PERHITUNGAN CULVERT
PADA RUAS JALAN BUKIT BIRU – MARGASARI KEC.
LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
KikiIstianto A.S 1)
ABSTRAK
Kerusakan jalan lebih sering dihubungkan dengan beban kendaraan yang melintas, namun dalam fakta di lapangan kerusakan jalan dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah banjir dan genangan pada badan jalan.
Secara umum badan jalan yang lebih sering mengalami banjir atau lebih sering tergenang akan mengakibatkan jalan tersebut rentan dan lebih cepat mengalami kerusakan dari umur rencananya dibandingkan jalan yang jarang atau tidak sering terendam banjir atau genangan air hujan.
Konstruksi jalan seringkali dibangun tanpa dilengkapi dengan bangunan pelengkap jalan seperti saluran samping, pematah arus, gorong-gorong atau culvert dan sebagainya. Kondisi seperti ini seringkali ditunjang dengan kondisi medan jalan yang berada di daerah cekungan atau lembah sehingga posisi pembuangan air hujan yang melimpas pada badan jalan tidak dapat dialirkan.
Ruas jalan yang menghubungkan daerah Bukit Biru dengan Margasari yang berada di Kecamatan Loa Kulu merupakan ruas jalan yang melintasi daerah perbukitan dengan cekungan-cekungan atau lembah-lembah yang berpotensi menjadikan badan jalan rentan terendam banjir dan genangan pada saat hujan terjadi. Selain itu pada ruas ini juga terdapat beberapa anak sungai kecil yang pada saat kemarau tidak terlihat debitnya, namun pada saat musim hujan maka air akan melimpas dan menggenangi permukaan badan jalan bahkan pada beberapa titik di ruas ini akan mengalami banjir setempat.
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan tehadap sistem drainase, dengan menggunakan jenis box culvert dari konstruksi beton bertulang dan dari hasil perhitungan didapat kebutuhan dimensi box culvert 300 x 300 cm dengan panjang 1200 cm. Dimensi tersebut mampu menyalurkan debit banir rancangan sebesar 2,288 m3/detik untuk umur rencana 5 tahun. Nilai debit rancangan didapat dari hasil analisis frekuensi data curah hujan berdasarkan metode Gumbell dari data curah hujan rata-rata dengan jumlah tahun pengamatan sebanyak 10 tahun.
Dari hasil perhitungan penulangan di dapat untuk penulangan pelat lantai atas dan bawah menggunakan diameter 19 mm dan untuk diameter penulangan samping dan sayap menggunakan diameter 16 mm. Selain itu, box culvert direncanakan terhadap beban kendaraan dengan muatan sumbu terberat sebesar 8 ton, sehingga tidak disarankan untuk beban lalu lintas yang lebih besar dari 8 ton untuk melintas di atasnya.
Kata kunci : box culvert, hujan, debit, penulangan, diameter.
1) Karya Siswa Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kerusakan jalan lebih sering dihubungkan dengan beban kendaraan yang melintas, namun dalam fakta di lapangan kerusakan jalan dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah banjir dan genangan pada badan jalan.
Konstruksi jalan seringkali dibangun tanpa dilengkapi dengan bangunan pelengkap jalan seperti saluran samping, pematah arus, gorong-gorong atau culvert dan sebagainya..
Ruas jalan yang menghubungkan daerah Bukit Biru dengan Margasari yang berada di Kecamatan Loa Kulu merupakan ruas jalan yang melintasi daerah perbukitan dengan cekungan-cekungan atau lembah- lembah yang berpotensi menjadikan badan jalan rentan terendam banjir dan genangan pada saat hujan terjadi.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kapasitas debit banjir pada ruas jalan Bukit Biru – Margasari.
2. Mengetahui dimensi culvert, berdasarkan debit banjir yang terjadi.
3. Mengetahui perhitungan penulangan culvert.
LANDASAN TEORI Definisi Drainase
Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air atau bangunan resapan buatan.
Sedangkan drainase perkotaan adalah drainase di wilayah perkotaan yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat dan lingkungan dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat (Suripin, 2000).
Dari sudut pandang teknik sumber daya air, drainase adalah sistem atau sarana dan prasarana dalam penanganan kelebihan air (Suripin, 2000).
Jenis-Jenis Drainase
Berdasarkan definisi tersebut, drainase dibedakan menjadi:
1. Drainase hujan daerah pemukiman yaitu drainase yang berfungsi untuk mengendalikan kelebihan air hujan atau air permukaan dari daerah pemukiman atau perkotaan.
2. Drainase jalan adalah drainase yang berfungsi untuk mengeringkan permukaan jalan dan mengatur kedudukan muka air tanah sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kestabilan konstruksi badan jalan atau melemahkan daya dukung tanah dasar dan konstruksi perkerasan jalan.
3. Drainase lahan adalah drainase yang berfungsi mengatur tinggi genangan atau tinggi muka air tanah sedemikian rupa untuk menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal.
Sistem Drainase
Sistem drainase adalah sekumpulan dari beberapa sarana dan prasarana drainase yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan (Suripin, 2000).
Secara umum, sistem drainase terdiri atas : 1. Daerah tangkapan (catchment area).
2. Saluran.
3. Bangunan pelintas seperti gorong- gorong, box culvert dan lain sebagainya.
4. Bangunan pelengkap dan fasilitas penunjang lainnya.
Tujuan Drainase
Adapun tujuan dari drainase dibangun adalah :
1. Mengendalikan kelebihan air permukaan di permukaan jalan atau dalam wilayah perkotaan.
2. Melestarikan atau konservasi sumber daya air dan lingkungan pemukiman yang sehat.
3. Menambah cadangan air tanah.
Konsep Drainase
Pada masa yang lalu drainase perkotaan dirancang untuk membuang kelebihan air secepatnya dari daerah pemukiman atau permukaan jalan, tetapi sebagai konsekuensinya menimbulkan biaya konstruksi sangat mahal dan penggunaan lahan cukup besar.
Dalam konsep baru, drainase dirancang untuk mengendalikan air permukaan agar tidak merugikan, tetapi sebaliknya memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan konsep baru penanganan drainase lebih bersifat menggunakan metode retensi atau genangan, metode infiltrasi atau imbuhan buatan (artificial recharge), dan penyaluran serta pembuangan secara teratur air kelebihan yang tidak tertangani dengan cara retensi dan infiltrasi ke badan air penerima seperti sungai, danau, laut dan sebagainya.
Gambar 2.1 Contoh sistem drainase Sumber :
Manual No.01-1-BM-2005
Culvert
Definisi Culvert
Culvert atau gorong-gorong adalah sistem drainase yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi lainnya. Untuk itu desainnya harus juga mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur, agar supaya gorong-gorong dapat berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban lalu lintas dan timbunan tanah.
Tipe dan Jenis Konstruksi
Culvert merupakan sistem drainase jalan, sehingga mengingat fungsinya maka culvert disarankan dibuat dengan tipe konstruksi yang permanen seperti pipa (pipe culvert), kotak beton (box culvert) dan pasangan batu dengan desain umur rencana minimal 10 tahun pelayanan.
Penentuan tipe culvert permanen pada umumnya ditentukan oleh tempat yang tersedia di lokasi pekerjaan dan tingginya timbunan. Tipe culvert ada tiga yaitu :
1. Tipe persegi
Tipe persegi (box culvert) sangat berguna dalama keadaan dimana debit yang harus dilewatkan melintasi jalan sangat besar dan permukaan alirannya mendekati permukaan jalan karena tinggi timbunan badan jalan sangat terbatas.
a. Keuntungan
Tidak terdapat kendala dalam
menampung debit rencan yang besar.
Tidak terdapat kendala terhadap tinggi timbunan untuk penutup culvert.
Pemeliharaan relatif mudah.
Pengecoran culvert dapat dilakukan di lokasi pekerjaan atau insitu atau di tempat lain yang kemudian diangkut ke lokasi pekerjaan, dimanahal tersebut sangat tergantung dari lokasi kondisi pekerjaan.
dapat dilewati kendaraan berat.
b. Kerugian
Pekerjaan harus dilaksanakan oleh tenaga yang berpengalaman dengan pengawasan yang ketat.
Pada lokasi pekerjaan yang terpencil, terdapat kemungkinan kesulitan untuk mendapatkan material box culvert seperti baja tulangan, aggregat, semen dan material lain yang dibutuhkan.
Untuk dapat dilalui kendaraan
harus menunggu proses
pengeringan sesuai dengan ketentuan umur beton yang diperlukan.
Komposisi Culvert
Karena berfungsi menyalurkan air pada permukaan jalan dan dipasang melintang pada penampang jalan atau memotong jalan, maka konstruksi culvert harus direncanakan untuk mampu menerima beban lalu lintas yang melintas di atasnya, sehingga bagian-bagian dari culvert terdiri dari :
1. Kanal air utama
Kanal air merupakan bagian utama dari konstruksi box culvert yang
berfungsi untuk mengalirkan air.
2. Tembok kepala
Tembok kepala merupakan bagian dari culvert, yang menopang ujung dan lereng jalan. Bagian yang serupa adalah tembok penahan (sayap) yang dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu dan kemiringan jalan.
3. Apron
Apron adalah lantai dasar dari culvert yang dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur.
Desain Penampang Culvert
Dalam perencanaan jalan, penempatan dan penentuan jumlah culvert, harus diperhatikan terhadap fungsi dan medan setempat, sehingga agar dapat berfungsi dengan baik, maka culvert harus
ditempatkan pada :
1. Lokasi jalan yang memotong aliran air.
2. Daerah cekung yang merupakan tempat air dapat menggenang.
3. Tempat kemiringan jalan yang cukup tajam, yang merupakan tempat air dapat merusak lereng dan badan jalan.
4. Kedalaman culvert yang aman terhadap permukaan jalan minimum 60 cm dari permukaan.
Disamping penempatan harus juga diperhatikan faktor-faktor lain sebagai bahan pertimbangan, seperti aliran air alamiah, tempat air masuk, sudut yang tajam pada hagian pengeluaran (out let).
Dengan memperhatikan faktor tersebut maka penempatan culvert disarankan untuk daerah datar dengan jarak maksimum 300 m.
Kriteria Perencanaan Culvert
Kriteria perencanaan memuat batasan-batasan atau rambu-rambu yang harus dijadikan dasar atau acuan untuk perencanaan agar tujuan proyek tercapai.
Pada dasarnya kriteria perencanaan drainase atau sistem draianse, mencakup aspek teknis dan non teknis, dimana kriteria teknis dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Kondisi Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di ruas jalan Bukit Biru dengan Margasari yang berada di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara, seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini.
1. Kriteria hidrologi.
2. Kriteria hidrolis.
3. Kriteria konstruksi.
Kriteria Hidrologi Umum
Secara umum, kriteria hidrologis menghendaki bahwa sistem drainase harus mampu mengalirkan debit rancangan dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam menetapkan debit rancangan harus
diperhitungkan :
1. Sumber air yang akan dibuang seperti air hujan, air limbah dan air tanah.
2. Letak dan karakteristik badan air penerima yang mencakup kuantitas, kualitas dan fluktuasi muka air atau debit termasuk kemungkinan adanya banjir kiriman.
3. Karakteristik daerah layanan, mencakup luas dan kemiringan
lahan atau jalan, koefisien pengaliran, dan panjang aliran yang terpanjang atau terjauh.
4. Curah hujan yang mencakup, durasi dan frekuensi curah hujan. Pada dasarnya curah hujan bersifat probabilistik sehingga panjang rangkaian data harus diambil minimal 10 tahun.
Lokasi Penelitian
Gambar 3.1 Lokasi penelitian Kondisi Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi jalan yang dijadikan sebagai objek penelitian mempunyai kondisi topografi merupakan daerah hutan berbukit, sehingga pada beberapa bagian penampang melintang jalan terdapat cekungan dan anak sungai yang memotong jalan.
Dari hasil pengamatan langsung di lapangan, terdapat dua titik cekungan yang merupakan titik atau saluran alamiah air, yang memotong posisi penampang melintang jalan, sehingga pada kedua titik tersebut direncanakan akan di pasang sistem drainase jalan dalam bentuk culvert berbentuk persegi.
Sumber Data dan Metodologi Penelitian
Sumber Data
Dalam penelitian ini, beberapa data yang digunakan bersifat sebagai data sekunder atau data yang didapat dari
pihak ketiga dalam hal ini Konsultan Perencana dan instansi terkait lainnya.
Adapun data- data sekunder yang digunakan sebagai bahan analisis data yaitu, data topografi, data tanah, dan data curah hujan tahunan.
Metodologi Perencanaan Sistem Drainase Box Culvert
Untuk merumuskan dan
memecahkan suatu masalah, maka dibutuhkan suatu pendekatan dengan metode tertentu, hal ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang akan digunakan, secara terinci dan mendalam.
Dalam perencanaan sistem drainase terdapat langkah-langkah yang harus diterapkan, hal ini bertujuan sebagai
indikator dalam keberhasilan suatu proses, sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat menghasilkan data yang diinginkan. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan sehubungan dengan perencanaan sistem drainase tipe box culvert adalah sebagai berikut :
1. Studi dokumen 2. Peninjauan lapangan 3. Pengukuran topografi
4. Survey hidrologi dan hidrolika 5. Pengujian dan penyelidikan tanah 6. Data bangunan lama
7. Analisa data 8. Perencanaan teknis
Analisa Data dan Perencanaan Teknis
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses analisa data dan perencanaan teknis sistem drainase adalah sebagi berikut :
1. Analisa data curah hujan, dimana data curah hujan rata-rata tahunan yang digunakan merupakan data curah hujan rata-rata dalam 10 tahun
terakhir yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun pengamatan di Bandara Temindung, Kota Samarinda. Penggunaan data dari stasiun hujan Bandara Temindung didasari oleh beberapa alasan, antara lain :
a. Faktor kedekatan lokasi penelitian di Kecamatan Tenggarong Seberang dengan stasiun pengamatan hujan di Bandara Temindung.
b. Stasiun pengamatan hujan di Bandara Temindung, merupakan stasiun pengamatan terdekat dengan lokasi penelitian dan mengingat tidak ada stasiun pengamatan curah hujan di Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Dari hasil analisa data topografi, hidrologi dan hidrolika ditentukan lokasi penempatan sistem drainase dengan tipe box culvert, jenis aliran merupakan aliran permukaan bebas dan panjang rencana box culvert adalah 12 meter.
3. Dari hasil analisa dan pengujian tanah di lapangan yang bersumber dari data sekunder, didapatkan bahwa jenis tanah adalah tanah lempung dan lempung berpasir.
4. Pemilihan tipe konstruksi adalah box culverlt yang terbuat dari beton bertulang.
5. Analisa data intensitas hujan dengan menggunakan metode Gumbell dan analisa untuk menentukan debit banjir rancangan berdasarkan metode rasional dan metode Manning.
6. Analisa kriteria hidrolis meliputi perhitungan bangunan transisi, kecepatan aliran dan kehilangan
tinggi energi.
7. Perhitungan dimensi kebutuhan box culvert berdasarkan metode rasional, metode Manning dan metode Talbot.
8. Perhitungan penulangan konstruksi beton bertulang berdasarkan dimensi dan beban lalu lintas terberat yang melintas. Dalam penelitian ini ditentukan kelas jalan sebagai jalan arteri.
Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian menggambarkan urutan atau langkah- langkah penelitan secara grafis. Adapun diagram alir dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam gambar-gambar di bawah ini.
Mulai
Permasala Studi
ANALISA DAN PEMBAHASAN Perhitungan Kecepatan Aliran Dalam Box Culvert
Dalam penelitian ini, jenis aliran yang akan disalurkan adalah aliran permukaan bebas (anak sungai), sehingga dengan demikian kecepatan aliran di dalam culvert dihitung berdasarkan data :
Panjang culvert (L) = 12 meter Lebar dasar anak sungai (b) = 3 meter Kemiringan minimum (m) = 2 meter Kedalaman anak sungai (d) = 3 meter Kemiringan culvert (S) = 2 persen Koefisien kekasaran Strickler (Ks) =
70 (m3/detik)
Luas penampang basah (A) anak sungai :
A = (b + m.d).d
= (3 + 2.3).3
= 27 m2
Keliling penampang basah anak sungai (P) :
Studi P = b + 2. d .
= 3 + 2. 3 .
= 16,416 m
1 m2 1 22
Pengumpulan Data Primer : - Observasi Lapangan
Pengumpulan Data Sekunder : - Data Topografi dan Tanah
Jari-jari hidrolis untuk penampang persegi (R) :
Analisis
R = b.d b 2.d
= 3.3 3 2.3 Kesimpulan
Selesai
(V) :
= 1 meter
Kecepatan aliran di dalam culvert 2.g.S.L
V =
1,5 2.g.L
4
k 2 .R 3 Gambar 3.2 Diagram alir penulisan
s
2.9,81.0,02.12 =
2.9,81.12
1,5 4
702.13
= 1,744 m/detik
1,744.3600 Kehilangan tinggi energi dengan rumus Borda :
V
a = 1000 Faktor kehilangan energi masuk =
= 6,278 km/jam Kontrol :
Kecepatan aliran dalam culvert harus lebih besar dari kecepatan aliran perambatan banjir di anak sungai.
Va > V1
6,278 km/jam > 2,439 km/jam oke Tinggi jagaan (W)
W = (0,5h)0,5
= (0,5.1)0,5
= 0,707 m
0,30
Faktor kehilangan energi kelu ar = 0,60
Kecepatan aliran di inlet (V1) = 2,439 km/jam
Kecepatan aliran di culvert (Va) = 6,278 km/jam
Kecepatan aliran di inlet (V2) : V2 = Va – V1
= 6,278 – 2,439
= 3,839 km/jam Kehilangan Energi
Kehilangan energi pada lubang
Hmasuk = masu k(Va V )2 2.g pemasukan (he) :
V2 = 0,30.(6,278 - 2,439)2
2.9,81 he = K.
2.g = 0,0587 meter
= 0,5.1,744 Hkeluar = (Va V )2
2.9,81 k elu ar 2.g
= 0,078
Kehilangan energi akibat gesekan = 0,60. (6,278 - 3,839) 2.9,81 (hf) :
hf =
=
n 2 .LV2 R 43
0,0102.12.6,2782 143
= 0,0379 meter
Kehilangan tinggi energi akibat gesekan dapat dihitung dengan persamaan :
C = Ks.R1/6
= 70.11/6
= 0,0472 = 70
V2 .L Kehilangan energi akibat tinggi
kecepatan (hv) : V 2 hv =
2g
Hf =
=
C2 .R 6,2782.12
702.1
= 6,278 2.9,81
= 2,0088
1
2
2 2
2
Total kehilangan energi h : h = he + hf + hv
= 0,078 + 0,0472 + 2,0088
= 2,134 m
= 0,09652
Sedangkan untuk total kehilangan tinggi energi untuk aliran di gorong-gorong adalah :
H = Hmasuk + Hf + Hkeluar
= 0,0587 + 0,09652 + 0,0379
= 0,19312 Penentuan Dimensi Gorong-gorong
Untuk menentukan dimensi gorong- gorong dapat dipakai rumus :
A = Q V
= 2,288 6,278
= 0,364 m2
Selanjutnya berdasarkan kebutuhan
= 2,8 – (0,5.0,2) – (0,5.0,2)
= 2,6 m h2 = h1 + 0,5.ta
= 0,1 + (0,5.0,2)
= 0,2 m
h3 = h1 + H0 + 0,5.ta
= 0,1 + 2,8 + (0,5.0,2)
= 3 m
Beban akibat berat kendaraan (P) : luas tampang, maka dapat direncanakan 2P
dimensi culvert dengan metode coba-coba, dimana luas culvert coba-coba harus lebih besar dari luas berdasarkan debit dan
P1 + i =
=
(1 i) L
2.8 (1 0,2) 5
kecepatan aliran. Dicoba dengan dimensi awal :
Tinggi culvert (H) = 300 cm Lebar culvert (B) = 300 cm
= 3,84 ton/m2 w1 = 2. h1 + L1
= 2. 0,1 + 0,2
= 0,40 m Tebal plat atas (ta) = 20 cm P
Tebal plat samping (ts) = 20 cm Tebal plat bawah (td) = 20 cm Tebal timbunan tanah (h1) = 10 cm
PV1 =
=
Vi
w i 3,84 0,40 Lebar tempat
kendaraan (L) = 500 cm
Lebar pijakan ban (L1) = 20 cm Berat jenis tanah ( s) = 2,536 ton/m3 Berat jenis beton bertulang ( c) = 2,500 ton/m3
Sudut geser dalam ( ) = 4,940 (Data direct shear terlampir) Koefisien kepadatan tanah ( ) = 1 Koefisien bentur muatan hidup (i) = 0,2 Beban kendaraan (P) = 8 ton Lebar as gorong-gorong (B0) :
B0 = B – ts
= 3 – 0,2
= 2,8 m
Tingi as gorong-gorong (H0) :
H0 =
=
H – 0,5.ta – 0,5.tb
3 – (0,5.020) – (0,5.0,2)
= 2,8 m
B1 =
=
B0 - ts
2,8 – 0,2
= 2,6 m
H1 = H0 – 0,5.ta – 05.td
= 9,6 ton/m2
Beban tekanan tanah samping (PVD1) :
PVD1 = . s . h1
= 1 . 2,536 . 0,10
= 0,254 ton/m2 D1 = B . ta . c
= 3. 0,2 . 25
= 1,5 ton D2 = 2 . H1. ts . c
= 2. 2,6 . 0,2 .2,5
= 2,6 ton D1 1,5
B0 =
2,8
= 0,5357 ton/m2 PV
= 0,7890 ton/m2 Tekanan tanah aktif (Ka) :
tg2
45 4,94 Ka =
2
= 0,841
Tekanan tanah (Phd) pada bagian = 277,794 KN
Kemampuan beton menerima geser (Vc) samping gorong-gorong :
Phd1 = Ka . s . h2
= 0,841 . 2,536 . 0,2
= 0,427 ton/m2
: Vc = f '
c b .dw
24,9 Phd2 =
Ka . s
. h3
= 0,841 . 2,536. 3
= 0,6 1000.170 6
= 6,399 ton/m2
Tekanan tanah pada (Ph) pada bagian bawah gorong-gorong :
Ph = Phd1 + Phd2
= 0,427 + 6,399
= 6,825 ton/m2
Perhitungan Penulangan Culverlt
Mutu beton = K-300
= 84829,829 N < 277794 N Perlu tulangan geser
Gaya geser yang disumbangkan oleh tulangan geser (Vs) :
V = Vu
V
s
c
= 277,794
84,829 0,60
= 378,161 KN Menentukan jarak x :
Vc Kuat tekan yang diisyaratkan (f’c) : x = 0,50.L.
Vu / f’c =
300 . 0,083
= 24,90 MPa Tinggi efektif plat (d) :
= 1500. 84,829 462,99
d = h – p
= 200 – 30
= 170 mm
Perhitungan Penulangan Plat Atas
D1 D1
= 0,254 + 0,5357 B0
Mutu baja = 400 MPa
Tegangan leleh baja (fy) Lebar tinjauan 1 meter
=
=
390 MPa 1000 mm
Tebal selimut beton = 30 mm
6
Berat sendiri plat : 0,20 . 2,5 = 0,50 ton/m2 Berat sendiri aspal : 0,05 . 2,2 = 0,11 ton/m2 Berat sendiri tanah = 0,73 ton/m2 Total beban mati (WDL) = 1,34 ton/m2
= 274,82 mm ~ 275 mm Perhitungan daerah geser I : I = 1500 – 275
= 1225 mm
Perhitungan daerah geser I I : I = 1225/2
= 612,5 mm
Kontrol syarat jarak sengkang :
Beban kendaraan pada plat (WLL) = 9,60 ton/m2
Kombinasi pembebanan :
s < d
2 400 2
= 200 mm
Wu = 1,2.WLL + 1,6.WLL
= 1,2. 1,34 + 1,6.9,06
= 16,104 ton/m2
= 161,04 KN/m2
s < 600 mm
Luasan tulangan geser (As) : As = 0,25..d2
= 0,25..102 Kontrol terhadap persyaratan geser : 2
Gaya geser ultimit (Vu) :
W .l
= 78,50 mm
Luasan tulangan geser total : Av = 2.As
Vu = 1,15
u n
2 = 2.78,50
= 157 mm2
161,04.3
= 1,15
2 Jarak antar tulangan geser : Daerah I :
Vs = s =
A v .f y .d s A v . fy . d Vs
3,1344 = 312. – 2561,407.2
= 2561,407.2 – 312 + 3,1344 Dengan menggunakan persamaan polinomial pangkat dua, maka nilai didapat :
= 157.400.400 66970
= 375 mm Digunakan 200 mm Daerah II :
A = b .s 3.f y s = 3.A v .f y
b
1 = 0,11075
2 = 0,01104
Diambil nilai yang kecil sebagai dasar perhitungan.
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan minimum (min) :
min 1,4
f y 1,4
= 3 . 1
57.4 00
200
= 942 mm Digunakan 200 mm Perhitungan momen tumpuan :
1
v
=
= 3 90
=
0,00358
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan maksimum (maks) :
maks = 0,75.b
MTA = .W .L2 0,85.f ' 600
16 u
= 1
.161,04.32
b = 1. c f 600 f 16
= 90,585 kNm = 0,85. 0,85.24,9 600
Momen lapangan pelat :
M = 1 .W .L2
= 0,02795
maks = 0,75.b
390 600 390
14
= 1
.161,04.32 14
= 103,525 kNm
Penentuan nilai rasio penulangan pelat pada daerah tumpuan () :
MTA = 90,585 kNm
6
= 0,75.0,02795
= 0,02096
Kontrol terhadap rasio penulangan :
min maks
0,00358 0,01104 0,02096 Syarat rasio penulangan terpenuhi AS = .b.d
M u
bd 2 = 90,585 10 1000.(170)2
= 3,1344 N/mm2
= 0,01104.1000.170
= 1876,80 mm2
Dicoba dengan diameter D19 mm
f ASD = 0,25..D2 M u = ..f .0,588.1 y . 2 bd2 y f ' = 0,25..19
3,1344 =
c = 283,528 mm2 Jarak antar tulangan (s) :
390 A .b 0,8..390.1 0,588. .
24,9
s = SD
AS
= 283,528.1000 1876,80
= 151,069 mm 100 mm Pada daerah tumpuan dipasang tulangan D19 – 100 mm.
Penentuan nilai rasio penulangan pelat pada daerah lapangan () :
MLAB = 103,525 kNm
maks = 0,75.b
= 0,75.0,02795
= 0,02096
Kontrol terhadap rasio penulangan :
min maks
0,00358 0,01283 0,02096 Syarat rasio penulangan terpenuhi AS = .b.d
M u = 103,525 106 = 0,01283.1000.170
bd 2 1000.(170)2 2
= 3,5821 N/mm2
= 2181,10 mm
Dicoba dengan diameter D19 mm ASD = 0,25..D2
f 2
LAB u
y y
M u = ..f .0,588.1
y .
= 0,25..19
bd2 y f ' 3,5821 =
c = 283,528 mm2 Jarak antar tulangan (s) :
390
s = ASD .b 0,8..390.1 0,588. .
24,9 A
S 3,5821 = 312. – 2561,407.2
= 2561,407.2 – 312 + 3,5821
Dengan menggunakan persamaan polinomial pangkat dua, maka nilai didapat :
= 283,528.1000
2181,10
= 129,993 mm 100 mm Pada daerah lapangan dipasang tulangan D19 – 100 mm.
Perhitungan Penulangan Plat Samping
Diambil nilai yang kecil sebagai dasar perhitungan.
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan minimum (min) :
1,4
Berat sendiri plat : 0,20 . 2,5 = 0,50 ton/m2 Beban tekanan tanah bagian atas = 0,19 ton/m2 Beban tekanan tanah bagian bawah = 6,82 ton/m2 Beban tekanan tanah rata-rata = 3,50 ton/m2
Kombinasi pembebanan : Wu = 1,2.WLL + 1,6.WLL
min
= f y
= 1,4 390
= 1,2. 0,50 + 1,6. 3,50
= 6,200 ton/m2
= 62,00 KN/m2
= 0,00358
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan
Kontrol terhadap persyaratan geser : Gaya geser ultimit (Vu) :
W .l maksimum (maks) :
maks = 0,75.b
Vu = 1,15
u n 2
62.3 0,85.f ' 600 = 1,15
b = 1. c
f 600 f 2
y
= 0,85.
y
0,85.24,9 600
= 106,950 KN
Kemampuan beton menerima geser (Vc)
= 0,02795
390 600 390
f 'c M u = 17,055 106 : V =
b .d
bd 2 1000.(170)2
= 0,5901 N/mm2
= 0,6 6 24,9 1000.170 bdM u 2 = ..f .y 0,588. 1 f ' f y .
= 84829,829 N < 106950 N Perlu tulangan geser minimum Kontrol syarat jarak sengkang :
0,5901 =
c
390
1 = 0,10897
2 = 0,01283
6 w c
0,8..390.1 0,588. . s < d 24,9
400
= 200 mm 2 2
s < 600 mm
Luasan tulangan geser (As) : As = 0,25..d2
= 0,25..102
= 78,50 mm2
Luasan tulangan geser total : Av = 2.As
= 2.78,50
= 157 mm2 Jarak antar tulangan geser : s = 3.A v .f y
b
0,5901 = 312. – 2561,407.2
= 2561,407.2 – 312 + 0,5901
Dengan menggunakan persamaan polinomial pangkat dua, maka nilai didapat :
1 = 0,11988
2 = 0,00192
Diambil nilai yang kecil sebagai dasar perhitungan.
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan minimum (min) :
min 1,4
f y
= 3.157 .390
1000 = 1,4
390
= 183,69 mm Digunakan 150 mm
Perhitungan momen tumpuan : 1
= 0,00358
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan maksimum (maks) :
MTA
= .W .L2
16 maks = 0,75.b
0,85.f ' 600
= 1
.30,32.32 16
b = 1. c f 600 f
= 17,055 kNm
= 0,85. 0,85.24,9
600 Momen lapangan pelat :
M = 1 .W .L2
LAB
14 u
= 0,02795
maks = 0,75.b
390 600 390
= 1
.30,32.32 14
= 19,491 kNm
Penentuan nilai rasio penulangan pelat pada daerah tumpuan () :
MTA = 17,055 kNm
= 0,75.0,02795
= 0,02096
Kontrol terhadap rasio penulangan :
min maks
0,00358 0,00192 0,02096
Syarat rasio penulangan tidak terpenuhi Digunakan nilai rasio penulangan minimum sebagai dasar perhitungan
kebutuhan penulangan.
AS = .b.d
= 0,00192.1000.170
= 326,40 mm2
Dicoba dengan diameter D16 mm ASD = 0,25..D2
= 1,4 390
= 0,00358
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan maksimum (maks) :
maks = 0,75.b
=
u
y y
= 0,25..162 b = 0,85.f 'c
1
600
= 201,061 mm2 f y 600 f y Jarak antar tulangan (s) :
= 0,85. 0,85.24,9 600
s = ASD .b
AS = 0,02795
maks = 0,75.b
390 600 390
= 201,061.1000 326,40
= 615,995 mm 200 mm
= 0,75.0,02795
= 0,02096
Kontrol terhadap rasio penulangan : Pada daerah tumpuan dipasang
tulangan D16 – 200 mm.
min maks
Penentuan nilai rasio penulangan pelat pada daerah tumpuan () :
MTA = 19,491 KNm
6
0,00358 0,22013 0,02096
Syarat rasio penulangan tidak terpenuhi Digunakan nilai rasio penulangan minimum sebagai dasar perhitungan M u
=
19,49110 kebutuhan penulangan.
bd 2 1000.(170)2
= 0,6744 N/mm2
f
AS = .b.d
= 0,00192.1000.170
= 326,40 mm2 M u = ..f .0,588.1
y . bd2
0,6744 =
y f ' c
390
Dicoba dengan diameter D16 mm ASD = 0,25..D2
= 0,25..162 0,8..390.1 0,588. . 2
24,9
= 201,061 mm
Jarak antar tulangan (s) :
0,6744 = 312. – 2561,407.2 ASD .b
= 2561,407.2 – 312 + 0,6744 s = Dengan menggunakan persamaan S
polinomial pangkat dua, maka nilai didapat :
1 = 0,11960
2 = 0,22013
Diambil nilai yang kecil sebagai dasar perhitungan.
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan minimum (min) :
1,4
= 201,061.1000 326,40
= 615,995 mm 200 mm Pada daerah tumpuan dipasang tulangan D16 – 200 mm.
Untuk perhitungan penulangan pelat bawah dan sayap disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
min = f y
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
.
A
Dari hasil analisi dan pembahasan untuk perhitungan box culvert dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kebutuhan penampang box culvert untuk menyalurkan air dengan debit banjir rancangan sebesar 2,285 m3/detik adalah tinggi 300 cm, lebar 300 cm dan panjang 1200 cm.
2. Penulangan untuk box culvert disajikan pada tabel di bawah ini.
Saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan sehubungan dengan perhitungan box culvert adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan kebutuhan luas penampang box culvert, sebaiknya didasarkan pada debit banjir maksimum dan hasil perhitungan kehilangan energi.
2. Penampang box culvert rencana harus mampu menahan beban lalu
lintas, yang melintas di atasnya, sehingga harus direncanakan sesuai dengan kelas jalan berdasarkan muatan sumbu terberat.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak C., (1995) Hidrologi Dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Prees, Yogyakarta.
Manual No.01-1/BM/2005, Tentang Hidrolika Untuk Jalan Dan Jembatan, Depertemen Pekerjaaan Umum
Manual No.01-2/BM/2005, Tentang Hidrolika Untuk Jalan Dan Jembatan, Depertemen Pekerjaaan Umum
SNI 03-3424-1994, Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Depertemen Pekerjaaan Umum
Sri Harto Br., 2000, Hidrologi Teknik, Garamedia Pustaka Utama, Jakarta