• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU POLITIK - Repository UIN Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERILAKU POLITIK - Repository UIN Mataram"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

Artinya, budaya politik semakin menjadi bagian yang ditandai dengan meningkatnya kualitas pendidikan politik warga negara Indonesia. Bukti meningkatnya kualitas budaya politik warga adalah dari segi proses politik yang melibatkan atau melibatkan setiap warga negara.

Menurutnya, ada lima inovasi yang menandai era post-truth: (1) meluasnya akses konten informasi berkat digitalisasi komunikasi, (2) masyarakat dapat menciptakan informasi sendiri melalui media sosial berkat demokratisasi media dan jurnalisme warga, (3) masyarakat lebih rentan menerima informasi, yakni Sangat disayangkan ketika budaya politik post-truth menjadi lebih dominan dan menggeser peran strategis media sosial.

Sejarah dan Perkembangan Perilaku Politik

Kategori mental seperti itu biasanya dianggap sebagai ideologi, sistem kepercayaan yang menciptakan pola perilaku yang bermakna sehingga secara langsung menjadi proses penting dalam menentukan perilaku politik. Pembahasan perilaku mungkin terbatas pada perilaku individu, tetapi juga dapat mencakup unit yang lebih besar seperti organisasi sosial, kelompok elit, gerakan nasional, atau masyarakat politik.

Perilaku dan Budaya Politik di Era Post Truth

Era post-truth saat ini mengutamakan melihat dan membaca versi fakta yang lebih dekat dengan ideologi dan kepentingan masing-masing. Beberapa hari menjelang pemilihan presiden dan parlemen 2019, Kompas merilis artikel berjudul "Pudarnya Kebijaksanaan Politik di Era Post Truth".

Titik Temu Makna Perilaku Politik dan Budaya Politik

Menurut Miriam Budiardjo, salah satu aspek penting dari suatu sistem politik adalah budaya politik yang mencerminkan faktor subjektif. Pertama, budaya politik parokial adalah spesialisasi peran politik atau tingkat partisipasi politik yang sangat rendah yang disebabkan oleh faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan yang relatif rendah).

Kerangka Teori Perilaku Politik

Kedua, perspektif yang dapat digunakan untuk melihat perilaku politik individu, kelompok, dan organisasi adalah perspektif teori tindakan sosial. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku politik tidak dapat dilihat secara terpisah dari konteks masyarakat lokal di mana individu tersebut berada.

Model dan Fungsi Perilaku Politik

Pertama, partisipasi otonom, yaitu perilaku politik yang didorong oleh kehendak pelaku untuk melakukan perbuatan tersebut. Pengertian umum dari model perilaku politik yang dikemukakan oleh Almond dan Huntington di atas secara umum mencakup semua aspek bentuk perilaku politik. Selain itu, pendapat lain yang mengemukakan bentuk perilaku politik selain model di atas adalah pendapat Robert J.

Robert Lane, dalam kajiannya tentang keterlibatan politik, menemukan empat fungsi perilaku politik atau partisipasi politik bagi individu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politik

Ramlan Surbakti menyebutkan dua variabel penting yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik atau perilaku seseorang. Namun secara lebih rinci ia menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu atau kelompok adalah: Pertama, lingkungan sosial politik tidak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya, dan media massa. Jadi perilaku politik seseorang atau kelompok juga dapat dipengaruhi oleh adanya unsur kekuasaan.

Sementara itu, Milbath mengemukakan empat alasan variasi perilaku politik seseorang yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku politik.

Potret Perilaku Politik Oganisasi: Melihat Jejak

78Sien Masnun, Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Idees and Movements for Islamic Reform in West Nusa Tenggara, 232. 79Sien Masnun, Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Ideas and Movements for Islamic Reform in 0 Islamic Reggara 2. , Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Idees en bewegings vir Islamitiese Hervorming in Wes-Nusa Tenggara, 233.

87Lihat Masnun, Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat, 232.

Definisi Budaya Politik

Sementara itu, Soetjipto Wirosardjono menjelaskan bahwa budaya politik merupakan salah satu sisi dari penampilan budaya kita sebagai bangsa. Dari berbagai definisi di atas dapat dilihat bahwa budaya politik secara umum dipahami sebagai sikap dan perilaku (tindakan) politik individu atau kelompok dalam kehidupan politik suatu sistem politik. Hal inilah yang membuat Gabriel Almond melihat bahwa budaya politik merupakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik yang juga berperan penting dalam berfungsinya suatu sistem politik.

Kedua, yang berorientasi pada budaya politik adalah sistem politik, artinya setiap kali kita berbicara tentang budaya politik, kita tidak akan lepas dari berbicara tentang sistem politik.

Tipologi Budaya Politik

Frekuensi orientasi masyarakat terhadap dimensi krusial budaya politik mendekati nol atau tidak mempedulikan sama sekali. Keempat, budaya politik campuran (mixed political culture), yaitu gabungan ciri-ciri dari jenis-jenis budaya politik murni. Dalam pemahaman budaya politik yang bersifat hirarkis kaku, pola hubungan yang muncul berbeda antara penguasa (negara) dan yang dikuasai (rakyat).

Kedua, berbagai bentuk subkultur politik yang bersumber dari luar lingkungan tempat budaya asli itu berada.

Realitas Budaya Politik Era Post Truth

Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pematangan budaya politik Indonesia pada dasarnya melibatkan tahapan harmonisasi antara subkultur politik dengan struktur politik nasional yang ada di berbagai wilayah nusantara. Selain itu, kelompok masyarakat yang terlibat aktif dalam organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan LSM yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas warga juga memiliki peran penting dalam membangun perbaikan budaya politik Indonesia. Oleh karena itu, untuk membangun gerakan budaya politik yang konstruktif sebagaimana diuraikan di atas, harus dilaksanakan secara berkesinambungan.

Komitmen yang tidak kalah pentingnya dalam upaya membangun gerakan budaya politik Indonesia adalah kesadaran bersama akan tanggung jawab seluruh elemen bangsa, baik akademisi, politikus, birokrat dan siapapun yang terlibat aktif dalam kegiatan yang

Budaya Politik Pesantren: Telaah Pola Hubungan Kiyai

Dengan demikian, hubungan ketaatan dan hubungan antara guru dan murid dalam tradisi pesantren NV juga terekspresikan dalam kehidupan politik, khususnya dalam pengembangan partisipasi sosial politik. Maka disinilah letak peran tradisi pesantren antara guru besar dan santri atau jemaah dalam politik NW. Guru akan memberikan masukan mana yang terbaik untuk dipilih dan siswa NW serta jemaah akan memilih sesuai dengan apa yang guru sampaikan.

Selain pengaruh keunikan hubungan Tuan Guru-Santri yang telah dijelaskan di atas, Tuan Guru juga sangat mempengaruhi jamaah NW melalui posisinya di komunitas Muslim.

Demokratisasi Lewat Pemilu

Dari segi struktural, sistem politik demokrasi yang ideal adalah sistem politik yang menjaga keseimbangan antara konflik dan konsensus. Artinya, demokrasi memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, persaingan dan konflik antar individu, antar kelompok, antara individu dengan kelompok, individu dengan pemerintah, kelompok dengan pemerintah, bahkan antar lembaga pemerintahan. 1 Hal ini juga dinyatakan dalam ayat 3 Pasal 21 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948, yang menyatakan bahwa kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah. 2 Pada kesempatan lain, Ahmed Vaezi juga menegaskan bahwa demokrasi tidak hanya ideal, tetapi dalam praktiknya juga membutuhkan hak dan kebebasan tertentu. Pemerintahan yang benar-benar demokratis hanya dapat terbentuk dalam budaya politik yang teguh mendukung persamaan hak dan kebebasan.3 Itulah sebabnya para pembela demokrasi selalu menekankan hubungannya dengan kebebasan dan memandang demokrasi sebagai sistem politik yang terbaik dan optimal.

5 Sien Dhurorudhin Mashad dalam sy buku Korupsi Politik, Pemilu dan Legitimasi Pasca Orde Baru, (Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1999).

Hakikat Pemilu: Pembaruan Kontrak Sosial

Artinya setelah momen pemilu usai, masyarakat tetap dituntut untuk terus berperan aktif dalam mengontrol dan mengawasi pemerintahan yang terpilih agar pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan kontrak yang telah dibuat. Pergantian kekuasaan yang tercermin dalam pembentukan pemerintahan baru akan membawa harapan baru bagi rakyat, yaitu harapan agar pemerintah lebih berpihak kepada rakyat sebagaimana disepakati dalam kontrak sosial. Legitimasi politik ini diperlukan pada masa pemerintahannya untuk menjalankan program-program yang telah disepakati dalam kontrak.

Setiap suara yang diberikan sangat berarti bagi pembentukan pemerintahan baru yang sah, pemerintahan yang dipercaya dan didukung oleh rakyatnya.

Sejarah dan Perjalanan Pemilu di Indonesia

Dan hal yang sangat berbeda dengan pemilu 1955 adalah PNS pada pemilu 1971 dituntut netral. Bahtiar Effendy berpendapat bahwa pemilu 1999 merupakan pemilu paling demokratis kedua yang diraih oleh bangsa Indonesia.31 Meski harus diakui situasi sosial politik pada pemilu 1999 terasa lebih kacau. Hanya saja, posisi PDIP dalam pemilu kali ini berada di urutan kedua dan kalah dari Golkar.

Pemilu ini diikuti oleh 24 partai politik dan diadakan pada tanggal 5 April 2004 untuk pemilihan DPR, DPD, dan DPRD.

Analisis Berbagai Model Sistem Pemilihan Peresiden

XI/MPR/2001, belum pernah ada aturan yang mengatur tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, karena Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum parlemen tanggal 3 Juli 1971 mengeluarkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1973 tentang tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 6, paragraf 2, Pasal 6, ayat 1 tentang syarat-syarat presiden dan wakil. Setidaknya pemilihan presiden langsung bisa lebih demokratis karena beberapa alasan: pertama, karena dipilih langsung oleh rakyat, rakyat tidak perlu memercayakan suaranya kepada anggota MPR, sehingga presiden dan wakilnya benar-benar diinginkan oleh mayoritas rakyat.

Ketiga, rakyat akan memilih presiden dan wakil presiden yang benar-benar mereka kenal, sehingga terhindar dari peribahasa yang mengatakan seperti membeli kucing dalam karung.

Pemilu dan Upaya Membangun Pemerintahan Good

Kedua, aspek fungsional pemerintahan yang berdaya guna dan berhasil guna dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.46 Nampaknya Badan Kelembagaan dalam hal ini lebih melihat pada asas dan sistem pemerintahan yang baik dalam artian nasional, sehingga tidak ada indikator yang merupakan unsur penting dari pemerintahan yang baik itu sendiri. Tata pemerintahan yang baik memediasi berbagai kepentingan untuk mendapatkan pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas. Pemimpin dan masyarakat harus memiliki pandangan yang luas dan jauh tentang pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia sesuai dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan.

Oleh karena itu, diperlukan proses pemilu yang terbuka untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, tanpa adanya intimidasi atau kecurangan.

Orang-orang di negara modern harus diperlakukan sebagai raja untuk dilayani oleh pejabat atau penguasa, bukan sebaliknya, pelayan untuk melayani semua kebutuhan penguasa seperti dalam hierarki sistem politik kuno. Pada akhirnya, kesadaran akan kesejahteraan umat manusia merupakan modal dan tujuan terpenting yang harus terus diperjuangkan.[]. Diambil dari https://www.globalpolicyjournal.com/blog post-truth-politics-fifth-estate-and-securitization-fake-news.

Kharisma Dhimas Syuhada, Etika Media di Era Post-Truth, dalam Jurnal Komunikasi Indonesia, Vol.V No.1, April 2017.

Referensi

Dokumen terkait

The results show that the proposed designs have a differential characteristic better than the majority of the known block ciphers and have been the best ones in case 1, by the