• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG TEMPAT PENDIDIKAN DASAR (TK/SD) KOTA SAMARINDA: METODOLOGI dan PENDEKATAN

N/A
N/A
Lulu Lestari

Academic year: 2023

Membagikan "PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG TEMPAT PENDIDIKAN DASAR (TK/SD) KOTA SAMARINDA: METODOLOGI dan PENDEKATAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

53 PT. ERKA DUA CIPTA

Bab 3

METODOLOGI dan PENDEKATAN

3.1. Metode Pendekatan

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja. Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar perencanaan yang diuraikan dibawah ini.

3.1.1. Standar Teknis dan Referensi Hukum 1. Standar Teknis

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 tanggal 4 Nopember 2013 tentang pedoman Analis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2016 tanggal 8 Agustus 2016 tentang pedoman Analis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;

- SNI yang masih berlaku yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Referensi Hukum

 UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;

 Undang-undang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

 Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha Peran Masyarakat Jasa Konstruksi;

(2)

54 PT. ERKA DUA CIPTA

 Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

 Peraturan Pemerintah RI No. 59 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

 Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta turunanya;

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2011 tentang pembagian Subklasifikasi dan SubKualifikasi Usaha Jasa Konstruksi;

 Peraturan Kepala LKPP yang berhubungan dengan pelaksanaan Pekerjaan;

 Pedoman Standarisasi Biaya Umum untuk keperluan Pemerintah Kota Samarinda Tahun Anggaran 2019.

3.1.2. Aspek Legalitas

Aspek Legalitas pada Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Tempat Pendidikan Dasar (TK/SD) Kota Samarinda berdasarkan Undang- undang No. 28 tahun 2002, meliputi:

1. Fungsi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

2. Fungsi bangunan gedung ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan dicantumkan dalam izin mendirikan bangunan.

3. Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan harus mendapatkan persetujuan dan penetapan kembali oleh Pemerintah Daerah.

4. Ketentuan mengenai tata cara penetapan dan perubahan fungsi

(3)

55 PT. ERKA DUA CIPTA

bangunan gedung diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3.1.3. Aspek Teknis

Persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, dimana persyaratan keandalan bangunan gedung ini ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan gedung.

A. Persyaratan Keselamatan

1. Persyaratan Kemampuan Struktur Bangunan

- Persyaratan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta

- Untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk mendukung beban muatan yang timbul akibat perilaku alam.

- Besarnya beban muatan dihitung berdasarkan fungsi bangunan gedung pada kondisi pembebanan maksimum dan variasi pembebanan agar bila terjadi keruntuhan pengguna bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.

- Ketentuan mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa bumi dan/atau angin diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran

- Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi pasif meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan menjalarnya api dan asap kebakaran.

- Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan system

(4)

56 PT. ERKA DUA CIPTA

proteksi aktif meliputi kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran.

- Bangunan gedung, selain rumah tinggal, harus dilengkapi dengan sistem proteksi pasif dan aktif.

3. Pengamanan Terhadap Bahaya Petir

- Pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melindungi semua bagian bangunan gedung, termasuk manusia di dalamnya terhadap bahaya sambaran petir.

- Sistem penangkal petir merupakan instalasi penangkal petir yang harus dipasang pada setiap bangunan gedung yang karena letak, sifat geografis, bentuk, dan penggunaannya mempunyai risiko terkena sambaran petir.

B. Persyaratan Kesehatan 1. Sistem Penghawaan

- Sistem penghawaan merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan/atau ventilasi alami dan/atau ventilasi buatan.

- Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk ventilasi alami.

2. Sistem Pencahayaan

- Sistem pencahayaan merupakan kebutuhan pencahayaan yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat.

- Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.

(5)

57 PT. ERKA DUA CIPTA

3. Sistem Sanitasi

- Sistem sanitasi merupakan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.

- Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan.

4. Penggunaan Bahan Bangunan

- Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

- Ketentuan mengenai penggunaan bahan bangunan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

C. Persyaratan Kenyamanan

Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan, yaitu:

1. Kenyamanan ruang gerak merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.

2. Kenyamanan hubungan antar ruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari tata letak ruang dan sirkulasi antarruang dalam bangunan gedung untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung.

3. Kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperature dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung.

(6)

58 PT. ERKA DUA CIPTA

4. Kenyamanan pandangan merupakan kondisi dimana hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lain di sekitarnya.

5. Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedung maupun lingkungannya.

6. Ketentuan mengenai kenyamanan ruang gerak, tata hubungan antar ruang, tingkat kondisi udara dalam ruangan, pandangan, serta tingkat getaran dan kebisingan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

D. Persyaratan Kemudahan

Persyaratan Kemudahan pada Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Tempat Pendidikan Dasar (TK/SD) Kota Samarinda, meliputi:

- Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.

- Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

- Kelengkapan prasarana dan sarana pada bangunan gedung untuk kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.

- Ketentuan mengenai kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Berikut uraian persyaratan kemudahan sebagai landasan dalam Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Tempat Pendidikan Dasar (TK/SD)

(7)

59 PT. ERKA DUA CIPTA

Kota Samarinda :

1. Kemudahan Hubungan Horizontal Antar ruang

- Kemudahan hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan gedung merupakan keharusan bangunan gedung untuk menyediakan pintu dan/atau koridor antar ruang.

- Penyediaan mengenai jumlah, ukuran dan konstruksi teknis pintu dan koridor disesuaikan dengan fungsi ruang bangunan gedung.

- Ketentuan mengenai kemudahan hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan gedung diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2. Kemudahan Hubungan Vertikal Dalam Bangunan Gedung

- Kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung, termasuk sarana transportasi vertikal berupa penyediaan tangga, ram, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan dalam bangunan gedung.

- Bangunan gedung yang bertingkat harus menyediakan tangga yang menghubungkan lantai yang satu dengan yang lainnya dengan mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.

- Bangunan gedung untuk parkir harus menyediakan ram dengan kemiringan tertentu dan/atau sarana akses vertikal lainnya dengan mempertimbangkan kemudahan dan keamanan pengguna sesuai standar teknis yang berlaku.

- Bangunan gedung dengan jumlah lantai lebih dari 5 (lima) harus dilengkapi dengan sarana transportasi vertikal (lift) yang dipasang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan gedung.

- Ketentuan mengenai kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3. Akses Evakuasi Dalam Keadaan Darurat

- Akses evakuasi dalam keadaan darurat harus disediakan di dalam

(8)

60 PT. ERKA DUA CIPTA

bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya, kecuali rumah tinggal.

- Penyediaan akses evakuasi harus dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi dengan penunjuk arah yang jelas.

- Ketentuan mengenai penyediaan akses evakuasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

4. Penyediaan Aksesibilitas dan Aksesibilitas Bagi Penyandang Cacat - Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan

lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.

- Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan fasilitas lainnya dalam bangunan gedung dan lingkungannya.

- Ketentuan mengenai penyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3.1.4. Aspek Administrasi

Persyaratan Administratif Bangunan Gedung, meliputi:

1. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:

- status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah,

- status kepemilikan bangunan gedung, dan

- izin mendirikan bangunan gedung, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan gedung.

3. Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan.

(9)

61 PT. ERKA DUA CIPTA

4. Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan gedung diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3.1.5. Persyaratan Tata Bangunan

A. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung

1. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung meliputi persyaratan peruntukan lokasi, kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan.

2. Pemerintah Daerah wajib menyediakan dan memberikan informasi secara terbuka tentang persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung bagi masyarakat yang memerlukannya.

3. Persyaratan peruntukan lokasi dilaksanakan berdasarkan ketentuan tentang tata ruang.

4. Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah, air, dan/atau prasarana dan sarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.

B. Persyaratan Kepadatan dan Ketinggian Bangunan

1. Persyaratan kepadatan dan ketinggian bangunan meliputi koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan ketinggian bangunan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan.

2. Persyaratan jumlah lantai maksimum bangunan gedung atau bagian bangunan gedung yang dibangun di bawah permukaan tanah harus mempertimbangkan keamanan, kesehatan, dan daya dukung lingkungan yang dipersyaratkan.

3. Bangunan gedung tidak boleh melebihi ketentuan maksimum kepadatan

(10)

62 PT. ERKA DUA CIPTA

dan ketinggian yang ditetapkan pada lokasi yang bersangkutan.

C. Persyaratan Jarak Bebas Bangunan Gedung

1. Persyaratan jarak bebas bangunan gedung meliputi:

- garis sempadan bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi;

- jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan dan pagar halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan.

2. Persyaratan jarak bebas bangunan gedung atau bagian bangunan gedung yang dibangun di bawah permukaan tanah harus mempertimbangkan batas-batas lokasi, keamanan, dan tidak mengganggu fungsi utilitas kota, serta pelaksanaan pembangunannya.

D. Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

1. Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tataruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.

2. Persyaratan penampilan bangunan gedung harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

3. Persyaratan tata ruang dalam bangunan harus memperhatikan fungsi ruang, arsitektur bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung.

4. Persyaratan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.

5. Ketentuan mengenai penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam,

(11)

63 PT. ERKA DUA CIPTA

keseimbangan, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

- Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagi bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

- Persyaratan pengendalian dampak lingkungan pada bangunan gedung sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.2. Metodologi

3.2.1. Metode Penilaian Terhadap Makro Kawasan 3.2.1.1. Analisa Kebijakan Makro

Untuk menganalisis kebijaksanaan dan pengembangan wilayah, ada beberapa model analisis yang digunakan, dimana nantinya akan diambil keputusan yang terbaik (win-win solution). Secara umum analisis SWOT digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan rencana pembangunan. Analisis ini melihat potensi dan kendala sebagai sesuatu yang datang dari dalam (internal) sedangkan peluang dan ancaman sesuatu yang datang dari luar (eksternal). Potensi dan peluang merupakan sesuatu hal yang (+) positif, sedangkan kendala dan ancaman dipandang sebagai sesuatu yang (-) negatif. SWOT ini jika digambarkan ke dalam matrik kriteria akan menghasilkan suatu pola sebagai berikut.

Matrik Kriteria Analisis SWOT SWOT Internal Potensi (+) Kendala (-)

Eksternal Peluang (+) (+) (+) (-) (+) Ancaman (-) (+) (-) (-) (-)

(12)

64 PT. ERKA DUA CIPTA

Analisis SWOT

1. Maxi-maxi yaitu posisi simpangan eksternal dan internal tinggi.

2. Maxi-mini yaitu posisi simpangan eksternal tinggi dan internal rendah.

3. Mini-maxi yaitu posisi simpangan internal tinggi dan eksternal rendah.

4. Mini-mini yaitu posisi simpangan eksternal dan internal rendah.

Identifikasi potensi dan kendala dalam analisis kebijakan pengembangan dalam penyusunan Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Tempat Pendidikan Dasar (TK/SD) Kota Samarinda ini, untuk:

1. Menentukan perencanaan tapak sesuai dengan kegunaan yang digunakan.

2. Penentuan lokasi terbaik untuk lokasi bangunan karena kondisi fisik kawasan (daerah yang harus dihindari daerah yang memiliki masalah erosi karena pola drainase atau daerah yang harus dilestarikan sesuai dengan kondisi alamiah dengan penggunaan vegetasi yang sesuai).

3.2.1.2. Analisis Tautan Tata Guna Lahan Sekitar Tapak

Berisi analisis tautan peruntukan lahan tapak eksisting kawasan dengan analisis kemungkinan pengaruh dari kecenderungan perubahan fungsi lahan makro. Menggambarkan tata guna lahan sekitar tapak yang langsung berbatasan yang mungkin sebanyak tiga atau empat blok di luar perbatasan tapak atau dapat diperluas lebih jauh sampai meliputi satu tata guna lahan kota. Peta dapat memperlihatkan tata guna lahan yang ada dan yang diproyeksikan, bangunan-bangunan, tata wilayah dan kondisi-kondisi lain yang mungkin menimbulkan suatu dampak bagi perubahan kegiatan dan fungsional tapak.

(13)

65 PT. ERKA DUA CIPTA

3.2.1.3. Analisis Sirkulasi

Menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan kendaraan dan pejalan kaki di atas dan disekitar tapak. Data meliputi lamanya dan beban-beban puncak bagi lalu-lintas kendaraan lingkungan dan pergerakan pejalan kaki, perhentian bis, tepi-tepi pencapaian tapak, pembangkit- pembangkit lalu lintas, pencapaian truk servis, dan lalu lintas yang terjadi sewaktu-waktu (parade, jalur truk kebakaran, penyelenggaraan konser pada auditorium yang berdekatan). Analisis lalu-lintas harus meliputi proyeksi masa depan sejauh yang dapat dibuat.

3.2.1.4. Analisis Aksesibilitas

Metode analisis ini digunakan untuk pengukuran tingkat kemudahan pencapaian. Selain itu untuk mengetahui beberapa mudahnya suatu tempat (lokasi) dapat dicapai dari lokasi lainnya. Metode yang digunakan antara lain :

- Aksesibilitas dimana :

A = Nilai aksesibiltas

F = Fungsi jalan (Arteri, Kolektor, Lokal)

K = Konstruksi jalan (aspal, perkerasan tanah) T = Kondisi jalan (baik, sedang, buruk)

d = Jarak nilai–nilai F, K dan T diberi bobot

• Indeks aksesibilitas

EJ = ukuran aktivitas (antara lain jumlah penduduk usia kerja, pedagang dan sebagainya)

dij =Jarak tempuh (waktu atau jarak) b =parameter

Perhitungan parameter b dengan menggunakan grafik regresi linier yang diperoleh berdasarkan perhitungan :

Dimana :

(14)

66 PT. ERKA DUA CIPTA

T = Nilai individu trip

P = Jumlah penduduk seluruh daerah Tij = Total trip hipotesa Pij = Jumlah penduduk di seluruh daerah

3.2.2. Metode Penilaian Pada Lokasi Pekerjaan 3.2.2.1. Analisis Tapak terhadap Cahaya Matahari

Lokasi tapak terhadap orientasi dari arah perputaran matahari menentukan arah bangunan dan ventilasi udara serta letak ruang terbuka hijau. Arah tapak yang fleksibel menyebabkan pengaruh arah perputaran matahari yang menghadap Barat atau Timur tidak terlalu berdampak ketidak nyamanan bagi pengguna bangunan. Hal ini karena bentuk bangunan merupakan sebuah bangunan tertutup terdapat atap.

Kegiatan yang ada di lokasi perencanaan tidak tergantung dengan arah perputaran matahari, tetapi lebih berpengaruh pada teknik yang akan digunakan dalam membangun dan penggunaan bahan material yang digunakan agar tidak cepat rusak dimana kenyamanan pengguna bangunan lebih terjamin.

3.2.2.2. Analisis Kemampuan Tanah

Pada kegiatan survey dilakukan metode geoteknik yang meliputi sondir dan uji boring dengan tujuan antara lain :

1. Untuk mengetahui besar tekanan beban sesuai dengan kedalaman tanah yang akan diuji,

2. Untuk mengetahui penurunan yang akan terjadi akibat pembebanan, maka diperlukan data ketebalan lapisan tanah.

3. Untuk mengetahui elevasi tanah keras (kedap), yang diperlukan untuk menentukan jenis konstruksi.

Dalam kegiatan sondir dilakukan minimal 6 titik di lokasi yang direncanakan.

Pemahaman terhadap pembentukan tanah, yang tergantung pada (1) bahan induk, (2) topografi, (3) iklim, (4) gaya biotik, dan (5) waktu, akan

(15)

67 PT. ERKA DUA CIPTA

memberi gambaran terhadap berbagai fenomena yang berkaitan dengan sumberdaya alam.

Pemahaman terhadap tanah sangat penting tidak hanya dari segi kemempuan rekayasa saja tetapi juga dalam kaitannya dengan sistem sumberdaya alam yang lain. Pemahaman yang ekstensif terhadap kondisi tanah pada sebuah tapak akan membantu untuk menentukan kesesuaian tapak dalam menunjang bangunan gedung dan jalan.

3.2.2.3. Analisis Kondisi Vegetasi

Jenis dan pola vegetasi merupakan sumber daya rekreasi, visual dan ekologi yang penting. Jenis vegetasi setempat berkaitan erat dengan tanah, demikian pula terhadap mikro iklim, hidrologi, dan topografi, komponen ini berpengaruh terhadap penentuan lokasi dari sebagian besar fungsi yang bersifat alami.

3.2.2.4. Analisis Kondisi Topografi

Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu tapak merupakan sumber daya visual dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi dari berbagai tataguna tanah serta fungsi rekreasi, interpretatif dan sebagainya. Pemahaman lengkap terhadap struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan untuk jalan dan rute lintasan alam misalnya, tetapi juga menyatakan susunan keruangan dari tapak. Hal ini sangat penting apabila segi visual dari tapak akan dipertimbangkan.

3.2.2.5. Analisis Kondisi Estetika

Sumber daya estetika sangat berperan dalam penentuan tapak untuk rekreasi. Sumberdaya ini ditentukan oleh keragaman bentuk permukaan tanah, pola vegetasi dan air permukaan. Demikian pula definisi keruangan, vista pemandangan maupun citra yang timbul dari ciri tersebut.

(16)

68 PT. ERKA DUA CIPTA

3.2.2.6. Analisis Ciri Historis

Suatu daerah tertentu sedikit banyaknya memiliki ciri sejarah berupa benda acuan (landmark). Pengetahuan terhadap letak dan kegunaan benda acuan ini sangat berharga untuk suatu penafsiran terhadap daerah yang akan dikelola secara menyeluruh, juga dalam hal meletakan tampilan khusus dan menjadikannya sebagai pusat perhatian.

3.2.2.7. Analisis Kondisi Tata Guna Lahan dan Bangunan

Pengetahuan yang mendalam terhadap keadaan tataguna tanah pada tapak atau daerah sekitar yang berdekatan akan memberikan gambaran yang terkendala dan bahkan keuntungan yang dapat diraih seorang perencana.

Tataguna tanah sering kali menuntut pembiayaan yang cukup tinggi dan harus dipertimbangkan dengan cermat. Suatu hal yang penting juga adalah untuk mencatat fungsi-fungsi yang tidak digolongkan sebagai tataguna tanah, tetapi diasosiasikan dengan tataguna tanah tertentu seperti jalan, pagar dan utilitas.

3.2.2.8. Analisis Kondisi Rintangan Fisiografik

Rintangan fisiografik adalah unsur-unsur alamiah yang merintangi atau membahayakan berbagai jenis pembangunan. Unsur-unsur rintangan ini berkaitan dengan fungsi yang akan direncanakan. Kondisi seperti sesar, gempa, dan daerah banjir adalah merupakan rintangan fisiografik yang sama sekali tidak memungkinkan bagi suatu kegiatan umum yang memerlukan bangunan pada lokasi tersebut. Rintangan lainnya lebih dapat diterima. Daerah genangan banjir yang dipandang sebagai perintang untuk pembangunan fasilitas secara intensif, masih dapat digunakan sebagai tempat piknik, lintas alam atau fungsi lainnya yang tidak akan merusak atau dirusak oleh gejala fisiografik tersebut.

(17)

69 PT. ERKA DUA CIPTA

3.2.2.9. Analisis Ruang

(Analisis Kebutuhan Ruang, Analisis Hubungan Ruang, Analisis Penzoningan Ruang, Analisis Ruang Terbuka /Tata Penghijauan).

Setelah mendapatkan komponen-komponen tapak di lokasi Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Tempat Pendidikan Dasar (TK/SD) Kota Samarinda maka tapak tersebut perlu dianalisis perletakannya berdasarkan jenis, fungsi dan kriteria-kriteria lain. Terbentuklah organisasi ruang sebagai dasar perumusan program bangunan dan rencana tata letak.

Analisis Ruang Terbuka (Tata Penghijauan), yaitu analisis mengenai kebutuhan akan salah sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan kota dengan menyediakan lingkungan yang aman dan bsehat dan menarik serta berwawasan ekologis. Selain itu adanya Ruang terbuka hijau dapat menambah citra suatu kawasan.

Penataan ruang terbuka hijau dan tata hijau pada lokasi Perencanaan ini diperuntukkan sebagai suatu sarana interaksi publik yang nyaman sehingga dalam penyusunan konsepnya harus mempertimbangkan adanya keterpaduan fungsi sosial ekonomi dan iklim serta mempertimbangkan keterkaitan antara ruang terbuka umum dan tidak umum.

Penataan ruang terbuka hijau ini perlu juga didukung oleh pengembangan jalur pedestrian untuk mendukung hubungan ruang serta pergerakan antar ruang terbuka hijau dan fungsi lain yang mengutamakan pergerakan dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Ruang terbuka inipun dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi.

3.2.2.10. Analisis Sirkulasi Internal Lingkungan (Jaringan Jalan, Pejalan Kaki /pedestrian, Sistem Parkir)

Analisis yang dilakukan adalah analisis linkage yang berisi analisis kaitan-kaitan/besaran- besaran linkage struktural antara lain : jalan, parkir, pedestrian, intermoda, jembatan penyeberangan, terminal, tempat bongkar muat barang, dan sirkulasi kendaraan (keluar

(18)

70 PT. ERKA DUA CIPTA

masuk) kendaraan.

 Jaringan Jalan

Jaringan jalan merupakan komponen yang penting dalam interaksi (sistem hubungan) antar kawasan. Komponen jalan berpengaruh besar terhadap aktifitas di lokasi-lokasi yang dihubungkan. Analisis jaringan jalan ini berpengaruhi pula terhadap skala pelayanan publik.

Dalam analisis ini akan dilakukan :

- peninjauan kondisi eksisiting yang menyangkut besaran dan kualitas serta permasalahan yang ada.

- perhitungan kebutuhan akan jaringan prasarana, yang akan didasarkan pada proyeksi penduduk, standar-standar perencanaan jaringan prasarana perkotaan yang dikeluarkan oleh instansi terkait.

- perancangan jaringan yang disesuaikan dengan keadaan fisik dasar.

 Pejalan Kaki (pedestrian)

Pedestrian merupakan komponen yang penting pada kawasan, sehingga jalur utama pedestrian harus telah mempertimbangkan sistem pedestrian secara keseluruhan, aksesibilitas terhadap subsistem pedestrian dalam lingkungan dan aksesibilitas dengan lingkungan sekitarnya. Jalur pedestrian ini terdiri atas jalur pedestrian di dalam suatu kawasan dan jalur pedestrian di pinggir jalan.

 Sistem Parkir

Parkir memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan yaitu berpengaruh terhadap kelangsungan aktifitas kota, dimana masalah parkir merupakan hal yang amat penting dalam kaitannya dengan kegiatan komersil, serta dapat menimbulkan dampak visual yang berpengaruh terhadap bentuk dan fisik kota ataupun kawasan.

Sistem parkir dikawasan dapat dibedakan atas dua jenis :

o On Street parkir (parkir dipinggir jalan) sebaiknya diletakkan di jalan-jalan hirarki dua dan sedapatnya sangat dihindarkan untuk terjadi di jalan utama.

o Off Street Parkir (parkir disuatu lapangan parkir yang telah

(19)

71 PT. ERKA DUA CIPTA

disiapkan) diberlakukan terutama pada kawasan komersial.

Selain hal tersebut di atas analisis ini meliputi linkage visual yang dibentuk oleh konfigurasi ruang dan masa bangunan. Melihat dengan baik pengaruh pola jalan terhadap konfigurasi masa bangunan sekitarnya.

Namun, dalam penyusunan Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Tempat Pendidikan Dasar (TK/SD) Kota Samarinda ini, diarahkan pada parkir sesuai acuan yang tertuang dalam KAK Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Tempat Pendidikan Dasar (TK/SD) Kota Samarinda.

3.2.2.11. Analisis Utilitas

(Air Bersih, Listrik, Persampahan, Air Limbah, Drainase)

Analisa utilitas dihitung berdasarkan perkiraan jumlah penduduk pendukung kegiatan (penduduk yang akan dilayani) dan tingkat pelayanannya berdasarkan standard teknis yang berlaku.

3.2.3. Analisis Bangunan

A. Analisis struktur bangunan (struktur bawah, struktur atas serta tiang pancang & jacking)

 Persyaratan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta

 untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk mendukung beban muatan yang timbul akibat perilaku alam.

 Besarnya beban muatan dihitung berdasarkan fungsi bangunan gedung pada kondisi pembebanan maksimum dan variasi pembebanan agar bila terjadi keruntuhan pengguna bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.

(20)

72 PT. ERKA DUA CIPTA

 Ketentuan mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa bumi dan/atau angin diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

B. Analisis arsitektur bangunan

Arsitektur bangunan gedung meliputi penampilan bangunan gedung, tataruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.

C. Analisis Utilitas Bangunan / Mekanikal Elektrikal

Sistem utilitas merupakan kebutuhan utilitas yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan listrik, air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan. Sistem utilitas pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan.

3.2.4. Analisis Pembiayaan

Analisa biaya pembangunan Gedung Tempat Pendidikan Dasar (TK/SD) Kota Samarinda. Pada analisa menggunakan harga satuan setempat dan volume pekerjaan.

Referensi

Dokumen terkait

Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perumahan Di Kabupaten Jember Bersdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember