• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilu dan Upaya Membangun Pemerintahan Good

Dalam dokumen PERILAKU POLITIK - Repository UIN Mataram (Halaman 184-191)

Antara pemilu dan upaya membangun sistem pemerintahan yang baik dan berwibawa (good governanace), secara normatif dan emperis, memiliki korelasi pengaruh yang signifikan.

Pemilu yang dilakukan dengan baik, akuntabel dan terbuka, tentu akan melahirkan hasil yang memuaskan dalam arti semua pihak dapat menerimanya atau legitimed. Sedangkan pemilu yang dilakukan dengan penuh kecurangan dan penuh intrik, tentu sebaliknya akan menghasilkan sebuah hasil yang

mengandung banyak polemik dan akan cacat pula secara yuridis.

Sementara pemerintahan yang baik (good governance) sendiri mengharapkan kehadiran karakteristik-karakteristik yang society oriented dan unsur-unsur yang visible, rasional dan realistis. Dengan kata lain untuk sampai pada cita-cita good governance, kita harus mengawali penyelenggaraan pemilu dengan bersih, fair, jujur dan adil. Sehingga untuk mencapai sistim pemerintahan yang baik maka syarat mutlak yang harus menjadi prasyarat adalah harus dimulai dengan proses pemilu yang terbuka, jujur dan adil.

Apalagi paradigma good governance telah menegaskan bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik tidak semata-mata hanya disandarkan pada pemerintah atau negara, melainkan juga harus melibatkan seluruh elemen, baik itu masyarakat, militer dan komponen- komponen negara lainnya. Paradigma ini merupakan perubahan dari paradigma lama yaitu rule government yang dirasa sudah tidak sejalan lagi dengan proses perubahan sosio-politik melainkan tuntutan civil society yang semakin kuat.45

Disamping itu, dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) menuntut setiap pejabat publik baik politisi maupun birokrasi wajib bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan kepada publik segala sikap, perilaku dan kebijakannya dalam melaksanakan tugas pokok,

45 Lihat Chozin Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, (Jakarta:

Pustaka Indonesia Satu, 2006), Cet. II, 146.

fungsi dan kewenangan yang diberikan kepadanya. Agar para pejabat publik dapat melaksanakan akuntabilitas kinerja mereka dalam memberikan layanan publik sesuai harapan, kontrol efektif terhadap mereka merupakan suatu keharusan.

Kontrol yang bersifat internal maupun eksternal harus dikelola dengan baik dan profesional agar tindakan yang menyimpang dari etika administrasi negara dan peraturan perundang- undangan dapat ditemukan dan dilakukan koreksi dan perbaikan. Fungsi ini salah satunya dimiliki oleh DPR baik tingkat pusat dan daerah sebagai hasil dari proses pemilu, dan disinal menurut hemat saya juga letak pemilu yang nota bene sebagai proses untuk memilih wakil rakyat, memiliki andil yang besar dalam menciptakan sistem yang demokratis.

Sedangkan good governance menurut Lembaga Administrasi Negara mengandung dua pengertian sekaligus sebagai orientasinya. Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, asfek-asfek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efesien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.46 Nampaknya Lembaga Administrasi Lembaga dalam hal ini lebih melihat prinsip dan sistem good governance secara luas dalam arti secara nasional sehingga tidak terlihat indikator-indikator yang menjadi elemen penting dalam good governance itu sendiri.

46 Chozin Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, 147-148.

Namun terdapat penjelasan lebih lengkap terkait dengan karakteristik konsep good governance itu sendiri seperti yang dirumuskan oleh United Nation Development Programme (UNDP) yang dikutif oleh Chozin Chumaidi sebagai berikut:47

1. Participation, setiap warga negara memiliki suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui sistem perwakilan. Maka dalam hal ini melalui sistem pemilu-lah rakyat ikut berperan aktif secara langsung.

2. Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu. Dalam arti semua warga negara memiliki kedudukan yang sama didepan hukum tanpa melihat status dan lain sebagainya. Sehingga hukum harus mampu memberikan keadilan terutama dalam kasus-kasus HAM.

3. Tranparency. Tranparansi dibangun atas dasar keterbukaan.

Oleh sebab itu, dalam seluruh bentuk informa dan laporan apapun pemerintah atau penyelenggara negara yang lain harus tetap terbuka dalam setiap apapun kepada rakyat demi terciptanya stabilitas sosial.

4. Resvonsiveness. Lembaga-lembaga dan penyelenggara negara lainnya dituntut harus tetap berperan aktif dan tanggap dalam setiap apapun masalah negara yang terjadi.

Dalam arti negara dan pemerintah harus bersiap sedia melayani dan mengabdi untuk bangsa dan negara.

47 Penjelasan ini dapat dilihat dalam bukunya Lihat Chozin Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, 148.

5. Consensus Orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.

Dalam arti, pemerintah harus memperhatikan kepentingan publik.

6. Equity. Semua warga negara mempunyai jaminan kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka. Ini dimaksudkan guna memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk melakukan aktifitas ekonomi guna kesejahteraan mereka.

7. Effectiveness and Effeciency. Proses-proses dan lembaga- lembaga negara sebaik mungkin menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Dan yang terpenting adalah lembaga-lembaga negara harus lebih hemat dalam penggunaan anggaran.

8. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholder, untuk melaporkan segala apa yang pernah dilakukan sebagai bentuk profesionalisme kerja.

9. Strategic Vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai persefektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan.

Dalam arti pemerintah harus memiliki komitmen yang

kuat untuk terus membangun dan mengembangkan setiap potensi yang ada demi kesejahteraan masyarakat.

Dengan melihat dan mengamati konsep dan karakteristik good governanace di atas maka sudah jelas bahwa perinsip itu dapat diaktualisasikan dalam pemerintahan jika diawali dengan proses yang baik. Maka dalam hal ini, proses yang dimaksud adalah proses perekrutan para pemegang kebijakan yang dilakukan melalui proses pemilu. Maka dari itu, untuk mencapai pemerintahan yang good governance diperlukan sebuah proses pemilu yang terbuka, tidak terdapat intimidasi dan kecurangan apapun. Tidak seperti proses pemilu-pemilu yang terjadi pada zaman Orde Baru, yang selalu didesain untuk memenangkan satu partai atau golongan. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain jika menginginkan pemerintahan yang baik maka harus diawali dari proses pemilihannya yaitu pemilu, karena dari proses itu nantinya DPR, presiden dan wakilnya akan dipilih yang notabene juga akan mengangkat dan mengawasi para wakilnya.

Dalam dokumen PERILAKU POLITIK - Repository UIN Mataram (Halaman 184-191)