• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN FAKTOR KECEMASAN PESERTA DIDIK KELAS UNGGUL DENGAN REGULER DALAM MENGHADAPI UJIAN

(Studi di Kelas X IPA SMA N 1 Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan)

Ervina1 , Rahma Wira Nita2, Fuaddillah Putra2

1Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ervinavhina830@gmail.com

ABSTRACT

The background of this research is phenomenon that happened to senior high school students relate to anxiety. The purposes of this research are explained 1) the factor of anxiety students in excellent class, 2) the factor of anxiety students in regular class, 3) the differences between anxiety of students in excellent class with regular class in facing examination. The kind of this research is comperative descriptive. The sample is 116, sample of this research is using propotional random sampling technique which 32 students who from excellent class and 84 students from regular class. The results of this research reveal: (1) the factor of anxiety students at excellent class in facing examination, from the data analysis is more anxiety. (2) the factor of anxiety students at regular class in facing examination, from the data analysis is less anxiety. (3) the differences between excellent class with regular class in facing examination have a significant differences.

The result of this research is recommended to student.

Keywords: Anxiety, Excellent Class and Regular Class PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang memungkinkannya berfungsi secara edukatif dalam kehidupan masyarakat.

Sejalan dengan hal tersebut dalam UU No. 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tentu diperlukan sasaran yang akan menerima pendidikan yang disebut sebagai peserta didik, Menurut Sudarwan (2010:1) peserta didik merupakan sumberdaya utama dan terpenting dalam suatu proses pendidikan formal, tidak ada peserta didik, tidak ada guru, peserta didik bisa

(2)

belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik.

Karenanya, kehadiran peserta didik menjadi keniscahayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.

Peserta didik sangat dibutuhkan agar proses pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Peserta didik dalam pendidikan juga terbagi dalam peserta didik kelas unggul dan peserta didik kelas reguler. Menurut Hawadi (Ahyani & Raharjo, 2015:241) Program kelas unggulan adalah program khusus untuk mengelompokkan peserta didik berdasarkan prestasi yang tinggi.

Dimana peserta didik dituntut agar dapat mencapai prestasi lebih baik dari kelas reguler.

Menurut Fitriyani (2012:36) peserta didik kelas reguler adalah peserta didik yang menyesuaikan studi selama tiga tahun. Peserta didik ini memiliki kemampuan rata-rata dan tidak memperoleh pelayanan secara khusus, pelayanan yang diperoleh sama dengan peserta didik yang lain. Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum standar nasional yang berlaku bagi semua siswa yang menempuh pendidikan.

Pada instansi pendidikan dilakukannya evaluasi untuk menilai sejauh mana peserta didik mampu memahami pelajaran yang sudah dipelajari. Evaluasi tersebut dilakukan berupa ujian. Menurut Mahmud (Supriyantini, 2010:14) ujian merupakan suatu penilaian yang dilakukan sebagai tes hasil dari suatu proses belajar mengajar sebagai suatu penelitian, berarti ujian merupakan suatu tindakan yang tepat bila peserta didik ingin menyelesaikan proses belajarnya.

Pada proses pendidikan yang diberikan oleh pihak sekolah, terdapat beberapa peserta didik yang mengalami kecemasan dalam berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekolah. Menurut Freud (Safaria & Saputra, 2012: 49) kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMA N 1 Ranah Pesisir (tanggal 8-9 Mei 2017) peneliti menemukan peserta didik mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian, baik peserta didik pada kelas unggul maupun peserta didik kelas reguler.

SMA N 1 Ranah Pesisir memiliki

(3)

akreditasi sekolah A, sehingga sekolah dituntut untuk menghasilkan peserta didik dengan nilai yang memuaskan dan terbaik di kabupaten Pesisir Selatan.

Peserta didik kelas unggul lebih memiliki target pencapaian prestasi belajar yang tinggi dibandingkan peserta didik kelas reguler. Peserta didik kelas unggul berlomba-lomba untuk mencapai nilai tertinggi di kelas. Peserta didik akan melakukan berbagai persiapan untuk mencapai target yang telah ditetapkannya. Namun persiapan tersebut tetap saja tidak membuat peserta didik tenang dalam menghadapi ujian.

Terlihat sangat jelas dari ekspresi peserta didik kelas unggul terlihat panik di kelas saat akan menghadapi ujian. Beberapa peserta didik cenderung menghibur diri dengan cara mengajak teman-temannya bersenda gurau saat belajar.

Sedangkan peserta didik kelas reguler tidak peduli dengan persiapan ujian yang diberikan guru dalam menghadapi ujian. Hal ini terlihat pada tingkah laku peserta didik kelas reguler yang santai ketika akan menghadapi ujian. Ketika guru mata pelajaran membahas kisi-kisi ujian, peserta didik lebih memilih keluar kelas, duduk-duduk di kantin dan bermain handphone.

Peserta didik tidak memiliki persiapan

yang banyak untuk menghadapi ujian.

Peserta didik bepikir walaupun tidak belajar dengan giat tetap saja mereka akan naik kelas karena cukup dengan nilai-nilai yang sudah ada.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru BK kelas X pada tanggal 08 Mei 2017, diperoleh informasi bahwa ada kecemasan yang dialami peserta didik kelas unggul dan peserta didik kelas reguler. kecemasan yang diperlihatkan oleh peserta didik kelas unggul dengan kelas reguler tampak berbeda. Peserta didik kelas reguler cenderung lebih santai menghadapi ujian, akan tetapi terkadang mereka juga merasa cemas jika tidak naik kelas. Sedangkan kelas unggul, Ada peserta didik kelas unggul terlihat panik di kelas saat akan menghadapi ujian karena target KKM yang harus dicapai.Hal itu terlihat jelas ketika akan menghadapi ujian peserta didik kelas unggul cenderung bertanya kepada guru mata pelajaran tentang kisi-kisi soal ujian yang akan diujiankan dan cenderung mengkonsultasikan kepada guru BK kiat-kiat sukses dalam menghadapi ujian. Sedangkan peserta didik kelas reguler tidak begitu antusias dalam pemberian kisi-kisi soal ujian bahkan ketika kisi-kisi ujian itu

(4)

diberikan peserta didik tidak begitu serius menanggapinya.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu peserta didik kelas unggul dan peserta didik kelas reguler pada tanggal 09 Mei 2017, peserta didik kelas unggul mengatakan suasana kelas dalam proses belajar yang kurang nyaman dan dekat dengan pemukiman warga membuat susah untuk berkonsentrasi, adanya persaingan yang ketat dalam kelas juga membuat peserta didik kelas unggul menjadi cemas. Sedangkan peserta didik kelas reguler mengatakan metode mengajar guru yang tidak bervariasi membuat peserta didik jenuh sehingga tidak memperhatikan saat belajar.

Peserta didik cemas menghadapi ujian karena tidak mengerti pelajaran yang akan diujikan. Ada peserta didik yang cemas karena sering ketinggalan pelajaran akibat diberi hukuman saat terlambat.

Dari permasalahan yang dipaparkan oleh peneliti, maka peneliti melakukan penelitian mengenai

Perbedaan Faktor Kecemasan Peserta Didik Kelas Unggul dengan Reguler dalam Menghadapi Ujian di SMA N 1 Ranah Pesisir”.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan tentang: Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang:

1. Faktor kecemasan yang dimiliki peserta didik kelas unggul.

2. Faktor kecemasan yang dimiliki peserta didik kelas reguler.

3. Perbedaan faktor kecemasan yang dimiliki peserta didik kelas unggul dengan kecemasan yang dimiliki peserta didik kelas reguler.

METODE PENELITIAN

Penelitian deskriptif komparatif adalah sejenis penelitian yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Dalam penelitian komparatif memang sulit untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang dijadikan dasar perbandingan, sebab penelitian komperatif tidak mempunyai kontrol. Hal ini semakin nyata kesulitannya jika kemungkinan- kemungkinan hubungan antar fenomena banyak sekali jumlahnya. Metode penelitian komparatif adalah bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan

(5)

setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.

Penelitian dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia (Nazir, 2014:46). Penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dengan peserta didik kelas reguler dalam menghadapi ujian.

Populasi pada penelitian sebanyak 164 peserta didik, 44 peserta didik kelas unggul dan 120 peserta didik kelas reguler. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proposional random sampling dengan menggunakan rumus Taro Yamane, dimana terdapat 116 peserta didik yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval.

Menurut Bungin (2013:131) data interval adalah data yang punya ruas atau interval atau jarak yang berdekatan dan sama. Jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu misalnya nilai rata-rata (mean), bilangan kelipatan atau nilai lainnya yang disepakati.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan mengadministrasikan questioner (angket). Arikunto (2006:128) mengemukakan angket yaitu seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ingin diketahui.

Menurut Bungin (2011:181) analisis data hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada yaitu dengan metode statistik deskriptif.

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan isi instrumen (angket) yang telah diterima dari sampel penelitian

2. Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pernyataan angket penelitian yang telah dijawab responden

3. Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukan data ke tabel pengolahan

4. Perumusan kriterium Sturgess Interval Skor = Skor tinggi ideal – skor rendah ideal

Alternatif jawaban

(6)

5. Menghitung persentasi masing- masing frekuensi yang diperoleh.

6. Menganalisis masing-masing data yang diperoleh. Kriteria penilaian penelitian untuk masing-masing analisis data.

7. Untuk menguji perbedaan tingkat kecemasan peserta didik kelas unggul dengan peserta didik kelas reguler yaitu menggunakan uji t melalui bantuan program SPSS versi 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan berkenaan dengan perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dengan reguler dalam menghadapi ujian di kelas X IPA SMA N 1 Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan dengan uraian sebagai berikut:

1. Faktor Kecemasan Peserta Didik Kelas Unggul dalam Menghadapi Ujian

Hasil penelitian yang dilakukan perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dalam menghadapi ujian, dapat diketahui bahwa perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dalam menghadapi ujian adalah 21 dari 32 peserta didik berada pada kategori cukup cemas, 6 dari 32 peserta didik berada pada kategori kurang cemas, 5 dari 32 peserta didik berada pada kategori cemas, 0 dari 32 peserta

didik berada pada kategori sangat cemas, dan 0 dari 32 peserta didik berada pada kategori sangat tidak cemas. Faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dalam menghadapi ujian terendah terletak pada sub variabel faktor manajemen sekolah pada indikator hukuman.

Dapat disimpulkan bahwa kecemasan peserta didik kelas unggul dalam menghadapi ujian berada pada kategori cukup cemas. Hal ini membuktikan bahwa apa yang peneliti temukan dilapangan benar adanya peserta didik kelas unggul memiliki kecemasan sangat terlihat pada saat peserta didik mempersiapkan diri sebelum menghadapi ujian. Namun hal tersebut masih pada batas yang cukup wajar karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan agar mampu mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi ujian.

Menurut Davison & Neale (2011) kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehatian- kehatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Menurut Barlow & Duran (1995) kekhawatiran atau kecemasan akan dianggap sebagai suatu hal yang patologis apabila tidak bisa dihentikan atau dikontrol oleh

(7)

individu tersebut. Sedangkan Kaplan, dkk, menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda adanya suatu bahaya (Fauziah dkk, 2005:74).

Sedangkan menurut Hawadi (Ahyani &

Raharjo, 2015:241) program kelas unggulan adalah program khusus untuk mengelompokkan siswa berdasarkan prestasi yang tinggi. dimana siswa dituntut agar dapat mencapai prestasi lebih baik dari kelas reguler.

Jadi dapat dimaknai bahwa perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dalam menghadapi ujian di kelas X IPA SMA N 1 Ranah Pesisir tergolong pada kategori cukup cemas, maka peserta didik perlu mengurangi kecemasan dalam menghadapi ujian.

2. Ujian di Kelas X IPA SMA N 1 Ranah Pesisir

Hasil penelitian yang dilakukan perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas reguler dalam menghadapi ujian, dapat diketahui bahwa perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas reguler dalam menghadapi ujian adalah 60 dari 84 peserta didik berada pada kategori kurang cemas, 9 dari 84 peserta didik berada pada kategori sangat tidak cemas, 8 dari 84 peserta didik berada

pada kategori cukup cemas, 7 dari 84 peserta didik berada pada kategori cemas, dan 0 dari 84 peserta didik berada pada kategori sangat cemas.

Faktor kecemasan peserta didik kelas reguler dalam menghadapi ujian terendah terletak pada sub variabel faktor kurikulum pada indikator kurang adil dan faktor manajemen sekolah pada indikator hukuman.

Dapat disimpulkan bahwa kecemasan peserta didik kelas reguler dalam menghadapi ujian berada pada kategori kurang cemas. Hal ini membuktikan bahwa apa yang peneliti temukan dilapangan benar adanya peserta didik kelas reguler memiliki kecemasan dalam menghadapi ujian.

Namun hal tersebut masih pada batas yang cukup wajar karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan agar mampu mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi ujian.

Menurut pendapat Freud dan Suryabrata, 2000 (Safaria & Saputra, 2012:49) kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingkatkan individu akan adanya bahaya. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulanggi disebut sebagai traumatik, saat ego tidak mampu

(8)

mengatasi kecemasan secara rasional, maka ego akan memunculkan mekanisme pertahanan ego.

Menurut Hawadi (Ahyani &

Raharjo, 2015:241) program kelas unggulan adalah program khusus untuk mengelompokkan siswa berdasarkan prestasi yang tinggi. dimana siswa dituntut agar dapat mencapai prestasi lebih baik dari kelas reguler.

Jadi dapat dimaknai bahwa perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas reguler dalam menghadapi ujian di kelas X IPA SMA N 1 Ranah Pesisir tergolong pada kategori kurang cemas, maka peserta didik perlu menjaga agar kecemasan tidak dirasakan dalam menghadapi ujian.

3. Perbedaan Faktor Kecemasan Peserta Didik Kelas Unggul dengan Reguler dalam Menghadapi Ujian di Kelas X IPA SMA N 1 Ranah Pesisir

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 20.00, maka data dapat dianalisis berdasarkan pernyataan penelitian yang telah diajukan mengenai faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dengan reguler dalam menghadapi ujian. Pada hasil penelitian diperoleh hasil Setelah dilakukan uji hipotesis mendapatkan hasil apabila

thitung lebih besar dari ttabel(4,154 > 2,040) maka Ho ditolak Ha diterima. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dengan reguler dalam menghadapi ujian di kelas X IPA SMA N 1 Ranah Pesisir.

Menurut Hasan (Purwadi, 2014:18) peserta didik mungkin membayangkan tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi, sehingga memicu kecemasan mereka yang tidak hanya soal yang sulit saja yang tidak dapat mereka jawab, tetapi juga soal-soal yang mudah yang sebenarnya sudah mereka kuasai.

Wujud dari rasa cemas ini bermacam- macam, seperti serangan jantung berdebar lebih keras, keringat dingin, tangan gemetar, tidak bisa berkonsentrasi, kesulitan dalam mengingat, gelisah atau tidak bisa tidur malam sebelum tes.

Penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kecemasan menjelang ujian adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang terjadi menjelang ujian di sekolah yang ditandai adanya reaksi fisik dan psikis. Reaksi fisik seperti gangguan jantung, sesak di dada atau gangguan pernafasan, gemetaran, berkeringat, gangguan pada saluran pencernaan dan sering buang air.

(9)

Sedangkan reaksi psikis meliputi, sulit konsentrasi, kesulitan dalam mengingat, gelisah, gangguan tidur, takut akan kegagalan yang semuanya kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dengan reguler dalam menghadapi ujian di kelas X IPA SMA N 1 Ranah Pesisir, dilihat dari:

1. Faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dalam menghadapi ujian di kelas X IPAdi SMA N 1 Ranah Pesisir, terlihat dari analisis berada pada kategori cukup cemas.

2. Faktor kecemasan peserta didik kelas reguler dalam menghadapi ujian di kelas X IPAdi SMA N 1 Ranah Pesisir, terlihat dari analisis berada pada kategori kurang cemas.

3. Terdapat perbedaan faktor kecemasan peserta didik kelas unggul dengan reguler dalam menghadapi ujian di kelas X IPASMA N 1 Ranah Pesisir, terlihat dari analisis memiliki perbedaan yang signifikan secara keseluruhan. Dimana kecemasan

peserta didik kelas unggul berada pada kategori cukup cemas sedangkan peserta didik kelas reguler berada pada kategori kurang cemas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyani, Latifah Nur & Raharjo Trubus.

2015. Resiliensi Pada Siswa Kelas Unggulan ditinjau dari Inteligensi dan Kemandirian. Fakultas Psikologi: universitas Muria Kudus.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu- lmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana.

Bungin, Burhan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu- lmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana.

Fauziah Fitri, Widury Julianty dan Sukarla Basrie Augustine (ed).

2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Fitriyani, Fauziah. 2012. Perbedaan Tingkat Asertivitas Antara Siswa Akselerasi Dengan Siswa Reguler di SMA Negeri 3 Malang. Skripsi Diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.

(10)

Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Purwadi, Andri. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Siswa Kelas XII Otomotif dan Mesin dalam Menghadapi Ujian Nasional Smk Bina Patria 2 Sukaharjo. Diterbitkan. PKU:

Muhammadiyah Surakarta.

Safaria, Triantoro & Saputra, Nofrans Eka. 2012. Manajemen Emosi.

Jakarta: Bumi Aksara

Sudarwan, Danim. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Alfabeta.

Supriyantini, Sri. 2010. Perbedaan Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa Program Reguler dengan Siswa Program Akselerasi. Diterbitkan. Medan:

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

period of development.43 Numerous parents attempt to direct this new period by assisting their child’s navigation but by also granting them a sense of independence.44Nevertheless, this

Faktor Eksternal Faktor eksternal peserta didik tinggal kelas faktor yang berasal dari luar diri peserta didik diantaranya: 1 Faktor Keluarga Berdasarkan hasil penelitian yang