PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN URIN TERHADAP UROBILINOGEN I.TUJUAN
1.Percobaan Wallance Diamond
2.Untuk menentukan adanya bilirubin dalam urin II.TEORI DASAR
Bilirubin berasal dari pemecahan hemoglobin yang terjadi dalam sel-sel RES dan sel-sel poligonal hati. Bilirubin yang terjadi tidak larut dalam plasma, oleh karena itu untuk memungkinkan terjadinya transportasi ke dalam hepar maka pigmen
tersebut berikatan dengan protein plasma terutama albumin. Bilirubin yang berasal dari sel-sel RES dilepas kedalam peredaran darah untuk kemudian memasuki hepar.
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh.
Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan
sebagian lagi dari hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas. Pembentukan bilirubin pada keadaan fisiologis, masa hidup erytrosit manusia.
sekitar 120 hari,eritrosit mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70 kg, dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier.
Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini.Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin.
Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari dibentuk sekitar 250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan hemoglobin.
proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya.
Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin ini akan di ikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar.
Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdifusi ke jaringan. Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari
albumin dan diambil pada permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut. Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat diekskresikan dengan mudah kedalam kandung empedu.
Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzim bilirubin glukoronosiltransferase.
Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama
akan membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.
Bila eritrosit telah hidup melampaui masa hidupnya selama rata-rata 120 hari maka membrannya akan pecah dan hemoglobin yang dikeluarkan di fagositosis oleh sel Retikulo Endotel System (RES) diseluruh tubuh. Hemoglobin pertama-tama dipecah menjadi heme dan globin, lingkaran protoporfirin terbuka, Fe dilepaskan untuk diikat menjadi transferin, kemudian berubah menjadi biliverdin dan direduksi menjadi bilirubin. Fe yang dilepaskan diikat oleh protein dalam jaringan dan beredar dalam darah sebagai Iron Binding Protein Capacity. Rantai globin sebagian akan dipecah menjadi asam-asam amino yang disimpan dalam Body Fool of Amino Acid, sebagian tetap dalam bentuk rantai globin yang akan lagi digunakan untuk
membentuk hemoglobin baru.
Bilirubin yang dilepaskan kedalam darah sebagian besar terikat dengan albumin, sebagian kecil terikat dengan á2-globulin dan dibawa ke hati. Bilirubin yang terikat dengan protein ini disebut prebilirubin atau Unconjugated bilirubin. Di dalam sel hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2 protein intraseluler utama dalam
sitoplasma, protein sitosolik Y (misalnya, ligandin atau glutathione Stransferase B) dan protein sitosolik z (dikenal juga sebagai fatty acid–binding protein). Didalam hati bilirubin dilepaskan dari albumin dan selanjutnya mengalami konjugasi dengan Asam glukoronat membentuk ester Bilirubin monoglukoronat atau Bilirubin diglukoronat (BDG) yang dikenal dengan nama Conjugated Bilirubin Proses ini berlangsung karena pengaruh enzim Urindhyn di-Phosphate Glukoronil Transferase (UDPG).
CB ini bersifat sangat mudah larut di air dan merupakan pigmen utama dari empedu. Bilirubin dikonjugasi (CB) disekresikan ke dalam saluran empedu dan melewati usus. Ketika direct bilirubin (CB) ini sampai di usus besar / kolon oleh bakteri - bakteri usus direduksi menjadi urobilinogen dimana sebagian urobilinogen tersebut direabsorpsi melalui mukosa usus masuk dalam darah. Sebagian zat ini diekskresi oleh hati dan kembali masuk kedalam usus kemudian sekitar 5 % diekskresi oleh ginjal melalui urine. Setelah urine tersebut kena udara maka
urobilinogen teroksidasi menjadi Urobilin sedangkan pada faeces sterkobilinogen teroksidasi menjadi sterkobilin.
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum.
Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin. Bilirubin adalah suatu pigmen empedu yang diproduksi oleh sel – sel hepar bersama dengan garam empedu sebagai cairan
empedu.dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan
memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
III.Prosedur Kerja 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Test tube,bros tabung,rak tabung,pipet tetes,pipet takar 10 ml,kertas saring,Corong
3.1.2 Bahan a.Reagen Fouchet
0,9 gr FeCL3 dilarutkan di dalam 25% TCA add aquadest 100 ml b.Larutan BaCL2 10%
c.Urin sewaktu 3.2 Cara Kerja
5 ml urin masukkan dalam tabung reaksi
Tambahkan 5 ml BaCL2 10% campur kemudian saring dengan kertas saring
Presipitat pada kertas saring,biarkan sampai kering
Tambahkan 1 tetes reagen pada presipitat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
N O
NAMA HASIL
1. Salwa andini putri Tidak timbul warna hijau/biru (-) 2. Yosi rahmiati Tidak timbul warna hijau/biru (-) 3. Tania obelo putri Tidak timbul warna hijau/biru (-) 4. Rosi suanti Tidak timbul warna hijau/biru (-)
4.2 Pembahasan
Bilirubin adalah zat yang terbentuk secara normal dari proses penguraian sel darah merah di dalam tubuh,zat inilah yang memberikan warna kuning pada tinja dan urin.Walaupun terbentuk secara normal,adakalannya bilirubin menandakan penyakit tertentu.Kadar total bilirubin pada orang dewasa adalah 0,1-1,2 mg/dl. Bila kadar bilirubin tinggi akan meninmulkan gejala seperti penyakit kuning,penyakit kuning pada mata dan kulit,badan menggigil,sakit perut,gejala mirip flu,mual dan muntah.
Pada praktikum kali ini membahas mengenai adanya bilirubin dalam urin.
Percobaan dilakukan dengan metoda yaitu Harrison. Sampel urin yang di gunakan adalah urin sewaktu karena bilirubin akan teroksidasi sehingga menghasilkan falsa negative. Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam urin.
Jika urin dibiarkan sebagian kecil dari pada bilirubin itu berubah menjadi biliverdin oleh oxidasi, perubahan itu mempercepat oleh sinar matahari. Pada percobaan awal dilakukan pemeriksaan urin dengan menggunakan metoda Harrison. Prinsipnya BaCl2 akan bereaksi dengan sulfat dalam urine membentuk endapan BaSO4 dan bilirubin menempel pada molekul ini. FeCl3 mengoksidasi bilirubin menjadi beberapa bentuk dengan warna yang berbeda. Hasil yang terbentuk adalah negative pada semua kelompok karena pada saat dilakukan analisa tidak terbentuk adanya perubahan warna hijau yang menandakan adanya indikasi bilirubin.
Pada percobaan Harrison ini, mula mula dipipet 5 mL sampel urine dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 mL BaCl2.
Penambahan BaCl2 berfungsi agar BaCl2 bereaksi dengan sulfat yang terdapat dalam urine sehingga membentuk endapan BaSO4. Endapan ini kemudian disaring dengan kertas saring untuk memperoleh residunnya.Setelah itu residu di atas kertas saring dibiarkan mongering kemudian si tambahkan reagen fouchet.Reagen fouchet berfungsi untuk mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin.Pada sampel anggota kelompok yang kami gunakan,setelah di lakukan penambahan reagen fouchet ,residu yang ada di kertas saring tidak menunjukkan adannya waran hijau/biru,melainkan tetap berwarna putih .Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urin anggota kelompok kami negative bilirubin karena tidak terbentuk hasil berwarna hijau.Adapun kelemahan dari pemeriksaan bilirubin dengan cara harisson ini sangatlah lama dalam pemeriksaannya.Hali ini di karenakan kita harus menunggu residunnya mongering sehingga bisa ditetesi reagen fouchet.
VI. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan
1. Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua.Biliribun di saring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan empedu.
2. Adannya peningkatan kadar bilirubin dalam urin menandakan adannya kerusakan pada hati
3. Pada percobaan Harrison,hasil menunjukkan negative
4. Adannya peningkatan bilirubin yang terlalu tinggi dalam uri dapat
mengindikasikan kerusakan pada hati.Namun pada praktikkan bilirubin yang ada masih dalam kadar yang tidak terlalu tinggi
6.2 Saran
1. Pastikan peralatan bersih sebelum digunakan.
2. Gunakan urine segar.
3. Lakukan percobaan dengan hati-hati serta teliti, agar didapatkan hasil 4. yang akurat dan tepat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. Modul Pratikum Interpretasi Data Klinik. Padang : Upertis Depkes. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas. Jakarta : Depkes Djojobroto, B. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Penerbit Populer Obat : Jakarta
Ganda, soebrata. 2006. Penuntun Laboratorium Klinik. Jawa Timur : Dian Rakyat Noatmojo. 2012. Metodeologi Penelitian Kesehatan Edisi Cetakan Kedua. Jakarta
LAMPIRAN N
O
GAMABAR KETERANGAN
1 Salah satu sampel urin sewaktu
2 Sampel urin sewaktu yang telah ditetesi
BaCl2
3. Proses penyarigan sampel yang telah
ditetesi BaCl2 menggunakan kertas saring
4. Presipitat salah satu sampel
5. Hasil sampel setelah ditetesi reagen
fouchet