638
Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Tangga di Bantaran Sungai Cikapundung Kota Bandung
Muhamad Yogi Arsyandi1*, Yulianti Pratama2, Lina Apriyanti3
1,2,3
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas Jl.PHH. Mustapha 23, Bandung
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 23 Agustus 2019 Disetujui: 30 September 2019
Absctract
The increase of population in an area will have an impact on the level of density of the area, so that the emergence of a wild settlement that utilizes the river area as a place of residence. This condition will be a potential waste problem in the Riverbank area. One of them is the potential for garbage dumped into rivers, especially Cikapundung River. Tamansari Village is one of the areas that are traversed Cikapundung river, so it takes the planning of the system of inheritance and garbage collection to reduce the potential of waste dumped into the river. waste generation measurement based on SNI 19-3964-1994 method. The concept of waste management system planning is the reduction of waste in the source by 30% with the planning of the timing system through sorting based on three categories of garbage types.
Planning of collecting system is by giving the gathering to the collecting device compartment. A community-based waste processing approach that starts from sourcing through composter processing and garbage bank.
Keywords : Community-based Waste Management, Tamansari Urban Village, River Cikapundung
Abstrak
Peningkatan penduduk pada suatu daerah akan berdampak terhadap tingkat kepadatan daerah tersebut, sehingga akan munculnya pemukiman liar yang memanfaatkan daerah bantaran sungai sebagai tempat hunian. Kondisi tersebut akan bepotensi adanya masalah persampahan di daerah bantaran sungai. Salah satunya yaitu potensi adanya sampah yang dibuang ke sungai khususnya Sungai Cikapundung. Kelurahan Tamansari merupakan salah satu wilayah yang dilewati Sungai Cikapundung, sehingga dibutuhkan perencanaan sistem pewadahan dan pengumpulan sampah untuk mengurangi potensi adanya sampah yang dibuang ke sungai. Pengukuran timbulan sampah berdasarkan metode SNI 19-3964-1994. Konsep perencanaan sistem pengelolaan sampah yaitu pengurangan sampah di sumber sebesar 30% dengan perencanaan sistem pewadahan melalui pemilahan berdasarkan tiga kategori jenis sampah. Perencanaan sistem pengumpulan yaitu dengan pemberian skat pada kompartemen alat pengumpul. Pendekatan pengolahan sampah berbasis masyarakat yang dimulai sejak dari sumber melalui pengolahan komposter dan bank sampah.
Kata Kunci : Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, Kelurahan Tamansari, Sungai Cikapundung
1. Pendahuluan
Sebagai kota besar Kota Bandung memiliki kepadatan penduduk sebesar 150 jiwa/Ha, dengan laju peningkatan jumlah penduduk Kota Bandung sebesar 1,26% yang meningkat tiap tahunnya (Badan Pusat Statistik, 2018). Hal ini akan berdampak terhadap tingkat kepadatan kota tersebut, sehingga berpotensi munculnya pemukiman-pemukiman liar dan memanfaatkan daerah bantaran sungai untuk membangun tempat hunian yang tidak menutup kemungkinana membuang sampah ke sungai. Sungai Cikapundung merupakan salah satu sungai yang berada di wilayah administrasi Kota Bandung, yang saat ini telah di padati pemukiman di sepanjang bantaran sungai (Wijaya Karto, 2017).
Salah satu faktor meningkatnya timbulan sampah ialah jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya (Pratama Yulianti dan Soleh Ahmad Zanbar, 2008). Kepadatan penduduk di bantaran sungai secara tidak langsung akan meningkatkan timbulan sampah yang dibuang ke sungai sehingga dapat meningkatkan beban pencemar sungai. Kurangnya kesadaran masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai akan dampak membuang sampah ke sungai dan minimnya pengelolaan sampah di tingkat sumber merupakan salah satu faktor pencemaran sungai yang diakibatkan sampah rumah tangga (Damanhuri, 2015).
639
Sungai Cikapundung memiliki panjang 28 kilometer yang melintasi 11 kecamatan di tiga kabupaten kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Kota Bandung merupakan bagian tengah dari aliran Sungai Cikapundung yang memiliki luas daerah tangkapan sebesar 90,4 km2 (Selamet, Sofyan, Iendra, 2004). Terdapat 7 kecamatan yang dilaluli Sungai Cikapundung salah satunya adalah Kecamatan Bandung Wetan yang merupakan salah satu kawasan pemukiman dengan kepadatan tinggi, dengan kepadatan penduduk sebesar 358,077 jiwa/Ha. Kecamatan Bandung Wetan terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Tamansari, Citarum dan Cihapit, dari ketiga kelurahan tersebut hanya Kelurahan Tamansari yang dilintasi Sungai Cikapundung dengan kepadatan penduduk sebesar 257,862 jiwa/Ha (Dinas Permukiman dan Perumahan Jawa Barat, 2017). Berdasarkan kondisi tersebut, Kelurahan Tamansari dipilih karena lokasi tersebut merupakan daerah yang dilalui aliran Sungai Cikapundung dan merupakan daerah pemukiman dengan kepadatan tinggi sehingga memungkinkan adanya sampah yang dibuang ke sungai oleh masyarakat sekitar.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah diperlukan suatu sistem pengelolaan yang bertujuan untuk mengurangi timbulan yang dihasilkan serta melakukan suatu penanganan terhadap timbulan yang dihasilkan agar sampah pada daerah tersebut dapat dikelola dengan baik. Hal ini yang mendorong adanya pengelolaan sampah lebih lanjut mengenai timbulan sampah yang dihasilkan di daerah bantaran Sungai Cikapundung dari berbagai macam kegiatan sepanjang aliran sungai.
Peran serta masyarakat diperlukan untuk perencanaan pengelolaan sampah, karena untuk menjaga kelangsungan pengelolaan sampah di suatu lingkungan diperlukan pengelolaan sampah berbasis masyarkat, dimana masyarakat pada lingkungan tersebut memiliki tanggung jawab bersama terhadap lingkungan yang ditempati (Anggraini dan Hastuti, 2017). Perencanaan ini memiliki pencapaian target pelayanan sampah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang terdiri dari 30% pengurangan dan 70% penanganan sampah. Sehingga diharapkan akan mengurangi sampah yang masuk ke sungai dan mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan serta melakukan penanganan sampah sejak dari sumber dengan berbasis masyarakat.
2. Metodologi Penelitian
Tahapan penelitian di mulai dari identifikasi masalah, studi literatur, pengumpulan data dan pengolahan data yang selanjutnya dianalisi. Pengolahan data terdiri dari timbulan sampah, komposisi sampah, karakteristik sampah dan hasil kuesioner. Identifikasi masalah dimana pengelolaan sampah di Kelurahan Tamansari yang merupakan daerah pemukiman padat yang dilewati Sungai Cikapundung masih menggunakan sistem kumpul, angkut dan buang. Belum adanya penerapan pengelolaan sampah dengan konsep 3R yang meliputi sistem pewadahan dan pengumpulan serta adanya potensi masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Tahapan penelitian yang digunakan dalam perencanaan sistem pengelolaan sampah sampah pada lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 1.
Studi literatur ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mempelajari teori mengenai pengelolaan sampah rumah tangga khususnya pewadahan dan pengumpulan sampah, timbulan, komposisi, karakteristik sampah dan peran serta masyarakat. Literatur diperoleh dari buku, jurnal, standar – standar dan regulasi yang terkait.
Pengumpulan data dalam perencanaan ini dibagi menjadi dua yaitu data sekunder dan primer. Data sekunder merupakan pengumpulan data yang menunjang perencanaan antara lain data profil dan wilayah administrasi Kelurahan Tamansari, tingkat kesejahteraan, peta wilayah, sistem pengelolaan sampah Kota Bandung dalam dokumen SSK tahun 2017 dan profil Sungai Cikapundung. Data primer diperoleh dari beberapa tahapan antara lain :
1. Perencanaan Sampling a) Penentuan Jumlah Sampel
Sampel yang akan diteliti adalah rumah tangga (Kepala Keluarga/KK) yang berada di Kelurahan Tamansari. Pendekatan untuk menentukan jumlah sampel digunakan metode SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Jumlah penduduk dari Kelurahan Tamansari adalah 26.302 jiwa (≤ 106 jiwa). Rumus yang digunakan yaitu P = Cd.√Ps dengan koefisien Cd = 1, maka jumlah sampel untuk pengukuran timbulan sampah adalah 33 rumah.
640
Gambar 1. Alur Perencanaan
Penentuan anggota sampel menggunakan pembagian kategori menurut SNI 19-3964-1994 dengan metode Stratified Random Sampling. Dimana data sampel dibagi kedalam 3 kategori berdasarkan strata tingkat ekonomi yaitu high income, medium income, dan low income. Berdasarkan karakteristik Kelurahan Tamansari khususnya didaerah bantaran sungai tidak terdapat masyarakat dengan strata tingkat ekonomi tinggi (high income) oleh karena itu pembagian populasi terhadap strata ekonomi dilakukan hanya 2 (dua) tingkatan yaitu medium income dan low income. Penentuan berdasarkan tingkat ekonomi untuk kategori medium income didapat 7 sampel dan untuk kategori low income didapat 26 sampel.
b) Penentuan Wilayah Sampling
Lokasi penentuan wilayah sampling pada Kelurahan Tamansari meliputi RW 09 dan RW 15, karena kedua RW tersebut merupakan daerah di bantaran sungai yang dilewati Sungai Cikapundung.
2. Pengukuran Timbulan dan Komposisi
Pengukuran timbulan sampah di lokasi studi dilakukan selama 8 hari berturut – turut dengan sumber sampah yaitu sampah rumah tangga (domestic). Standar yang diacu untuk pengukuran dan perhitungan timbulan sampah adalah SNI 19-3964-1994 mengenai metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Dilakukan pengukuran timbulan dan komposisi sampah adalah untuk mengetahui rata – rata besaran timbulan sampah yang dihasilkan di wilayah studi dan dapat mengkategorikan jenis sampah berdasarkan komposisi. Sehingga nantinya dapat mengetahui potensi pengurangan sampah berdasarkan komposisi sampah yang paling dominan di wilayah studi dan untuk mengetahui pengaruh timbulan sampah terhadap sistem pewadahan dan pengumpulan sampah.
3. Wawancara dan Observasi Eksisting
Wawancara kuesioner disebarkan kepada 35 responden, sebaran kuesioner disesuaikan dengan pengambilan sampel sampah yaitu pada RW 09 dan RW 15. Terdapat empat variabel utama yang diajukan terhadap masing – masing responden yaitu kebiasaan masyarakat, pengetahuan masyarakat akan
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Primer
Lokasi Sampling
Jumlah Sampel
Timbulan, Komposisi, Karakteristik Sampah
Kuesioner
Kondisi Eksisting Lokasi Studi
Data Sekunder
Data Kependudukan Kelurahan Tamansari
Tingkat Kesejahteraan Kelurahan Tamansari
Profil Sungai Cikapundung
Sistem Pengelolaan Sampah Kota Bandung
Pengukuran Timbulan Sampah
Analisis Timbulan, Komposisi, Karakteristik Sampah dan Hasil
Kuesioner
Sekenario Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan
641
sampah, pengelolaan sampah eksisting yang telah dilakukan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Kuesioner dilakukan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat akan pengelolaan sampah dan pengetahuan masyarakat akan pengolahan sampah sehingga pada saat pemilihan teknologi pengolahan dapat dipahami oleh masyarakat itu sendiri. Observasi eksisting yaitu mengamati aktivitas operasional persampahan yaitu dari pewadahan dan pengumpulan sampah, sehingga dapat diketahui permasalahan pengelolaan sampah di kondisi eksisting.
4. Pengolahan dan Analisis data
Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis untuk mengetahui pengaruh timbulan sampah yang dihasilkan di lokasi studi terhadap aspek operasional pengelolaan sampah terutama pada sistem pewadahan dan pengumpulan sampah. Data yang diolah terdiri dari timbulan sampah dengan rumus berdasarkan SNI 19-3964-1994, komposisi sampah dengan rumus berdasarkan SNI 19-3964-1994, dan karakteristik sampah. Berikut merupakan acuan rumus yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Acuan rumus yang digunakan dalam analisis data
Data Rumus
Timbulan Sampah
- Timbulan sampah satuan volume (liter/orang/hari)
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑥 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎
- Timbulan sampah satuan berat (kg/orang/hari)
= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑑𝑖 𝑏𝑜𝑥 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎
qdr = (𝑞ℎ𝑖∗%ℎ𝑖)+(𝑞𝑚𝑖∗%𝑚𝑖)+(𝑞𝑙𝑖∗%𝑙𝑖)
%ℎ𝑖+%𝑚𝑖+%𝑙𝑖
Dimana :
qd = satuan timbulan sampah domestik (loh), qhi = satuan timbulan sampah tingkat high income
(loh),
qmi = satuan timbulan sampah tingkat mid income (loh),
qli = satuan timbulan sampah tingkat low income (loh),
% = persen tingkat ekonom
(sumber: SNI 19-3964-1994) Komposisi
Sampah
Komposisi
sampah = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑥 100 (Sumber: SNI 19-3964-1994) Karakteristik
Sampah
Parameter yang diuji adalah kadar air, kadar abu, c-organik dan NTK. Pengukuran uji karakteristik sampah dilakukan oleh pihak ke tiga dengan metode uji dapat dilihat pada Tabel 3.
Sumber : Hasil analisis (2019)
Pengujian karakteristik sampah terdiri dari kadar air, kadar abu, C-organik, dan NTK . Metode yang digunakan untuk 4 parameter yang diuji dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Metode karakteristik sampah
No Parameter Metode Satuan Tujuan
1 Kadar air ASTM
D2216-98 %
Mengetahui kandungan air dalam sampah yang dapat mempengaruhi densitas sampah, tingkat kompaksi, dan nilai kalor dalam insenerasi
2 Kadar abu ASTM
D2216-98 %
Mengetahui bagian sampah yang tidak terbakar karena dapat mempengaruhi efisiensi pembakaran
3 C-organik SMEWW
5220-B %
Mengetahui rasio C/N yang digunakan sebagai indikator pengomposan.
4 NTK
SMEWW 4500- Norg+
B
%
Sumber : Hasil analisis (2019)
642 3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Timbulan Sampah
Pengukuran timbulan sampah di lokasi studi dilakukan selama 8 hari berturut – turut dengan sumber sampah yaitu sampah rumah tangga. Standar yang diacu untuk pengukuran dan perhitungan timbulan sampah adalah SNI 19-3964-1994. Hasil perhitungan timbulan sampah meliputi dua kategori tingkatan ekonomi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Timbulan sampah di lokasi studi Kategori Liter/orang/hari Kg/orang/hari Medium
Income 2,09 0,22
Low
Income 2,00 0,23
Rata -
rata 2,02 0,23
Sumber: Hasil perhitungan (2019)
Hasil dari pengukuran timbulan sampah berdasarkan volume dan berat di lokasi studi rata - rata timbulan sampah sebesar 2,02 liter/orang/hari dan 0,23 kg/orang/hari. Timbulan sampah pada masyarakat dengan tingkat ekonomi medium income berdasarkan volume lebih besar (2,09 liter/orang/hari) dibandingkan tingkat ekonomi low income (2,00 liter/orang/hari). Menurut Damanhuri dan Padmi, 2015, bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dari besarnya timbulan sampah disuatu daerah salah satunya ialah tingkat ekonomi, dimana masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan sampah yang lebih sedikit dan homogen. Masyarakat dengan tingkat ekonomi menegah dan tinggi sampah yang dihasilkan biasanya lebih banyak dan tidak homogen. Timbulan sampah pada masyarakat dengan tingkat ekonomi low income berdasarkan berat lebih besar (0,23 kg/orang/hari) dibandingkan masyarakat dengan tingkat ekonomi medium income (0,22 kg/orang/hari). Selain tingkat ekonomi yang berpengaruh terhadap timbulan sampah, pola hidup dan kebiasaan dari kedua kategori pun berpengaruh terhadap timbulan tersebut.
3.2. Komposisi Sampah
Terdapat dua jenis limbah yang utama, yaitu : biodegradable dan nonbiodegradable. Limbah yang terbuat dari material alamiah, seperti limbah makanan, adalah biodegradable. Artinya bahwa jenis tersebut dapat hancur oleh hujan dan hewan, misalnya cacing. Nonbiodegradable merupakan benda tersebut terbuat dari material sintetik yang memakan waktu lebih lama untuk membusuk (Spilsbury, 2010).
Pengelompokan komposisi sampah di lokasi studi berdasarkan pada Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Pengukuran komposisis dibagi menjadi 5 kategori dimana kategori tertinggi pertama yaitu sampah yang mudah terurai (Organik) 55,70%, sementara kategori tertinggi kedua yaitu sampah lainnya 24,21%, sampah kategori tertinggi ketiga yaitu sampah yang dapat didaur ulang 14,46%, sampah kategori tertinggi keempat yaitu sampah yang dapat digunakan kembali 5,57%, dan sampah tertinggi kelima yaitu sampah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) 0,06%. Lebih jelasnya mengenai komposisi sampah berdasarkan 5 kategori dapat dilihat pada Gambar 2.
Tingginya nilai komposisi untuk sampah mudah terurai 55,70% dapat menjadi potensi untuk pengurangan dengan kegiatan pengomposan skala rumah tangga. Pengeloalaan lain yang dapat dilakukan berdasarkan kategori sampah dominan yaitu sampah yang dapat didaur ulang ialah dengan memanfaatkan kembali sampah dengan konsep 3R seperti bank sampah. Sehingga dengan adanya pengelolaan sampah berdasarkan konsep 3R seperti komposter dan bank sampah dapat mengurangi jumlah timbulan sampah sebesar 30% yang dihasilkan masyarakat dan dapat pula meningkatkan penghasilan masyarakat di lokasi studi.
643
Gambar 2. Komposisi sampah berdasarkan 5 kategori Permen PU No 3 Tahun 2013
3.3. Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah dapat berupa kondisi fisik (berat jenis, faktor pemadatan, ukuran dan distribusi partikel), kondisi kimia (kelembapan, kadar volatile, kadar abu, rasio C/N, dan kandungan energi).
Analisis karakteristik sampah diperlukan dalam desain sistem pengelolaan sampah kota, terutama dalam hal pengolahan sampah. Nilai karakteristik sampah selain untuk informasi dapat pula digunakan untuk pemilihan teknologi pengolahan sampah (Azkha, 2006). Berikut merupakan hasil uji karakteristik terhadap sampel sampah rumah tangga pada Kelurahan Tamansari dan usulan – usulan teknologi pengolahan sampah beserta standar maksimum untuk masing – masing usulan teknologi pengolahan.
Lebih jelasnya mengenai hasil uji karakteristik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji karakteristik sampah lokasi studi
No Parameter Hasil (%)
Standar (%)
Usulan Teknologi Pengolahan
Keterangan 1. Rasio C/N 27,74 25-30*
10-20**
Kompos Biogasifikasi
Sesuai Tidak Sesuai 2. Kadar Air 69,47
50-65
%*
≤50%**
<50%*
Kompos Biogasifikasi Insenerasi
Tidak Sesuai
3. Kadar Abu 12,78 <60%* Insenerasi -
Sumber : Laboratorium Buangan Padat dan B3 ITB (2018) Ket: * = Damanhuri dan Padmi, 2015
**= SNI 19-7030-2004("SNI 19-7030-2004 Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik")
Berdasarkan Tabel 5, untuk parameter kadar air pengolahan dengan menggunakan kompos tidak sesuai dengan standar yang disyaratkan baik dari literatur maupun Standar Nasional Indonesia 19-7030- 2004 tentang spesifikasi kompos dari sampah organik domestik. Ketidaksesuaian kadar air tersebut akan berpengaruh terhadap proses pengomposan apakah secara aerob atau anaerob. Berdasarkan Damanhuri dan Tri Padmi (2015) bila kadar air lebih dari 55% hal tersebut akan mempengaruhi kondisi pengomposan sehingga kompos akan berjalan secara anaerob.
Persentase rasio C/N di lokasi studi adalah 27,74% bila melihat SNI 19-7030-2004 nilai C/N-rasio untuk standar kualitas kompos berada di rentang 10 – 20. Jika Rasio C/N lebih besar dibandingkan standar, maka akan mengakibatkan dekomposisi sampah oleh mikroba berjalan dengan lambat atau waktu penguraian sampah menjadi kompos akan lebih lama. Untuk menurunkan nilai rasio C/N dapat dilakukan dengan penambahan kotoran hewan atau penambahan mikroorganisme selulotik (Mulyono, 2014).
Berdasarkan standar rasio C/N Damanhuri tahun 2015, persentase rasio C/N sampah di lokasi studi sesuai dengan standar sehingga dapat digunakan teknologi pengolahan sampah secara pengomposan.
0,06%
55,70%
5,57%
14,46%
24,21%
Sampah B3 Sampah yang mudah terurai
Sampah yang dapat digunakan kembali Sampah yang dapat didaur ulang Sampah lainnya
644
Kadar abu merupakan salah satu parameter untuk memperkirakan seberapa besar efektifitas mereduksi sampah dengan menggunakan metode pembakaran berteknologi tinggi (insenerasi) (Tchobanoglous, 2002). Hasil pengujian parameter kadar abu di lokasi studi sebesar 12,78%. Pengelolaan dengan menggunakan hasil uji parameter kadar abu hanya sebatas pengetahuan namun tidak diimplementasikan di lokasi studi karena minimnya lahan untuk pengolahan sampah dengan cara insenerasi.
3.4. Analisis Data Kuesioner
Kuesioner dibagi menjadi empat variabel utama yang diajukan terhadap masing – masing responden yaitu: kebiasaan masyarakat, pengetahuan masyarakat, pengelolaan sampah eksisting, peran serta masyarakat. Berikut merupakan penjelasan variabel kebiasaan masyarakat di lokasi studi, hal ini dilakukan untuk menghubungkan kebiasaan masyarakat di lokasi studi dan timbulan sampah yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Hasil dari kuesioner variabel kebiasaan masyarakat pada Tabel 6 diatas, bahwa masih terdapat masyarakat yang membuang sampah ke sungai sebesar 86% dengan jenis sampah yang dibuang yaitu sampah sisa makanan (71%), sampah plastik (17%), dan sampah lainnya (11%). Terdapatnya masyarakat yang membuang sampah ke sungai dikarenakan ketidaksengajaan dan bila sampah tidak terangkut oleh petugas pengumpul sampah. Hal ini menandakan bahwa sistem pengelolaan sampah yang sudah ada belum berhasil, sehingga diperlukannya peningkatan terhadap sistem pengelolaan sampah agar tidak ada lagi masyarakat yang membuang sampah kesungai. Peningkatan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil wawancara kuesioner yaitu dengan merubah jadwal pengumpulan sampah menjadi setiap hari.
Tabel 6. Kebiasaan masyarakat
No. Faktor Hasil Kuesioner
1. Kebiasaan memasak atau membeli makanan
Memasak dirumah (71%)
Memasak dirumah dan membeli makanan diluar (29%)
2. Seberapa sering membeli kebutuhan rumah tangga
Setiap hari (71%)
Sebulan satu kali (29%) 3. Jenis sampah yang sering dihasilkan Organik dan plastik (100%) 4. Membuang sampah ke sungai Pernah melakukan (86%)
Tidak pernah (14%) 5. Jenis sampah yang dibuang ke sungai
Sisa makanan (71%)
Sampah plastik (17%)
Sampah lainnya (11%) Sumber : Hasil pengolahan data
Selanjutnya, Tabel 7 akan menjelaskan mengenai pengetahuan masyarakat di lokasi studi akan regulasi atau peraturan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah. Selain itu, untuk mengetahui pengetahuan masyarakat akan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), dan jenis pengolahan sampah. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa tahu masyarakat akan pengelolaan sampah dan jenis pengolahannya agar perencanaan nantinya sesuai dengan keinginan masyarakat.
Tabel 7. Pengetahuan masyarakat
No. Faktor Hasil Kuesioner
1. Pengetahuan akan peraturan pengelolaan sampah sejak dari sumber
Mengetahui (29%)
Tidak mengetahui (71%) 2. Pengetahuan pengelolaan sampah dengan
prinsip 3R
Mengetahui (17%)
Tidak mengetahui (83%) 3. Jenis pengolahan sampah yang diketahui
Komposter (29%)
Biopori (29%)
Bank Sampah (100%) Sumber : Hasil pengolahan data
Pengolahan sampah sejak dari sumber yang masyarakat ketahui yaitu biopori, bank sampah, dan komposter. Persen pengetahuan masyarakat akan bank sampah merupakan yang tertinggi sebesar 100%
karena pada pertanyaan tersebut responden diperbolehkan untuk menjawab lebih dari satu pengolahan yang diketahui, selain itu di lokasi studi juga telah tersedia bank sampah skala RW. Sehingga masyarakat telah banyak mengetahui mengenai fungsi, kegunaan dan manfaat dari pengolahan sampah dengan bank sampah.
645
Pengolahan sampah yang diketahui masyarakat lainnya adalah dimana sampah dapur atau organik dapat dimanfaatkan menjadi kompos. Meskipun masyarakat telah mengetahui akan pengolahan sampah organik menjadi kompos. Tetapi dilokasi studi belum terdapatnya jenis pengolahan tersebut karena tidak terdapatnya komposter. Hal ini berpotensi untuk pengurangan sampah sejak dari sumber dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah berupa komposter.
Masih terdapatnya beberapa masyarakat yang belum mengetahui akan pengolahan sampah dengan prinsip 3R akan berpengaruh terhadap perencanaan. Namun hal ini dapat diatasi dengan dilakukannya pendekatan kepada masyarakat dengan melalui edukasi dan pelatihan terkait teknologi pengolahan sampah yang terpilih nantinya.
Selanjutnya, Tabel 8 akan menjelaskan mengenai pengelolaan sampah yang telah dilakukan di eksisting. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pengelolaan sampah di eksisting antara lain mengenai pelayanan sampah, retribusi sampah, seberapa sering dilakukan pengumpulan sampah, dan kemauan membayar lebih untuk kenaikan retribusi. Sehingga dapat mengetahui potensi untuk meningkatakan pengelolaan sampah di lokasi studi.
Tabel 8. .Pengelolaan sampah eksisting
No Faktor Hasil Kuesioner
1. Mendapat pelayanan pengumpulan sampah
Ya (94%)
Tidak (6%) 2. Jumlah pengumpulan sampah dalam
satu minggu Tiga kali dalam satu minggu (100%) 3. Biaya retribusi sampah Rp. 10.000 - Rp. 20.000 (100%) 4. Kemauan membayar kenaikan
retribusi Rp. 1.000 - Rp. 3.000 (100%)
Sumber : Hasil pengolahan data
Pelayanan pengumpulan sampah di lokasi studi sudah di lakukan tiga kali dalam satu minggu dan hampir seluruh masyarakat terlayani. Biaya retribusi sampah berkisar antar Rp. 10.000 - Rp. 20.000 yang dibayarkan melalui RT. Masyarakat di lokasi studi bersedia membayar kenaikan retribusi sebesar Rp.
1.000 - Rp. 3.000 dari biaya retribusi awal. Hal ini dapat dilakukan oleh kelembagaan terkait untuk meningkatkan pengelolaan sampah di lokasi studi seperti pengadaan tempat untuk pemilahan sampah agar masyarakat dapat melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah. Pada alat pengumpul sampah dapat dilakukan dengan penambahan kompartemen yang bersekat sehingga hasil dari pemilahan sampah masyarakat dapat terus terpilah hingga TPS.
Tabel 9. akan menjelaskan mengenai peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dilihat dari ketersediaan wadah sampah, jumlah wadah sampah, pemilahan sampah, dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah. Hal ini dilakukan untuk menghubungkan antara peran serta masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang sudah ada dan apabila pengelolaan sampah dilakukan peningkatan.
Hasil yang diperoleh adalah masyarakat bersedia berperan aktif dalam pengelolaan sampah jika fasiltas disediakan seperti wadah sampah untuk pemilahan.
Tabel 9. Peran serta masyarakat
No Faktor Hasil Kuesioner
1. Ketersediaan wadah sampah Ya (100%)
2. Jenis wadah sampah yang digunakan Kantong kresek (74%)
Keranjang sampah (26%) 3. Jumlah wadah sampah yang dimiliki Satu (74%)
Dua (26%)
4. Pemilahan sampah Sudah dipilah (17%)
Belum dipilah (83%) 5. Permasalahan tidak melakukan
pemilahan Sampah terlanjur tercampur (100%)
6. Jika difasilitasi apakah akan berperan aktif dalam pengelolaan sampah
Berperan aktif (29%)
Ikut berperan namun tidak aktif (71%) Sumber : Hasil pengolahan data
Peran serta masyarakat untuk pengelolaan sampah bersedia namun kebanyakan dari masyarakat tidak bersedia untuk berperan aktif. Alasan dari masyarakat sendiri karena kesibukan dan ketidak mampuan untuk menyediakan wadah untuk pemilahan. Namun bila pengelolaan sampah diwajibkan
646
masyarakat di lokasi studi akan berperan aktif. Masyarakat di lokasi studi menginginkan bahwa sarana dan prasaran untuk pengelolaan sampah disediakan seperti wadah untuk pemilahan.
Permasalahan pemilahan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Tamansari yaitu tidak terdapatnya wadah sampah lebih untuk dilakukan pemilihan. Sehingga sampah yang dihasilkan dicampur dalam satu wadah yang nantinya langsung dipindahkan oleh petugas ke alat pengumpul sampah. Hanya masyarakat yang tergabung dalam nasbah bank sampah yang melakukan pemilahan dengan alasan melakukan pemilahan yaitu karena ekonomi dan lingkungan. Sampah yang dipilah yaitu jenis sampah organik dan anorganik, dimana sampah organik nantinya akan langsung dikumpulkan oleh petugas sampah sedangakan sampah anorganik yang mempunyai nilai ekonomis ditabungkan ke bank sampah atau langsung dijual ke pengepul
Hasil dari wawancara mengenai pengelolaan sampah yang sudah ada di wilayah studi bahwa masyarakat sudah merasa puas dengan pengelolaan yang sudah ada. Namun dengan masih adanya masyarakat yang membuang sampah ke sungai, hal ini menandakan bahwa perlu adanya penanganan sampah sejak dari sumber. Penanganan sampah dapat dilakukan melalui pendekatan dengan cara pengolahan dengan teknologi atau pemilahan dengan konsep 3R. Dengan pendekatan tersebut masyarakat dapat memanfaatkan sampah yang dihasilkan menjadi nilai ekonomis salah satunya dengan ditabungkan di bank sampah. Sehingga masyarakat di lokasi studi dapat meningkatkan perekonomian. Pengelolaan sampah tersebut harus dibarengi dengen peran serta masyarakat, berdasarkan Krisyanto (2007) pembangunan tidak akan menjadi pembangunan yang nyata dan berkesinambungan jika tidak melibatkan partisipasi atau peran serta masyarakat.
3.5. Analisis Pengelolaan Sampah Kondisi Eksisting
Pemilahan dan Pewadahan
Pemilahan sampah belum dilakukan dilokasi studi, namun berpotensi untuk dilakukan dengan cara mengkelompokan berdasarkan kategori sampah. Kategori sampah yang dominan di lokasi studi adalah sampah organik dan sampah anorganik yang dapat didaur ulang dan dapat digunakan kembali. Pemilahan sampah tersebut dapat menghasilkan manfaat bagi masyarakat seperti, sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomi bisa ditabungkan melalui bank sampah. Sampah organik hasil pemilahan dapat dilakukan pengolahan dengan cara pengomposan.
Pewadahan berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolan Sampah Perkotaan merupakan aktivitas menampung sementara sampah dalam wadah individual atau komunal. Pewadahan di lokasi studi menggunakan pewadahan level 1 dan 2, dimana pewadahan tersebut berupa kantong plastik, ember bekas dan keranjang sampah. Penempatan wadah sampah di lokasi studi rata – rata berada didepan rumah dan terdapat pula yang di gantungkan dipagar, hal tersebut untuk memudahkan akses petugas kebersihan saat mengumpulkan sampah. Sistem pewadahan di lokasi studi dapat dikembangkan untuk memenuhi target pemerintah mengenai pengurangan dan penanganan, yaitu dengan cara penambahan wadah sampah sehingga memudahkan masyarakat untuk memilah sampah.
Pengumpulan
Pola pengumpulan sampah di lokasi studi adalah pola individual tidak langsung, dimana petugas kebersihan mengumpulkan sampah dari rumah – rumah menggunakan alat pengumpul yang selanjutnya dipindahkan menuju ke TPS. Alat pengumpul yang digunakan adalah motor sampah dan gerobak sampah.
Pengumpulan sampah dilakukan setiap tiga hari dalam satu minggu dengan satu kali ritasi. Jumlah ritasi akan bertambah jika jumlah timbulan meningkat. Pengelolaan sampah sejak dari sumber diperlukan untuk penanganan bila timbulan sampah meningkat, sehingga beban pengumpulan sampah berkurang dan sampah dapat terkumpulkan semuanya. Penanganan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian sekat pada alat kumpul yang menjadi pemisah antara sampah organik dan anorganik, hal ini bertujuan agar sampah tidak tercampur pada saat proses pengumpulan dan pemindahan.
3.6 Konsep Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa penyelenggaraan pengelolaan sampah merupakan kegiatan sistematis yang meliputi kegiatan penguragan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan sampah yang dianjurkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga terdiri dari pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah.
Konsep perencanaan sistem pewadahan dan pengumpulan sampah ini berdasarkan proyeksi penduduk dan timbulan sampah, peran serta masyarakat, dan analisis pengelolalan sampah eksisting.
Hasil dari konsep ini akan menghasilkan skema perencanaan beserta teknologi pengolahan yang sesuai dengan kemauan masyarakat yang bisa diterapkan di lokasi studi.
647
Skema perencanaan yang akan direncanakan mengacu pada Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 mengenai Kebijakan dan Strategi Nasional Pegelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga, dalam pengurangan sampah disumber sebesar 30% dan penanganan sampah sebesar 70%
di tahun 2025. Teknologi pengolahan sampah digunakan untuk komposisi sampah organik yang paling dominan diantara komposisi sampah lainnya di lokasi studi teknologi pengolahan yang digunakan diantaranya menggunakan komposter skala RW serta bank sampah.
Selain teknologi pengolahan, skema ini akan merencanakan pemilahan sejak dari sumber dengan pemilahan berdasarkan 3 jenis kategori sampah yaitu sampah organik, sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomis, dan sampah anorganik lainnya. Agar pemilahan yang dilakukan masyarakat maksimal hingga ke TPS, penanganan sampah juga dilakukan di sistem pengumpulan dengan pemberian skeat pada alat pengumpul. Sehingga sampah hasil pemilahan masyarakat masih terpilah pada saat pengumpulan.
Untuk lebih jelasnya mengenai konsep perencanaan sistem pengelolaan sampah dengan skema dapat dilihat pada Gambar 3.
Pemilahan dan Pewadahan
Pemilahan dan pewadahan berdasarkan 3 jenis kategori sampah. Sampah yang telah di pilah yaitu sampah organik, sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomis, dan sampah anorganik lainnya.
Pewadahan yang akan digunakan ini akan dipisahkan berdasarkan 3 kategori yang telah disebutkan yang nantinya jenis kategori sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomis ini akan dilakukan pengolahan melalui bank sampah. Sisa sampah yang lainnya akan diolah lebih lanjut di TPS.
Tempat penampungan sementara di lokasi studi merupakan TPS berbasis 3R yang berada di jalan Ambon, dimana didalamnya terdapat fasilitas pengolahan dan pemilahan sampah. TPS Ambon sendiri termasuk dalam 10 TPS 3R percontohan di Kota Bandung.
Pengumpulan
Upaya pengurangan sejak dari sumber dengan menggunakan 3R Sampah yang dikumpulkan sebesar 70% dari timbulan sampah total yang terdiri dari 33,45% sampah organik sisa pengolahan sampah disumber dan 36,55% sampah anorganik yang tidak dapat masuk ke bank sampah, yitu jenis sampah B3 dan jenis sampah lainnya. Penanganan sampah juga dilakukan di sistem pengumpulan dengan pemilahan secara di sekat sehingga sampah hasil pemilahan masyarakat masih terpilah pada saat pengumpulan.
Gambar 3. Skema perencanaan sistem pengelolaan sampah Sumber sampah
Organik Anorganik yang memiliki nilai
ekonomis
Anorganik lainnya
Komposter
Bank sampah
Pengumpulan (motor dan gerobak sampah
TPS 3R Sisa organik
yang tidak masuk ke komposter
648 4. Kesimpulan
1. Hasil dari pengukuran timbulan sampah di Kelurahan Tamansari berdasarkan satuan berat adalah sebesar 0,23 kg/orang/hari dan timbulan dalam satuan volume sebesar 2,02 liter/orang/ hari.
2. Urutan komposisi sampah di Kelurahan Tamansari yang paling dominan adalah sampah organik (55,70 %), sampah lainnya (24,21 %), sampah anorganik dapat didaur ulang (14,46 %), sampah yang dapat digunakan kembali (5,57 %) dan sampah B3 (0,06 %).
3. Nilai karakteristik sampah di Kelurahan Tamansari adalah C-Organik sebesar 78,78%, kadar abu sebesar 12,78%, kadar air sebesar 69,47%, dan NTK sebesar 2,84%.
4. Hasil dari kuesioner, masih terdapat masyarakat di Kelurahan Tamansari yang membuang sampahnya ke sungai, hal ini menandakan bahwa perlu adanya penanganan sampah sejak dari sumber.
5. Sistem pewadahan di lokasi studi, masyarakat menggunakan wadah level 1 dan 2 dengan jenis kantong keresek tanpa dilakukan pemilahan terlebih dahulu.
6. Sistem pengumpulan di lokasi studi adalah individual tidak langsung dimana petugas sampah mengumpulkan sampah dari masing – masing rumah dengan menggunakan gerobak sampah.
Penanganan sampah dapat dilakukan baik secara pengolahan dengan teknologi komposter atau pemilihan dengan konsep 3R, dimana sampah yang memiliki nilai ekonomi dapat ditabungkan di bank sampah sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di lokasi studi.
5. Daftar Pustaka
Anggraini, F., dan Hastuti, E. (2007). Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan Pemukiman Padat Daerah Aliran Sungai.
Azkha, Nizwardi. (2006). Analisis Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah di Kota Padang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1).
Badan Pusat Statistik. (2018). Kota Bandung Dalam Angka 2018. Bandung: Badan Pusat Statistika Kota Bandung
Damanhuri, E., dan Padmi, T. (2015). Pengelolaan Sampah Terpadu. Institut Teknologi Bandung.
Dinas Permukiman dan Perumahan Jawa Barat. (2017). Laporan Pendahuluan. Bandung
Kristiyanto., T. (2007). Pengelolaan Persampahan Berkelanjutan Berdasarkan Peran Serta Masyarakat Kota Kebumen. (Pascasarjana), Universitas Dipenogoro, Semarang.
Laboratorium Buangan Padat dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Institut Teknologi Bandung (ITB).
(2018)
Mulyono. (2014). Membuat MOL dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 97 Tahun 2017. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengeolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
Pratama, Yulianti & Soleh, Achmad Zanbar. (2008). Kajian Hubungan antara Timbulan Sampah Domestik dengan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Makalah disajikan dalam Proceeding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008, Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
Selamet, Sofyan, Iendra. 2004. Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Cikapundung. Universitas Diponegoro.
SNI 19-3964-1994 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
SNI 19-7030-2004 Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik.
Spilsbury, Louise. (2010) dalam Tri Astuti Ramandhani, (2011). Waste and Recycling Challenges. New York: The Rosen Publishing Group Inc.
Tchobanoglous,G. Theisen, H & Vigil s.a. (2002). Handbook of Solid Waste Management. New York:
Mc.Graw-Hill.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Wijaya, Karto. (2017). Kawasan Bantaran Sungai Cikapundung Sebagai Pemukiman Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandung. Universitas Kebangsaan