• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Waktu dan Durasi Efek Valisanbe Terhadap Mencit (Mus Musculus) dan Parameter Hematologi Berdasarkan Rute Pemberian dan Metode Pengambilan Darah Retroorbital

N/A
N/A
virzinia merry2

Academic year: 2024

Membagikan "Perbedaan Waktu dan Durasi Efek Valisanbe Terhadap Mencit (Mus Musculus) dan Parameter Hematologi Berdasarkan Rute Pemberian dan Metode Pengambilan Darah Retroorbital"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Sedatif Pada Valisanbe Terhadap Mencit (Mus Musculus) dan Parameter Hematologi melalui Metode Retroorbital

Virzinia Merryana Sari, 202308086, 3B ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perbedaan permulaan, durasi, dan kemanjuran pemberian obat dengan rute pemberian yang berbeda pada mencit dan pengambilan darah dengan metode retroorbital untuk memperoleh sampel darah dari mencit. Sebanyak 16 ekor tikus diberikan pemberian obat secara oral (PO), intravena (IV), intraperitoneal (IP), intramuskular (IM) dan subkutan (SC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam waktu dan durasi efek obat tergantung pada rute pemberian.

Rute IV mempunyai onset kerja tercepat, sekitar 1,6 detik hingga 1 menit, disusul IP (22-30 detik) dan IM (12,59-20 detik). Di sisi lain rute PO memiliki waktu casting yang lebih lambat berkisar antara 8 hingga 44 detik. Dalam hal durasi, pemberian intraperitoneal (IP) dan subkutan (SC) menunjukkan durasi yang lebih lama dibandingkan dengan rute pemberian lainnya, sedangkan durasi terpendek tercatat untuk pemberian SC sekitar 10 menit. Data ini menunjukkan bahwa pilihan rute pemberian mempengaruhi kemanjuran durasi kerja obat pada mencit, dengan rute intravena lebih disukai untuk respons yang cepat, sementara yang lain lebih disukai tergantung pada durasi yang diperlukan untuk mendapatkan efek yang diinginkan juga dapat dipertimbangkan. Penelitian ini juga menggunakan metode pengambilan darah retroorbital untuk memperoleh sampel darah dari mencit secara cepat dan dalam volume yang memadai. Prosedur dilakukan dengan memasukkan kapiler atau jarum mikro pada sudut dalam mata (kanthus medial) hingga mencapai sinus retroorbital, di mana darah dapat mengalir langsung ke dalam kapiler.

Kata Kunci: Rute pemberian obat, onset kerja, durasi efek, retroorbital, farmakologi

PENDAHULUAN

Obat-obatan sedatif memainkan peran penting dalam pengelolaan kondisi yang berkaitan dengan kecemasan, insomnia, dan hiperaktivitas sistem saraf. Salah satu obat penenang yang sering digunakan dalam penelitian ini adalah Valisanbe. Obat ini diperkirakan memiliki efek menenangkan pada sistem saraf pusat. Meskipun efek Valisanbe sebagai agen

(2)

farmakologis telah diketahui, penelitian tentang dampaknya terhadap parameter hematologi dan perilaku masih terbatas, terutama pada mencit (Mus musculus). Diperlukan pemahaman yang lebih dalam untuk memastikan keamanan dan cara kerja obat ini.

Hiponotik dan sedative merupakan golongan obat penderpresif susunan saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabakan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadarsn, keadaan anastesi, koma dan mati. Pada dosis terapi, obat sedative mampu menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga akan berefek menenagkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Sedsngksn bils obst-obst sedative hipnotik terlalu sering digunakan, maka terdapat efek akumulasi selain efek sampinh, yaitu kerusakan degenerative hati serta reaksi alergi yang kerap kali muncul pada pasien. (Ningsih dan Nova, 2014).

Senyawa hipnotik yang ideal mempunyai onset kerja yang cepat ketika diminum pada saat akan tidur, suatu kerja berkesinambungan yang cukup untuk memudahkan tidur sepanjang malam dan tidak ada sisa efek keesokan paginya. (Sepriani, dkk.,2014). Obat-obat golongan hipnotik sedatif dapat digunakan untuk mengatasi insomnia, yaitu merupakan obat depressan SSP yang berguna untuk menenangkan, membuat kantuk, dan menidurkan pemakainya hingga menyebabkan hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung pada besar kecilnya dosis obat. Namun demikian, penggunaan obat- obatan tersebut perlu diawasi karena efek sampingnya yang cukup berbahaya, seperti habituasi, toleransi bahkan adiksi (Noviadiani, dkk, 2013)

Waktu induksi (onset) adalah waktu yang diukur dari awal penyuntikan sampai awal terjadinya anestesia. Waktu induksi dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kelarutan anestetikum dalam lemak. Faktor lain yang mempengaruhi adalah seperti kemudahan untuk berdifusi melalui jaringan ikat. Durasi dalam waktu yang diukur dari mulai terjadinya anestesi sampai hewan mulai sadar (ada gerakan), ada respons rasa sakit, dan ada suara dari hewan, serta ada refleks. Masa pemulihan adalah waktu ketika hewan memiliki kemampuan merasakan nyeri bila saraf di sekitar jari kaki ditekan atau mengeluarkan suara sampai hewan memiliki kemampuan untuk duduk sternal, berdiri atau jalan. Waktu pemulihan ini bergantung pada panjang anestesi, kondisi hewan, jenis hewan, jenis anestetikum yang diberikan, rute pemberiannya, dan suhu tubuh hewan (Dhiu, et al., 2021).

(3)

Cara pemberian obat atau rute pemberian obat merupakan salah satu faktor penentu yang menentukan cepat atau lambatnya dan lengkap atau tidaknya resorpsi obat oleh tubuh.

Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat – sifat fisikokimia obat (Sulanjani dkk, 2013).

Kajian pustaka menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian sebelumnya hanya berfokus pada efek sedatif tanpa mengevaluasi dampaknya terhadap parameter fisiologis, seperti hematologi seperti jumlah eritrosit, leukosit, kadar hemoglobin, dan hematokrit, memegang peranan penting dalam mengevaluasi toksisitas obat. (Johnson & Carter, 2018). Selain itu, studi yang meneliti hubungan antara dosis Valisanbe dan perubahan perilaku pada mencit juga masih kurang memadai. Metode mengambil darah dari mata belakang, meskipun sering dipakai untuk analisis darah, butuh prosedur yang benar supaya hewan tetap sehat dan stres berkurang, yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Metode pengambilan darah retroorbital, meskipun sering digunakan, memerlukan prosedur yang tepat untuk mengurangi stres pada hewan (Brown et al., 2019).

Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dengan menilai pengaruh pemberian Valisanbe terhadap darah dan gerakan mencit. Penelitian ini membantu kita memahami lebih lanjut tentang efek obat Valisanbe pada perubahan darah dan perilaku hewan.

Penelitian ini juga menyediakan petunjuk tentang cara menggunakan metode retroorbital dengan aman dalam penelitian hewan. Harapannya, hasil penelitian dapat memberikan informasi baru tentang kemungkinan penggunaan Valisanbe sebagai obat penenang yang aman dan efektif, serta membantu dalam mendorong pengembangan penggunaan klinis di masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental kuantitatif menggunakan data hasil dari percobaan menggunakan mencit dewasa berat 20-30 gram. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perbedaan onset (waktu awal efek) dan durasi (lama efek) obat yang diberikan melalui lima rute administrasi berbeda (Oral/PO, Intravena/IV, Intraperitoneal/IP, Intramuskular/IM, dan Subkutan/SC) pada mencit serta dilakukan pengambilan darah mencit dari sinus retio orbital (didekat mata).

(4)

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah mencit (Mus musculus) yang sehat dan memiliki berat badan antara 20-25 gram. Sampel penelitian ini terdiri dari 16 ekor mencit yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

 Kriteria Inklusi: Mencit sehat, tidak dalam keadaan hamil, berat badan antara 20-25 gram, dan memiliki aktivitas normal.

 Kriteria Eksklusi: Mencit yang memiliki tanda-tanda penyakit atau cedera, aktivitas abnormal, atau berat badan di luar rentang yang ditetapkan (di bawah 20 gram atau di atas 25 gram).

Instrumen Penelitian

Instrumen dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi stopwatch untuk mengukur waktu onset dan durasi efek obat, jarum suntik untuk administrasi obat, kandang individ untuk mencit selama pengamatan, timbangan digital untuk mengukur berat badan mencit, tabung pengumpul darah dan kapiler hematokrit. Bahan penilitian meliputi Obat yang akan diujikan dalam penelitian ini (valisanbe), larutan stok CMC-Na 0,5 %

Prosedur Pengumpulan Data

1. Persiapan Sampel: Mencit dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan rute pemberian obat (PO, IV, IP, IM, dan SC). Masing-masing kelompok menerima dosis yang sama dari obat uji melalui rute yang ditentukan.

2. Prosedur Administrasi Obat: Obat diberikan pada mencit melalui rute yang sesuai untuk setiap kelompok, dan pengukuran waktu dimulai tepat setelah pemberian obat.

3. Pengukuran Onset dan Durasi: Setelah pemberian obat, waktu onset diukur dengan mengamati tanda-tanda awal efek farmakologis (misalnya, perubahan aktivitas atau perilaku mencit) dan durasi diukur sebagai lama waktu efek obat berlangsung hingga mencit kembali ke kondisi awal sebelum pemberian obat.

Analisis Data

Data onset dan durasi efek obat yang diperoleh dari setiap kelompok di kumpulkan dalam bentuk tabel untuk mengetahui waktu efek obat berdasarkan rute pemberian yang dilakukan

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Tabel. Hasil dari semua kelompok pemberian obat valisanbe berbagai rute pemberian Kelompo

k

Rute Pemberian

Waktu

Onset Durasi

1 Oral 16 detik 21 menit

Subkutan 34 detik 1 menit

2 Intravena 2 menit 15 detik 5 menit

Intraperitoneal 30 detik 4 menit 45 detik

3 Intramuscular 20 detik 2 menit

Oral 8 detik 16 menit

4 Subkutan 50 detik 54 detik

Intravena 60 detik 106 detik

5 Intraperitoneal 30 detik 11 menit

oral 41 detik 20 menit

6 Intramuscular 20 detik 3 menit

Oral 44 detik 11 menit

7 Subkutan 60 detik 10 menit

Intraperitoneal 22 detik 7 menit

8 Intramuscular 12,59 detik 4,32 menit

Intravena 1 menit 6 detik 11 menit

Perhitungan Dosis Kelompok 8 Rute IM & IV Perhitungan Dosis

 Diketahui : Dosis valisanbe : 5 mg Nilai konversi mencit : 0,0026

 Ditanya : Dosis volume untuk mencit?

 Jawab : Dosis valisanbe untuk mencit : Dosis valisanbe x nilai konversi : 5 mg x 0,0026

: 0,013 mg Perhitungan Larutan Stock 50 ml

Valisanbe yang diambil:

 Diketahui : Berat tablet : 300 mg

(6)

Dosis : 5mg

 Ditanya : a. Valisanbe yang diambil?

b. CMC Na yang diambil?

 Jawab : a. Valisanbe: Berat tablet

dosis x dosis mencit : 300mg

5mg x 50 ml : 0,78 mg

b. CMC Na 0,5 % z

Gram : 0,5 % x 50 ml

: 0,25 mg Pemberian Volume Pada Mencit

Mencit 1 untuk intramuscular (IM) IM : 18,71gr

20gr x 0,5 ml : 0,046 mg

Mencit 2 untuk intravena (IV) IV : 20,53gr

20gr x 0,5 ml : 0,523 mg

Hasil dari pengambilan cuplikan hayati

Pada percobaan pengambilan cuplikan hayati yang dilakukan pada hewan uji mencit, dilakukan pengambilan darah mencit dari sinus retio orbital (didekat mata). Hasil yang diperoleh dari pengambilan darah tersebut sebesar 0,5 ml.

PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah adanya perbedaan waktu mulainya obat bekerja (onset of action) dan lamanya obat bekerja (duration of action) dari obat yang sama dengan cara pemberian yang berbeda. Obat yang digunakan adalah diujikan adalah golongan benzodiazepine yaitu diazepam (Valisanbe). Pengamatan dilakukan terhadap hewan coba yaitu mencit yang diberikan Valisanbe dan CMC-Na sebagai hewan coba kontrol. Sediaan diberikan kepada hewan coba dengan rute pemberian yang berbeda agar dapat mengetahui pengaruh rute pemberian obat terhadap onset dan durasi kerja obat. Rute pemberian pada percobaan ini dilakukan secara intravena, intramuskular, intraperitonial, oral dan subkutan. Mencit yang

(7)

digunakan memiliki berat yang bervariasi. Kondisi fisik mencit pada setiap kelompok akan mempengaruhi dosis serta onset dan durasi kerja obat Berat mencit yaitu rentang 20-30 gram.

Salah satu factor yang mempengaruhi kecepatan absorbs obat adalah rute pemberian obat.

Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi waktu onset dan durasi efek berdasarkan rute pemberian obat pada mencit. Rute intravena (IV) menunjukkan waktu onset tercepat, yaitu rata-rata sekitar 1,6 detik hingga 1 menit. Hal ini dikarenakan obat yang diberikan melalui IV langsung masuk ke sirkulasi darah tanpa perlu melalui proses absorpsi tambahan. Studi farmakologis di Indonesia juga menekankan perbedaan dalam waktu onset dan durasi kerja obat berdasarkan rute pemberian yang berbeda, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian efek diazepam pada mencit, di mana rute IV menunjukkan onset paling cepat dibandingkan rute lain seperti oral dan intraperitoneal. (Fardin dan Sarina, 2017).

Rute intraperitoneal (IP) menunjukkan waktu onset yang relatif cepat dengan kisaran 22 detik hingga 30 detik. Obat yang diberikan melalui IP diserap melalui membran peritoneal, yang memungkinkan obat untuk mencapai sirkulasi sistemik dengan cepat. Rute intraperitoneal (IP) memiliki absorpsi hampir setara dengan intravena (IV), meskipun efek puncaknya lebih lama karena obat langsung masuk ke sistem portal. Sementara itu, rute intramuskular (IM) memanfaatkan jaringan otot yang kaya pembuluh darah, memberikan efek berkepanjangan dengan onset yang lebih lambat dibandingkan IV atau IP (Fam et al., 2016).

Pemberian intramuskular (IM) memiliki waktu onset yang lebih lama dibandingkan IV dan IP, yaitu sekitar 12,59 hingga 20 detik, namun menghasilkan durasi efek yang lebih lama.

Rute intraperitoneal (IP) memiliki absorpsi hampir setara dengan intravena (IV), meskipun efek puncaknya lebih lama karena obat langsung masuk ke sistem portal. Sementara itu, rute intramuskular (IM) memanfaatkan jaringan otot yang kaya pembuluh darah, memberikan efek berkepanjangan dengan onset yang lebih lambat dibandingkan IV atau IP (Fam et al., 2016).

Pada rute subkutan (SC), waktu onset berkisar antara 1 menit hingga 34 detik, dengan durasi efek yang cukup bervariasi. Rute SC memiliki waktu onset yang lebih lambat karena obat harus melewati jaringan subkutan yang memiliki aliran darah lebih rendah dibandingkan jaringan otot. Namun, efek farmakologisnya dapat bertahan lebih lama karena pelepasan obat berlangsung lebih lambat, yang bisa menjadi pilihan untuk terapi dengan kebutuhan durasi efek yang lebih lama.

Pemberian obat melalui rute oral (PO) menunjukkan waktu onset paling lambat, berkisar antara 8 detik hingga 44 detik, dengan durasi efek yang cukup panjang. Rute pemberian

(8)

obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Oral, memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling umum tetapi paling bervariasi dan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. (Noviani & Vitri, 2017) Rute oral memerlukan waktu lebih lama karena obat harus melewati sistem pencernaan dan proses absorpsi di saluran gastrointestinal sebelum mencapai sirkulasi darah. Rute ini lebih cocok untuk terapi jangka panjang atau ketika kecepatan onset bukan prioritas utama.

Pengambilan cuplikan hayati yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan darah dengan metode sinus retro orbital yang terletak di dekat mata mencit. Teknik ini menghasilkan volume darah yang besar dan akses cepat, namun teknik ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada mata mencit. Hasil yang diperoleh dari pengambilan darah tersebut sebesar 0,5 ml.

KESIMPULAN

Hasil percobaan ini menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam waktu onset dan durasi kerja obat berdasarkan rute pemberian pada mencit yang diuji dengan diazepam (Valisanbe). Rute intravena (IV) menunjukkan waktu onset tercepat, yaitu sekitar 1,6 detik hingga 1 menit, karena obat langsung masuk ke sirkulasi darah. Rute intraperitoneal (IP) memiliki waktu onset yang relatif cepat, berkisar antara 22 hingga 30 detik, dengan efek puncak yang lebih lama dibandingkan IV karena obat diserap melalui sistem portal. Rute intramuskular (IM) menunjukkan onset lebih lambat (12,59 hingga 20 detik), tetapi dengan durasi efek yang lebih panjang. Rute subkutan (SC) memiliki onset yang lebih lambat, berkisar antara 34 detik hingga 1 menit, dengan durasi efek yang bervariasi. Rute oral (PO) memiliki waktu onset paling lambat, antara 8 detik hingga 44 detik, tetapi memberikan durasi efek yang cukup panjang.

Perbedaan ini menunjukkan bahwa pemilihan rute pemberian obat sangat bergantung pada tujuan terapeutik, apakah untuk efek cepat, durasi yang lebih lama, atau terapi jangka panjang. Rute IV lebih cocok untuk situasi darurat dengan kebutuhan onset cepat, sedangkan IM, IP, SC, dan PO lebih sesuai untuk kondisi yang memerlukan durasi efek yang lebih panjang atau terapi jangka panjang (Fam et al., 2016; Noviani & Vitri, 2017).

(9)

Pada percobaan pengambilan cuplikan hayati yang dilakukan pada hewan uji mencit, dilakukan pengambilan darah mencit dari sinus retio orbital (didekat mata). Hasil yang diperoleh dari pengambilan darah tersebut sebesar 0,5 ml.

Penelitian ini membantu pemilihan rute pemberian obat yang tepat berdasarkan kebutuhan klinis, seperti rute IV untuk situasi darurat, IM dan SC untuk durasi efek panjang, dan PO untuk terapi jangka panjang. Mengetahui kecepatan onset dan durasi efek membantu praktisi medis menyesuaikan pemberian obat agar hasil terapeutik optimal. Cuplikan hayati sinus retio orbital dapat membantu memahami distribusi obat dalam tubuh, mendukung penelitian farmakokinetika dan efektivitas terapi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Atas karunia Nya sehingga kami dapat melaksanakan penelitian dan percobaan ini dengan lancar dan tidak ada halangan suatu apapun. Terimkasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah mendampingi dan mengarahkan kami dalam melaksakan penelitian. Dan kepada teman-teman kelas 3B yang telah berkontribusi dalam penelitian ini kami ucapkan terimakasih. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada kedua orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat serta motivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, Septa, Nova Rahmah W. 2014. Kemampuan Efek Sedasi Infusa Umbi Rumput Teki (Cyperus rotendus L.) Pada Mencit Jantan Ras Swiss. Jurnal Medical Stence. Vol. 1, No.

2

Noviadiani, Dini, Bambang Wijyanto, Muhammad Andrie. 2013. Uji Efek Sedatif Infusa Daun Kratum (Mitragyna spetrosa) Pada Mencit Jantan Galur Balb/C. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNY Vol. 3, No. 1

Dhiu DT, Utami T, Ndaong NA. 2021, Perbandingan Onset, Durasi Anestesi Dan Masa Pemulihan Dari Pemberian Kombinasi Anestesi Acepromasin-Propofol-Ketamin Dan Midazolam-Propofol-Ketamin Pada Anjing Lokal. J Dokter Hewan Nusant. 4(1).

Brown, A., Smith, T., & Johnson, R. (2019). Ethical considerations in retro-orbital blood collection in rodents. Journal of Laboratory Animal Research, 35(4), 123-132.

(10)

Sulanjani, Ian, Andini, Meiana Dwi dan Marta Halim. 2013. Dasar – Dasar Farmakologi 1.

Jakarta: BSD.

Johnson, M. A., & Carter, P. L. (2018). Pharmacological evaluation of sedative drugs in animal models. Pharmacology Today, 22(6), 45-58.

Heme, Vol V No 3. (2023). Pengaruh Pemberian D-Galaktosa Secara Intraperitoneal terhadap Stres Oksidatif dan Kadar Myostatin pada Hewan Percobaan. Health and Medical Journal

Fardin, sarina (2017). Pengaruh Ekstrak Daun Oregano terhadap Bioavailabilitas Tablet Diazepam pada Mencit. Majalah Farmasi, Vol. 14/No. 01/2017.

Fam, I., Prajoko, Y., & Margawati, A. (2016). Pengaruh Pemberian Injeksi Ketorolac Intraperitoneal Terhadap Penyembuhan Fraktur Kruris Tikus Wistar Dewasa. Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal), 5(4).

Noviani & Vitri. (2017). Farmakologi. Badan PPSDM Kesehatan, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan obat nyamuk coil dan mat elektrik berpengaruh terhadap sel darah pada mencit yang meliputi jumlah sel darah merah, jumlah sel darah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kadar kolesterol darah pada mencit (Mus musculus)

Untuk mengetahui efek dari kebisingan ini, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan hewan uji mencit ( Mus musculus L.) untuk melihat perubahan kadar glukosa darah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa kopi luwak terhadap kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dan mengetahui dosis infusa kopi luwak

Gambaran darah mencit akibat pemberian salep fraksi hexan rimpang kunyit memperlihatkan profil yang lebih mendekati kelompok mencit yang diberi obat persembuhan

3) Mengetahui perbedaan rerata kadar glukosa darah mencit putih jantan (Mus musculus) diabetes melitus sebelum dan setelah diberikan tepung beras dan tepung sagu.. 4) Mengetahui

kelamin mencit jantan dan betina dilakukan untuk melihat perbedaan penurunan glukosa darah hewan uji pada saat pemberian perasan daun kelor, aquadest sebagai kontrol

Data kadar ureum darah mencit berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan analisis data dengan menggunakan one way anova untuk mengetahui pengaruh pemberian