaban.
Disusun secara berurutan mulai dari yang sangat setuju dengan skor 5, setuju dengan skor 4, cukup dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2 dan sangat tidak setuju dengan skor 1. Perhitungan menggunakan rumus Weight Mean Score (WMS) sehingga mendapatkan skor rata-rata (mean) dari jawaban responden.
Kemudian berdasarkan skor tersebut diinterpretasikan kategori implementasi kebijakan. Kuisioner juga menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa penjelasan atau pendapat yang kemudian akan dianalisis.
Data yang dihasilkan dari pernyaaan dan komentar pribadi oleh responden di DIY dan Bali menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa/i mengenai kebijakan pengeloaan sampah plastik dikedua provinsi sudah sangat baik.
Responden telah memahami bahwa sampah plastik menjadi masalah utama bagi kelstarian lingkungan. Responden telah mengetahui konsep pengurangan sampah (waste minimization) melalui teknik reduce, reuse dan recycle. Sudah ada kontribusi dari mahasiswa/i dan lapisan masyarakat lainnya dalam upaya pengurangan timbunan sampah plastik namun provinsi Bali lebih unggul dalam pengimplementasian kebijakakan pengeloaan sampah plastik.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil dari kuisioner yang dihitung menggunakan skala likert di SPSS ditabulasikan dengan menggunakan statistik deskriptif dari 65 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imlementasi kebijakan pengelolaan sampah di provinsi Bali masih lebih unggul jika dibandingankan dengan provisnsi Yogjakarta.
Masyarakat Yogjakarta 82% dan Bali 79,4% mengetahui tentang kebijakan pengelolaan sampah yang dikeluarkan pemerintah daerahnya.
Pemahaman bahwa sampah plastik merupakan masalah besar bagi lingkungan hidup sudah menyeluruh dengan Yogjakarta 93,4% dan Bali 97,8%. Masyarakat Bali 88% cenderung lebih memahami konsep pengurangan sampah (waste minimization) dengan cara pembatasan sampah (reduce) menggunakan ulang (reuse) dan mendaur ulang (recycle) sementara Yogjakarta 87,4%. Berdasarkan variabel pengetahuan masyarakat Bali lebih unggul dibandingkan dengan Yogjakarta menurut data yang ada di dadalam tabel dua.
Tabel 2.
Pengetahuan responden mengenai kebijakan, dampak dan konsep pengurangan sampah plastik
X1.1 X1.2 X1.3
Total_
X1 Y1.1 Y1.2 Y1.3
Total_
Y1
N Valid 30 30 30 30 35 35 35 35
Missing 5 5 5 5 0 0 0 0
Mean 4,10 4,67 4,37 13,13 3,97 4,89 4,40 13,26
Std.
Deviation ,759 ,606 ,669 1,456 ,664 ,323 ,736 1,336
Minimum 2 3 3 9 3 4 3 10
Maximum 5 5 5 15 5 5 5 15
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di DIY fasilitas atau sarana pengelolaan sampah plastik seperti tempat sampah, truk sampah, TPS dan TKA sudah terpenuhi (3,80), tempat-tempat pembuangan sampah sudah membedakan tempat sampah berdasrakan jenis sampah (3,83) oleh sebab itulah sampah dipilah-pilah terlebih dahulu sesuai jenis, jumlah dan sifat sampah (4,57). Untuk menekan penggunaan sampah plastik dibudayakan penggunaan totabag saat berbelanja (4,40). Setiap lapisan masyarakat ikut berkontribusi dalam pengurangan sampah plastik seperti para pelaku sudah mempunyai alternatif lain yang digunakan untuk mengurangi sampah plastik seperti botol minum kaca, sedotan dari daun, wadah baja, dan sedok makan kayu (3,67). Alternatif lain yaitu dengan cara menyetor sampah yang tidak mudah terurai oleh alam ke bank sampah (4,47), cara ini dinilai efisien dalam mengurangi sampah plastik (4,43).
TTabel 3.
Kebijakan Pengelolaan Sampah dan Implementasi Kebijakan di DIY
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7
T Total _X2
NValid 30 30 30 30 30 30 30 30
Missing 5 5 5 5 5 5 5 5
Mean 4,40 3,80 3,67 3,83 4,57 4,40 4,43 29,10
Std. Deviation ,724 ,961 1,028 1,147 ,679 ,621 ,679 3,898
Minimum 3 2 2 2 3 3 3 22
Maximum
5 5 5 5 5 5 5 35
Dibandingkan dengan DIY, Bali sedikit lebih unggul dimana penggunaan totabag dalam kegiatan sehari-sehari sudah menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat Bali (4,47), sementara fasilitas pengelolaan sampah DIY sedikit lebih unggul di bandingkan dengan Bali (4,11). Para pelaku usaha di Bali lebih kreatif dalam penggunaan alternatif lain sebagai pengganti penggunaan plastik (3,74). Tempat sampat di Bali sudah membedakan jenis sampah berdasarkan jenisnya (3.71)sehingga memudahkan masyarakat untuk memilah sampah terlebih dahulu (4,40). Sama seperti DIY, Bali juga menyetor sampah plastik ke bank sampah (4,14) dan hal ini cukup efisien (4,14).
Tabel 4.
Kebijakan Pengelolaan Sampah dan Implementasi Kebijakan di Bali
Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6 Y2.7
Total _Y2 NValid
35 35 35 35 35 35 35 35
Missing
0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 4,77 4,11 3,74 3,71 4,40 4,17 4,14 29,06
Std. Deviation
,426 ,796 ,780 1,045 ,881 ,822 ,733 3,152
Minimum 4 2 3 1 1 1 3 22
Maximum 5 5 5 5 5 5 5 35
Responden DIY memilih mengumpulkan sampah plastik di tempat sampah 60%, langsung ke TPS 20%, kantong plastik 13,3% dan 6,7% lainnya langsung membuang ke TKA. Di sisi lain Bali lebih memilih ke tempat sampah 48,6%, dimasukkan ke dalam kantong plastik 34,3% dan 17,1% langsung ke TPS. Sangat di sayangkan upaya penanganan sampah plastik belum menyeluruh dan berkesinambungan 43% hal ini dikarenakan upaya penanganan yang tidak sistematis 16,7%. Tetapi masih ada wilayah yang sudah melakukan upaya penanganan sampah secara sistematis dan berkesinambungan 40%. Bentuk penanganan sampah (waste handling) yang dilakukan di DIY yaitu pengumpulan sampah kepenampungan sementara 43,3%, pemilahan sampah berbasis sumber 30%, pengelolaan kembali sampah sehingga memiliki nilai 10%, pengangkutan sampah dari penampungan sementara ke tempat akhir 10% dan 6,7 upaya penanganan tidak berkesinambungan. Di sisi lain kebijakan pengelolaan sampah di Bali dengan cara pemilahan sampah berbasis sumber terbilang cukup berhasil 34,3 % hal ini didukung oleh adanya peraturan daerah yang dikeluarkan Bali tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. Bentuk penanganan lain yang dilakukan Bali yaitu pengumpulan sampah ke TPS 31,4%, pengangkutan dari TPS ke TPA 31,4% dan diolah kembali sehingga memiliki nilai 2,9%.
Pada pertanyaan yang membutuhkan pendapat mengenai bentuk implementasi yang diberikan pemerintah terkait kebijakan pengelolaan plastik di provinsi DIY dan Bali. Bentuk implementasi paling nyata dari pemerintah adalah dibangunnya depo-depo Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan untuk pengoperasian dan pemeliharaannya di lakukan oleh kelompok masyarakat. Pada tingkat desa telah di bentu pengelolaan sampah secara mandiri yang difasilitasi oleh pemerintah daerah Yogjakarta. Pemerintah menerapkan kebiajakan dan regulsi pengelolaan sampah dengan mengadakan program pemilahan sampah namun kebijakan ini tidak berjalan dengan baik sehingga dibentuk kebijakan baru yaitu bank sampah. Adanya reward yang diberikan jika masyarakat menyetor sampah plastikn ya ke bank sampah menjadi nilai lebih yang dapat menarik perhatian masyarakat. Beberapa daerah mengalami penurunan penggunanaan sampah plastik karena penggunaannya telah dialihkan dengan menggunakan paperbag yang ramah lingkungan. Sampah plastik juga diolah menjadi bahan kerajinan yang memiliki nilai. Beberapa responden berpendapat bahwa kebijakan yang diberiakan pemerintah sudah bagus namun kontribusi dari masyarakat untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam mengimpelmentasikan kebijakan yang telah dibuat dinilai kurang.
Disisi lain Implemtasi yang dilakukan pemerintah Bali adalah dengan mengeluarkan kebijakan pengelolaan sampah plasti berbasis sumber dan pembatasan penggunaan sampah plasti (Pergub Bali No 97 Tahun 2018).
Penggunaan plastik dialihkan kepada penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan, contonnya tas dengan bahan ketela, sedotan bambu atau kertas. Selain mengurangi penggunaan plastik, penggunaan barang-barang pengganti plastik dapat menambah citra positif Bali sebagai daerah tujuan wisata. Pemerintah Bali mencukupi kebutuhan TPS di masyarakat dan melakukan penjemputan sampah rumah-rumah masyarakat. Di beberapa wilayah di Bali sudah menerapkan pengumpulan sampah terspisah sesuai jadwal yang telah disosialisasikan oleh pemerintah. Pemerintah menyediakan fasilitas dalam pemilihan sampah dengan cara membuat tong sampah berdasarkan jenisnya dan menyedikan tong sampah dibeberapa titik yang mudah dijangka.
Pemerintah Bali melakukakan pengadaan tenaga kerja untuk mengelola sampah dan setiap pagi ada petugas untuk membersihkan beberapa area seperti jalan dan pantai. Salah satu responden implementasi dari pemerintah yang ada di daerahnya dilakukan dengan langkah dimana awalnya sampah dikumpul pada tong sampah atau plastik hitam sementara kemudian akan di angkut oleh truk sampah untuk dipilah. Pemerintah menunjukkan bentuk lainnya dengan cara membatasi pengguanaan kantong plastik dengan cara membuat packaging makanan berbahan plastik dengan karton ramah lingkungan, pembatasan penggunaan kantong plastik di tempat belanja seperti supermarket dan minimarket. Jadi ketika berbelanja di supermarket, pembeli tidak akan diberikan kantong plastik. Pemerintah Bali juga mengadakan program bank sampah yang dibayar melalui buku tabungan. Namun menurut salah satu responden harga harga sampah plasti sangat murah sementara pengumpullannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga lebih.
Tentunya untuk mewujudkan lingkungan hidup yang bebas dari sampah plastik setiap lapiasan masyarakat harus ikut andil dalam mengimplementasikan kebijakan pembatasan pengggunaan sampah plastik. Langkah yang sudah dilakukan Yogyakarta diantaranya dengan membuang sampah berdasarkan kategorinya, membawa tas belanja sendiri, membudayakan penggunaan wadah makanan yang bisa dipakai secara berulang, melakukan hal kreatif dari sampah plastik yang masi layak diguankan, ikut berekontribusi dalam program bank sampah, menggunakan botol minum atau tumbler, mengurangi penggunaan wadah makanan dari plastik sekali pakai, menggunakan sedotan berbahan stainless, dan menggunakan travel puoch. Jika dibandingkan dengan responden Bali 80%
menjawab langkah yang telah mereka lakukan adalah dengan membawa totabag sebagai pengganti kantong plastik. Dari analisis ini dapat kita simpulkan bahwa penggunaan totabag di Bali sudah hampir menyeluruh.
Salah satu responden yang berasal dari Bali membagikan cerita positif
“setiap aku kepasar bersama ibuku, kami selalu membawa tas ramah lingkungan.
Apalagi di motor ibuku, tas belanja selalu ada 2 atau 3” tuturnya. Responden tersebut juga membagikan gambar dari tas ramah lingkungan yang bisa digunakan berulang kali. Pada bagain depan tas terdapat tulisan “Ayo Kurangi Sampah!!!
Dan Jaga Lingkungan Untuk Sesama dan Kehidupan”. Tas belanja ramah
lingkungan tersebut dibagikan oleh pemerintah sebagai bentuk implementasi dari kebijakan pembatasan penggunaan sampah plastik. Responden juga bercerita bahwa di Bali pemesanan makanan secara online (gofood) sudah menggunakan tas ramah lingkungan “iya, misal belanja mie gacoan itu pake totabag abang gojeknya”.
Dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan lapisan masyrakat makan pengimplementasian kebijakan dapat terlaksana dengan baik. Semua pihak harus memiliki kesadaran bahwa keberlangsungan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab semua pihak.
Kesimpulan
Tingginya penggunaan sampah plastik di Indonesia menjadi salah satu masalah ekosistem yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Pemerintah hadir dan memberikan solusi melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah melalui pergub dan perda. DIY dan Bali merupakan dua kota besar yang memiliki maslah yang sama terhadap timbunan sampah plastik. Pemerintah DIY melakukan langkah sentralisasi dan regulsi sebagi bentuk penanganan sampah plastik. Bali mengeluarkan kebijakan tentang pengelolaan sampah berbasis sumber dan pembatasan penggunaan sampah plastik. Kedua provinsi ini memiliki kebijakan yang sama yaitu bank sampah dan penggunaan alternatif terhadap plastik. Berdasarkan hasil penelitian program bank sampah di DIY dinilai berjalan lebih efisien. Sementara untuk penggunaan aternatif lain Bali lebih unggul seperti penggunaan totabag yang sudah hampir menyeluruh. Jika dinilai dari semua variable yaitu variabel pengetahuan, pengeloaan sampah dan implementasi kebiajakn maka dapat disimpulkan Bali lebih mampu mengimplementasikan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah hal ini dikarenakan adanya kerjasama antara pemerintah dan lapisan masyarakat.
Referensi
Idrus, S., Gede, I. P., & Purwara, I. K. (2020). Membangun ekonomi Kreatif Melalui Usaha Sedotan Bambu dan Kerajinan Lokal: Upaya Meminimalisir Polusi Sampah Plastik di Indonesia. Surabaya: Global Aksara Pers.
Mulasari, S. A., Husodo, A. H., & Muhaddjir, N. (2014). Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah Domestik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 408.
Nasehudin, T. S., & Gozali, N. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Putri, N. W. (2019). Komunikasi Sosial dalam Mengkomunikasikan Penetapan Kebiajkan Gubernur Bali tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik Sekali Pakai. Jurnal Nomosleca, 51.
Satrivi, N., & Purnama, C. (2021). Pembentukan Opini Publik Indonesia oleh Cable News Network (CNN) Indonesia Berkenaan dengan Isu Sampah Plastik. Padjadjaran Journal of International Relations (PADJIR), 234.
Solikhah, N. H., Hidayat, A. S., & Nur , A. A. (2011). Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY, 7.
Lampiran : Surat Permohonan
Lembar Permohonan Lembar permohonan (WhatsApp, Instagram, Telegram) Subjek penelitian: partisipan dalam penelitian
Saya berencana untuk meneliti perbandingan implementasi kebijakan pengelolaan sampah plastik di daerah istimewa yogyakarta (DIY) dan bali. Saya ingin mengetahui apakah saudara tertarik untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Indonesia sebagai salah satu penyumpang sampah plastik terbesar di dunia setelah Tiongkok. Hal ini disebabkan oleh volume sampah di Indonesia yang terus mengalami peningkatan. Setiap provinsi berupa melakukan tindakan upaya pengurangan sampah plastik dengan cara mengeluarkan kebiajkan-kebiajkan melalui peratutan daerah. Dalam penelitian ini, saya akan memberikan kuisioner dengan pertanyaan yang akan dikirimkan melalui WhatsApp, Instagram, Telegram. Dalam menjawab pertanyaan ini, akan menggunakan waktu anda selama kurang lebih 10 menit.
Kontak dan pertanyaan:
Untuk pertanyaan, masalah, atau keluhan saudara terkait penelitian, saudara dapat menghubungi:
Rizky Meliana Siagian (0822-7545-3930/ [email protected]) Untuk pertanyaan tentang hak-hak saudara sebagai partisipan dalam penelitian ini atau untuk mendiskusikan kekhawatiran atau keluhan terkait, saudara dapat menghubungi Ms. Umi O Retnoningsih
Rizky Meliana Siagian
Kontrak
Persetujuan Universitas Riau untuk berpartiipasi dalam penelitian
Judul Penelitian: Analisis Perbandingan Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Bali
Peneliti: Rizky Meliana Siagian
Ini adalah formulir persetujuan utnuk partisipasi dalam penelitian. Kontrak ini berisi informasi penting tentang studi ini dan apa yang diharapkan jika saudara memutuskan untuk berpartisipasi. Partisipasi saudara bersifat sukarela.
Harap pertimbangkan informasi berikut ini dengan baik. Jangan ragu untuk bertanya sebelum membuat keputusan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jika saudara memutuskan untuk berpartisipasi, maka saudara diminta untuk mengisi formulir ini dan akan menerima salinan formulir.
Tujuan:
Studi ini dilakukan dengan tujuan mengetahui perbandingan implementasi kebijakan pengeloaan sampah di DIY Bali serta efisiensi cara yang digunakan oleh kedua provinsi. Mengetahui metode pemantauan dan pengelolaan yang dilakukan kedua provinsi serta perubahan kualitas lingkungan hidup yang diakibatkan kebijakan pengelolaan sampah
Prosedur:
Dalam studi ini, peneliti akan membandingkan 3 variabel yang ada dalam kedua provinsi yaitu variabel pengetahuan, pengelolaan sampah dan implementasi kebijakan. Kuisioner akan diberikan kepada responden melalui WhatsApp, Instagram dan telegram. Saya menjamin identitas saudara akan dijaga kerahasiaannya. Setelah kuisioner diisi, kemudian akan dilakukan analisis untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini.
Durasi:
Saudara akan diminta mengisi kuisioner melalui google form. Ini memungkinkan wakktu 5-10 menit untuk saudara menjawab pertanyaan yang ada di kuisioner.
Kerahasiaan:
Upaya akan dilakukan untuk menjaga kerahasiaan informasi saudara. Namun, mungkin ada beberapa keadaan yang mengharuskan informasi anda dirilis.
Misalnya karena alasan diwajibkan oleh undang-undang yang berlaku.
Hak Partisipan:
Saudara memiliki hak untuk menolak dalam partisipasi untuk penelitian ini tanpa kehilangan manfaat yang sebenarnya menjadi hak saudara. Jika saudara memilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, saudara akan diberikan formulir untuk persetejuan saudara berpartisipasi dalam penelitian ini. Dengan mengisi formulir, saudara tidak melepaskan hak hukum pribadi apa pun sebagai partisipan dalam penelitian ini.
Kontak:
Untuk pertanyaan lebih lanjut terkait dengan penelitian ini, saudara dapat menghubungi:
Rizky Meliana Siagian (0822-7545-3939/ [email protected])