• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCOBAAN PEMERIKSAAN URIN

N/A
N/A
armyta dd

Academic year: 2024

Membagikan "PERCOBAAN PEMERIKSAAN URIN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERCOBAAN PEMERIKSAAN URIN

TUJUAN

a. Mengetahui penentuan glukosa urin secara semikuantitatif b. Mengetahui penentuan protein urin secara semikuantitatif

DASAR TEORI

Urin atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urin 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml.

Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urin. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urin primer. Proses ini disebut filtrasi. Urin primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urin sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi.

Urin sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolisme maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urnine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urin, tekanan urin pada dinding kandung kamih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil

atau kencing.

Banyaknya urin yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urin dari dalam tubuh tergantung dari

(2)

banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan urin meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urin sedikit.

Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urin. Warna urin setiap orang berbeda-beda. Warna urin biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urin normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.

Komposisi Urin :

• Air ( seperti urea )

• Garam terlarut

• Materi organik

Secara kimiawi kandungan zat dalam urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badanketon zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).

Pemeriksaan Urin

Syarat-syarat dari urin yang akan diperiksa

1. Urin yang dipakai untuk pemeriksaan adalah urin baru

2. Urin yang diambil pada waktu pagi hari sehabis bangun tidur Waktu pengambilan sampel urine dapat berupa:

Urine sewaktu

- Urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus.

- Biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin urine.

Urine pagi

- Urine yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.

- Lebih pekat dari urine yang dikeluarkan pada siang hari. Jadi, baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, dan sebagainya.

Urine postprandial

- Urine yang pertama kali dikeluarkan 1 ½-3 jam setelah makan.

- Baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria (adanya glukosa (gula) dalam urine yang biasa ditemukan pada penderita kencing manis (diabetes mellitus)).

(3)

Urine 24 jam

- Urine yang dikeluarkan selama 24 jam (misalnya, dari jam 5 pagi (ketika pasien bangun tidur, urine yang dikeluarkan pertama kali setelah bangun tidur dibuang, lalu urine selanjutnya ditampung) sampai jam 5 pagi hari besoknya sehingga dibutuhkan juga pengawet urine).

- Baik untuk pemeriksaan terhadap penetapan kuantitatif zat dalam urine, misalnya jumlah, berat jenis, kuantitas protein dan glukosa, elektrolit urine, dan sebagainya.

- Kadang kala, ditampung terpisah-pisah dalam beberapa botol dengan maksud tertentu.

Misalnya, pada pasien kecing manis. Untuk melihat banyaknya glukosa yang dikeluarkan dari santapan (waktu makan) satu hingga santapan (waktu makan) berikutnya. Sampel pertama ialah urine dari makan pagi sampai makan siang; sampel kedua dari makan siang sampai makan malam, dan yang ketiga, dari makan malam sampai makan pagi esok harinya. Jadi, dapat ditentukan gula waktu kapan yang tinggi.

Urine 3 gelas dan urine 2 gelas

- Digunakan pada pemeriksaan urologik dan dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang letak radang atau lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urine.

- Biasanya dilakukan pada laki-laki. Namun, pada wanita juga dapat dilakukan

- Caranya adalah: Ke dalam gelas pertama, ditampung 20-30 ml urine yang mula-mula keluar. Pada laki-laki, urine ini terutama berisi unsur-unsur dari prostat bagian depan yang hanyut oleh arus urine. Kadang, terdapat juga sel-sel yang hanyut dari prostat bagian yang lebih atas. Ke dalam gelas kedua, ditampung urine berikutnya. Urine ini terutama mengandung unsur-unsur dari kandung kemih. Beberapa ml urine terakhir ditampung ke dalam gelas ketiga. Pada laki-laki, urine ini mengandung unsur-unsur dari prostat bagian atas serta getah prostat yang terperas keluar pada akhir berkemih. Untuk mendapatkan urine 2 gelas, caranya serupa dengan di atas, hanya saja gelas ketiga ditiadakan dan ke dalam gelas pertama ditampung sekitar 50-75 ml urine.

Gunanya:

Karena belum terjadi perubahan apa-apa, misalnya keasaman, bakteri, benda keton (Aseton, beta hidroksibutirat, asam asetoasetat). Urin pagi lebih baik dipakai untuk pemeriksaan karena memiliki berat jenis yang tertinggi.

(4)

Secara Makroskopi/kasat mata Warna:

1. Warna urin yang normal adalah kekuning-kuningan

2. Warna urin dapat seperti air biasa misalnya kalau banyak minum atau pada penderita diabetes.

3. Warna urin kuning tua seperti teh menunjukkan kemungkinan ia menderita suatu penyakit hepatitis

4. Warna merah, menunjukkan adanya pendarahan dalam saluran kemih

5. Warna urin coklat kehitaman, menunjukkan adanya haemoglobin dalam urin, misalnya pada penyakit yang menyebabkan hemolisis, seperti penyakit malaria tropika.

6. Warna urin dapat pula bermacam-macam disebabkan oleh obat- obatan, bahan kimia dan bahan makanan.

Bau

1. Bau urin normal sudah dikenal

2. Bau urin yang telah lama adalah berbau amonia (pesing) 3. Urin dapat juga berbau obat-obatan

4. Bau busuk dapat disebabkan oleh bakteri pembusuk

5. Bau petai disebabkan karena memakan petai, demikian pula jengkol 6. Penting pada keracunan jengkol dimana kita lihat pada sedimen urin

didapatkan eritrosit serta kristal jengkol (kristal yang tipis dan tajam Kekeruhan

1. Urin yang normal adalah jernih

2. Kekeruhan urin diseabkan oleh darah, nanah dan krisla

Keasaman

1. Urin pagi yang masih baru adalah asam

2. Urin yang telah lama atau habis memakan obat-obatan reaksina adalah alkali atau basa. Untuk menentukan reaksinya digunakan kertas lakmus

(5)

3. Kertasa lakmus merah tetap merah, kertas lakmus biru menjadi merah. Suasana dikatakan basa ialah apabila kertas lakmus biru tetap biru. Kertas lakmus merah jadi biru.

1. PENENTUAN KADAR GLUKOSA URIN

TUJUAN

a. Mengetahui pemeriksaan glukosa urin secara semi kuantitatif b. Membantu menegakkan diagnosa penyakit Diabetes Mellitus

PRINSIP

Gukosa dalam urin dapat mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ (reagen benedict) dalam larutan alkalis sehingga terjadi perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat di perkirakan kadar glukosa dalam urin

DASAR TEORI

Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya.

Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring.

Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinictest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan

(6)

dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif. Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B.

Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.

Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa oksidase. Adanya glukosa dalam urin di sebut glukosuria, pada hakekatnya glukosa itu di atur oleh 2 faktor yaitu :

1. Zat glukosa di dalam urin

2. Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa dengan urin. Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa pada kebanyakan orang bertubuh sehat adalah 180 mg%.

Gejala glukouria itu akan terjadi jika kadar glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal.

Ambang ginjal tersebut dapat meninggi atau merendah, peristiwa yang juga terdapat pada penyakit diabetes.

ALAT DAN BAHAN

a. APD ( Alat Pelindung Diri) - Jas lab

- Sepatu bertutup - Handscoon - Masker b. ALAT:

1. Tabung reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Penjepit tabung

4. Lampu spiritus/ water bath 5. Pipet tetes

6. Botol sampel c. BAHAN:

1. Urin

2. Reagen Benedict

(7)

PROSEDUR

1. Masukkan 5 ml atau 2,5 ml reagen benedict kedalam tabung reaksi

2. Teteskan 8 tetes urin kedalamnya (untuk 5ml reagen) atau 4 tetes urin (untuk 2,5ml reagen)

3. Masukkan tabung ke dalam penangas air selama 5 menit atau panaskan di tas nyala lampu api spiritus sampai terbentuk gelembung

4. Angkat dan kocok isi tabung lalu di dinginkan

5. Setelah dingin, amati hasil reaksi dan perubahan warna yang terjadi.

Hasil Pemeriksaan:

1. Negatif (-) : bila larutan tetap berwarna biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh

2. Positif (+) : bila larutan berwarna hijau kekuning-kuningan dan keruh, kadar glukosa 0,5-1 gr%

3. (+ +) 2+ : bila larutan berwarna kuning keruh, kadar glukosa 1-1,5 gr%

4. (+ + +) 3+ : bila warna larutan jingga atau warna lumpur keruh, kadar glukosa 2-3,5gr

%

5. (++++) 4+ : bila wana merah keruh, kadar glukosa >3,5 gr%

Sumber kesalahan :

1. Terlalu lama memanaskan

2. Urin yang di teteskan terlalu banyak

3. Sebelum dibaca, tabung tidak di kocok terlebih dahulu sehingga rekasi tabung tidak merata

PERTANYAAN

(8)

1. Apa perbedaan pemeriksaan kadar glukosa dalam darah dengan pemeriksaan kadar gukosa dalam urin?

II. PENENTUAN KADAR PROTEIN URIN

TUJUAN

a. Untuk menentukan adanya protein dalam urin

b. Untuk menentukan adanya indikasi kelainan-kelainan pada fungsi renal PRINSIP

Pemeriksaan berdasarkan pengendapan protein yang terjadi dalam suasana asam, karena hasil pemeriksaan dinilai dari kekeruhan, maka urin harus jernih.

DASAR TEORI

Ginjal yang sehat dapat menyaring semua protein dari darah dan menyerapnya kembali sehingga tidak akan ada atau kalau pun ada di urine, jumlahnya sangat sedikit.

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin

Urine yang normal hanya mengandung sedikit protein, yaitu di bawah 150 mg/24 jam (biasanya ditandai dengan tanda (-). Jika terdapat kadar protein urine di atas 150 mg/24 jam, hal ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada ginjal.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.

Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang memiliki risiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan yang sehat. Proteinuria yang persistent (tetap ≥ +1, dievaluasi 2-3x/3 bulan) biasanya

(9)

menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan memberi hasil ≥ +1 yang terdeteksi baik pada spesimen urine pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan aktivitas.

Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.

Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein dengan menggunakan sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang dari 500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin, gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (Orinase), asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.

Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau kronis, nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas bahan kimia), myeloma multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut, preeklampsia.

Proteinuria tinggi (lebih dari 4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.

ALAT & BAHAN a. APD

- Jas lab

- Sepatu bertutup - Handscoon - Masker b. ALAT:

1. Tabung reaksi 2. Penjepit 3. Lampu spritus 4. Botol sampel 5. Pipet tetes c. BAHAN:

1. Asam Asetat 6%

2. Urin

(10)

3. Spiritus PROSEDUR

1. Masukkan urin sampel atau penderita ke dalam tabung reaksi sebanyak 1/3 tabung 2. Panaskan hingga mendidih, sambil digoyang-goyang

3. Teteskan 3-5 tetes asam asetat 6% disaat mendidih 4. Amati kekeruhan yang terbentuk

Hasil Pemeriksaan:

Negatif : Tidak terbentuk kekeruhan Positif 1: Terbentuk kekeruhan ringan Positif 2: Terbentuk kekeruhan kasar

Positif 3: Terbentuk kekeruhan kasar dan berkeping-keping Positif 4: Terbentuk kekeruhan seperti putih telur

a. Jika terjadi perubahan warna dari putih menjadi keruh berarti terdapat protein di dalam urin

b. Jika terdapat perubahan dan terbentuk lapisan cincin dalam tabung berarti urin tersebut mengandung protein.

PERTANYAAN

1. Apa yang terjadi apabila seseorang didapati memiliki kadar protein yang tinggi di dalam urinnya?

(11)

Referensi

Dokumen terkait