• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN TOPIKAL ASI DENGAN DELAYED CORD CLAMPING AND CUTTING DALAM MEMPERCEPAT PELEPASAN TALI PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERBANDINGAN TOPIKAL ASI DENGAN DELAYED CORD CLAMPING AND CUTTING DALAM MEMPERCEPAT PELEPASAN TALI PUSAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN TOPIKAL ASI DENGAN DELAYED CORD CLAMPING AND CUTTING DALAM MEMPERCEPAT

PELEPASAN TALI PUSAT

Wisdyana Saridewi1, Mega Dewi Lestari2

1Prodi Kebidanan (D-3) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi

2Prodi Kebidanan (D-3) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi

ABSTRAK

51,8% anak meninggal akibat infeksi dan 44% meninggal pada periode bayi baru lahir. Sebagian besar infeksi Bayi Baru Lahir adalah tetanus neonatorum yang ditransmisikan melalui tali pusat. Air Susu Ibu mengandung anti-bakterial alami. Delayed Cord Clamping and Cutting dinilai dapat menurunkan kejadian perdarahan intraventrikuler dan infeksi. Hasil survei pendahuluan, didapatkan bahwa dengan metode Delayed Cord Clamping and Cutting pada 3 ibu bersalin ternyata pelepasan tali pusat bayi baru lahir terjadi pada hari ke-4 sampai ke-5. Beberapa penelitian membuktikan keefektifan metode topikal ASI namun belum dibandingkan dengan metode Delayed Cord Clamping and Cutting. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan kedua teknik tersebut dalam mempercepat pelepasan tali pusat. Metode penelitian analitik menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 20 bayi baru lahir dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan bivariat dengan uji T independen. Hasil penelitian menunjukkan adanya perberdaan waktu pelepasan tali pusat antara kelompok intervensi dan kontrol. Kesimpulannya metode topikal ASI lebih efektif dibandingkan Delayed Cord Clamping and Cutting dalam mempercepat pelepasan tali pusat bayi baru lahir.

Kata kunci: Topikal ASI, Penundaan penjepitan dan pemotongan, Pelepasan Tali Pusat

(2)

ABSTRACT

51,8% of children die from infection and 44% die during at newborn period. Most infection of newborns are tetanus neonatorum which is transmitted through the umbilical cord. Mother's Milk contains natural anti-bacterial. Delayed Cord Clamping and Cutting (DCCC) is considered to reduce the incidence of intraventricular bleeding and infection. The results of the preliminary survey, it was found that with the Delayed Cord Clamping and Cutting method in 3 mothers, it turned out that the newborn's umbilical cord relmoval occurred on the 4th to 5th days. Some studies have proven the effectiveness of topical of human milk method but have not been compared with the Delayed Cord Clamping and Cutting method. The aim of this study was to compare the two techniques in accelerating the release of umbilical cord. Analytical research method used quasi-experimental design with a total sample of 20 newborns with purposive sampling technique. Data analysis used bivariate with independent T test. The results shows that there is a difference in the time of umbilical cord release between the intervention and control groups. In conclusion, the topical method of ASI is more effective than Delayed Cord Clamping and Cutting in accelerating the release of newborn umbilical cord.

Keywords: Topical of Human Milk, Delayed Cord Clamping and Cutting, Umbilical Cord Removal

(3)

PENDAHULUAN

Di dunia, 6,3 juta anak meninggal dibawah usia 5 tahun. 51,8 % meninggal akibat infeksi dan 44% meninggal pada periode bayi baru lahir (Liu, et al, 2015). Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyebutkan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia sebesar 33/1.000 kelahiran hidup, 605 pada periode neonatal / Bayi Baru Lahir (BBL). Angka kematian BBL masih tinggi terutama di Afrika dan Asia Tenggara yaitu 30,5 dan 25,9 / 1.000 kelahiran hidup.

Infeksi sebagai salah satu penyebabnya.

Sebagian besar infeksi BBL adalah tetanus neonatorum yang ditransmisikan melalui tali pusat. Sepsis neonatorum menyumbangkan 15% kematian neonatus di dunia (Coffey, 2017).

Perawatan tali pusat dilakukan agar kondisinya tetap kering dan tidak terjadi infeksi pada BBL (Hidayat, 2008).

Berbagai metode perawatan tali pusat meliputi perawatan bersih dan kering, penggunaan antiseptik/antimikroba topikal (chlorhexidine, povidon iodin, alkohol, triple dye, ASI, mustard oil, shea butter,dll) Purnamasari, 2016).

ASI merupakan produk alami yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Air Susu Ibu (ASI) mengandung anti- bakterial alami. Penelitian Sacks (2015) menunjukkan bahwa pemberian topikal ASI pada tali pusat belum diketahui manfaatnya.

Penelitian Abbaszadeh (2016) menunjukkan bahwa penggunaan topikal ASI pada tali pusat berhubungan dengan pelepasan tali pusat yang lebih singkat dibandingkan dengan yang diberikan chlorhexidine.

Ada penelitian yang menunjukkan bahwa topikal ASI dinilai lebih efektif dibandingkan teknik pemberian alkohol, silver sulphadiazine ataupun perawatan kering

dan terbuka untuk mempercepat pelepasan tali pusat (Ahmadpour, 2015).

Penelitian lain dilakukan dengan teknik pemberian gentian violet, salep antiseptik, bahkan diberikan bahan berbahaya seperti asam borak, bahan kosmetik, ghee (jenis minyak) bahkan kotoran sapi. Bahan berbahaya tersebut masih dilakukan di masyarakat India sebanyak 4,7% (Dandona, 2017).

Penelitian yang membandingkan antara pemberian topikal ASI dengan Delayed Cord Clamping and Cutting (DCCC) hingga plasenta lahir belum dilakukan dan penelitian mengenai manfaat topikal ASI masih sangat sedikit sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.

DCCC menurunkan kejadian perdarahan intraventrikuler dan infeksi (Mercer, 2017). Selain itu, DCCC juga dapat menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi (Sacks, 2015).

Hasil survei pendahuluan, didapatkan bahwa dengan metode DCCC pada 3 ibu bersalin ternyata pelepasan tali pusat bayi baru lahir terjadi pada hari ke-4 sampai ke-5. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh DCCC hingga sirkulasi darah dari plasenta ke bayi terhenti, kemudian sisa darah yang berada di pembuluh darah tali pusat terserap ke tubuh bayi, sehingga mempercepat proses pengeringan dan pelepasan tali pusat.

Kondisi tersebut belum diteliti.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui rata-rata lama pelepasan tali pusat pada BBL dengan metode topikal ASI maupun metode DCCC, serta mengetahui perbedaan dari kedua teknik tersebut.

Beberapa penelitian membuktikan keefektifan metode topikal ASI namun belum dibandingkan dengan metode DCCC.

(4)

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen. Pada rancangan ini terdapat dua kelompok yang digunakan untuk penelitian yaitu kelompok yang diberikan intervensi pemberian topikal ASI dan kelompok yang dilakukan penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat (DCCC) hingga plasenta lahir.

Penelitian ini dilakukan di 2 lahan Praktik Mandiri Bidan (PMB) yaitu PMB Santie Noorchayantie, A.Md.Keb di Kab. Bandung dan PMB Bidan Deni Irmalini, SST di Cimahi dimulai pada Bulan Februari-April 2018.

Sampel dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir yang sehat dan normal di diambil dengan teknik purposive sampling.

Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah bayi baru lahir yang sehat dan normal yang mendapakan izin dari orangtuanya untuk dijadikan responden. Kriteria eksklusinya

adalah bayi baru lahir yang sehat dan normal yang tidak mendapakan izin dari orangtuanya untuk dijadikan responden dan tida menerapkan teknik yang dianjurkan secara rutin.

Teknik pengumpulan data dengan cara primer dan sekunder. Topikal ASI adalah pemberian ASI dengan cara mengoleskannya pada tali pusat sebanyak 2-3 kali dalam sehari (Abbaszadeh, 2016 dan Aghamohammadi, 2012). DCCC adalah penundaaan penjepitan dan pemotongan tali pusat pada kala III (Rabe, 2011). Proses transfer darah ke tubuh bayi sebanyak 30-40 mL membutuhkan waktu 10- 12 detik. (Hosono, 2008).

Analisa data untuk membandingkan antara pemberian topikal ASI dengan DCCC hingga plasenta lahir dalam mempercepat pelepasan tali pusat menggunakan Independent t-Test.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah umbilical cord care,

partus set, sabun dan handuk bayi, lembar observasi, ATK, dll.

Jalannya Penelitian

Cara kerja pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan administrasi

Tim peneliti membuat proposal penelitian untuk diajukan ke Dikti, kemudian tim peneliti mengurus izin penelitian ke 2 lahan

b. Sumber Daya Manusia (SDM) Tim peneliti membagi tugas c. Alat ukur

Alat yang digunakan yaitu kuesioner, lembar checklist dan lembar

observasi untuk mengkaji adanya efek dari penelitian ini.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, tim peneliti bersama PMB melakukan informed consent / persetujuan tindakan kepada ibu dari bayi yang dijadikan responden penelitian, kemudian melakukan intervensi yaitu pemberian topikal ASI dan diikuti beberapa hari hingga tali pusat terlepas/ puput. Tim peneliti juga melakukan observasi pada kelompok yang hanya dilakukan DCCC saja sebagai bahan perbandingan.

(5)

Analisis Data

Analisis data menggunakan univariat untuk distribusi frekuensi dari variabel- variabel dan bivariat untuk menganalisis

perbedaan. Data diuji dengan uji statistik T independent.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut hasil penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lama Pelepasan Tali Pusat pada Kelompok Intervensi dan Kontrol dan Uji Normalitas Data

Variabel Intervensi Kontrol Mean SD Min-Max. 95% CI

n % n %

Lama - 2 hari - 3 hari - 4 hari - 5 hari - 7 hari - 10 hari

4 6 0 0 0 0

40 60 0 0 0 0

0 0 1 1 6 2

0 0 10 10 60 20

4,85 2,66 2-10 3,6-6,1

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata lama hari pelepasan tali pusat adalah 5 hari, dengan standar deviasi 3hari. Lama hari tersingkat adalah 2 hari dan terlama adalah 10 hari.

Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata lama hari pelepasan tali pusat diantara 4 hari sampai dengan 6 hari.

Histogram dan kurve normal tampak menyerupai lonceng, selain itu hasil dari perbandingan skwness dan standar error didapatkan: 0,626/0,512 = 1,22 (kurang dari 2) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel lama hari pelepasan tali pusat menggunakan metode topikal ASI dan DCCC berdistribusi normal. Dampak positif dari perawatan tali pusat yang benar adalah terjadinya pelepasan tali pusat tanpa ada komplikasi. Sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang kurang tepat adalah terjadinya tetanus neonatorum yang bisa menyumbangkan Angka Kematian Bayi (AKB).

Perawatan tali pusat dilakukan agar kondisinya tetap kering dan tidak terjadi infeksi (Hidayat, 2008). Beberapa metode perawatan tali pusat telah dilakukan bahkan diteliti.

Hasil penelitian Martini (2012) menunjukkan rata-rata pelepasan tali pusat dengan teknik kassa kering steril adalah 7 hari, sedangan yang menggunakan teknik kompres kassa alkohol adalah 8 hari.

Penelitian Imdad (2015) menyimpulkan bahwa pelepasan tali pusat pada responden yang diberikan chlorhexidine (5,3 hari) lebih lama dibandingkan dengan teknik perawatan kering (4,2 hari).

Penelitian Guen, et al (2017) menyimpulkan bahwa perawatan kering pada tali pusat (lepas 10 hari) dinilai lebih bermanfaat dibandingkan teknik penggunaan antiseptik pada tali pusat (lepas 11 hari).

(6)

Hasil penelitian Abbaszadeh (2016) menunjukkan bahwa waktu pelepasan tali pusat pada kelompok yang diberikan topikal ASI (7 hari) lebih singkat dibandingkan dengan yang diberikan chlorhexidine (13 hari).

WHO merekomendasikan pemberian topikal antiseptik seperti chlorhexidine pada situasi dimana kondisi hygiene sangat rendah dan kejadian infeksi masih tinggi, sehingga tidak semua negara mempraktikkannya (Herlihy, 2013, Karumbi, 2013 dan Ozdemir, 2017)

Topikal ASI dapat menurunkan kejadian infeksi, sama seperti pemberian chlorhexidine. Namun, ASI dinilai lebih efisien karena tidak memerlukan biaya, mudah digunakan dan merupakan teknik non invasif sehingga aman (Abbaszadeh, 2016).

ASI memiliki faktor imunologi, desinfektan dan sumber nutrisi terbaik bagi BBL. Topikal ASI diberikan setelah bayi lahir dan dilakukan rutin setiap 8 jam selama 2 hari (Aghamohammadi, 2012).

ASI terdiri dari imunoglobulin A yang berkontribusi lebih baik dibandingkan ethanol. Kolostrum kaya akan IgA, leukosit, dan anti infeksi yang diproduksi oleh ibu beberapa hari setelah bersalin (Kelly dalam Yulanda, 2016).

Hasil penelitian

Aghmamohammadi (2012),

menyimpulkan bahwa masa pelepasan tali pusat secara signifikan lebih pendek ketika diberikan ASI (150 jam) dibandingkan dengan perawatan kering (180 jam). Artinya, topikal ASI lebih efektif dibandingkan teknik perawatan kering.

Hasil penelitian Golshan dan Hossein (2013), menyimpulkan bahwa bahwa masa pelepasan tali pusat secara signifikan lebih pendek ketika diberikan ASI (6,5 hari) dibandingkan dengan perawatan kering (7,54 hari) dan pemberian ethanol (8,94 hari).

Pada dasarnya, ketika tubuh bayi telah lahir, maka proses sirkulasi darah dari plasenta ke bayi melalui tali pusat masih berlangsung dan beberapa penelitian telah mengaplikasikan DCCC hingga 120 detik pertama. Proses kala III bisa berlangsung selama 5-10 menit, dan peneliti memberikan kesempatan lebih lama kepada plasenta untuk menyalurkan volume darah lebih banyak lagi kepada bayi hingga fungsi plasenta sebagai reservoir dan proses sirkulasi darah terhenti dengan terjadinya pelepasan plasenta dari dinding rahim.

Penelitian Rabe (2011) membandingkan antara dua jenis intervensi antara DCC selama 30 detik dengan milking the cord sebanyak 4 kali pada BBL prematur dan hasilnya keduanya memiliki efek yang sama.

Penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian ini

Tabel 2. Perbandingan Lama Pelepasan Tali Pusat pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Lama Hari Pelepasan Tali Pusat

Mean SD SE P

Value N

Topikal ASI DCCC

2,6 7,1

0,52 1,85

0,16 0,58

0,001 10 10

(7)

Keterangan : *) berdasarkan Uji T Independent Pada tabel 2 menunjukkan bahwa

rata-rata pelepasan tali pusat pada kelompok metode topikal ASI adalah 3 hari dengan standar deviasi 0,52, sedangkan pada kelompok metode DCCC rata-rata 7 hari, dengan standar deviasi 1,85. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 artinya, ada perbedaan yang signifikan lama hari pelepasan tali pusat antara kedua kelompok tersebut.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa topikal ASI lebih efektif dalam mempercepat pelepasan tali pusat dibandingkan dengan DCCC. Tentunya hasil tersebut dipengaruhi oleh keunggulan- keunggulan komposisi pada ASI. ASI memiliki faktor imunologi, desinfektan dan sumber nutrisi terbaik bagi BBL (Aghamohammadi, 2012). Walaupun DCCC juga menurunkan kejadian perdarahan intraventrikuler dan infeksi (Mercer, 2017).

Kesempatan lebih lama kepada plasenta untuk menyalurkan volume darah lebih banyak lagi kepada bayi hingga fungsi plasenta sebagai reservoir dan proses sirkulasi darah terhenti dengan terjadinya pelepasan plasenta dari dinding rahim membuat volume darah dalam tali pusat pun berkurang sehingga diharapkan dapat mempercepat pelepasan tali pusat (Rabe, 2011).

DCCC ini dilakukan penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan tujuan memberikan tranfusi darah agar bayi terhindar dari anemia dan mempercepat pelepasan tali pusat (puput) untuk menghindari terjadinya infeksi.

Di Tanzania, setelah tali pusat bayi dipotong, kemudian diikat dengan benang dari pohon palm (Muale) untuk menghentikan perdarahan sebagai langkah pencegahan infeksi (Dhingra, 2014).

KESIMPULAN

Rata-rata lama pelepasan tali pusat yang menggunakan metode topikal ASI adalah 3 hari, sedangkan yang menggunakan metode

DCCC adalah 7 hari. Ada perbedaaan yang signifikan lama hari pelepasan tali pusat antara metode topikal ASI dengan DCCC.

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Kemenristek Dikti yang telah mendanai penelitian ini, kepada LPPM STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah memfasilitasi peneliti dalam

menerbitkan jurnal ini dan terimakasih kepada rekan-rekan Dosen Prodi Kebidanan dan para Bidan di lahan praktik yang selalu terbuka dan mendukung dilaksanakannya penelitian demi mengembangkan ilmu kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbaszadeh, et al. 2016. Comparing The Impact of Topical Application of human Milk and Chlorhexidine on Cord Separation Time in Newborns. Pakistan Journal of Medical Sciences, 32 (1): 239-243.

Aghmamohammadi, et al. 2012. Comparing th Effect of Topical Application of Human Milk and Dry Cord Care on Umbilical Cord Separation Time in Healthy Newborn Infants.

(8)

Iranian Journal of Pediatrics, Vol.22 No.2, Pp:

158-162.

Ahmadpour, et al. 2015. Short Term Outcome of Neonates Born with Abnormal Umbilical Cord Arterial Blood Gases.Iranian Journal of Pediatrics, doi: 10.5812/ijp.25(3)2015.174 Coffey, P. and Brown, SC. 2017. Umbilical Cord-care Practices in low-and Middle Income Countries: A Systematic Review.

BMC Pregnancy and Childbirth. DOI:

10.1186/s12884-017-1250-7.

Dandona, et al. 2016. Use of Antiseptic for Cord Care and Its Associationwith Neonatal Mortality in A Population-based Assesment in Bihar State, India. Journal of Clinical Pathology Vol.7, issue 1, 1-3.

Dhingra, et al. 2014. Delivery, Immediate Newborn and Cord Care Practices in Pemba Tanzania: A Qualitative Study of Community, Hospital Staff and Community Level Care Providers for Knowledge, Attitudes, Belief, Systems and Practices. BMC Pregnancy and Childbirth, 14:173, 6.

Golshan, M., & Hossein, N. (2013). Impact of Ethanol, Dry Care and Human Milk on the Time for Umbilical Cord Separation. JPMA.

The Journal of the Pakistan Medical Association, 63(9), 1117-1119.

Guen, et al. 2017. Dry Care Versus Antispetics for Umbilical Cord Care: A Cluster Randomized Trial. American academy of Pediatrics News and Journals, Vol. 139 , Issue 1, 1-6.

Hidayat, A. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Buku Praktikum Kebidanan. Jakarta:

EGC.

Herlihy, Julie M., et al. 2013. Local Perceptions, Cultural Beliefs and Practices

That Shape Umbilical Cord Care: A Qualitative Study in Southern Province, Zambia. www.plosone.org, Vol. 8, Issue 11, e79191, page 1-4. Diakses tanggal 6 Juni 2017.

Hosono S, et al. 2008. Umbilical Cord Milking Reduces The Need for Red Cell Transfusions and Improves Neonatal Adaptation In Infants Born Less Than 29 Weeks’ Gestation: A Randomised Controlled Trial. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2008;93:F14–9.

Imdad, A, et al. 2015. Umbilical Cord Antiseptics for Preventing Sepsis and Death among Newborns. Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 5. Art. No.

CD008635. DOI:

10.1002/14651858.CD008635.pub2. Page 12- 9.

Karumbi, et al. 2013. Topical Umbilical Cord Care for Prevention of Infection and Neonatal Mortality. Pediatric Infect Disease Journal.

2013 January ; 32(1): 78–83.

doi:10.1097/INF.0b013e3182783dc3, page 2- 3.

Liu, et al. 2015. Global, Regional, and National Causes of Chid Mortality in 2000- 13, with Projections to Inform Post-2015 Priorities: An Updated Systematic Analysis.

Lancet Journal Vol. 385, No. 9966. P430-440.

http://www.thelancet.com/journals/lancet/arti cle/PIIS0140-6736(14)61698-6/fulltext.

Diakses tanggal 6 Juni 2017.

Martini, Diah Eko. 2012. Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan Perawatan Menggunakan Kassa Kering dan Kompres Alkohol di Desa Plosowahyu Kabupaten Lamongan. Jurnal Surya Vol.03 No.XIII.

Mercer, 2017. Effects Of Delayed Cord Clamping On Residual Placental Blood

(9)

Volume, Hemoglobin And Bilirubin Levels In Term Infants: A Randomized Controlled Trial.

Journal of Perinatology, ISSN: 0743-8346.

Ozdemir, et al. 2017. Impact of Different Antiseptics on Umbilical Cord Colonization and Cord Separation Time. The Journal of Infection in Developing Countries (JIDC), 11(2): 152-157, DOI: 10.3855/jidc.7244.

Purnamasari, Lina. 2016. Perawatan Topikal Tali Pusat untuk Mencegah Infeksi pada Bayi Baru Lahir. Vol. 43, No.5, 395-6.

Rabe,Heike, et al. 2011. Milking Compared with Delayed Cord Clamping to Increase to Increase Placental Tranfusion in Preterm Neonates: A Randomized Controlled Trial.American College of Obstetricians and Gynecologists, Vol.117, No.2, Part 1, 206-11.

Sacks, et al. 2015. Skin, Thermal and Umbilical Cord Care Practices for Neonates in Southern, Rural Zambia: A Qualitative Study. BMC Pregnancy and Childbirth, 15:

149, DOI: 10.1186/s12884-015-0584-2, 5-6.

World Health Organization. 2015. Global

Health Observatory Data

Repository.http://apps.who.int

Yulanda, dkk. 2016. Effectiveness Of Applying Breastfeeding/Milk On Umbilical Cord Tohasten Umbilical Cordremoval Compared To Ethanol And Dry Care Of Newborn: Literature Review.

http://www.ners.unair.ac.id

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara perawatan tali pusat terbuka dan kasa kering dengan lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir.. Kata Kunci :

Penelitian lain menemukan bayi yang dilakukan pemotongan tali pusat segera setelah bayi baru lahir, dalam 48 jam memiliki kadar hemoglobin sebesar 16,1 g/dL

bayi dengan menggunakan kassa kering steril pada hari ke-6, mayoritas lama waktu pelepasan tali pusat bayi dengan menggunakan kassa alkohol pada hari ke- 7,

7 Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan rerata waktu pelepasan kelompok alkohol 70% adalah 1,55 hari lebih lama dibandingkan kelompok ASI (p = 0,000), namun

Waktu pelepasan tali pusat antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang sangat signi fi kan waktu pelepasan tali pusat bayi kelompok model

pelepasan tali pusat pada bayi dengan perawatan kassa kering lebih cepat. dibandingkan dengan bayi dengan perawatan kassa alkohol 70%

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa perawatan tali pusat berpengaruh terhadap waktu pengeringan dan pelepasan

Juga sesuai dengan teori tali pusat akan puput dalam waktu 5 sampai 14 hari, namun tidak menjadi standar karena bisa lebih cepat atau lebih lama dimana tali pusat yang