• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERHUTANAN SOSIAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERHUTANAN SOSIAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRES REDD+ FASE TRANSISI KERJASAMA RI-NORWAY PADA

DITJEN PSKL

OLEH:

Dr. HADI DARYANTO

DIREJEN PSKL-KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

(2)

Latar Belakang

1. Di bawah BP Redd+ ada kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu resolusi konflik, dan perlindungan dan pengakuan MHA

2. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 dibentuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan dalam RPJMN 2015-2019 ditetapkan Program Perhutanan Sosial seluas 12,7 juta Ha melalui HD, HKm, HTR, Kemitraan dan Hutan Adat.

3. Berkaitan dengan program Redd+ dalam transisi kerjasama RI- Norway, kegiatan pemberdayaan masyarakat dibawah Redd+

dilanjutkan menjadi bagian program Perhutanan Sosial di PSKL

(3)

3 FOKUS KEGIATAN UTAMA FASE TRANSISI REDD+

PADA DITJEN. PSKL

1. Kegiatan Resolusi Konflik (Direktorat Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat) berkoordinasi dengan Dit. Kawasan Konservasi Ditjen KSDAE dan Dit. Usaha Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu Ditjen. PHPL

2. Kegiatan Perhutan Sosial (Direktorat Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial, Direktorat Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Direktorat Kemitraan Lingkungan) bekerjasama dengan Pusat Penyuluhan BP2SDM

3. Kegiatan Perlindungan dan Pengakuan Masyarakat Hukum Adat

(Direktorat Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat)

(4)

KEGIATAN RESOLUSI KONFLIK

1. Pengembangan kebijakan untuk memperkuat mekanisme resolusi konflik (Panduan mekanisme alur pengaduan, kriteria pengaduan dan penanganan konflik; Pembangunan sistem online tracking penanganan konflik dan Pemetaan Konflik di 3 Provinsi)

2. Peningkatan kapasitas untuk melakukan resolusi konflik yang efektif (Peningkatan Kapasitas Assessor dan Mediator tingkat provinsi; Pelatihan Resolusi Konflik untuk Pemerintah daerah ; Serial FGD Resolusi Konflik untuk Internal KLHK -tingkat nasional dan Serial Penanganan kasus konflik di Jambi dan Riau)

3. Pemetaan permasalahan dan mengembangkan rekomendasi

penanganan konflik di TN terpilih sebagai kegiatan pilot (FGD

Follow Up Pemetaan Konflik di Taman nasional Kerinci seblat

dan Taman Nasional Teso Nilo ; Penyusunan Rekomendasi

Resolusi Konflik, Diseminasi Pembelajaran)

(5)

CAPAIAN

a. Ditandatanganinya MoU antara PT REKI dengan Masyarakat Batin Sembilan :

1. Sei Beruang/Kelompok Gelinding Marga Batin Kandang Rebo Bawah Bedaro dengan luas lahan 26 Ha mencakup 9 Kepala Keluarga (27 Jiwa)

2. Sei Kelompang/Kelompok Mitrazone Marga Batin kandang Rebo dengan luas lahan 353 Ha mencakup 23 Kepala Keluarga (91 Jiwa)

3. Pasirah Pintang Iman Simpang Macan Luar dengan luas lahan 399 Ha mencakup 55 Kepala Keluarga (206 Jiwa)

4. Bawah Bedaro/Kelompok Simpang tanding Marga Batin Kandang Rebo Bawah Bedaro dengan luas lahan 675 Ha mencakup 17 Kepala Keluarga (66 Jiwa)

5. Kelompok RT.20, RT.21, RT.37 dan RT.38 Dusun Kunangan Jaya I Desa Bungku seluas 1.219,06 Ha oleh 171 KK 6. Tersusunnya Rencana Pengelolaan dan Mekanisme Monev pelaksanaan MoU

b. Kesepakatan Penyelesaian Konflik di Taman Nasional Tesso Nilo melalui Perjanjian Kerjasama antara Balai Taman Nasional Tesso Nilo dengan desa Lubuk Kembang Bunga dan desa Air Hitam tentang Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem Kawasan Konservasi di Taman Nasional Tesso Niloseluas 3.000 Ha siap ditandatangani c. Telah ditandatanganinya Peraturan Menteri LHK No.84 Tahun 2015 tentang Penanganan Konflik

d. Tersusunnya draft final Peraturan Direktur Jenderal PSKL tentang Asesor dan Mediator yang siap ditandatangani oleh Dirjen PSKL

e. Tersusunnya draft Renstra Mini Pemetan Konflik Tenurial dan Hutan Adat

f. Tersusunnya ‘dummy-system’ pengaduan dan pemantauan penanganan konflik pada Direktorat PKTHA, meliputi pembangunan/pengembangan website/page Sistem Database Konflik dan Peta Konflik

g. Tersusunnya draft dokumen panduan untuk penapisan penanganan konflik

(6)

Dummy-system’ pengaduan dan pemantauan penanganan

konflik

(7)
(8)
(9)

KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PENGAKUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT (PPMHA )

1. Percepatan proses pengakuan dan perlindungan terhadap hak masyarakat Hukum Adat ( Fasilitasi koordinasi para pemangku kepentingan dalam PPMHA pada tingkat nasional; penyusunan Naskah Arahan (guidelines) untuk proses inventarisasi komunitas adat untuk pengukuhan Hutan Adat; Fasilitasi koordinasi dan konsolidasi multi pihak untuk kesepakatan penunjukan Wali Data bagi kawasan MHA dan Fasilitasi penyusunan Peraturan Menteri terkait Perlindungan Kearifan Tradisional dan Pengelolaan Lingkungan Oleh Masyarakat Adat)

2. Percepatan pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat Adat di tingkat

Kabupaten (Fasilitasi penyusunan Perda pengukuhan Hutan Adat, Pelatihan

pemetaan partisipatif, penyusunan peta dan verifikasi serta pengajuan hak atas

wilayah adat kepada DPRD; Pelatihan kapasitas bagi pemerintah kabupaten dalam

hal penyusunan draft Perda terkait PPMHA, Fasilitasi proses parlemen di daerah

dalam penyusunan PERDA, Studi banding anggota DPRD dan Fasilitasi proses

pengukuhan hutan adat di Kabupaten Merangin, Tanah Datar dan Mentawai )

(10)

CAPAIAN PROGRAM PPMHA

1. Peraturan Menteri LHK Nomor P.32/Menlhk-Setjen/2015 tentang Hutan Hak 2. Tersusun dan terkonsultasikannya Draft Peraturan Menteri LHK tentang Tata Cara

Perlindungan dan Pengakuan Kearifan Lokal

3. Terverifikasinya 5 Hutan Adat di Provinsi Jambi yang dimohon oleh 5 masyarakat hukum adat untuk ditetapkan menjadi Hutan Adat oleh Menteri LHK yaitu :

Hutan Adat Bukit Sembahyang dan Padun Gelanggan, di Desa Air Terjun, Kecamatan Siluak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, seluas 39,04 ha;

Hutan Adat Bukit Tinggai, Desa Sungai Deras, Kecamatan Air Hangat Timur, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, seluas 41,27 ha;

Hutan Adat Tigo Lurah Permenti Yang Berenam, Desa Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, seluas 152 ha;

Hutan Adat Tigo Lurah Kemantan, Desa Kemantan Kabalai, Desa Kemantan Tinggi, Desa Kemantan Darat, Desa Kemantan Mudik, Desa Kemantan Raya, dan Desa Kemantan Agung, Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, seluas 426 ha;

dan

Hutan Adat Desa Rantau Kermas, Desa Rantau Kermas, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, seluas 130 ha

4. Tersusun-nya Draft Buku Saku Pedoman Penyusunan Produk Hukum Daerah Untuk Pengakuan Dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat dan

5. Ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Merangin tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat Marga Serampas dalam sidang Paripurna DPRD Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi, saat ini Perda sedang dalam proses penomoran 6. Mulai dibahas Draft Perda PPMHA Kabupaten Mentawai oleh DPRD

7. Terkonsultasikannya Draft Perda PPMHA Malalo Tigo Jurai Kabupaten Tanah Datar ditingkat komunitas , Pemerintah Daerah dan Legislatif

8. Tersosialisasikannya Skema Hutan Adat kepada para pihak di Provinsi Sumatera Barat

(11)

KEGIATAN PERHUTANAN SOSIAL

1. Pembuatan sistim online Akses Kelola Perhutanan Sosial serta Penyusunan dan pembahasan PIAPS

2. Penyusunan Perdijen PSKL terkait dengan sistim online, Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial (Pokja PPS)

3. Pembahasan revisi Peraturan Menteri terkait dengan HD, HKM, HTR dan Kemitraan 4. Konsultasi dan finalisasi PIAPS Provinsi Sumatera Barat

5. Fasilitasi kemitraan lingkungan antara para kelompok pengelola skema perhutanan sosial di Kabupaten Tanah Datar, Padang Pariaman dan Kabupaten Pasaman Barat

6. Koordinasi dan konsolidasi Lintas Direktorat Jendral untuk mendukung pencapaian target 500.000 Ha skema Perhutanan Sosial di Sumatera Barat (BUPS, PKPS, KL, PKTHA, PUSLUH)

7. Peningkatan kapasitas penyuluh Kehutanan didalam mendukung target perluasan skema Perhutanan Sosial seluas 200.000 ha pada akhir tahun 2016

8. Penyusunan strategi pencapaian target 200.000 dengan pelibatan donor,KLHK, LSM Pendamping, Perguruan Tinggi

9. Penguatan Kelembagaan Pengelola dan Dukungan Livelihood untuk Kelompok Pengelola HN, HKm

(12)
(13)

LOKASI KEGIATAN

1.Lokasi di Provinsi Sumatera Barat (Fokus di Kabupaten Solok Selatan, Sijunjung, Padang Pariaman, Pasaman dan Agam).

2.Sumatera Barat sebagai Provinsi “pelopor” didalam implementasi spirit keberpihakan dan ekselerasi pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat dengan bentuk Hutan Nagari, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Rimbo Larangan dan bentuk lainnya sebagai salah satu wujud implementasi perhutanan sosial. Bahkan Gubernur Sumatera Barat sejak 3 tahun lalu sudah mencanangkan target minimal 500.000 kawasan hutan negara pengelolaannya dikembalikan kepada masyarakat Nagari

3.Bekerja sama dengan KLHK dengan Koordinasi pada Direktorat Jendral Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL), khususnya di Direktorat Direktorat Penyiapan Areal Perhutanan Sosial (PAPS), Direktorat Kemitraan Lingkungan (KL) dan Direktorat Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial (PUPS). Sedangkan yang terkait dengan penguatan kapasitas penyuluh , berkoordinasi dengan Pusat Penyuluhan (Pusluh) pada Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kehutanan(BP2SDM).

4.Mitra Daerah (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Kehutanan Kabupaten

Solok Selatan, Sijunjung, Padang Pariaman, Agam dan Pasaman, Bakorluh Provinsi

Sumatera Barat, BPDAS Agam Kuantan, Batanghari dan Indragiri Rokan, KKI WARSI,

QBAR, WALHI Sumatera Barat

(14)

CAPAIAN PERHUTANAN SOSIAL

1. Sistem on-line Akses Kelola Perhutanan Sosial telah diselesaikan – dan saat ini dioperasikan penuh oleh ditjen PSKL – KLHK.

2. Tersusun dan terkonsultasikannya Draft Peraturan Menteri LHK tentang HD, HKM dan HTR, Draft Perdirjen PSKL tentang Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial/Pokja PPS dan Draft Peraturan Menteri LHK tentang Kemitraan

3. Peta PIAPS telah diselesaikan dan dikomunikasikan dalam rapat terbatas Kabinet oleh Menteri LHK

4. Peta PIAPS Sumatera Barat (Kabupaten Solok Selatan dan Padang Pariaman) telah diselesaikan, dan dijadikan rujukan model Peta Nasional

5. Adanya kesepakatan ‘Payment for Eco-system Services’ antara masyarakat nagari Malalo dengan PT. PLN dan antara masyarakat Nagari Sungai Buluh dengan PT. Angkasa Pura II, sedangkan untuk Pasaman Barat proses kemitran lingkungan mengalami sedang berjalan

6. Tersosialisasikannya Skema Perhutanan Sosial diseluruh Provinsi Sumatera Barat

7. Masuknya skema Perhutanan Sosial didalam RPJPD dan RPJMD serta dijadikannya lokasi Perhutanan Sosial sebagai basis pembangunan

8. Adanya 27 PAK untuk Hutan Nagari, 31 HKm dan 4 HTR

9. Telah terlatih dan Terbangunnya Jaringan Jurnalisme Warga Kelompok Pengelola PHBMN pada 62 Nagari sebagai media pembelajaran, kampanye dan pemasaran

10. Terkuatkannya 70 orang Penyuluh Kehutanan sebagai fasilitator Perhutanan Sosial

11. Dukungan Dit. BUPS untuk penguatan kelembagaan, peralatan dan dana BLU untuk 5 Kelompok Pengelola HN dan HKm

12. Dukungan Livelihood pada 9 kelompok pengelola di 4 Kabupaten

13. Siapnya 2 lokasi model untuk pengembangan ekowisata berbasis Perhutanan Sosial (Nagari Sungai Buluah dan Nyarai)

(15)

SISTIM PERIZINAN ONLINE REAL KERJA PERHUTANAN SOSIAL

(16)
(17)

PETA PIAPS SUMATERA BARAT SEBAGAI MODEL

(18)

Dampak Praktis Kegiatan PS dalam Kerangka REDD+ (Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca)?

1. Kasus Sumatera Barat (40 Giga Ton C02 eq. ):

a. Komitmen dari Pemda untuk mencapai target 500.000 Ha kawasan hutan dikelola masyarakat dalam skema Perhutanan Sosial melalui RPJMD, RPJPD, Wilayah Pembangunan utama

b. Pengelolaan Hutan Nagari yang terbukti pengelola carbon stock berbasis kearifan lokal seluas 500.000 Ha c. MoU Pemprov dengan 13 Kabupaten/Kota Se Sumbar Implementasi REDD dengan Pengembangan PS d. MoU Pemprov dengan Dunia Usaha dalam Pengem-bangan Model Nagari PS (PT Semen Padang)

e. MoU Dishut dengan LSM dalam pendampingan dan Pengembangan Perhutanan Sosial (KKI Warsi, Kemitraan, Q Bar, Kehati, Pundi Sumatera, CO2BV dan FFI)

f. MoU Dishut dengan Perguruan Tinggi untuk KKN Tematik Pengembangan PS (UNAND, UMSB)

g. MoU Dishut dengan SKPD Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kelautan/Perikanan, Bakorluh untuk Basis kegiatan Pembangunan dalam Areal Kerja PS

2. Kasus Jambi:

a. MoU PT. Reki dengan masyarakat dalam penyelesaian konflik untuk menambah dan menahan stok karbon melalui IUPHHK- RE

b. MHA di Kabupaten Merangin mampu mengelola stok karbon seluas 50.000 Ha

c. Kabupaten Bungo masyarakat mampu mengelola stok karbon seluas 47.000 Ha pada kawasan Bujang Raba

3. Kasus Riau:

a. Di TN Teso Nilo penyelesaian konflik Desa Lubuk Kembang Bungo dan Desa Air Hitam dalam pemulihan ekosistem menjaga dan menambah stok karbon

b. Suku Sakai di Riau dengan PT. Arara Abadi untuk kepastian pengelolaan oleh masyarakat

(19)

Apa Dampak Kebijakan PS dalam Kerangka REDD+ (Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca)?

1. Pengakuan dan Perlindungan Hutan Hak untuk melakukan kegiatan Perhutanan Sosial dengan terbitnya P.32/Menlhk-Setjen/2015

2. Penyelesaian Konflik Tenurial dengan terbitnya Peraturan Menteri LHK No P.84/Menlhk-Setjen/2015 3. Terbentuknya Jaringan Kelompok Kerja Perhutanan Sosial dengan nama contact person di lapangan.

4. Kemudahan pelayanan Perhutanan Sosial melalui layanan elektronik 5. Draft PIAPS

6. Dukungan kebijakan beberapa Kepala Daerah dengan berlakunya UU No 23 tahun 2014, namun ada hilangnya dukungan Bupati dan Walikota

7. Dukungan Internasional terhadap Perhutanan Sosial

8. Dukungan dari suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia

(20)

PEMBELAJARAN PROGRAM

PERHUTANAN SOSIAL DI

SUMATERA BARAT

(21)

Prof. H. Irwan

Prayitno (Gubernur Sumatera Barat)

500.000 Ha Kawasan Hutan di Sumatera Barat

dialokasikan untuk dikelola masyarakat melalui Hutan Nagari, Hutan Kemasyarakatan,

Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Adat untuk

peningkatan kesejahteraan

masyarakat

(22)

KOMITMEN PEMDA PROVINSI SUMATERA BARAT DI DALAM PERHUTANAN SOSIAL DAN REDD+

1. Dukungan Kebijakan Perluasan dan Penguatan Skema Perhutanan Sosial, masuk dalam RPJPD dan RPJMD, RAD-GRK, SRAP REDD+

dan RKTP Sumbar

2. Dukungan Kelembagaan : Adat (KAN, Bundo Kanduang, LKAAM), Pemerintahan (Wali Nagari, Bamus, BPAN), Kelp.

Masyarakat (KTH, KWT, HN, HKm)

3. Dukungan Management : KISS, Motivasi, Monev

4. Fasilitasi : Anggaran, Kegiatan, Diklat dan Peningkatan

Kapasitas lainnya

(23)

MEMBENTUK KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL PROVINSI SUMBAR

MENYUSUN ROAD MAP (RENCANA KERJA)

PENGEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DENGAN TARGET 500.000 Ha

MELAKUKAN KERJASAMA MULTI PIHAK DALAM PENGEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL

1

2

3

4 MENJADIKAN AREAL KERJA PERHUTANAN

SOSIAL SEBAGAI BASIS LOKASI PEMBANGUNAN

(24)

KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL PROVINSI SUMATERA BARAT

1.Pusat Layanan Informasi Perhutanan Sosial

2.Forum Koordinasi Pihak Terkait (PerguruanTinggi, Pemerintah,

LSM, Komunitas, Dunia Usaha)

3.Faslitasi dan Pendampingan Proses usulan dan perijinan

1

(25)

1.Panduan dan arahan

Pengembangan Perhutanan Sosial

2.Rencana Indikatif Spasial pengembangan Perhutanan Sosial

3.Penetapan Target 500.000 Ha (30% dari luas HL dan HP

Sumatera Barat)

4. Strategi dan program/

kegiatan pendukung

2 MENYUSUN ROAD MAP (RENCANA KERJA)

PENGEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DENGAN

TARGET 500.000 Ha

(26)

KERJASAMA MULTI PIHAK DALAM

PENGEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL

1. Membangun Kesepahaman Multipihak

2. Komitmen Kerjasama Pengembangan Perhutanan Sosial 3. MoU (Dokumen Kerja Sama)

4. Dukungan Kegiatan dan Pembiayaan Multi Pihak

3

(27)

MENJADIKAN AREAL KERJA PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI BASIS LOKASI PEMBANGUNAN

1. JASA LINGKUNGAN DAN EKOWISATA 2. AGROFORESTRY

2. SILVOFISHERY 4. SILVO PASTEUR 6. HOME INDUSTRY/UMKM 3. SIPIL TEKNIS 7. PLTMH 8. SEKOLAH LAPANG/ALAM DLL

4

(28)

ARAHAN TARGET PHBM (Roadmap)

HL HP TOTAL

1. KAB. AGAM 21.457,18 10.744,48 32.201,66 25.000 2. KAB. DHARMASRAYA 8.463,60 23.208,01 31.671,62 25.000 3. KAB. KEP. MENTAWAI 7.310,90 116.831,39 124.142,29 20.000 4. KAB. LIMA PULUH KOTA 117.324,71 24.722,35 142.047,05 70.000 5. KAB. PADANG PARIAMAN 15.624,54 - 15.624,54 10.000 6. KAB. PASAMAN 106.931,43 26.297,04 133.228,47 71.000 7. KAB. PASAMAN BARAT 49.555,36 17.816,22 67.371,58 46.500 8. KAB. PESISIR SELATAN 22.743,75 48.103,34 70.847,09 37.500 9. KAB. SIJUNJUNG 73.669,65 23.796,05 97.465,70 50.000 10. KAB. SOLOK 92.616,41 18.097,78 110.714,19 60.062 11. KAB. SOLOK SELATAN 66.506,89 26.127,21 92.634,10 50.000 12. KAB. TANAH DATAR 17.632,72 9.317,98 26.950,70 20.000 13. KOTA BUKITTINGGI - - - - 14. KOTA PADANG 7.225,72 35,54 7.261,26 5.000 15. KOTA PADANG PANJANG 398,44 - 398,44 398 16. KOTA PARIAMAN - - - - 17. KOTA PAYAKUMBUH 347,28 - 347,28 347 18. KOTA SAWAHLUNTO 120,60 8.793,43 8.914,04 8.914 19. KOTA SOLOK 279,74 - 279,74 279 T O T A L 608.208,92 353.890,82 962.099,74 500.000

No. KAB/KOTA

LUAS AREAL POTENSIAL (HA)

TARGET (HA)

(29)

PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL (PHBM)

0 2 4 6 8 10 12

s/d 2011 2012 2013 2014 Okt-15

Unit PHBM (x 10) Luas Areal Kelola (x 10.000)

Anggota (x 10.000)

Catatan:

Peningkatan yang significant terjadi setelah pembentukan Pokja dan

Roadmap Pengembangan Perhutanan Sosial pada tahun 2012 dan

kerjasama multi pihak pada tahun 2014.

(30)

No. Kabupaten/Kota JUMLAH LEMBAGA/KELOMPOK

Ket.

HUTAN NAGARI HKm HTR Hutan Adat

1. Pasaman Barat 2 7 1 -

2. Pasaman 3 11 - -

3. Lima Puluh Kota - 1 - -

4. Tanah Datar - - - 1

5. Solok 4 1 - -

6. Solok Selatan 7 - - -

7. Pessir selatan - - 2 -

8. Sijunjung 9 2 1 -

9 Dharmasraya - - - -

10 Kep. Mentawai - - - 2

11 Padang Pariaman 2 3 - -

12 Padang - 2 - -

13 Sawahlunto - 2 - -

14 Agam - 1 - -

15 Padang Panjang - 1 - -

Jumlah Total 27 31 4 3 65

SEBARAN PS DI PROVINSI SUMATERA BARAT

(31)

STATUS PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA BARAT

NO KABUPATEN LUAS KETERANGAN

1 LPHN Simanau Solok 1.088 HPHN

2 LPHN Simancuang Solok Selatan 650 HPHN

3 LPHN Sungai Buluah Padang Pariaman 1.336 HPHN

4 LPHN Pulakek Koto Baru Solok Selatan 4.265 HPHN

5 LPHN Pakan Rabaa Solok Selatan 4.260 HPHN

6 LPHN Pasir Talang Timur Solok Selatan 2.395 HPHN

7 LPHN Koto Baru Solok Selatan 1.145 HPHN

8 LPHN Paru Sijunjung 4.500 HPHN

9 LPHN Sirukam Solok 3.398 PAK

10 LPHN Sungai Abu Solok 6.787 PAK

11 LPHN Sariak Alahan Tigo Solok 4.300 PAK

12 LPHN Muaro Takung Sijunjung 117 VERIFKASI

13 LPHN Lubuk tarantang Sijunjung 511 VERIFKASI

14 LPHN Langki Sijunjung 500 VERIFKASI

15 LPHN Lubuk Tarok Sijunjung 2.000 VERIFKASI

16 LPHN Manganti Sijunjung 1.200 VERIFKASI

17 LPHN Air Bangis Pasaman Barat 6.330 VERIFKASI

18 LPHN Katiagan Pasaman Barat 3.250 VERIFKASI

19 LPHN Sungai Betung Sijunjung 750 VERIFKASI

20 LPHN Aie Angek Sijunjung 3.877 VERIFKASI

21 LPHN Sisaw ah Sijunjung 6.000 VERIFKASI

22 LPHN Lubuk Alung Pdg Pariaman 2.865 VERIFKASI

23 LPHN Pdg Limau Sundai Solok Selatan 8.000 VERIFKASI

24 LPHN Ranah Pantai Cermin Solok Selatan 1.000 VERIFKASI

25 LPHN Tanjung Betung Pasaman 400 USULAN KLHK

26 LPHN Air Manggis Pasaman 500 USULAN KLHK

27 LPHN Simpang Pasaman 1.000 USULAN KLHK

LEMBAGA NAGARI

(32)

SAMBUNGAN

NO KELOMPOK HKM NAGARI KABUPATEN LUAS KETERANGAN

28 Maju Bersama Kajai Pasaman Barat 145 IUPHKM

29 Gunung Leco Desa Baru Pasaman Barat 1.360 IUPHKM

30 Saiy o Padang Gelugur Pasaman 96 IUPHKM

31 Rap Hita Saiy o Cubadak Pasaman 100 IUPHKM

32 Tombang Pinang Cubadak Pasaman 100 IUPHKM

33 Harapan Baru Cubadak Pasaman 100 IUPHKM

34 Kary a Setia Simpang Tonang Pasaman 150 IUPHKM

35 Pangduhu Maju Simpang Tonang Pasaman 140 IUPHKM

36 Sontra Sontang Pasaman 350 IUPHKM

37 Beringin Sakti Lansek kadok Pasaman 230 IUPHKM

38 Bukit Lestari Langung Pasaman 100 IUPHKM

39 Aur Serumpun Pasir Law eh Padang Paraman 400 IUPHKM

40 Wana Lestar Indudur Solok 515 IUPHKM

41 Patamuan Saiy o Muaro sungai Lolo Pasaman 500 PAK

42 Talago baw ah GunuangKoto Baru Pasaman Barat 1.200 VERIFKASI

43 Ingin Makmur Sinuruik Pasaman Barat 100 VERIFKASI

44 Marguna Alam Batahan Pasaman Barat 2.000 VERIFKASI

45 ICU Ranah Bantahan Pasaman Barat 4.200 VERIFKASI

46 Pasir Putih Silokek Sijunjung 500 VERIFKASI

47 Sungai Tuo Tanjuang Labuah Sijunjung 1.000 VERIFKASI

48 Famili Sakato Kinali Pasaman Barat 2.232 VERIFKASI

49 Musus Saiy o Ganggo Hilir Pasaman 400 USULAN KLHK

50 Sakato Padang Alai Padang Pariaman 240 USULAN KLHK

51 Tatay e Sakato Tumpuak Tangah Saw ahlunto 200 USULAN KLHK

52 Lurah Basuang Batu tanjuang Saw ahlunto 300 USULAN KLHK

53 Sikay an Balumuik Lmau Manis Selatan Padang 425 USULAN KLHK

54 Padang Janiah Lambung Bukik Padang 444 USULAN KLHK

(33)

NO KELOMPOK HKM NAGARI KABUPATEN LUAS KETERANGAN

55 Leter W Sikucur Padang Pariaman 200 Verifikasi

56 Hijaulah Nagariku Salareh Air Agam 700 Usulan KLHK

57 Koto Tangah Saiyo Koto Tangah Lima Puluh Kota 400 Usulan KLHK

58 Agroforestri Sawahliek Kampung Manggis Padang Panjang 300 Usulan KLHK

(34)

NO KELOMPOK NAGARI KABUPATEN LUAS KET 59. KTH Minang

Saiyo

Silokek Sijunjung 2.550 IUPHTR 60. KTH Giat

Berssama

Bukit Buai Selatan

Pessir Selatan 1.200 IUPHTR 61. KTH Mekar

Jaya

Inderapura Selatan

Pesisir Selatan 1.595 IUPHTR 62. KSU Air

Bangis

Air Bagis Pasaman Barat 1.590 IUPHTR

JUMLAH 6.935

(35)

NO KELOMPOK NAGARI/DESA KABUPATEN LUAS KET 63. KHA

MALALO MALALO Tanah Datar 5.000*

64. KHA SILOK

OINAN SILOK OINAN Kep.

Mentawai 7.000*

65. KHA TUA PEJAT

TUA PEJAT Kep.

Mentawai

3.000*

JUMLAH 15.000*

(36)

TANTANGAN DAN KENDALA

Nasional

• Masih belum ditandatanganinya Permen LHK tentang Perhutanan Sosial yang mampu

menyederhanakan birokrasi perizinan, lebih akuntabel dan transparan. Sehingga menunda

untuk pelayanan sistem online, Peta PIAPS dan penetapan areal kerja

• Belum ditetapkanya RUU PPMHA didalam Prolegnas dan belum

adanya Satgas Masyarakat Adat

• Belum adanya Walidata untuk Wilayah Adat

• Penanganan konflik masih parsial

Daerah

• Berlakunya UU No.23/2014

• Penguatan kelembagaan, program dan dukungan kemandirian paska keluarnya Penetapan Areal Kerja

• Kapasitas pendampingan (fasilitasi) di tingkat lapangan/daerah

(kuantitas dan kualitas fasilitator)

• Tata batas administrasi daerah

• Keterbatasan Anggaran daerah

• Belum adanya kelembagaan

pengaduan dan penanganan konflik

Referensi

Dokumen terkait

Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam Sumber Belajar Uraikan materi yang menurut Anda tidak esensial tetapi dijelaskan dalam bagian ini..