KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas Rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah Sistem pengendalian manajemen sektor publik tentang “Perencanaan dan Penganggaran” dengan baik dan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat memenuhi kekurangan dalam makalah ini, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.
Rabu, 24 April 2024
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...…2
DAFTAR ISI...3
BAB I PENDAHULUAN...4
1.1 Latar Belakang...5
1.2 Rumusan Masalah...5
1.3 Tujuan...5
BAB II PEMBAHASAN...6
2.1 Pengertian Penganggaran BLU ...6
2.2 konsep penganggaran Satker Pemerintah Pusat...6
2.3 konsep penganggaran Satker BLU...7
2.4 Membuat penganggaran dan laporan keuangan BLU...8
2.5 Menganalisis laporan keuangan BLU...15
2.6 Jurnal NSSIN...15
BAB III PENUTUPAN...17
3.1 Kesimpulan...17
DAFTAR PUSTAKA...18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penganggaran merupakan suatu unsur atau bagian penting dalam sebuah perencanaan yang dibuat suatu entitas melalui tahap formulasi strategis terhadap alokasi sumber daya sebagai upaya pencapaian tujuan yang tergambar dalam visi dan misi perusahaan. Anggaran dapat digunakan sebagai alat perencanaan biaya dan pendapatan, komunikasi, motivasi, serta sebagai alat pengendali bagi atasan (superior) kepada bawahannya (subordinates).Mardiasmo (2005) mengemukakan bahwa tahapan penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menanggalkan perencanaan yang sudah disusun, karena sejatinya anggaran merupakan managerial plan for action dalam memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. Perilaku menjadi bagian yang sangat penting dalam terbentuknya sebuah anggaran yang dapat dikatakan efektif dan efisien. Ini dikarenakan aksi seorang bawahan dalam proses penganggaran dapat dipengaruhi oleh bagaimana karakter individu seperti halnya self esteem, reputasi, dan ketaatan terhadap etika yang dimilikinya.
Menurut Anthony dan Govindaradjan (2007), dalam hubungannya penganggaran dengan perilaku manusia dalam sebuah perusahaan, mekanisme anggaran dapat mempengaruhi perilaku bawahan untuk merespon sebuah anggaran secara positif ataupun negatif tergantung dengan cara penggunaan anggaran. Bawahan dan atasan akan berperilaku positif apabila tujuan pribadi mereka sesuai dengan tujuan perusahaan dan mereka memiliki dorongan untuk mencapainya, hal ini dapat disebut dengan keselarasan tujuan.Peran dari perilaku manusia dalam sebuah perusahaan diharapkan mampu memberikan manfaat berupa keuntungan pada perusahaan. Seperti hal agar tercapainya tujuan dari penganggaran yaitu untuk memotivasi manajer (atasan) untuk lebih merencanakan masa depan, memberikan informasi sumber daya dalam upaya meningkatkan kualitas dari pengambilan keputusan, menjadi standar bagi evaluasi kinerja dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi dari semua oranisasi. Pada akhir periode anggaran, evaluasi terhadap aktualisasi anggaran digunakan sebagai salah satu tolak ukur penilaian kinerja manajemen khususnya melalui kinerja keuangan maupun non keuangan.
Sehingga pada akhirnya akan diambil tindakan yang berupa reward atau dapat juga berupa punishment bagi pihak manajemen yang terkait.
Dunk (1993) menemukan bahwa anggaran secara partisipasif dapat digunakan sebagai komunikasi yang positif dalam mekanisme rencana kerja antara atasan dan bawahan. Namun dengan adanya anggaran partisipasif tersebut juga dapat memberikan berbagai celah kelemahan yang dapat membuat sebuah rencana anggaran menjadi tidak memiliki tingkat akuntabilitas yang baik.
1.2 Rumusan masalah
1 Apa pengertian penganggran BLU?
2 Bagaimana konsep dari satker pemerintah pusat?
3 Apa saja penganggran satker BLU?
4 Bagaimana penganggaran dan laporan keuangan BLU?
5 Bagaimana menganalisis laporan keuangan BLU?
1.3 Tujuan
1 Untuk menjelaskan pengertian penganggran BLU 2 Untuk menjelaskan konsep satker pemerintah pusat 3 Untuk menjelaskan penganggran satker BLU
4 Untuk menjelaskan penganggaran dan laporan keuangan BLU 5 Untuk menjelaskan laporan keuangan BLU
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Badan Layanan Umum
Definisi Badan Layanan Umum (BLU) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Dalam mengelola keuangannya disebut dengan Pola Pengelolaan Keuangan BLU yaitu pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.
Menurut teori agensifikasi, BLU merupakan agen pemerintah yang memperoleh kewenangan yang lebih luas dalam hal antara lain manajemen organisasi, pengelolaan keuangan maupun dalam hal pelaporan dan akuntabilitas kinerja. Menurut jenis layanan, BLU dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori yaitu:
a. BLU Pendidikan antara lain Universitas di bawah Kementerian Pendidikan, Politeknik dibawah Kementerian Kesehatan, Sekolah Tinggi di bawah Kementerian Perhubungan dan lain-lain.
b. BLU Kesehatan seperti rumah sakit pusat yang secara struktural berada di bawah Kementerian Kesehatan.
c. BLU Pengelola Dana yaitu BLU yang dibentuk untuk menyalurkan kredit dengan bunga terjangkau kepada Koperasi dan lembaga keuangan non perbankan dalam rangka peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat.
d. BLU Pengelola Wilayah/Kawasan yaitu unit kerja pemerintah yang mengelola kawasan ekonomi terpadu antara lain Batam dan Komplek Gelora Bung Karno.
a. Tujuan dan Azas Badan Layanan Umum
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
Asas-asas BLU adalah sebagai berikut:
1. BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan;
2. BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementrian negara / Lembaga / pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian negara / Lembaga / pemerintah daerah sebagai instansi induk.
3. Menteri / pimpinan Lembaga / gubernur / bupati / walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
4. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh Menteri / pimpinan Lembaga / gubernur / bupati / walikota.
5. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
6. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kementerian negara / lembaga / SKPD / pemerintah daerah.
7. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.
b. Hak dan Kewajiban Badan Layanan Umum Hak - hak yang dimiliki oleh BLU meliputi:
1. Flekisibilitas pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan
belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa;
2. Mempekerjakan tenaga profesional non PNS; dan Pegawai BLU berhak menerima imbalan jasa sesuai dengan kontribusinya (remunerasi).
Kewajiban - kewajiban yang harus dilaksanakan oleh BLU meliputi:
1. Meningkatkan kinerja pelayanan bagi masyarakat;
2. Meningkatkan kinerja keuangan;
3. Meningkatkan manfaat bagi masyarakat;
4. Menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina; dan
5. Menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakanya dalam kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan sesuai dengan Stándar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia.
2.2 Konsep penganggaran Satker pemerintah pusat
Satuan Kerja (Satker) adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program
A. Pengelompokan
Pengelompokan satker adalah sebagai berikut:
1. Satker Pusat, yaitu adalah satker yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kantor pusat Kementerian Negara/Lembaga yang lokasinya dapat berada di pusat dan atau di daerah.
2. Satker/Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Negara/Lembaga, yaitu instansi vertikal di daerah yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang berasal dari kantor pusat.
3. Satker khusus, yaitu satker yang ditetapkan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan program/kegiatan yang dibiayai dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Contoh: KONI untuk membantu
pembiayaan kegiatan-kegiatan keolahragaan yang bersifat nasional dan internasional. Dekopin untuk membantu pembiayaan operasional Dewan Koperasi Indonesia.
4. Satker Perangkat Daerah (SKPD), yaitu satker di provinsi yang melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satker di provinsi/kabupaten/kota/desa yang melaksanakan tugas pembantuan.
5. Satker Non-Vertikal Tertentu (SNVT), yaitu satker yang bukan merupakan instansi vertikal Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan kegiatan yang dibiayai dari alokasi anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Sebagai contoh, PT Perusahaan Listrik Negara yang melaksanakan kegiatan pembangunan listrik pedesaan.
6. Satker Sementara (SKS), yaitu satker di luar pengertian butir 2 sampai dengan 5, yang ditetapkan untuk melakukan kegiatan yang dibiayai dari alokasi anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang kewenangan dan tanggung jawabnya berasal dari Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
B. Penganggaran SATKER
1. Persiapan Penyusunan (Tingkat Satker)
Satker mempersiapkan dokumen yang menjadi dasar pencantuman target kinerja kegiatan dan alokasi anggarannya pada Kertas Kerja RKA-KL:
a. Daftar alokasi anggaran masing-masing unit eselon I yang dirinci per Satker dan sumber dananya berdasarkan Pagu anggaran yang ditandatangani oleh pejabat eselon I;
b. Peraturan perundangan mengenai struktur organisasi dan tugas fungsinya;
c. Dokumen RPJMN, Renstra K/L, RKP dan Renja K/L;
d. Juknis penyusunan RKA-KL;
e. Standar Biaya;
f. Bagan Akun Standar (BAS).
2. Mekanisme Penyusunan RKA-K/L (Tingkat Satker)
Tugas satker dalam rangka penyusunan RKA-K/L adalah menyusun Kertas Kerja RKA-K/L (KK RKA-KL). Penyusunan KK RKA-K/L harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengetahui Dasar Alokasi Anggaran Satker
b. Berdasarkan Daftar alokasi anggaran per Satker dan sumber dana, satker menyusun rencana kerja dan anggarannya. Dasar alokasi anggaran tersebut berguna sebagai kontrol batas tertinggi alokasi anggaran satker pada akhir penyusunan KK RKA-KL.
c. Kegiatan yang akan dilaksanakan beserta output kegiatan yang dihasilkan (sesuai karakterisitik satker). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari kegiatan generik atau teknis;
d. Peruntukan alokasi anggaran sesuai dengan prioritas sebagaimana diuraikan sebelumnya;
e. Mendukung pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui penggunaan komponen input/rincian biaya dalam rangka pencapaian output kegiatan dengan memanfaatkan penyediaan/penyajian makanan dan snack berbasis pangan lokal non beras, non terigu, sayuran, dan buah sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah;
f. Komponen input dalam rangka pencapaian output kegiatan yang dibatasi dalam hal Iklan layanan masyarakat ,kecuali untuk:
 Iklan yang mengajak/mendorong partisipasi masyarakat untuk turut aktif dalam pelaksanaan dan pengawasan program/kebijakan Pemerintah.
 Tetap mempertimbangkan bahwa manfaat sosial dan ekonomi yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
g. Komponen input dalam rangka pencapaian output kegiatan yang dibatasi dan tidak diperbolehkan dalam RKA-K/L secara substansi masih mengacu sebagaimana dimaksud dalam Keppres No. 42 Tahun 2002 Pasal 13 ayat (1) dan (2) junto Keppres 72 Tahun 2004 pasal 13 ayat (1) dan (2).
h. Pelaksanaan Pencapaian Output Kegiatan
Perincian biaya Komponen Input dalam KK RKA-K/L meliputi penyajian informasi item-item biaya yang akan dibelanjakan dalam rangka pencapaian output suatu kegiatan. Penyajian informasi dimaksud terkait cara pelaksanaan suatu kegiatan (secara swakelola atau kontraktual). Langkah penyajian informasi tersebut sebagai berikut:
 Swakelola
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang direncanakan akan dilakukan secara swakelola, dirinci menurut jenis belanja yang sesuai. Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang sifatnya non fisik dan menggunakan jenis Belanja Barang. Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang sifatnya non fisik dan menggunakan jenis belanja Bantuan Sosial dan Belanja Barang.
 Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang sifatnya fisik dimasukkan dalam belanja modal. Guna menyesuaikan dengan norma akuntansi yaitu azas full disclosure untuk masing-masing Jenis Belanja modal dirinci lebih lanjut sesuai peruntukannya. Misalnya Belanja Modal Tanah dibagi menjadi Belanja Modal Tanah, Belanja Modal Pembebasan Tanah, Belanja Modal Pembayaran Honor Tim Tanah, Belanja Modal Pembuatan Sertifikat Tanah, Belanja Modal Pengurukan dan Pematangan Tanah, Belanja Modal Biaya Pengukuran Tanah, Belanja Modal Perjalanan Pengadaan Tanah. Rincian tersebut sama
untuk semua Belanja Modal sesuai ketentuan pada Bagan Akun Standar.
 Kontraktual.
Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang direncanakan akan dilakukan secara kontraktual dimasukkan pada satu jenis belanja yang sesuai.
Informasi Pengadaan Barang dan Jasa K/L Melalui Proses Pelelangan Sebagai bentuk transparansi kegiatan pemerintahan, K/L diharapkan memberi informasi mengenai rencana pengadaaan barang dan jasa melalui proses pelelangan.
Kriteria pengadaan barang dan jasa melalui kontraktual yang perlu diinformasikan meliputi: nilai pengadaan barang dan jasa di atas 100 juta; dan rencana waktu pelaksanaan pengadaannya. Informasi tersebut dicantumkan pada saat penyusunan RKA-KL.
i. Penyusunan KPJM harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Perhitungan KPJM dilakukan berdasarkan indeksasi pada komponen input;
 Perhitungan prakiraan maju komponen input gaji tetap dihitung sebesar alokasi pada tahun anggaran berjalan.;
 Perhitungan prakiraan maju komponen input operasional dan pemeliharaan perkantoran dihitung dengan menerapkan indeksasi inflasi APBN;
 Perhitungan prakiraan maju output kegiatan teknis fungsional/kegiatan prioritas nasional dilakukan berdasarkan indeksasi atas komponen- komponen input yang mendukungnya dan diatur sebagai berikut:
 Prakiraan Maju komponen input utama/kebijakan dapat disesuaikan besarannya berdasarkan keputusan pemerintah;
 Prakiraan Maju komponen input pendukung disesuaikan dengan indeks inflasi kumulatif.
 Perhitungan KPJM dilakukan dengan menggunakan template yang dapat diunduh pada aplikasi RKAKL.
3. Format RKA-K/L
Secara umum RKA-K/L memuat:
a. Informasi kinerja
Informasi kinerja memuat:
 Program, yaitu penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi K/L yang rumusannya mencerminkan tusi unit eselon I atau unit K/L yang berisi kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator kinerja yang terukur,
 Kegiatan, yaitu penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon II atau satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran dengan indikator kinerja yang terukur dengan mengacu kepada struktur organisasi K/L
 Sasaran kinerja, yaitu keluaran dan/atau hasil yang ditetapkan untuk dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi, dari sisi efisiensi, kuantitas, dan kualitas melalui kegiatan dan/atau program oleh K/L.
b. Rincian anggaran, disusun menurut unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, jenis belanja, kelompok biaya, dan sumber pendanaan.
Informasi tersebut diatas dituangkan dalam Format RKA-K/L terdiri dari tiga dokumen yaitu :
 Formulir 1, yaitu Rencana Pencapaian Sasaran Strategis pada Kementerian Negara/ Lembaga (outcome K/L) yang memuat Visi, Misi, Sasaran Strategis, Fungsi, Prioritas Nasional, Rincian Sasaran Strategis, Alokasi Pagu Fungsi, Alokasi Pagu Prioritas Nasional, Strategi Pencapaian Sasaran Strategis, Program-Program K/L, Outcome-outcome atau tujuan program, Indikator Kinerja Utama Program, Pendapatan K/L dan Forward Estimate dan Rincian Rencana Pendapatan. Keterkaitan RKA-K/L dengan dokumen rencana kerja kementerian/lembaga pada muatan visi, misi, sasaran strategis, dan kegiatan prioritas.
 Formulir 2, yaitu Rencana Pencapaian Hasil Unit Organisasi (Outcome Eselon I) memuat Misi unit organisasi, Program Eselon I, Kegiatan Pendukung Program, Tujuan Kegiatan, Output, Indikator Kinerja Kegiatan, Pendapatan per program, dan Forward Estimate. Keterkaitan dengan dokumen perencanaan adalah Sasaran Strategis (Formulir 1 Renja KL), Nama Program, Pendanaan, Hasil (Outcome) dan Indikator, Uraian Kegiatan, Sumber Pendanaan dan Rincian Pendanaan PHLN atau PDN,
 Formulir 3, yaitu Rincian Biaya Keluaran Menurut Alokasi Pendanaan, Jenis Belanja dan Sumber Dana per Unit Organisasi memuat Rincian biaya per Kelompok Biaya, Jenis Belanja, dan sumber Dana. Formulir RKA-K/L baru disusun sampai pada tingkat unit organisasi, sedangkan ditingkat satuan kerja, tool yang dipergunakan adalah kertas Kerja (worksheet). Kertas kerja adalah sarana untuk memasukkan data mengenai tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja (bottom up) sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga (top down) beserta alokasi anggarannya.
Penyusunan worksheet dilakukan dengan menggunakan aplikasi RKA- K/L.
4. Penyusunan DIPA
DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. DIPA berlaku untuk 1 (satu) tahun anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi Satker dan dasar pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.
Proses penyusunan dan bahan yang digunakan sebagai dasar dalam menyusun DIPA Induk dan DIPA Petikan sepenuhnya menggunakan data RKA- K/L yang disusun oleh masing-masing Satker
Berdasarkan pembagian anggaran dalam APBN, jenis DIPA dapat dikelompokkan atas DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA K/L) dan DIPA
Bendahara Umum Negara (DIPA BUN). Mulai Tahun Anggaran 2013, DIPA yang disusun oleh PA baik untuk DIPA K/L maupun DIPA BUN dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. DIPA Induk yaitu akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh PA menurut Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga.
b. DIPA Petikan yaitu DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem.
DIPA Petikan, terdiri dari DIPA Satker-Satker yang berada di bawah Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga. Secara prinsip setiap DIPA Petikan untuk satu Satker, sehingga dalam hal sebuah Satker mendapat alokasi anggaran yang berasal dari beberapa Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga, maka akan mengelola beberapa DIPA Petikan.
Selanjutnya DIPA Petikan Kementerian Negara/Lembaga yang terkait dengan materi sesi ini dapat dikategorikan menjadi:
a. DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat (KP) yaitu DIPA yang dikelola oleh Satker Kantor Pusat dan/atau Satker pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga, termasuk di dalamnya DIPA Satker Badan Layanan Umum (BLU) pada kantor pusat, dan DIPA Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT).
b. DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah (KD) yaitu DIPA yang dikelola oleh Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di daerah termasuk di dalamnya untuk DIPA Satker BLU di daerah
Sumber: Pedoman Proses Perencanaan, Penganggaran dan Pelaksanaan APBN Kemenkeu
2.3 Konsep Penganggaran Satker BLU
Pembahasan tentang perencanaan dan penganggaran diawali dengan proses penyusunan rencana strategis (renstra) bisnis oleh satker BLU yang berpedoman pada renstra Kementerian Negara/Lembaga/Dewan Kawasan. Renstra bisnis ini digunakan sebagai panduan oleh satker BLU dalam mengelola kegiatannya selama 5 tahun ke depan.
Untuk kebutuhan perencanaan dan penganggaran tahunan, satker BLU menyusun dokumen yang disebut rencana bisnis dan anggaran atau biasa disebut RBA. Secara garis besar, RBA memuat kegiatan dan target yang akan dilaksanakan pada tahun tersebut beserta anggaran yang mengikuti. Pembahasan mengenai renstra bisnis satker BLU dan RBA akan diuraikan dalam pokok-pokok bahasan dibawah ini.
A. Rencana Strategis Bisnis
Rencana strategis bisnis, selanjutnya disebut renstra bisnis, lahir dari sebuah proses manajemen strategis. Manajemen strategis sendiri merupakan seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Tujuan dari manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang.
Renstra bisnis mengemuka ketika organisasi sadar bahwa tantangan organisasi di masa depan semakin kompleks dengan berbagai macam permasalahan dan persaingan. Identifikasi terhadap lingkungan internal dan eksternal mutlak diperlukan guna mengetahui kekuatan, kelemahan, tantangan serta ancaman organisasi. Elemen- elemen tersebut kemudian dianalisis dan ditransformasikan ke dalam sebuah tahapan- tahapan strategi untuk mencapai
visi dan misi organisasi.
Satker BLU adalah sebuah organ pemerintah yang bertindak untuk menyediakan layanan dalam bentuk penyediaan barang dan jasa dimana dalam pengelolaannya lebih menitikberatkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas dengan tidak mengutamakan pencapaian laba (not for profit). Sebagai sebuah organisasi modern, satker BLU dituntut mampu menyusun dan menguraikan visi dan misi ke dalam tahapan-tahapan strategis untuk mencapai visi dan misi tersebut.
Langkah-langkah normatif dalam proses perumusan sebuah renstra bisnis juga dilaksanakan oleh satker BLU untuk memastikan bahwa satker BLU tersebut mengenali dirinya sendiri dan menggunakan keunggulan kompetitif yang dimiliki sebagai instrumen untuk bersaing dengan organisasi lain yang memiliki layanan sejenis.
B. Rencana Bisnis Dan Anggaran (RBA)
1. Konsep, Definisi, dan Dasar-Dasar Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Ketika sebuah renstra bisnis satker BLU telah disusun, langkah lanjutan dari sebuah proses perencanaan dan penganggaran satker BLU adalah penyusunan rencana bisnis dan anggaran tahunan, yang biasa disebut RBA. Sebagai representasi dari sebuah renstra bisnis satker BLU, RBA berfungsi sebagai dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan satker BLU yang memuat program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran BLU.
Berbicara mengenai RBA satker BLU tidak dapat dilepaskan dari kerangka APBN secara keseluruhan. Target pendapatan dan belanja yang tercantum dalam RBA tetap harus dicatatkan dalam APBN. Realisasi atas target pendapatan PNBP dan belanja yang bersumber dari PNBP harus dibukukan dan dipertanggungjawabkan dalam kerangka keuangan negara. Harus disadari oleh pejabat pengelola dan pegawai satker BLU bahwa satker BLU bukanlah kekayaan negara yang dipisahkan, sehingga prinsip-prinsip dalam pengelolaan keuangan negara tetap harus dipahami dan dipedomani oleh satker BLU. Fleksibilitas yang diberikan dalam kerangka memberikan pengecualian terhadap prinsip universalitas agar satker BLU dapat berkembang dan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat.
2. Penyusunan RBA
Satker BLU yang memiliki organisasi yang berukuran kecil dapat melakukan sentralisasi dalam hal penganggaran. Namun, satker BLU yang besar dan kompleks perlu melakukan desentralisasi dengan memberikan kewenangan kepada unit- unit kerja di dalamnya untuk mengajukan kebutuhan anggaran yang diperlukan dan membebaninya dengan target pendapatan. Desentralisasi penyusunan anggaran tersebut tentu saja tetap harus dalam koridor program, kegiatan, dan kebijakan yang telah dituangkan dalam renstra bisnis. Dalam hal ini, tugas
pimpinan BLU untuk menerjemahkan dan mensosialisasikan renstra bisnisnya kepada unit-unit kerja yang ada dan menghimpun rencana dan anggaran yang diajukan oleh masing-masing unit kerja untuk kemudian ditransformasikan dalam bentuk RBA.
Dasar-dasar yang digunakan dalam penyusunan RBA diuraikan sebagai berikut:
a. RBA disusun dengan mengacu kepada Rencana Strategis Bisnis BLU dan Pagu Anggaran Kementerian Negara / Lembaga / Dewan Kawasan. Pagu Anggaran Kementerian Negara / Lembaga merupakan batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada Kementerian Negara / Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L yang disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan pada akhir bulan Juni.
b. Pagu Anggaran BLU dalam RKA-K/L yang sumber dananya berasal dari pendapatan BLU dan surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu program, satu kegiatan, satu output, dan jenis belanja. Rincian lebih lanjut pagu anggaran BLU dituangkan dalam RBA.
c. RBA disusun berdasarkan
 basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya.
 kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima.
 basis akrual.
d. Penggunaan Standar Biaya:
 Bagi BLU yang telah menyusun standar biaya layanannya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya (dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan), RBA disusun menggunakan standar biaya tersebut. Penetapan standar biaya oleh Pemimpin BLU dan dilampiri SPTJM.
 Bagi BLU yang belum menyusun standar biaya layanannya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya, BLU menggunakan standar biaya yang ditetapkan oleh Menkeu.
e. Penyusunan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disusun per unit kerja pada satker BLU dan merupakan pagu belanja yang dirinci menurut program,
kegiatan, output, akun belanja dan detail belanja. Kemampuan pendapatan bersumber dari:
 Pendapatan yang akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat;
 Hibah tidak terikat dan/atau hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain;
 Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya;
 Penerimaan lainnya yang sah; dan/atau
 Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN f. RBA memuat paling kurang:
 Seluruh program, kegiatan dan target kinerja (output);
 Kondisi kinerja BLU tahun berjalan;
 Asumsi makro dan mikro;
 Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan disusun per unit kerja pada satker BLU.
 Perkiraan biaya layanan per unit kerja.
 Prakiraan maju (forward estimate).
g. RBA menganut pola anggaran fleksibel (flexibel budget) dengan suatu Persentase Ambang Batas tertentu yang memberikan keleluasaan penggunaan belanja dalam RBA untuk bertambah atau berkurang secara proporsional terhadap pendapatan BLU selain yang bersumber dari RM.
3. Mekanisme Pengajuan dan Pengesahan RBA
Keterangan:
a. Penyusunan Rencana Strategis Bisnis BLU
BLU menyusun Rencana Strategis Bisnis BLU berdasarkan Renstra K/L.
b. Penyusunan RBA
BLU menyusun RBA mengacu pada Rencana Strategis Bisnis BLU dan Pagu Anggaran K/L.
c. Penyusunan RKA K/L
 RBA ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan diketahui oleh Dewan Pengawas/pejabat yang ditunjuk, selanjutnya diusulkan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan untuk mendapat persetujuan.
 RBA dilampiri SPM, tarif, dan/atau standar biaya.
 RBA yang telah disetujui oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menjadi dasar penyusunan RKA K/L untuk satker BLU.
d. Penelaahan RKA K/L
 RKA K/L dan RBA diajukan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan untuk disampaikan kepada Menkeu c.q. DJA.
 Pengajuan RKA-K/L dan RBA dilaksanakan sesuai dengan jadwal penyusunan RKA- K/L berdasarkan pagu anggaran.
 Menkeu c.q. DJA menelaah RKA K/L dan RBA yang diajukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan dalam rangka penelahaan RKA-K/L, sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
e. Penyusunan RBA Definitif
 Pemimpin BLU melakukan penyesuaian RKA K/L dan RBA dengan Perpres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.
 RBA yang telah disesuaikan ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh Dewan Pengawas/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menjadi RBA definitif.
 Dalam hal satker BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas, maka RBA definitif ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan, dan disetujui Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan.
 Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menyampaikan RKA K/L dan RBA definitif kepada Menkeu c.q. DJA dan DJPBN.
 RBA definitif merupakan dasar untuk melakukan kegiatan satker BLU.
Pemimpin BLU dapat menyusun rincian RBA definitif sebagai penjabaran lebih lanjut dari RBA definitif. Tata cara penyusunan dan format rincian RBA definitif ditetapkan oleh Pemimpin BLU.
2.4 Membuat Penganggaran Dan Laporan Keuangan BLU
Langkah-langkah umum untuk membuat penganggaran dan laporan keuangan Badan Layanan Umum (BLU):
A. Membuat Penganggaran:
1. Identifikasi semua sumber pendapatan BLU, seperti pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi umum (DAU), dana bagi hasil, dan lainnya.
2. Tetapkan tujuan dan target keuangan BLU untuk periode tertentu (biasanya satu tahun anggaran).
3. Hitung estimasi pengeluaran untuk berbagai program dan kegiatan BLU.
4. Rencanakan alokasi dana untuk masing-masing program dan kegiatan.
5. Pastikan bahwa penganggaran sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
B. Pencatatan Transaksi Keuangan:
1. Mencatat semua transaksi keuangan yang masuk dan keluar dengan cermat.
2. Gunakan sistem akuntansi yang tepat untuk mencatat semua transaksi, seperti sistem akuntansi berbasis komputer
3. Pastikan semua transaksi dicatat sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
C. Penyusunan Laporan Keuangan:
1. Persiapkan laporan neraca, laporan la ugi, dan laporan arus kas.
2. Pastikan laporan keuangan mencerminkan kondisi keuangan BLU secara akurat 3. Verifikasi laporan keuangan dengan data transaksi yang dicatat.
4. Sertakan catatan atas laporan keuangan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jika diperlukan.
D. Audit dan Pemeriksaan:
1. Lakukan audit internal secara berkala untuk memastikan keakuratan dan keandalan data keuangan.
2. Jika diperlukan, lakukan audit eksternal oleh lembaga audit independen.
3. Tanggapi temuan audit dengan melakukan perbaikan yang diperlukan.
E. Penyampaian Laporan Keuangan:
1. Sampaikan laporan keuangan kepada pihak yang berwenang, seperti Dewan Pengawas atau pihak yang memerlukan laporan tersebut.
2. Jika diperlukan, sampaikan laporan keuangan kepada publik atau pemangku kepentingan lainnya
F. Evaluasi dan Penyesuaian:
1. Evaluasi kinerja keuangan BLU berdasarkan laporan keuangan yang disiapkan.
2. Lakukan penyesuaian pada penganggaran dan kebijakan keuangan berdasarkan hasil evaluasi
2.5 Menganalisis Laporan Keuangan BLU
Sesuai SAK Sesuai SAP
Pasal 11 PMK 76/PMK.05/2008 : Laporan keuangan paling sedikit terdiri dari :
Laporan Realisasi Anggaran;
Lapora Aktivitas/Laporan Operasional;
Neraca;
Laporan Arus Kas; dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
PMK 217/PMK.05/2015 :
Laporan keuangan paling sedikit terdiri dari:
Laporan Realisasi Anggaran;
Laporan Operasional/Laporan Aktivitas;
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Neraca;
Laporan Arus Kas;
Laporan Perubahan Ekuitas; dan Catatan atas Laporan Keuangan.
A. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 1. Tujuan
Memberikan informasi mengenai realisasi pendapatan dan belanja yang masing- masing diperbandingkan dengan anggaran dalam satu tahun periode.
2. Kegunaan
Informasi pada Laporan Realisasi Anggaran bagi pengguna laporan keuangan adalah untuk :
a. Mengevaluasi kinerja realisasi anggaran tahun berjalan
b. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja BLU dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran
3. Contoh Format LRA
B. Laporan Operasional (LO)/Laporan Aktivitas (LA) 1. Tujuan
Memberikan informasi mengenai sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh BLU.
2. Kegunaan
Informasi pada Laporan Aktivitas bagi pengguna laporan keuangan adalah untuk:
a. Mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber ekonomi.
b. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi.
c. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja BLU dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
3. Contoh Format LO
C. Neraca 1. Tujuan
Menyediakan informasi tentang posisi keuangan BLU meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
2. Kegunaan
Informasi pada neraca bagi pengguna LK digunakan untuk menilai:
a. Kemampuan BLU dalam memberikan jasa layanan secara berkelanjutan.
b. Likuiditas dan solvabilitas.
c. Kebutuhan pendanaan eksternal.
3. Contoh Format Neraca
D. Laporan Arus Kas 1. Tujuan
Menyediakan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
2. Kegunaan
Informasi pada Laporan Arus Kas bagi pengguna laporan keuangan adalah menilai:
a. Kemampuan BLU dalam menghasilkan kas dan setara kas b. Sumber dana BLU
c. Penggunaan dana BLU
d. Prediksi kemampuan BLU untuk memperoleh sumber dana serta penggunaannya untuk masa yang akan datang
3. Contoh Format LAK
E. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 1. Tujuan
Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
2. Kegunaan
Informasi pada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih bagi pengguna laporan keuangan adalah menilai :
a. Informasi mengenai perubahan Saldo Anggaran Lebih tahun berjalan b. Informasi mengenai penggunaan Saldo Anggaran Lebih
3. Contoh Format LP SAL
F. Laporan Perubahan Ekuitas 1. Tujuan
Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
2. Kegunaan
Memberikan Informasi mengenai perubahan Ekuitas tahun berjalan.
3. Contoh Format LPE
G. Catatan atas Laporan Keuangan 1. Tujuan
Memberikan penjelasan dan analisis atas informasi yang ada pada Laporan Aktivitas, Neraca, Laporan Arus Kas dan informasi tambahan lainnya sehingga para pengguna mendapatkan pemahaman yang paripurna atas laporan keuangan BLU.
2.6 Jurnal