• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kangkung Air (Ipomoea Aquatica Forck) dan Mikroorganisme Dalam Upaya Menurunkan Logam Kromium hexavalent(Cr(VI)) pada Air Sungai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Perbandingan Kangkung Air (Ipomoea Aquatica Forck) dan Mikroorganisme Dalam Upaya Menurunkan Logam Kromium hexavalent(Cr(VI)) pada Air Sungai"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perbandingan Kangkung Air (Ipomoea Aquatica Forck) dan Mikroorganisme Dalam Upaya Menurunkan Logam Kromium hexavalent(Cr(VI)) pada Air Sungai

Comparison of Water Spinach and Microorganisms in an Effort to Reduce exavalent Chromium(Cr(VI)) Metal in River Water

Yasa Palaguna Umar1*, Fajri Anugroho1, Usman Tahir2

1Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Brawijaya

2Program Doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Brawijaya

Jl. Veteran, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Malang, Jawa Timur 65145, Indonesia.

*Email korespondensi : yasaumar@ub.ac.id ABSTRAK

Pencemaran yang terkandung dalam limbah cair yang mengandung Cr(VI)merupakan ancaman yang cukup serius bagi kelestarian lingkungan karena selain merupakan pencemar yang bersifat racun bagi organisme perairan, pencemar tersebut juga mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi lingkungan perairan serta memiliki zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker.

Tanaman Kangkung Air (Ipomoea Aquatica Forsk) memiliki potensi menurunkan kandungan Cr6+

Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kangkung air dalam menurunkan kadar Cr(VI) dan kemampuan mikroorganisme pada air sungai dalam mendegradasi kadar Cr(VI). Penelitian ini dilakukan secara berkala selama 4 kali dari hari ke-0, 3, 5, dan 7. Pada tahap pertama menganalisis kemampuan mikroorganisme yang terdapat pada air sungai dalam mendegradasi logam berat dengan mengukur konsentrasi Cr(VI) menggunakan colorimeter. Analisis selanjutnya mengukur konsentrasi Cr(VI) pada tanaman kangkung air.

Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diketahui bahwa mikroorganisme pada air sungai dapat menurunkan kandungan Cr(VI) lebih dari 75% dari hari ke-0 kandungan Cr(VI) sebesar 0,42 mg/L menjadi 0,10 mg/L pada hari ke-7. Namun, jika dilihat dari hasil penelitian maka kemampuandari kangkung air tidak signifikan, karena hanya dapat menyerap sebagian kecil dari Cr(VI). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme dapat menurunkan kadar Cr(VI) lebih cepat dibandingkan kangkung air. Sedangkan pada hasil penelitian pH tetap dalam kondisi netral tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Kata kunci: colorimeter, limbah cair, logam berat, pH ABSTRACT

Pollution in liquid waste containing Cr(VI) is a severe threat to environmental sustainability because apart from being a toxic pollutant to aquatic organisms, the pollutant also affects the aquatic environment's physical, chemical, and biological characteristics and has substances that can cause cancer. Water spinach plants (Ipomoea Aquatica Forsk) can potentially reduce Cr6+ content. So this study aims to determine the ability of water spinach to reduce Cr(VI) levels and the ability of microorganisms in river water to degrade Cr(VI) levels. This research was conducted periodically four times from days 0, 3, 5, and 7. In the first stage, the ability of microorganisms in river water to degrade heavy metals was analyzed by measuring the concentration of Cr(VI) using a colorimeter. The subsequent analysis measured the Cr(VI) concentration in water spinach plants. Based on the observations, it can be seen that microorganisms in river water can reduce the Cr(VI) content by more than 75% from the 0th day, the Cr(VI) content of 0.42 mg/L to 0.10 mg/L on the third day 7. However, from the research results, water spinach's ability is insignificant because it can only absorb a small portion of Cr(VI). So it can be concluded that microorganisms can reduce Cr(VI) levels faster than water spinach. Meanwhile, in the research results, the pH remained in a neutral condition and did not experience a significant change.

Keywords: colorimeter, liquid waste, heavy metals, pH

(2)

PENDAHULUAN

Kualitas air di Indonesia semakin tahun mengalami penurunan kualitas, hal itu terjadi karena banyaknya pencemaran di sungai, laut dan juga air tanah. Pencemaran tersebut terjadi dikarenakan banyaknya masyarakat yang belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Sumber pencemaran air dapat berasal dari sisa limbah rumah tangga yang berasal dari perumahan dan komersial, area kantor atau institusi dan area rekreasi, serta limbah industri dan limbah yang disaring (Putra, 2020). Berdasarkan dari sumber pencemaran air maka limbah dari proses industri memberikan dampak yang besar terhadap pencemaran lingkungan, dikarenakan limbah industri mengandung berbagai bahan pencemar yang berbahaya baik secara langsung maupun jangka panjang (Andini, 2017). Limbah industri di Indonesia semakin lama semakin meningkat disebabkan oleh meningkatnya jumlah konsumtif penduduknya. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur menunjukkan limbah cair Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jawa Timur memiliki potensi pencemaran yang tinggi karena menghasilkan sekitar 7 ribu ton/bulan. Sehingga diperlukan pengolahan limbah cair khususnya penanganan limbah B3. Pengolahan limbah B3 memiliki pertanggung jawaban hukum yang lebih ketat dibandingkan dengan pengolahan limbah non-B3. Pada limbah non-B3 hasil akhir pengolahan lebih penting dibandingkan dengan cara mencapai hasil tersebut. Artinya, bila suatu perusahaan telah memenuhi baku mutu limbah, maka perusahaan tersebut telah berhasil melakukan pengolahan limbah.

Limbah B3 yang masih menjadi salah satu permasalah utama di provinsi Jawa Timur khususnya didaerah perairan adalah kromium hexavalent Cr(VI). Limbah Cr(VI) banyak dijumpai pada industri pelapisan logam, penyamakan kulit dan industri cat dan tinta. Pencemaran yang terkandung dalam limbah cair yang mengandung Cr(VI) merupakan ancaman yang cukup serius bagi kelestarian lingkungan karena selain merupakan pencemar yang bersifat racun bagi organisme perairan, pencemar tersebut

juga mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi lingkungan perairan serta memiliki zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Dengan kata lain, perubahan sifat air yang disebabkan oleh adanya polutan dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang berdampak negatif terhadap kelestarian ekosistem perairan dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, maka diperlukan suatu metode yang berusaha membantu pemerintah dalam mengurangi pengolah limbah B3. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 52 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Lingkungan dan Baku Kerusakan Lingkungan dimana standar limbah chrome total sebesar 0.5 mg/L. Namun, disisi lain pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di tingkat provinsi tidak dapat melakukan kontrol secara terus-menerus yang disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia. Sehingga diperlukan suatu metode yang dapat mengontrol limbah Cr(VI) dilingkungan perairan. Fitoremediasi merupakan salah satu cara mengurangi kandungan Cr(VI) di sungai (Ratnawati, 2018). Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya (Sigiro, 2018; Sukono, 2020) tanaman dapat melakukan proses pendegradasian kandungan B3 baik dari media air ataupun dari tanah. Menurut Agusetyadevy, (2013) dalam penelitiannya mengenai tanaman Kangkung Air (Ipomoea Aquatica Forsk) dapat menurunkan kandungan Cr(VI)sebanyak 20 ppm dengan media air bersih. Namun masih sedikit sekali penelitian yang menggunakan media dari air sungai dimana sungai memiliki banyak mikroorganisme yang berpotensi untuk mendegradasi limbah baik B3 ataupun non-B3. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kangkung air dalam menurunkan kadar Cr(VI) dan kemampuan mikroorganisme pada air sungai dalam mendegradasi kadar Cr(VI).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2022.

Pengambilan sampel air sungai sebagai media tumbuh kangkung air (Ipomoea

(3)

aquatica forsk) dilakukan di sungai Ngijo dengan titik koordinat 7°54'54.3"S 112°36'43.9"E. Lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 1. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Remediasi Limbah dan Kualitas Udara Universitas Brawijaya. Laboratorium

Remediasi Lingkungan dan Kualitas Udara sendiri berada pada Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel air sungai di Desa Ngijo, Malang Metode Pelaksanaan

Tahap awal pada penelitian ini adalah mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang terjadi akibat limbah logam berat.

Studi literatur digunakan untuk mengetahui informasi berkaitan dengan penelitian ini serta informasi penunjang dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Sehingga permasalahan yang terjadi dapat dengan mudah didapatkan solusi yang tepat.

Penelitian ini berfokus pada metode fitoremediasi menggunakan media di lingkungan kelurahan Ngijo, Malang. Tahap selanjutnya adalah Preparasi Sampel, dimana persiapan bahan dan alat di bagi menjadi 2 tahap yaitu aklimatisasi tanaman Ipomoea aquatica forsk dan Pembuatan Larutan Cr(VI). Tanaman kangkung air

dengan yang sudah di aklimatisasi dengan media air sungai selama 7 hari dicampurkan dengan larutan Cr(VI) 0.42 mg/L metode ini disebut sebagai Fitoremediasi. Penelitian ini dilakukan secara berkala selama 4 kali dari hari ke-0, 3, 5, dan 7. Pada tahap selanjutnya mengukur analisis kemampuan mikroorganisme yang terdapat pada air sungai dalam mendegradasi logam berat dengan mengukur konsentrasi Cr(VI).

Analisis selanjutnya mengukur konsentrasi Cr(VI) pada tanaman Ipomoea aquatica forsk menggunakan colorimeter DR 900. Pada tahap akhir dilakukan Analisi baku mutu air tercemar Cr(VI) berdasarkan rekomendasi Peraturan Gubernur Jawa Timur no 52 tahun 2014, dimana parameter yang diamati yaitu pH, BOD, DO, Suhu, dan kondisi tanaman yang diberikan limbah logam

Lokasi pengambilan sampel

(4)

Cr(VI). Pembahasan hasil dilakukan untuk mengkaji hasil dari penelitian dengan data yang diperoleh dibandingkan literatur yang berkaitan dengan hasil penelitian tersebut.

Menghitung Kemampuan Mendegradasi Cr(VI)

Air sungai yang digunakan sebagai media Ipomoea aquatica forsk berada di daerah pemukiman sehingga potensi tercemar sangat tinggi. Pada air sungai terdapat mikroorganisme baik berupa bakteri, jamur ataupun virus yang bersifat patogen.

Mikroorganisme patogen dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit yang merugikan makhluk hidup. Namun disisi lain mikroorganisme patogen tersebut dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan yaitu dapat mendegradasi beberapa limbah termasuk logam berat (Umar, 2015). Kemampuan mikroorganisme pada air sungai dapat dilihat dari jumlah pengurangan Cr(VI) pada hari ke-0, 3, 5, dan 7. Pada tahap selanjutnya Menghitung konsentrasi Cr(VI) pada Ipomoea aquatica forsk. Tanaman Ipomoea aquatica forsk diyakini dapat menurunkan kadar logam berat pada media air. Berdasarkan hasil penelitian Violita, (2022) kangkung air dapat menurunkan kadar Cr(VI) hingga 96.33%

pada hari ke 10 penelitian. Namun pada penelitian tersebut perhitungan kadar Cr(VI) dilakukan pada media air yang ditanami kangkung air bukan pada tubuh tanaman. Oleh karena itu diperlukan pengujian untuk memastikan apakah tanaman Ipomoea aquatica forsk dapat menurunkan kadar Cr(VI) pada media air, hal itu dibuktikan dari perhitungan kandungan Cr(VI) yang terdapat pada tanaman. Perhitungan kadar Cr(VI) dilakukan pada akar tanaman Ipomoea aquatica forsk, karena akar tanaman merupakan bagian tubuh yang menyerap air.

Analisis Statistik

Data yang diperoleh dari hasil perhitungan pH, BOD, DO, Suhu, dan konsentrasi limbah logam Cr(VI) pada hari ke-0, 3, 5, dan 7 kemudian dianalisis menggunakan metode T-test. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan ataupun pengaruh yang siginifikan antara

tanaman Ipomoea aquatica forsk dan konsentrasi Cr(VI).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Mikroorganisme Sungai Dalam Mendegradasi Cr(VI)

Pada hasil penelitian diketahui bahwa terjadi penurunan pada kadar krom selama 7 hari. Pada hari ke-3 hari setelah pencampuran mikroorganisme dengan Cr(VI) terjadi penurunan sebesar 0.11 mg/L atau sebanyak 25%. Pada hari ke-5 kandungan Cr(VI) menurun sebanyak 10%

menjadi 0.26 mg/L dibandingkan total awal Cr(VI). Hari ke-7 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 35% yaitu 0.1 mg/L.

Dari hasil pengamatan tersebut maka dapat diketahui bahwa mikroorganisme pada air sungai dapat menurunkan kandungan Cr(VI) lebih dari 75% dari hari ke-0 kandungan Cr(VI) sebesar 0.42 mg/L menjadi 0,10 mg/L pada hari ke-7. Data hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, suhu cenderung mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya fitoremediasi dengan kangkung air. Selama 7 hari penelitian, suhu air limbah telah mengalami peningkatan sebesar 4.5°C.

Dalam literasi dikatakan bahwa kangkung air dapat meremediasi air pada suhu 25°C - 30°C. Kenaikan suhu ini dapat disebabkan karena adanya reaksi antara krom dengan zat pada tumbuhan sehingga mengeluarkan panas. Hal ini merupakan tanda bahwa terjadi akumulasi krom pada tumbuhan.

Pada hasil penelitian pH tetap dalam kondisi netral tidak mengalami perubahan yang signifikan. Penurunan kadar keasaman selama 7 hari masih dalam batas wajar yaitu bernilai 0.53. Penurunan ini membuat air limbah memiliki kadar keasaman yang lebih netral (Mahardini, 2017). Hal ini menandakan bahwa fitoremediasi kangkung air juga dapat digunakan untuk menurunkan pH. Namun menurut literatur, pH optimal kangkung air untuk meremediasi logam berat adalah pada rentang pH 7-8 sehingga kangkung air tidak dapat digunakan untuk meremediasi logam berat pada limbah cair yang memiliki pH tinggi (Lestari, 2013). Namun, pada parameter DO terjadi pengurangan yang

(5)

signifikan diakrenakan pengaruh dari kekeruhan yang disebabkan oleh Cr(VI) dan penurunan respirasi makhluk hidup didalam air (Salmin, 2005).

Siklus hidup mikroorganisme merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kemampuan

mikroorganisme dalam mendegradasi Cr(VI) seperti yang di tunjukkan pada Gambar 2. Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa lama waktu remediasi mempengaruhi penurunan kadar Cr(VI) pada media air sungai. Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa selama 7 hari pengamatan, pada hari ke-7 terjadi pengurangan Cr(VI) sebesar 38, ini menunjukkan bahawa kemampuan mikroorganisme yang optimal dalam mendegradasi Cr(VI) terjadi pada hari ke-7.

Pada hari ke-0 menuju hari ke-3 merupakan fase lag menuju fase eksponensial sehingga titik puncak pertama terjadi pada hari ke-3.

Fase kematian pada mikroorganisme terjadi pada hari ke-5 dimana kemampuan mikroorganisme dalam mendegradasi Cr(VI) menurun. Namun, pada hari ke-5 menuju hari ke-7 mikroorganisme kembali menunjukkan peningkatan kemampuannya pada fase eksponensial kedua. Menurut Waluyo (2010), penurunan performa mikroorganisme terjadi pada tahap kematian dimana, pada jumlah mikroorganisme yang mati lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mikroorganisme yang hidup. Kematian mikroorganisme dapat dipengaruhi oleh faktor nutrisi, dan kekeruhan pada media.

Pengaruh Tanaman Kangkung Air Dalam Mendegradasi Cr(VI)

Perhitungan kadar Cr(VI) pada tanaman kangkung air merupakan salah satu cara untuk mengetahui pengaruh tanaman kangkung air dalam mendegradasi. Pada Tabel 2 hasil dari akumulasi perhitungan kandungan Cr(VI) pada tanaman dibandingkan dengan lama penelitian, didapatkan bahwa kangkung air dapat mengurangi kadar Cr(VI) pada media dengan cara menyerap logam pada akar.

Menurut Hapsari dkk (2018) akar merupakan bagian tubuh pada tanaman kangkung air yang memiliki kemampuan penyerapan logam berat dibandingkan

batang dan daun. Dengan demikian tanaman kangkung air merupakan jenis fitoremediasi yang menggunakan mekanisme rhizofiltrasi, dimana akar menjadi peran utama dalam menghilangkan polutan dari lingkungan perairan (Lee, et all, 2019). Pada hari ke-3 kangkung air dapat menyerap Cr(VI) sebesar 0.02 mg/L. Pada hari ke-5 terjadi peningkatan kemampuan tanaman mendegradasi Cr(VI) sebesar 0.05 mg/L. Sedangakan pada hari ke-7 kangkung air mengalami penurunan kemampuan, hanya dapat menurunkan Cr(VI) sebesar 0.07 mg/L. Penurunan tersebut diakibatkan tanaman mengalami beberapa kerusakan sel yang diakibatkan oleh racun yang terkandung pada Cr(VI).

Namun, jika dilihat dari hasil penelitian maka kemampuan dari kangkung air tidak signifikan, karena hanya dapat menyerap sebagian kecil dari Cr(VI) pada media.

Tabel 2. Kandungan Cr(VI) pada akar tanaman kangkung air

Hari Cr(VI)

0 3 5 7

0 mg/L 0.02 mg/L 0.05 mg/L 0.07 mg/L Apabila dibandingkan kemampuan antara kangkung air dan mikroorganisme air sungai, maka mikroorganisme memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan kadar Cr(VI) pada media air seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Meskipun tanaman kangkung air hanya dapat menyerap sedikit Cr(VI) tetapi bila jumlahnya diperbanyak maka memiliki potensi yang cukup besar dalam menurunkan kadar C6+ pada media air.

Namun penggunaan kangkung air untuk fitoremediasi masih memerlukan banyak penelitian. Hal ini disebabkan kangkung air dimanfaatkan sebagai tanaman yang dimakan sehingga memiliki resiko seperti residual logam dapat dikonsumsi (Agusertyadevy et al., 2013).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kangkung air dan mikroorganisme yang terdapat pada air sungai dapat menurunkan kadar Cr(VI) pada media air.

Akan tetapi, mikroorganisme memiliki

(6)

kemampuan yang lebih cepat dalam menurunkan kadar Cr(VI) sebesar 0.32 mg/L selama 7 hari dengan persentase 75%.

Waktu optimum yang dibutuhkan mikroorganisme dalam menurunkan Cr(VI) terjadi pada hari ke-3 dan ke-7, dimana pada hari tersebut mikroorganisme berada pada fase eksponensial. Sedangkan pada kangkung air hanya dapat menyerap 17%

atau sebesar 0.07 mg/L kandungan Cr(VI) pada media, dan pada hari ke-7 kangkung air menjadi layu sehingga terjadi penurunan performa dalam menurunkan kandungan

Cr(VI). Mikroorganisme memiliki kemampuan yang lebih cepat dalam menurunkan kadar Cr(VI) pada media air.

Hal tersebut terjadi dikarenakan banykanya jumlah populasi mikroorganisme yang ada di air sungai, sehingga pendegradasiannya jauh lebih cepat dibandingkan tanaman kangkung air. Meskipun tanaman kangkung air hanya mampu menyerap sedikit Cr6+ tetapi bila jumlahnya diperbanyak maka memiliki potensi yang cukup besar dalam menurunkan kadar C6+

pada media air.

Tabel 1. Kemampuan mikroorganisme dalam mendegradasi mendegradasi Cr(VI)

Hari Cr pH Suhu DO

0 0.42 mg/L 7.53 28°C 5.4 mg/L

3 0.31 mg/L 7.42 28.6°C 2.3 mg/L

5 0.26 mg/L 7.2 28.7°C 1.8 mg/L

7 0.10 mg/L 7.0 32°C 1.6 mg/L

Gambar 2. Grafik penilaian performa mikroorganisme dalam mendegradasi Cr(VI) pada media air sungai

Gambar 3. Perbandingan kemampuan mikroorganisme dan kangkung air dalam mendegradasi Cr(VI)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 2 4 6 8

Kemampuan mikroorganisme mendegradasi Cr(VI) (%)

Hari

Akumulasi pengurangan Cr6+

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

0 2 4 6 8

Kandungan Cr(VI) (mg/L)

Hari

Mikroorganisme Kangkung air

(7)

DAFTAR PUSTAKA Agusetyadevy I, Sumiyati, S, dan

Sutrisno E. (2013). Fitoremediasi Limbah yang Mengandung Timbal (Pb) dan Kromium (Cr) dengan Menggunakan Kangkung Air (Ipomoea aquatica). Jurnal Teknik Lingkungan. 2(2):1-9

Andini A. 2017. Analisa Kadar Kromium VI [Cr (VI)] Air di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo.

Jurnal SainHealth. 1(2): 1-4

Keputusan Gubernur Jawa Timur No.

52 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Lingkungan dan Baku Kerusakan Lingkungan.

Lee G, Suonan Z, Kim S.H, Hwang D.W, Lee K.S. 2019. Heavy metal accumulation and phytoremediation potential by transplants of the seagrass Zostera marina in the polluted bay systems. Marine Pollution Bulletin 149 (2019) 110509.

Lestari W. 2013. Penggunaan Ipomoea aquatica Forsk. untuk Fitoremediasi Limbah Rumah Tangga. Prosiding Seminar FMIPA Unila. Lampung.

10-13 Mei

Mahardini P. 2017. Pengaruh Jumlah Inokulum, pH, dan Konsentrasi Awal Cr(VI) terhadap Biosorpsi Cr(VI) oleh Trichorderma viride.

Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya Malang Putra, TSA. 2020. Gambaran Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Cair Pada Industri Sablon di Desa Pemogan Tahun 2020. Tugas Akhir. Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ratnawati, R dan Fatmasari, RD. 2018.

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Timbal (Pb) Menggunakan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata) dan Jengger Ayam (Celosia plumosa). Jurnal Teknik Lingkungan, 3(2): 62-69

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi

(BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana. 30 (3) : 21-26 Shoimah, AN. 2018. Perbedaan Waktu

Kontak Media Batu Zeolit Terhadap Penurunan Kadar Chemical Oxygen Demand Air Limbah Laundry CV.

Wahyu Dewata Tahun 2018. Skripsi.

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sigiro, ERPS. 2016. Efektifitas Penyerapan Timbal (Pb) Oleh Bunga Matahari (Helianthus annuus Linn) Menggunakan Penambahan Mikoriza dan EDTA. Skripsi.

Program Studi Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Sukono GAB, Hikmawan FR, Evitasari dan Satriawan D. 2020. Mekanisme Fitoremediasi: Review. Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan, 2(2): 40-47

Umar, YP, Wignyanto, Sunyoto, NMS.

2015. Isolat Bakteri Dan kemampuannya Mendegradasi Dimetoat. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri. 4(3): 97-101

Violita L, Apriani I,Sulastri A. 2022.

Kemampuan Tanaman Kangkung Air Dalam Menurunkan Krom Heksavalen (Cr(VI)) Pada Limbah Cair Sablon. Jurnal Rekayasa Lingkungan Tropis. 3(1): 37-44 Waluyo, L. 2010. Teknik dan Metode

Dasar dalam Mikrobiologi. UMM Press

Referensi

Dokumen terkait

dalam air baku dari sungai Deli dapat disimpulkan bahwa kadar fluorida yang. dihasilkan sebesar 0, 231 mg/L dan kadar sianida sebesar 0,001 mg/L dan

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan logam berat Pb dan Cd dalam tanaman kangkung ( Ipomoea aquatica ) yang tumbuh di sekitar sungai Bengawan

Perlu dilakukan penelitian kandungan logam berat Pb dan Cd pada tanaman konsumtif lainnya yang ditanam di sekitar sungai Bengawan Solo, kawasan

1) Kandungan logam Cr tidak terdeteksi pada air permukaan di stasiun 1 yaitu di Sungai Cimanuk Desa Leuwigoong dan stasiun 2 di Sungai Ciwalen Desa Sukaregang, sedangkan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Kromium VI (Cr VI) pada air Sungai Pangkajene baik pada pagi dan sore hari menunjukan bahwa logam Kromium VI (Cr VI)

BAKU MUTU AIR SUNGAI (PP No... Universitas

mengakumulasikan kandungan logam berat pada tanaman. Akumulasi logam berat dalam tanah akan meningkat karena adanya penyiraman dari air irigasi yang berasal dari

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Kromium VI (Cr VI) pada air Sungai Pangkajene baik pada pagi dan sore hari menunjukan bahwa logam Kromium VI (Cr VI)