PENGARUH GREEN ACCOUNTING, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, MATERIAL FLOW COST ACCOUNTING (MFCA) DAN ENVIRONMENTAL DISCLOSURE TERHADAP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS)
Lingling Suprianing Arum 1 Farida2
Universitas Muhammadiyah Magelang [email protected]
Abstract
The rapid development of the world industry triggers competition between companies to achieve their goals. This competition has an impact on the environment around the company. The purpose of this study was to examine the effect of Green Accounting, Environmental Performance, Material Flow Cost Accounting (MFCA) and Environmental Disclosure on the Sustainable Development Goals (SDGS). The population used is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2017-2021. The sampling technique used purposive sampling, so that the sample totalled 45 observations (9 companies for 5 years). The analysis tool uses multiple linear regression. The results of the study show that green accounting is able to increase the SDGs, while environmental performance, MFCA has no influence on the SDGs. This research has implications for manufacturers who apply green accounting by incurring environmental costs that will help increase the company's SDGs.
Keywords: green accounting, environmental performance, MFCA, environmental disclosure, Sustainability Development Goals.
Abstrak
Perkembangan dunia industri yang semakin pesat sehingga menimbulkan kompetisi antar perusahaan untuk mencapai tujuannya. Kompetisi ini menyebabkan dampak bagi lingkungan sekitar perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Green Accounting, Environmental Performance, Material Flow Cost Accounting (MFCA) dan Environmental Disclosure terhadap Sustainable Development Goals (SDGS). Populasi yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2021. Teknik sampel menggunakan purposive sampling, sehingga sampel berjumlah 45 (9 perusahaan selama 5 tahun). Alat analisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan green accounting mampu meningkatkan SDGs, sedangkan environmental performance, MFCA tidak memiliki pengaruh terhadap SDGs. Penelitian ini memberikan implikasi bagi perusahaan manufaktur yang menerapkan green accounting dengan mengeluarkan biaya-biaya lingkungan akan membantu meningkatkan pencapaian SDGs.
Kata Kunci: akuntansi hijau, kinerja lingkungan, MFCA, pengungkapan lingkungan, tujuan pembangunan berkelanjutan.
1Corresponding author:Universitas Muhammadiyah Magelang, Jalan Tidar No. 21 Magersari, Magelang Selatan, Magelang, 56126, Jawa Tengah, Indonesia
PENDAHULUAN
Kegiatan bisnis dibangun dengan konsep berbasis ekonomi/single P. Seiring berjalannya waktu dan tuntutan para pemangku kepentingan, bisnis dituntut ikut berperan dalam pembangunan berkelanjutan. Konsep single P yaitu profit atau laba, bahwa perusahaan bertujuan untuk menciptakan profit (Syam & Aulia, 2013). Pandangan ini mulai berubah ketika muncul isu terkait kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Sustainable Development Goals (SDGs) dianggap sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan dalam aktivitas perusahaan.
SDGs merupakan program di tingkat global untuk mengoptimalkan potensi, kemampuan dan sumber daya yang ada dalam suatu negara (Irhamsyah, 2019). SDGs bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dalam setiap aspek kehidupan dari jaman sekarang maupun yang akan datang, tanpa mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Sejak tahun 2015 Indonesia sudah mengadopsi agenda SDGs yang berkaitan dengan ekonomi, sosial dan lingkungan. Berdasarkan Sustainable Development Report berikut pencapaian Indonesia dalam pelaksanaan SDGs setiap tahunnya.
Tabel 1. Index Pelaksanaan SDGs di Indonesia tahun 2016-2022 Nomor Tahun Peringkat Nilai (%)
1 2016 98 54,38
2 2017 100 62,9
3 2018 99 62,8
4 2019 102 64,2
5 2020 97 66,3
6 2021 97 66,3
7 2022 82 69,16
Sumber : https://www.sdgindex.org
Tabel 1 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami peningkatan di setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2018 menurun tetapi tidak signifikan, karena hanya mengalami penurunan 0,1%.
Indonesia diperingkat 82 dengan nilai 69,16% dari SDGs. Pencapaian tersebut meningkat, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, tahun 2022 Indonesia memperoleh tanda merah, artinya mempunyai tugas dalam menyelesaikan permasalahan mengenai kelaparan, bidang kesehatan, sustainability kota, kelestarian ekosistem alam, perdamaian, keadilan dan kelembagaan, serta kemitraan dalam tingkat global. Sebagai komitmen dari pemerintah, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah (Perpres) SDGs Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditanda tangani oleh Presiden (https://databoks.katadata.co.id/).
Kegiatan ekonomi khususnya perusahaan manufaktur menjadi perhatian lebih dalam mencapai SDGs. Perusahaan manufaktur menyebabkan suara-suara bising yang ditimbulkan oleh mesin produksi yang menggangu lingkungan sekitar, alat transportasi yang digunakan menimbulkan polusi udara, penggunaan air dan tanah yang berlebihan untuk aktivitas perusahaan, belum terdapat standar mutu dalam pembuangan air limbah, kebocoran oli, minyak dan bahan bakar yang menimbulkan pencemarah air. Salah satu perusahaan manufaktur yang melakukan kerusakan lingkungan yaitu PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tangerang menerima laporan warga terkait pencemaran dan pembuangan limbah PT Mayora Indah Tbk yang berdampak pada lingkungan tempat tinggal dan area persawahan milik warga. Tim DLH Kabupaten menemukan adanya indikasi IPAL yang kondisinya kurang baik dan saluran pembuangan limbah yang macet. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak peduli dengan kelestarian lingkungan sekitar pabrik (https://metro.tempo.co).
Faktor yang mempengaruhi (SDGs yaitu green accounting, environmental performance, Material Flow Cost Accounting (MFCA) dan Environmental Disclosure. Green accounting merupakan factor penting untuk meningkatkan nilai ekonomi perusahaan dengan memperhatikan lingkungan perusahaan (Nabila, 2021). Akuntansi hijau menurut penelitian Loen (2018), Fakhroni (2020) dan Dura & Suharsono (2022) menyatakan bahwa berpengaruh positif terhadap Sustainable Development Goals (SDGs). Jadi semakin semakin besar perusahaan menerapkan green accounting seperti mengalokasikan biaya untuk pelestarian lingkungan maka perusahaan dapat meningkatkan Sustainable Development Goals (SDGs) yang kemudian diungkapkan dalam laporan tahunannya. Sedangkan menurut penelitian Rachmawati & Karim (2021) green accounting berpengaruh negatif. Penelitian Rosaline et al., (2020) mengungkapkan bahwa green accounting tidak berpengaruh dalam implementasi SDGs. Perusahaan menganggap biaya lingkungan yang dikeluarkan akan mengurangi modal yang akan berdampak pada tingkat laba yang dihasilkan. Artinya perusahaan belum secara penuh memenuhi standar dan aturan yang telah ditetapkan dalam implementasi green accounting.
Environmental performance menitikberatkan pada besarnya dampak dan kerusakan karena aktivitas perusahaan dalam menjalankan bisnis. Penelitian Chairanee, A. C., & Kusumawardani, N. (2022) , Rosaline et al., (2020) dan Arieftiara, n. d (2017) membuktikan bahwa environmental performance mampu meningkatkan Sustainability. Penelitian Setiadi & Sutadipraja (2022) menyatakan bahwa environmental performance tidak berdampak pada SDGs.
Material Flow Cost Accounting (MFCA) merupakan terintegrasi nya informasi operasional dan keuangan dalam suatu sistem akuntansi. Hal ini terdiri dari material cost/biaya material (kuantitas rill dari bahan proses produksi sesuai dengan harga pembelian); system cost/biaya sistem (terkait biaya operasional perusahan yaitu penyusutan, angkut dan pemeliharaan) dan waste cost (biaya yang muncul akibat aktivitas perusahaan khususnya limbah) (Loen, 2018).
MFCA menurut penelitian Loen (2018) dan Fakhroni (2020) bahwa MFCA berpengaruh positif terhadap SDGs. Perusahaan dengan mengeluarkan biaya produksi memiliki tujuan yaitu memperoleh laba, mengefisienkan biaya dan mengoptimalkan sustainable development.
Sedangkan menurut Rachmawati & Karim (2021) Material Flow Cost Accounting (MFCA) berpengaruh negatif.
Environmental Disclosure adalah informasi tentang pengelolaan dan kinerja lingkungan perusahan, yang akan berdampak pada keuangan yang dihasilkan terhadap keputusan manajemen lingkungan perusahaan (Berthelot et al., 2003). Dengan adanya environmental disclosure menunjukkan kepedulian dan tanggung jawab perusahaan terhadap masyarkat dan lingkungan. Environmental disclosure tersaji di dalam standar akuntansi keuangan yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 (revisi 2009) paragraf dua belas. Dan, Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 66 ayat (2) bagian c yang berisi tentang kewajiban perusahaan untuk menyajikan laporan implementasi tanggung jawab social dan lingkungan. Menurut penelitian Setiadi & Sutadipraja (2022) menyatakan bahwa semakin tinggi environmental disclosure maka semakin tinggi pula pencapaian SDGs.
Penelitian ini mengacu pada Nabila (2021), persamaannya adalah Pertama, semua variable independen digunakan yaitu Sustainable Development , Green Accounting dan Environment Performance. Kedua, data penelitian yang digunakan berupa data sekunder untuk pengambilan sampel perusahaan. Perbedaan dengan sebelumnya yaitu Pertama, menambahkan Material Flow Cost Accounting (MFCA) dimana variabel ini diambil dari penelitian Loen (2018) yang memungkinkan dapat meningkatkan SDGs. Penambahan variabel ini dimaksudkan untuk mengkaji ulang MFCA mampu mengoptimalkan Sustainability Development Goals (SDGs). Hal ini dikarenakan perbedaan hasil penelitian Loen (2018) yang menghasilkan MFCA meningkatkan SDGs dan Rachmawati & Karim (201) menemukan MFCA menurunkan penerapan SDGs. MFCA merupakan salah satu bagian yang dipakai perusahaan untuk mengoptimalkan pemakaian bahan untuk mengurangi emisi limbah (Fakhroni, 2020). Kedua, penelitian ini mengubah variabel
intervening yaitu environmental disclosure pada penelitian sebelumnya menjadi variabel independen, karena dihasil penelitian sebelumnya environmental disclosure tidak memediasi antar variabel independen. Penggunaan variabel independen environmental disclosure diambil dari penelitian Setiadi & Sutadipraja (2022). Ketiga, penelitian ini melibatkan perusahaan manufaktur di BEI dan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) tahun 2017-2021, karena kegiatan perusahaan tersebut rentan akan terjadinya kerusakan lingkungan yang dapat menghambat(SDGs).
RERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS Teori Legitimasi
Teori legitimasi ditemukan oleh Dowling dan Pfeffer (1975) yang menyatakan bahwa adanya interaksi antara perusahaan dengan masyarakat. Dasar pemikiran teori legitimasi adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan dengan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga perusahaan dapat diterima oleh masyarakat (Saputra, 2020).
Kaitannya teori legitimasi dengan penelitian ini adalah tanggung jawab perusahaanyang semakin luas, yaitu investor, kreditur, masyarakat dan juga lingkungan. Perusahaan perlu amenerapk aturan dan norma yang berlaku di masyarakat, sehingga muncul pengakuan dari masyarakat. Green accounting sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan yang dituangkan dalam sustainability reporting. Penerapan MFCA yang berkontribusi pada pengurangan limbah dan peningkatan produktivitas perusahaan. Perolehan PROPER terkait environmental performance juga bisa dicapai untuk meningkatkan SDGs. Environmental disclosure berupa pengungkapan terkait lingkungan yang disampaikan di sustainability reporting juga meningkatkan SDGs.
Teori Stakeholder
Teori ini dicetuskan oleh Friedman tahun 1984, dimana teori ini menyatakan perusahaan harus memperhatikan semua pemangku kepentingan, baik lngkingan internal maupun ekstenal.
Artinya, perusahaan memerlukan keseimbangan dalam kebijakan dan keputusan yang dibuat kepada semua pihak. Pemenuhan hak dan kewajiban kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Adanya keseimbangan ini, perusahaan diharapkan mampu berkontribusi dalam menciptakan keberlanjutan alam dan lingkungan sekitar, yaitu mencapai tujuan ekonomi dengan mencari laba, berperan dalam sosial masyarakat dan memberikan kesejahteraan bagi karyawannya serta menjaga linglkungan/alam untuk keberlanjutan ekosistem yang ada.
Pengaruh Green Accounting terhadap Sustainability Development Goals (SDGS)
Green accounting adalah bagian akuntansi yang menuangkan bagian biaya dan manfaat dari kegiatan ekonomi perusahaan terkait dampak lingkungan, tingkat kesehatan dari suatu bisnis (Hamidi, 2019). Hal ini sesuai dengan teori legitimasi, pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya menyebabkan dampak pada masyarakat.
Adanya green accounting diharapkan bisa mengurangi biaya lingkungan dan pencemaran lingkungan yang dilakukan perusahaan.
Penelitian sebelumnya Loen (2018), Fakhroni (2020) dan Dura et al., (2022) menunjukkan bahwa green accounting berpengaruh positif terhadap SDGs. Semakin besar implementasi green
accounting maka semakin besar perusahaan memperhatikan keadaan lingkungan di sekitar perusahaan.
H1. Green Accounting berpengaruh positif terhadap Sustainable Development Goals (SDGS)
Pengaruh Environmental Performance terhadap Sustainability Development Goals (SDGs) Environmental performance merupakan tingkatan atas upaya perusahaan terkait pelestarian lingkungan sekitar, sebagai bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Arieftiara
& Venusita, 2017). Untuk mencapai environmental performance perusahaan harus memperhatikan aktivitas perusahaan sesuai dengan criteria-kriteria yang telah ditetapkan sehingga memperoleh penilaian yang baik.
James (1994) mengidentifikasi lima kekuatan pendorong utama dalam tekanan untuk pengukuran kinerja lingkungan bisnis: biosfer, pemangku kepentingan keuangan, pemangku kepentingan non keuangan, pembeli dan masyarakat. Sesuai dengan teori legitimasi, perusahaan yang menjaga keselarasan lingkungan dengan nilai sosial dalam aktivitas perusahaan akan sesuai dengan norma dan aturan di masyarakat. Ketika sebuah perusahaan mempunyai environmental performance yang tinggi, maka nilai perusahaan dalam penerapan SDGs akan tinggi (Arieftiara 2017).
Arieftiara (2017) membuktikan bahwa environmental performance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dalam hal SDGs. Sesuai dengan Rosaline et al., (2020) yang membuktikan environmental performance mampu mengoptimalkan economic performance perusahaan. Jadi semakin tinggi environmental performance membantu perusahaan dalam mewujudkan SDGs. Sedangkan menurut Setiadi & Sutadipraja (2022) kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap pencapaian SDGs.
H2. Environmental Performance berpengaruh positif terhadap Sustainability Development Goals (SDGS)
Pengaruh Material Flow Cost Accounting (MFCA) terhadap Sustainability Development Goals (SDGs)
MFCA merupakan metode akuntansi dalam bidang manajemen lingkungan yang bertujuan untuk menurunkan dampak lingkungan dan biaya yang dikeluarkan dalam waktu bersamaan. Hal ini sangat menguntungkan bagi perusahaan dengan meminimalkan material dan pemborosan memberikan dampak dari aspek keuangan dan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.
Teori legitimasi yang melandasi hubungan manajemen dengan masyarakat dimana perusahaan beraktivitas menggunakan sumber ekonomi (Ghozali & Chariri, 2007). Dampak dari penerapan MFCA tidak hanya perusahaan yang memperoleh kesejahteraan, namun juga kesejahteraan pemerintah, swasta dan masyarakat. Karena dengan MFCA aliran material dan penggunaan energi semakin jelas dan dapat menentukan biaya kerugian material. MFCA meningkatkant kegiatan perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga eksploitasi terhadap sumber daya alam akan berkurang.
Penelitian Loen (2018) membuktikan bahwa MFCA meningkatkan Sustainable Development. Sejalan dengan penelitian Fakhroni (2020) yang membuktikan MFCA mampu mengoptimalkan sustainable development. Jadi semakin besar penerapkan MFCA akan membantu dalam mewujudkan SDGs.
H3. Material Flow Cost Accounting (MFCA) berpengaruh postif terhadap Sustainability Development Goals (SDGs)
Pengaruh Environmental Disclosure terhadap Sustainability Development Goals (SDGs) Environmental Disclosure merupakan penjelasan informasi bidang lingkungan yang tersaji di dalam laporan tahunan perusahaan (Suratno et al.,2007). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.29/POJK.04/2016 Pasal 4 menyatakan bahwa laporan tahunan perusahaan wajib menyertakan pengungkapan sosial dan lingkungan yang berguna bagi pemangku kepentingan.
Menurut Qiu et al., (2016) environmental disclosure dalam teori legitimasi yaitu environmental disclosure dilakukan berdasarkan tuntutan masyarakat yang bertujuan memperoleh pengakuan dari lingkungan sosial, sehingga kegiatan operasional perusahaan mmapu menciptakan dampak yang baik bagi lingkungan sekitar. Legitimasi sosial tersebut bila tidak didapatkan oleh perusahaan akan menurunkan citra masyarakat terhadap perusahaan, sehingga dapat mengakibatkan ketidakpercayaan konsumen pada produk yang diciptakan. Perusahaan melakukan environmental disclosure dalam bidang lingkungan diharapkan mampu meningkatkan SDGs.
Penelitian Setiadi & Sutadipraja (2022) Pengungkapan lingkungan berpengaruh positif terhadap pencapaian SDGs. Jadi semakin perusahaan menerapkan environmental disclosure maka akan membantu dalam mewujudkan Sustainability Development Goals (SDGs).
H4. Environmental Disclosure berpengaruh postif terhadap Sustainability Development Goals (SDGs)
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakanp Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dan penyampelan menggunakan Teknik purposive sampling, dengan kriteria (1) erdaftar di BEI tahun 2017-2021; (2) menerbitkan annual report dan sustainability report tahun 2017-2021; (3) Perusahaan mengikuti PROPER tahun 2017-2021. Sesuai dengan kriteria sampel, terdapat 9 perusahaan yang memenuhi semua kriteria, sehingga terdapat 45 data. Berikut data perusahaan yan digunakan:
Tabel 2. Data perusahaan dalam sampel Kode Nama Perusahaan
HMSP Handjaya Mandala Sampoerna Tbk IIKP Inti Agri Resource Tbk
INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk KLBF Kalbe Farma Tbk
MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk SMCB Solusi Bangun Indonesia Tbk SMGR Semen Indonesia Tbk UNTR United Tractors Tbk UNVR Unilever Indonesia Tbk
Definisi operasional variable tersaji pada tabel 3.
Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Nama Variabel Definisi Variabel Alat Ukur Sustainability
Development Goals
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu program dunia dalam jangka panjang untuk mengoptimalkan semua potensi dan
Pengukuran dengan
menjumlahkan = ekonomi + sosial + lingkungan + teknologi. Setelah dijumlah maka digunakan rumus excel yaitu =LN, untuk
sumber daya yang dimiliki setiap negara (Irhamsyah, 2019).
mengembalikan logaritma natural.
Dimensi yang digunakan sebagai berikut :
Ekonomi (penjualan, laba bersih dan investasi)
Social (biaya untuk gaji, tunjangan dan pensiun)
Lingkungan (biaya pemeliharan limbah, K3, dan perlengkapan lainnya)
Teknologi (biaya pengembangan dan penelitian)
(Azapagic, 2003) Green
Accounting
Green Accounting merupakan suatu konsep perusahaan dalam proses produksi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas untuk penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga terdapat keseimbangan perusahaan dengan lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat (Loen, 2018)
Pengukuran menggunakan analysis content :
Perusahaan manufaktur tidak mengungkapkan indikator green accounting di annual report = 0 Perusahaan manufaktur mengungkapkan indikator green accounting dalam bentuk narasi = 1
Perusahaan manufaktur
mengungkapkan green
accounting dengan gambar dan narasi dialam annual report = 2 Perusahaan manufaktur mengungkapkan indicator green accounting dengan gambar, narasi dan jumlah dana di annual report = 3. (Fakhroni, 2020) Environmental
Performance
Environmental Performance merupakan hubungan perusahaan dengan lingkungan alam tentang dampak lingkungan akibat kegiatan ekonomi, terhadap produk dan jasa, dan taat terhadap peraturan lingkungan kerja (Damanik & Yadnyana, 2017).
Pengukuran ini menggunakan PROPER :
Emas (sangat baik) = 5 Hijau (baik) = 4
Biru (cukup baik) = 3 Merah (buruk) = 2 Hitam (sangat buruk) = 1 (Setyaningsih & Asyik, 2016) MFCA Material Flow Cost Accounting (MFCA)
adalah pengelolaan akuntansi lingkungan dengan meningkatkan transparansi dari penggunaan bahan baku secara nyata/fisik dan unit moneter (Rachmawati & Karim, 2021).
MFCA =
Total Output yang Dihasilkan / Total Biaya
Output yang dihasilkan = biaya penggunaan bahan (bahan baku) + biaya system (beban tenaga kerja, beban penyusutan, beban transportasi dan pengangkutan serta beban perawatan) + biaya energi (beban utilitas)
Total biaya = total biaya keseluruhan (beban penjualan,
beban umum dan administrasi, beban distribusi (Rahmania Santi et al., 2022).
Environmental Disclosure
Adalah pengungkapan informasi dalam bidang lingkungan hidup pada perusahaan (Suratno et al., 2007).
Pengungkapan lingkungan = Jumlah indikator yang diungkapkan / 157 indikator GRI 2018 (Ketut et al., 2020)
Teknis analisis data menggunakan asumsi klasik yaitu normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov smirnov yang berfungsi untuk mengetahui kenormalan data. Multikolonieritas dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF), dan heteroskedastisitas dengan uji Spearman’s rho. Kemudian autokorelsi menggunakan Durbin Watson. Analisis regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh green accounting, environmental performance, MFCA dan environmental disclosure terhadap SDGs.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Asumsi Klasik Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji statistic Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan normal, jika nilai signifikansi > 0,05.
Tabel 4. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Test Statistic 0,085
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200
Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan nilai dAsymp. Sig. (2-tailed) 0,200 > 0,05, yaitu data tersaji normal sehingga layak dipakai dalam penelitian.
Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui hubungan korelasi yang kuat atau tidak antar variabel independen (Ghozali, 2018). Hasil uji multikolinieritas dilihat dari tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF), jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,10, maka tidak terjadi multikolinieritas. Namun jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,10, maka terjadi multikolinieritas.
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada tabel 4 diketahui bahwa variabel green accounting (GA), environmental performance (EP), Material Flow Cost Accounting (MFCA) dan environmental disclosure (ED) tidak ada yang menghasilkan nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, sehingga model regresi tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 5. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF
GA 0,848 1,180
EP 0,935 1,070
MFCA 0,763 1,310
ED 0,836 1,196
Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2018) uji heteroskedastisitas menguji adanya ketidaksamaan varian dari residual dari suatu periode ke periode atau waktu ke waktu pengamatan. Uji heteroskedastisitas ditunjukkan dengan menggunakan uji Spearman’s rho. yaitu dengan melihat Sig. (2-tailed) pada Unstandardized Residual jika lebih dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas, namun jika kurang dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji yaitu tidak ada hubungan antara variabel independen hal ini dapat terlihat dari nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Spearman’s rho Variabel Sig. (2-tailed)
GA 0,929
EP 0,984
MFCA 0,793
ED 0,895
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menguji model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pada periode t dengan periode sebelumnya (t-1) (Ghozali, 2018). Uji ini menggunakan Durbin Watson.
Hasil analisis diperoleh dalam tabel 7.
Tabel 7. Uji Autokorelasi
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
0,551a 0,304 0,234 0,86714 2,052
Nilai tabel Durbin-Watson dengan menggunakan nilai signifikansi 5% jumlah sampel 45 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4), maka tabel Durbin Watson adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Durbin Watson Test Bound b 4-Du Du
45 2,28 1,7200
Nilai Du sebesar 1,7200 dibandingkan dengan Dw (d) sebesar 2,052 dan 4-Dw sebesar 2,28, maka diperoleh hasil perbandingan bahwa 1.7200 < 2,052 < 2,28 yang artinya tidak terjadi auto korelasi.
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Berikut hasil uji regresi linier berganda pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 28,255 1,336 21,147 0,000
GA 1,127 0,281 0,574 4,005 0,000
EP -0,310 0,256 -0,165 -1,212 0,232
MFCA -0,006 0,015 -0,057 -0,381 0,705
ED 1,636 1,817 0,130 0,900 0,373
Berdasarkan hasil koefisien regresi pada tabel 8 diperoleh persamaan regresi yaitu, SDGs = 28,255 + 1,127GA − 0,310EP − 0,006MFCA + 1,636ED + e
Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil koefisien determinasi pada table 10 memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,234. Hasil ini menunjukkan green accounting, environmental performance, MFCA dan environmental disclosure dalam menjelaskan perubahan SDGs sebesar 23,4% sisanya sebesar 76,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
Tabel 10. Koefisien Determinasi
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
0,551a 0,304 0,234 0,86714
Uji F
Uji menguji ketepan model penelitian (Suliyanto, 2011). Ketentuan yang digunakan yaitu jika Ftabel<Fhitung atau Sig.F < α =0,05 berarti bahwa uji model ini layak digunakan untuk penelitian, namun jika Ftabel > Fhitung atau Sig.F > α =0,05 berarti model ini tidak layak. Hasil uji ini menunjukkani nilai Fhitung sebesar 4,365 sedangkan besar nilai Ftabel Hasil menunjukan k = 4 dan n-k-1 (45-4-1) = 40 diperoleh nilai sebesar 2,606. Hal tersebut menunjukkan bahwa Fhitung 4,365 > Ftabel 2,606 atau Sig.F 0,005b < 0,05, maka model regresi layak digunakan pada penelitian, seperti ditampilkan dalam tabel 11.
Tabel 11 Uji F Ftabel Fhitung Sig 2,606 4,365 0,005b
Uji t
Ketentuan yang digunakan untuk menilai hasil uji t adalah 5% dengan derajat kebebasan df
= n-1. Berdasarkan n = 45 maka tingkat kebebasan adalah 44 (df=n-1), dan t tabel 1,680 dengan nilai signifikansi 0,05. Hasil analisis uji t ditampilkan pada tabel 12.
Tabel 12 Uji t
Variabel T hitung T tabel Sig Keterangan GA 4,005 1,680 0,000 H1 diterima EP -1,212 1,680 0,232 H2 tidak diterima MFCA -0,381 1,680 0,705 H3 tidak diterima ED 0,900 1,680 0,373 H4 tidak diterima
PEMBAHASAN
Pengaruh Green Accounting terhadap Sustainable Development Goals
Hasil riset menunjukkan green accounting berpengaruh positif tehadap SDGs. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin besar penerapan green accounting maka semakin tinggi tingkat SDGs.
Sebaliknya, semakin sedikit penerapan green accounting maka tingkat SDGs akan rendah.
Fakhroni (2020) menyatakan alokasi biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan dan diungkapkan di annual report mampu meningkatkan sustainable development. Biaya lingkungan, pengelolaan limbah dan lainnya yang dikeluarkan oleh perusahaan akan memberikan dampak pada SDGs, dimana SDGs memiliki tujuh belas point, salah satunya terkait dengan lingkungan.
Biaya tersebut dialokasikan untuk investasi jangka panjang terhadap pengelolaan lingkungan dan masyarakat yang luas melalui berbagai macam kegiatan seperti pengendalian emisi, pengelolaan limbah, pengendalian efluen dan penghijauan.
Sejalan dengan teori legitimasi, ketika semakin banyak perusahaan mengimplementasikan green accounting, perusahaan diakui oleh masyarakat karena kegiatannya sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Bentuk pertanggungjawaban dari suatu perusahaan tidak hanya kepada stakeholders tetapi juga di lingkungan masyarakat, salah satunya dengan pengungkapan green accounting. Konsep green accounting juga menunjukkan komittmen perusahan dalam melaksanakan konsep planet, yaitu perusahaan telah mengimplementasikan perannya dalam menjaga lingkungan alam dalam mendukung SDGs. Penelitian ini konsisten dengan Loen (2018), Fakhroni (2020), dan Dura (2022) menyatakan bahwa green accounting meningkatkan SDGs.
Berbeda dengan Rachmawati & Karim (2021) green accounting berpengaruh negatif terhadap SDGs dan Rosaline et al., (2020) mengungkapkan bahwa green accounting tidak memiliki pengaruh terhadap SDGs.
Pengaruh Environmental Performance terhadap Sustainable Development Goals
Hasil penelitian menyatakan tidak adanya pengaruh environmental performance tehadap SDGs. Menurut Rahmawati & Achmad, (2012) environmental performance PROPER perusahaan tidak berdampak secara langsung, artinya penilaian kinerja lingkungan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak mempengaruhi SDGs, karena hanya berupa penilaian.
Perusahaan dengan nilai emas, hijau, biru, merah dan hitam tidak mempengaruhi dalam mencapai SDGs. Karena di dalam point SDGs tidak hanya mencakup lingkungan, tetapi juga terkait ekonomi dan sosial. Perusahaan dengan environmental performance yang baik, belum tentu kinerja ekonomi dan sosialnya baik sehingga belum bisa mencapai SDGs.
Penelitian tidak sejalan dengan teori legitimasi, karena bisnis tidak harus mempertimbangkan pengakuan dan sesuai dengan norma-norma dari masyarakat terkait environmental performance. PROPER menunjukkan sebagian besar organisasi belum memperkuat pelaksanaan bisnis mereka dalam menyelamatkan iklim, sehingga belum semua pemangku kepentingan terpenuhi dengan baik khususnya lingkungan. Selain itu, kinerja lingkungan perusahaan masih jauh dari tujuan pilar pembangunan lingkungan SDGs (Setiadi &
Sutadipraja, 2022).
Hasil penelitian konsisten dengan Setiadi & Sutadipraja (2022) bahwa environmental performance tidak mempengaruhi SDGs. ChairChairanee, A. C., & Kusumawardani, N. (2022), Arieftiara (2017), dan Rosaline et al., (2020) yang menyatakan bahwa environmental performance meningkatkan SDGs.
Pengaruh Material Flow Cost Accounting terhadap Sustainable Development Goals
Material Flow Cost Accounting (MFCA) tidak berpengaruh tehadap SDGs. Artinya, perusahaan menerapkan MFCA dalam kategori tinggi dan rendah tidak mempengaruhi SDGs. Hal ini dikarenakan ketidakefisienan penggunaan material dan energi yang digunakan dalma kegiatan produksi, ketifakefektifan pengelolaan limbah dan biaya yang dikeluarkan perusahaan belum efisien dan efektif (Rachmawati & Karim, 2021). Peningkatan kebutuhanakan energi pada industri berakibat pada kurangnya sumber daya energi dan aset material, sehingga akan meningkatkan pencemaran lingkungan (Rahmania Santi et al., 2022). Jadi hilangnya penggunaan material dalam proses produksi akan berdampak pada biaya produk, sehingga tidak bisa mengoptimalkan pendapatan dan tidak tercapainya SDGs. Oleh karena itu MFCA tidak berpengaruh terhadap SDGs.
Teori legitimasi tidak sejalan dengan penelitian ini, karena penerapan MFCA pada perusahaan akan memberikan dampak pada kegiatan perusahaan menjadi efektif dan efisien, karena dengan MFCA akan mengurangi pemborosan dan eksploitasi yang dilakukan perusahaan.
Namun penerapan MFCA tidak selamanya akan memberikan pengaruh terhadap SDGs,
dikarenakan aliran biaya yang diungkapkan perusahaan belum sesuai. Aliran biaya banyak dialokasikan pada kegiatan operasional perusahaan yang mampu mendukung kinerja keuangan secara cepat, sehingga pemenuhan para pemangku kepentingan lebih diutamakan yang terlibat langsung pada laba seperti investor, supplier, karyawan dan lain lain. Dan penelitian ini konsisten dengan penelitian Rachmawati & Karim (2021)bahwa MFCA tidak memiliki pengaruh terhadap SDGs. Akan tetapi, penelitian ini berbeda dengan Loen (2018) dan Fakhroni (2020) yang menyatakan penerapan MFCA mampu meningkatkan SDGs.
Pengaruh Environmental Disclosure terhadap Sustainable Development Goals
Hasil menunjukkan bahwa environmental disclosure tidak berpengaruh tehadap Sustainable Development Goals (SDGs). Hal ini menunjukkan bahwa environmental disclosure yang lengkap atau tidak, maka tidak akan mempengaruhi SDGs. Lindrianasari (2007) mengungkapkan perusahaan mengeluarkan informasi positif untuk kepentingannya, dan akan mengungkapkan lingkungan ketika kinerja lingkungannya juga baik. Sehingga environmental disclosure yang disampaikan perusahaan tidak mencerminkan perusahaan yang sebenarnya. Kemudian di dalam SDGs memuat aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, sedangkan environmental disclosure hanya memuat aspek lingkungan sehingga belum menaungi konsep dari SDGs secara keseluruhan. Hal tersebut yang menyebabkan tidak adanya pengaruh terhadap SDGs.
Penelitian ini tidak sejalan dengan teori legitimasi, karena environmental disclosure perusahaan adalah cara untuk meminta pertanggungjawaban atas konsekuensi operasinya.
Semua program kegiatan lingkungan perusahaan termasuk dalam pengungkapan informasi lingkungan. Namun dalam pengungkapan yang disampaikan perusahaan hanya untuk memperbaiki citra perusahaan. Sehingga pengungkapan lingkungan perusahaan belum bisa mencapai SDGs. Selaras dengan Nabila (2021) yaitu environmental disclosure tidak berpengaruh terhadap SDGs. Berbeda dengan Setiadi & Sutadipraja, 2022 yang menyatakan environmental disclosure meingkatkan SDGs.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Kesimpulan penelitian menunjukkan Green accounting mampu meningkatkan SDGs.
Penerapan green accounting diwujudkan dengan biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan berdampak pada peningkatan SDGs. Alokasi biaya tersebut membentuk lingkungan yang sehat.
Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi pemborosan, sehingga perusahaan yang menerapkan green accounting berkontribusi dalam pencapaian SDGs. Environmental performance, Material Flow Cost Accounting (MFCA), dan Environmental disclosure tidak berpengaruh terhadap SDGs.
Keterbatasan penelitian ini yaitu nilai Adjuted R Square yang menunjukkan variabel accounting, environmental performance, MFCA dan environmental disclosure dalam menjelaskan variabel SDGs masih rendah. Dan, pengukuran MFCA dalam penelitian ini menggunakan total output yang dihasilkan dibanding dengan total biaya, yang menghasilkan tingkat pengaruh yang rendah.
Saran untuk penelitian berikutnya yaitu menambah variable lain seperti Corporate Social Responsibility (CSR) sesuai dengan penelitian Reza (2019). CSR merupakan bukti riil perusahaan dalam mengatasi kerusakan lingkungan dan sosial akibat aktivitas perusahaan. Kemudian, pengukuran variabel MFCA berkonsep pada biaya produksi, luas area dan hasil produksi, sesuai penelitian Loen (2018) sehingga lebih bisa mengkonkritkan hasil penelitian. Implikasi riset diharapkan dapat menjadi masukan kebijakan bagi perusahaan khususnya perusahaan
manufaktur untuk lebih meningkatkan penerapan green accounting dengan meningkatkan biaya lingkungan, produk ramah lingkungan dan kebijakan manajemen dalam mewujudkan SDGs.
REFERENSI
Arieftiara, D., & Venusita, L. (2017). Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Intensitas Persaingan terhadap Nilai Perusahaan dalam rangka Mendukung Sustainability Development Goals.
Conference Paper Universitas Negeri Surabaya, 1–20.
Azapagic, A. (2003). Systems Approach to Corporate Sustainability. Process Safety and Environmental Protection, 81(5), 303–316. https://doi.org/10.1205/095758203770224342 Berthelot, S., Cormier, D., & Magnan, M. (2003). Environmental Disclosure Research: Review and
Synthesis. Journal of Accounting Literature, 22, 1–44.
Chairanee, A. C., Lindrianasari, Sudrajat, & Kusumawardani, N. (2022). Pengaruh Environmental Performance Terhadap Respon Investor dengan Sustainability Report Disclosure sebagai Variabel Intervening. Jurnal Sosial Dan Teknologi (SOSTECH), 2(7), 581–590.
Damanik, I. G. A. B., & Yadnyana, I. K. (2017). Pengaruh Kinerja Lingkungan pada Kinerja Keungan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Intervening. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 20(1), 645–673.
Dura, J., Suharsono, S., Bisnis, F., Teknologi, I., Malang, A., Bisnis, F., & Muhammadiyah, U.
(2022). Penerapan Green Accounting Untuk Berkelanjutan Pembangunan Tingkatkan Kinerja Keuangan Studi Hijau Industri. XXVI(02), 192–212.
Fakhroni, Z. (2020). Pengaruh Implementasi Green Accounting dan Material Flow Cost Accounting Terhadap Sustainable Development. 12(1), 109–116.
Ghozali, & Chariri. (2007). Accounting Theory. Badan Publisher Undip.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan PrograM IBM SPSS 25 (Edisi 9). Badan Penerbit Universita Diponegoro.
Hamidi. (2019). Analisis Penerapan Green Accounting terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
Encyclopedia of Corporate Social Responsibility, 6(2), 1286–1286.
https://doi.org/10.1007/978-3-642-28036-8_100807
Irhamsyah, F. (2019). Sustainable Development Goals (SDGs) dan Dampaknya Bagi Ketahanan Nasional Dampaknya Bagi Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian LEMHANNAS RI, 38, 45–54.
James, P. (1994). Business environmental performance measurement. Wiley Online Library, 3(2), 59–67. https://doi.org/https://doi.org/10.1002/bse.3280030208
Ketut, I. G., Ulupuia, A., Murdayantia, Y., Marinia, A. C., Purwohedia, U., & Yantob, H. (2020).
Green accounting, material flow cost accounting and environmental performance. 6, 743–752.
https://doi.org/10.5267/j.ac.2020.6.009
Lindrianasari. (2007). Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia. JAAI, 11(2), 159–172.
Loen, M. (2018). Penerapan Green Accounting Dan Material Flow Cost Accounting (Mfca)Terhadap Sustainable Development. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Krisnadwipayana, 5(1), 1–14. https://doi.org/10.35137/jabk.v5i1.182
Nabila, R. (2021). Green Accounting for Sustainable Development: Case Study of Indonesiaâ€TMS Manufacturing Sector. Akuntansi Dewantara, 5(1), 1–10. https://doi.org/10.26460/ad.v5i1.9147 Qiu, Y., Shaukat, A., & Tharyan, R. (2016). Environmental and social disclosures: Link with corporate financial performance. British Accounting Review, 48(1), 102–116.
https://doi.org/10.1016/j.bar.2014.10.007
Rachmawati, W., & Karim, A. (2021). Pengaruh Green Accounting Terhadap Mfca Dalam Meningkatkan Keberlangsungan Usaha Serta Resource Efficiency Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pada Perusahaan Peraih Penghargaan Industri Hijau). Tirtayasa Ekonomika, 16(1), 59. https://doi.org/10.35448/jte.v16i1.10205
Rahmania Santi, A., Andi, K., Lindrianasari, & Oktavia, R. (2022). Pengaruh penerapan material flow cost accounting terhadap green accounting dan financial performance. Fair Value : Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 5(2), 723–732.
Rahmawati, A. ’, & Achmad, T. (2012). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Financial Corporate Performance Dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Sebagai Variabel Intervening. Diponegoro Journal of Accounting, 1(2), 1–15.
Rosaline, V. D., Wuryani, E., Ekonomi, F., Surabaya, U. N., & Surabaya, K. (2020). Pengaruh Penerapan Green Accounting dan Environmental Performance Terhadap Economic Performance. 8(3), 569–578.
Saputra, M. F. M. (2020). Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan dengan Pengungkapan Lingkungan sebagai Variabel Intervening. Jurnal Riset Akuntansi Tirtayasa, 5(2), 123–138. https://doi.org/10.48181/jratirtayasa.v5i2.8956
Setiadi, I., & Sutadipraja, M. W. (2022). Pengungkapan Lingkungan, Kinerja Lingkungan, Biaya Lingkungan dan Sustainable Development Goals (SDGS) di Indonesia. LICOVBITECH, November, 392–404.
Setyaningsih, R. D., & Asyik, N. F. (2016). Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Pemoderasi. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(4), 1–15.
Suratno, I., Darsono, D., & Mutmainah, S. (2007). Pengaruh Environmental Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ Periode 2001-2004). The Indonesian Journal of Accounting Research, 10.
Syam, D., & Aulia, A. S. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Praktek Pengungkapan Sustainability Reporting Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Reviu Akuntansi Dan Keuangan, 3(1), 403–414.
https://doi.org/10.22219/jrak.v3i1.1474