Abstrak
Lamanya pelepasan tali pusat akan memberi peluang infeksi yang merupakan penyebab kematian. WHO merekomendasikan perawatan berdasarkan prinsip aseptik, namun belum cukup bukti merekomendasikan penggunaan rutin anti mikroba topikal untuk perawatan. Angka kejadian tetanus neonatorum akibat infeksi tali pusat terus meningkat dan beresiko menyebakan kematian. Dari beberapa penelitian terbukti bahwa ASI menjadi bahan alternatif perawatan tali pusat karena bersifat steril, mengandung anti inflamasi dan anti infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah topikal ASI terhadap lama pelepasan. Desain penelitian menggunakan quasi-experiment dengan pendekatan kohort. Sampel pada penelitian ini sebanyak 43 bayi yang dipilih menggunakan consecutive sampling. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, yaitu bayi baru lahir yang memenuhi kriteria inklusi diberi ASI 5 tetes, 7 tetes dan 10 tetes untuk diobservasi lama penyembuhan luka. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan lama penyembuhan luka paling cepat dengan pemberian ASI 5 tetes selama 164,931 jam (164 jam 56 menit), 10 tetes selama 170,173 jam (170 jam 10 menit) dan 7 tetes selama 171,807 jam (171 jam 48 menit). Hasil analisis menggunakan one-way anova menunjukkan perlakuan pemberian topikal ASI berpengaruh tidak bermakna terhadap lama penyembuhan luka tali pusat (F-hitung 0,393 dengan p-value 0,678). Pemberian topikal ASI memberikan respon berbeda pada penyembuhan luka tali pusat bayi.
Kata Kunci: ASI, Lama Pelepasan Tali Pusat
Abstract
The length of time that the cord is removed will allow infection which is the cause of death. WHO recommends treatment based on aseptic principles, but there is insufficient evidence to recommend routine use of topical antimicrobials for treatment. The incidence of tetanus neonatorum due to umbilical cord infection continues to increase and is at risk of causing death. Several studies have shown that breast milk is an alternative material for cord care because it is sterile, contains anti-inflammatory and anti-infective properties. This study aims to determine the effect of the topical amount of breast milk on the duration of release. The research design used a quasi-experiment with a cohort approach. The sample in this study was 43 babies who were selected using consecutive sampling. Samples were divided into 3 treatment groups, namely newborns who met the inclusion criteria were given 5 drops, 7 drops, and 10 drops of breast milk to observe the duration of wound healing. Data collection using the observation sheet. The results showed the fastest wound healing time was given 5 drops of breast milk for 164,931 hours (164 hours 56 minutes), 10 drops for 170,173 hours (170 hours 10 minutes), and 7 drops for 171,807 hours (171 hours 48 minutes). The results of the analysis using one-way ANOVA showed that the treatment of topical breastfeeding had no significant effect on the length of healing of cord wounds (F-count 0.393 with p-value 0.678). Topical breastfeeding responds differently to the healing of the baby's cord wound.
Keywords: breast milk, length of umbilical cord release
MIKIA:
Pengaruh Jumlah Topikal Air Susu Ibu Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat
Kiswati1, Jamhariyah2
1,2 Poltekkes Kemenkes Malang, Indonesia
kiswati.frq@gmail.com Mimbar Ilmiah Kesehatan Ibu dan Anak (Maternal And Neonatal Health Journal)
PENDAHULUAN
Bayi secara fisiologis dapat hidup mandiri tanpa bantuan dari placenta segera setelah lahir, oleh sebab itu dilakukan tindakan pengikatan dan pemotongan pada tali pusat. Kondisi ini menimbulkan perlukaan yang dapat menjadi port de entry mikroorganisme sehingga bayi mudah
menderita infeksi. Untuk itu perlu
dilakukan perawatan tali pusat. Perawatan tali pusat yang digunakan saat ini adalah dengan metode terbuka (metode bersih dan kering), tanpa memberikan sesuatu apapun pada tampuk tali pusat dan kemudian dibiarkan terbuka tanpa tutup. Metode ini dimulai sejak adanya pelatihan APN 2002, tetapi dengan metode terbuka ternyata masih ditemukan kejadian infeksi pada tali pusat.
WHO tahun 2010, mengemukakan angka kematian bayi sebesar 560.000 disebabkan oleh infeksi tali pusat, dengan
kasus yang sama Asia Tenggara
menyumbangkan 126.000 kematian bayi (Asiyah, Islami, & Mustagfiroh, 2017). Sementara itu jika dilihat dari kematian Neonatus di Indonesia Tren yang terjadi dari tahun 1991 sampai 2017 mengalami penurunan sebanyak 32/1.000 kelahiran hidup menjadi 15/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018). Di Indonesia jumlah kematian akibat tetanus neonatorum tahun 2019 sebanyak 56 kasus, dimana ditahun tersebut Jawa timur menyumbangkan 5 kasus kematian yang disebabkan tetanus neonatorum (Kesmenkes RI, 2019).
Tahun 2011 Kabupaten Jember angka kematian pada bayi sebesar 11,6/1000 kelahiran hidup pada dan tahun 2018 turun
menjadi 7,47/1000 kelahiran hidup.
Sedangkan di RSD dr Soebandi Jember ditemukan 5 kasus dan 3 kematian bayi dengan tetanus neonatorum sampai dengan Nopember 2011. Tahun 2018 di kabupaten
Jember tepatnya wilayah kerja puskesmas Pakusari ditemukan 1 kasus yang menjadi penyebab kematian akibat tetanus neonates (Dinkes Kabupaten Jember, 2019).
Saat antenatal pencegahan dengan imunisasi TT merupakan kunci untuk menurunkan kematian, berikan imunisasi TT sesuai status imunisasi ibu, jika ibu
belum pernah imunisasi atau status
imunisasi tidak diketahui maka beri dosis vaksin 0,5 ml secara IM di lengan atas sesuai selang waktu minimal (Kemenkes RI, 2013). Saat intranatal pertolongan persalinan bersih dan aman sesuai standart Asuhan Persalinan Normal wajib dilakukan, terutama pada manajemen aktif kala III tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah persalinan, memotong tali pusat dengan menggunakan klem DTT/steril. Perawatan tali pusat yang baik dan benar pada saat postnatal dapat mempengaruhi lamanya proses pengeringan dan lamanya waktu lepas serta infeksi dapat dicegah dan hal ini efektif terhadap proses penyembuhannya (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2012).
Perawatan tali pusat dapat dilakukan dengan berbagai metode, selain dengan metode bersih dan kering, salah satunya
dengan metode pemberian ASI.
Penggunaan ASI dalam perawatan tali pusat mungkin dapat dipertimbangkan, karena ASI mengandung banyak unsur seperti protein 8,5%, karbohidrat 3,5%, lemak, garam, mineral, vitamin dan juga tinggi immunoglobulin A (Ig A) yang berperan sebagai imun pasif (Jauhari, Fitriani, &
Bustami, 2018). Selain itu ASI
mengandung hormon, anti alergi dan anti inflamasi factor kekebalan tubuh bertugas memerangi infeksi yang masuk dalam tubuh bayi (Arum & Widiyawati, 2016). Sementara itu penelitian yang dilakukan
membuktikan bahwa ada pengaruh perawatan tali pusat dengan ASI Topikal, dari 15 bayi yang dirawat tali pusatnya dengan topikal ASI 13 bayi mengalami pelepasan tali pusat lebih cepat 1-7 hari jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi perawatan kassa kering yaitu sebanyak 6 bayi.
Pada kenyataaannya di beberapa tempat pelayanan kesehatan masih belum banyak yang melakukan perawatan tali pusat dengan menggunakan metode pemberian
ASI. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh jumlah topikal ASI terhadap lama pelepasan tali pusat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
quasi-experimental yaitu satu kelompok
dilakukan intervensi sesuai dengan metode yang dikehendaki, kelompok lainnnya dilakukan seperti biasanya dengan desain penelitian menggunakan pendekatan kohort
yaitu mengklasifikasikan kelompok
terpapar dengan tidak terpapar, untuk kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidaknya fenomena (Purnomo & Bramantoro, 2018).
Populasi penelitian adalah bayi baru lahir aterm pada bulan Oktober-Nopember tahun 2014 di RSD dr Soebandi sebanyak 60 bayi, dengan sampel sebanyak 43 bayi yang dipilih dengan teknik consecutive
sampling. Kriteria inklusi pada penelitian
ini adalah bayi baru lahir aterm usia 0 hari yang tidak mendapat terapi antibiotik, tidak
mengalami komplikasi, saat lahir
pemotongan tali pusat dengan alat yang steril, lama persalinan tidak melebihi partograf, bayi lahir normal dari ibu usia reproduksi normal 20-35 tahun, ibu hamil dalam kondisi status gizinya baik dan sudah mengeluarkan ASI, ibu dan keluarga bayi bersedia menjadi responden.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian topikal ASI dan
variabel dependennya adalah lama
pelepasan tali pusat. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi.
Prosedur yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu: setelah mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria inklusi, responden akan mendapatkan perlakuan berupa perawatan tali pusat dengan ditetesi ASI menggunakan spuit 3 cc pada ujung dan pangkal tali pusat yang dilakukan minimal dua kali sehari oleh bidan sampai tali pusatnya lepas, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1 Kelompok Perlakuan Penelitian
Pemberian Topikal ASI Responden 5 tetes 7 tetes 10 tetes 14 15 14 Total 43
Pemberian ASI topikal diobservasi dari hari I sampai lepasnya tali pusat dalam jam. Data dianalisis menggunakan one way
anova. Penelitian ini telah lolos uji etik oleh
Komisi Etik Poltekkes Kemenkes Malang (Reg.No: 118/2014).
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Rerata Lama Penyembuhan
Luka Setelah Pemberian
Topikal ASI
Kelompok Perlakuan Mean±SD
I II III 164,931±16,043 171,807±20,279 170,173±27,288 Rerata 169,036±21,356
Tabel 1 menunjukkan lama
penyembuhan luka yang paling cepat pada
kelompok I dengan pemberian ASI
sebanyak 5 tetes, yaitu selama 164,931 jam (164 jam 56 menit), kemudian pada kelompok III dengan pemberian topikal
ASI sebanyak 10 tetes selama 170,173 jam (170 jam 10 menit) dan 7 tetes selama 171,807 jam (171 jam 48 menit).
Uji normalitas data menggunakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan
taraf signifikansi 5%.
Tabel 2 Uji Normalitas Lama
Penyembuhan Luka Tali Pusat
Berdasarkan Kelompok
Perlakuan
Kelompok
Perlakuan p-value Ket. I II III 0,725 0,988 0,973
Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal
Tabel 2 menunjukkan data lama penyembuhan luka tali pusat berdasarkan kelompok perlakuan berdistrubusi normal.
Analisis data menggunakan one-way
Anova dan dilanjutkan dengan uji HSD-Tukey. Uji homogenitas data menggunakan Levene Statistic Test menunjukkan data
homogen (p-value 0,209).
Tabel 3 Uji Beda Lama Penyembuhan Luka Tali Pusat Berdasarkan Kelompok Perlakuan Sumber Keragaman Derajat Bebas F-hitung p-value Perlakuan Galat Total 2 40 42 0,393 0,678
Tabel 3 menunjukkan tidak ada beda lama penyembuhan luka tali pusat berdasarkan kelompok perlakuan I, II, dan III. Lama penyembuhan luka tali pusat yang diberikan topikal ASI dalam kategori normal.
DISKUSI
Perawatan tali pusat adalah suatu usaha
untuk mencegah terjadinya infeksi
neonatorum yang terjadi pada bayi pada
kehidupan pertama setelah kelahiran.
Perawatan tali pusat pada saat kelahiran dan setelah kelahiran dianggap suatu usaha yang efektif untuk mencegah terjadinya
infeksi tali pusat dan tetanus neonatorium. Perawatan tali pusat dilakukan dengan teknik aseptik, dengan demikian tali pusat tidak terkontaminasi. Saat persalinan, tangan harus dicuci dengan sabun dan air bersih sebelum persalinan dan pada saat sebelum memotong dan mengikat tali pusat, bayi baru lahir diletakkan di tempat yang bersih pada perut ibu dan tali pusat harus dipotong dengan alat yang steril.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama pelepasan rata-rata adalah 169,04 ± 21,35 jam dengan pelepasan yang paling cepat adalah dengan pemberian ASI sebanyak 5 tetes selama 164,931 jam (164 jam 56 menit), kemudian berturut-turut dengan pemberian topikal ASI 10 tetes selama 170,173 jam (170 jam 10 menit) dan 7 tetes selama 171,807 jam (171 jam 48 menit). Berdasarkan hasil analisis ragam (Oneway Anova) diperoleh hasil bahwa
perlakuan pemberian topikal ASI
berpengaruh tidak bermakna terhadap lama penyembuhan luka tali pusat dengan nilai F-hitung sebesar 0,393 dengan nilai signifikansi sebesar 0,678.
Hasil penelitian yang dilakukan Putri, Yuliani, & Widdefrita, (2017) di Indonesia
menunjukkan bahwa rata-rata lama
pelepasan tali pusat menggunakan topikal ASI adalah 5,03 hari, sementara waktu pelepasan menggunakan teknik kering
rata-rata 6 hari. Hasil penelitian lain
menemukan rata-rata waktu pelepasan tali pusat pada kelompok yang menggunakan ASI adalah 127,41 jam lebih cepat dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan kasa kering 157,38 jam, terdapat perbedaan rata-rata 29,97 jam, penelitian ini menyimpulkan bahwa ASI lebih efektif digunakan untuk merawatan tali pusat dibandingkan penggunaan kasaa kering (Hartanto & Purwanto, 2016). Hal ini dikarenakan ASI memiliki banyak agen
imunologi dan anti infeksi yang mana pada decade lalu diteliti bahwa ASI adalah agen potensial imuno competent yang kaya akan jenis produk proteksi immune pada bayi. Pada perawatan tali pusat menggunakan ASI yang mengandung anti inflamasi dapat mempercepat waktu lepas tali pusat dan mencegah infeksi pada periode neonatal. Selain itu perlunya perawatan berkelanjutan yang dilakukan oleh ibu setelah dirumah, karena kedisiplinan ibu dalam memberikan ASI pada tali pusat dan personal hygiene yang baik akan mempengaruhi lama lepas tali pusat. Pengaruh pemberian topikal ASI terhadap waktu pelepasan tali pusat juga di teliti oleh Dewi, Muliani, & Tondong, (2018) menyimpulkan bahwa ada pengaruh pemeberian topikal ASI terhadap lama pelepasan tali pusat, dengan peluang 1,42
kali (42,66 jam) lebih cepat jika
dibandingkan dengan perawatan kering terbuka.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Williams (2014) yang menyatakan bahwa tali pusat secara bertahap mengering, menghitam dan akan lepas dalam waktu 10 hari, dimana rentang waktu pelepasan tali pusat tidak ada yang melebihi 10 hari. Juga sesuai dengan teori tali pusat akan puput dalam waktu 5 sampai 14 hari, namun tidak menjadi standar karena bisa lebih cepat atau lebih lama dimana tali pusat yang dirawat dengan topikal ASI waktu pelepasannya lebih cepat sehingga efektif mencegah infeksi.
Penggunaan topikal ASI sebagai
metode perawatan tali pusat pada bayi baru lahir merupakan regimen yang tepat untuk mempercepat pelepasan tali pusat, hal ini
disebabkan topikal ASI mengandung
protein yang sangat tinggi, protein
berfungsi sebagai pembentuk ikatan
esensial tubuh, mengatur keseimbangan cairan tubuh, memelihara netralisasi tubuh
dengan bereaksi terhadap asam basa agar pH tubuh seimbang, membentuk antibodi serta memegang peranan penting dalam mengangkut zat gizi ke dalam jaringan. Protein yang berada dalam ASI akan berikatan dengan protein dalam tali pusat sehingga membentuk reaksi imun dan terjadi proses apoptusis. Pembelahan dan pertumbuhan sel di bawah pengendalian genetik sel juga dapat mengalami kematian sel secara terprogram (muminisasi). Gen dalam sel tersebut memainkan peranan aktif pada kehancuran sel (Simanungkalit,H.M, 2019). Penggunaan topikal ASI pada perawatan tali pusat adalah tindakan yang sederhana, efektif, murah dan mudah karena kandungannya sebagai anti inflamasi dan mencegah infeksi sehingga dapat mempercepat pelepasan pada talipusat (Dewi et al., 2018).
IgA di dalam ASI sangat berkhasiat untuk melindungi tubuh bayi terhadap berbagai infeksi. Selain itu, IgA ini juga berfungsi untuk mencegah absorpsi protein-protein asing ketika IgA bayi belum terbentuk. IgA bayi berasal dari sel-sel plasma di dalam lamina propia dan kelenjar-kelenjar limfe di bawah mukosa saluran pencernaan dan belum berproduksi
pada umur minggu-minggu pertama
(Walker & Wong, 2009). Dengan berbagai macam komponen-komponen zat anti infeksi di dalam kolostrum dan ASI, maka bayi akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan virus, bakteri, parasit dan antigen lainnya.
Pelepasan tali pusat merupakan proses yang komplek, dimana ada keikutsertaan infiltrate leucosit polymorfonuclear dan
enzim proteolitikyang mempengaruhi
proses pelepasan dan pengeringan tali pusat. Factor lain yang mempengaruhi pelepasan tali pusat adalah agen yang normal pada sekitar umbilicus yang
mempercepat pelepasan tali pusat ketika dirawat dengan menggunakan ASI.
Protein dalam ASI yang tinggi
mencapai 4,1 gram% sangat berperan dalam perbaikan sel-sel yang rusak, mempercepat proses penyembuhan sehingga mampu mempercepat waktu pelepasan tali pusat. Hasil penelitian ini masih belum bisa
membuktikan tentang seberapa besar
pemberian topikal ASI yang mampu mempercepat penyembuhan luka tali pusat bayi.
PENUTUP
Pemberian topikal ASI memberikan
respon yang berbeda pada lama
penyembuhan luka tali pusat bayi. Lama waktu pelepasan tali pusat baik yang menggunakan ASI maupun perawatan kering masih dalam katagori normal. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mengetahui jumlah topikal ASI yang ideal untuk mempercepat penyembuhan luka, sehingga dapat meminimalkan kejadian infeksi tali pusat pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Arum, P., & Widiyawati, A. (2016). Kandungan Gizi ASI (Air Susu Ibu) pada Berbagai Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal Lmiah Inovasi,
16(3), 200–203.
https://doi.org/10.25047/jii.v16i3.311 Asiyah, N., Islami, & Mustagfiroh, L.
(2017). Perawatan Tali Pusat Terbuka
Sebagai Upaya Mempercepat
Pelepasan Tali Pusat. Indonesia Jurnal
Kebidanan, 1(1), 29–36.
https://doi.org/10.26751/ijb.v1i1.112 Dewi, D. Y. R., Muliani, & Tondong, H. I.
(2018). Influence of Breastfeeding Giving Topical to Old Release of
Umbilical Cord at Midwife
Independent Practice Anatapura And Setia In Palu. Jurnal Bidan Cerdas
(JBC), 1(1), 44.
https://doi.org/10.33860/jbc.v1i1.83 Dinkes Kabupaten Jember. (2019). Profil
Kesehatan Kabupaten Jember Tahun
2018. Retrieved from
https://www.kemkes.go.id/resources/d ownload/profil/PROFIL_KAB_KOTA _2018/3509_Jatim_Kab_Jember_2018 .pdf
Hartanto, A., & Purwanto, N. H. (2016). Efektifitas Penggunaan Air Susu Ibu pada Percepatan Pelepasan Tali Pusat Bayi. Keperawatan, 17–23.
Jauhari, I., Fitriani, R., & Bustami. (2018).
Perlindungan Hak Anak terhadap Pemberian Air Susu Ibu (ASI).
Yogyakarta: Deepublish.
Kemenkes RI. (2013). Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. In
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan
Indonesia 2017 (R. Kurniawan, Yudianto, B. Hardhana, & T. Siswanti, Eds.). https://doi.org/10.1002/qj. Kesmenkes RI. (2019). Data dan Informasi
Profil Kesehatan Indonesia 2019 (B.
Hardhana, F. Sibuea, & W. Widiantini,
Eds.). Retrieved from
http://www.statsghana.gov.gh/docfiles/ glss6/GLSS6_Main Report.pdf%0Ahttps://resources.saylor .org/wwwresources/archived/site/wp- content/uploads/2015/07/ENVS203- 7.3.1-ShawnMackenzie-ABriefHistoryOfAgricultureandFoodP roduction-CCBYNCSA.pdf Laksawati, N. . (2009). Efektivitas
Pelepasan Tali Pusat dengan Menggunakan Perawatan ASI dan Kasa Steril di BPS Ny. Evy Arianti dan BPS Ny. Wartuti di Desa Masaran
Kecamatan Bawang Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2009. AKBID
YLPP.
Purnomo, W., & Bramantoro, T. (2018).
Pengantar Metodologi Penelitian
Bidang Kesehatan. Surabaya:
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2012). Eliminasi Tetanus Maternal & Neonatal. Buletin Jendela Data Dan
Informasi Kesehatan, pp. 1–16.
Putri, D., Yuliani, W., & Widdefrita.
(2017). Perbandingan Penggunaan
Topikal ASI dengan Perawatan Kering terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat
Bayi. Afiyah, IV, 1–5.
https://doi.org/10.31101/jkk.130 Simanungkalit, H. M., & Sintya, Y. (2019).
Perawatan Tali Pusat Dengan Topikal ASI Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat. Jurnal Kebidanan Malahayati,
5(4), 364–370.
https://doi.org/10.33024/jkm.v5i4.155 2
Walker, W. ., & Wong, R. (2009). Immunology of Gastrointestinal Tract.
Journal Pediatry, 2, 517–527.
Williams, Frances (2014) Baby Care Day by Day, Pustaka Bunda, Jakarta.