• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKAWINAN EPISTEMOLOGIS (IzdIwajul Ma'aRIF)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERKAWINAN EPISTEMOLOGIS (IzdIwajul Ma'aRIF)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

Dalam platform akademik tertinggi ini, mimbar terbuka senat UIN Mataram dalam agenda acara pengukuhan guru besar di UIN Mataram memungkinkan saya menyampaikan pokok pikiran saya tentang “Perkawinan Epistemologis (Izdiwajul Ma’arif) antara Teknologi Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam dalam Mengembangkan Epistemologi Pendidikan Islam dengan Paradigma Filosofis, Holistik dan Integratif pada PTKIN di Indonesia.” Tema ini saya anggap sangat penting, tidak hanya dari sudut pandang keilmuan yang saya geluti, namun berkaca pada realitas empiris dinamika Pendidikan Islam di Dunia Islam secara umum, khususnya dalam konteks lokus. . dan tempus di PTKIN di Indonesia (mungkin di PTKIS tidak jauh berbeda). Hal yang bisa dilihat secara kasat mata yang hampir tidak pernah kita sadari dalam 100 tahun terakhir ini adalah nama sebuah lembaga pendidikan Islam (termasuk Indonesia) yang masuk dalam jajaran 100 besar perguruan tinggi terbaik dunia, yaitu dimenangkan oleh Universitas Harvard di Amerika Serikat atau Universitas Oxford-Inggris.

Jadi, dalam situasi seperti ini, satu-satunya harapan bersama untuk mengekang budaya ini adalah dengan mereformasi epistemologi pendidikan Islam, yang mungkin sudah berjalan monoton sejak lama. Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam memerlukan model pengembangan dalam berbagai aspek, khususnya dalam aspek belajar mengajar. Penting sekali menerapkan model pendidikan dan pedagogi yang berparadigma filosofis-holistik-integratif guna membentuk manusia yang cerdas, kritis, berwawasan luas, kreatif, mandiri, berkarakter dan religius.2 Hal ini penting jika kita mempertimbangkan fungsi dan tujuan pendidikan Islam sebagai suatu sistem dan proses pembinaan peserta didik untuk membentuk individu muslim yang baik (insan kamil) yang mempunyai ilmu pengetahuan luas, bertakwa dan berakhlak mulia.

Dengan demikian pendidikan Barat modern telah berhasil membuang wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan dan mereduksi wahyu ke level khayalan dan dongeng, setidaknya dalam tiga abad terakhir.10 Buku ini menawarkan model kajian pendidikan Islam dengan perspektif filosofis, holistik dan integratif. paradigma. Oleh karena itu landasan atau landasan pendidikan Islam adalah (1) Al-Qur'an, (2) hadis, dan (3) ijtihad ulama.

Pendidikan Islam Berparadigma Holistik

Pembelajaran yang demikian akan menghasilkan nilai tertinggi dari ilmu yang diperoleh, yaitu cinta pada kebenaran dan kebijaksanaan. Paradigma holistik diartikan sebagai model kajian yang mengacu pada cara pandang integratif-komprehensif-sinergis, yang didasarkan pada konsep bahwa segala sesuatu mempunyai keterkaitan yang sinergis. Hal inilah yang nantinya menjadi aksiologi pendidikan Islam holistik, Konsep Pelayanan (Surat al-Dzariyat ayat 59).

Menurut Ratna Megawangi, pendidikan holistik adalah suatu metode pendidikan yang mengembangkan manusia seutuhnya dan seutuhnya dengan mengembangkan seluruh potensi manusia yang mencakup potensi sosial, emosional, intelektual, moral, kreatif, dan spiritual.18. Jadi, model holistik dalam pendidikan Islam adalah suatu metode pendidikan yang mengembangkan manusia seutuhnya, baik secara intelektual, sosial, moral, kreatif dan sekaligus spiritual. Sedangkan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan holistik harus didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu: a) Konektivitas.

Lebih jauh lagi, pendidikan Islam dengan paradigma holistik dilihat dari aspek ontologis menawarkan ruang kajian yang luas bagi pendidikan Islam, yaitu keseluruhan alam dan manusia. Dilihat dari aspek aksiologis, pendidikan Islam dengan paradigma holistik akan melahirkan manusia ideal dalam Islam, yaitu manusia yang sempurna jasmani dan rohani, seimbang dunia dan akhirat, mandiri, kreatif, berpikiran terbuka, mampu menjalani kehidupan. keberagaman di tengah-tengah masyarakat, serta menebarkan visi dan misi Islam yang rahmatan lilalamin.

Pendidikan Islam Berparadigma Integratif

Khalqillah Karena pokok-pokok ilmu dalam pendidikan Islam klasik begitu holistik, kemudian dihubungkan menjadi satu kesatuan yang sempurna, maka muncullah berbagai ulama dalam sejarah Islam. Matematika India memperkenalkan angka satu sampai sembilan, orang Arab menyebutnya angka India, dan di Barat menyebutnya angka Arab. Tokoh lain yang terkenal dalam bidang kedokteran adalah Ibnu Sina, di Barat dikenal dengan sebutan Avvicenna atau disebut juga dengan Aristoteles Baru.

Ia dikenal di Barat sebagai al-Hazem (dari al-Hasan, nama Ibnu Haitsam). Di antara tokoh terbesar dalam syuhudul kasyrah, Nasir al-Din al-Tusi dan Ibnu Syatir yang dikenal di Barat dengan sebutan pasangan Suchi, adalah wahdah dari hakikat permasalahan ini, yaitu hubungan antara dua buah vektor yang sama panjang dan konstan berputar pada jarak yang sama. kecepatan yang konstan.. Fenomena para ilmuwan ini dalam perjalanan sejarah peradaban Islam membuktikan bahwa jika konsep ilmu pengetahuan dalam Al-Qur'an yang bersifat filosofis, holistik, integratif dan komprehensif diterapkan, maka ummat Islam di era modern akan mampu melahirkan Paradigma Keilmuan Islam dan pendidikan Islam akan menjadi sesuatu yang diperhatikan dunia.

Namun munculnya dikotomisasi ilmu dalam pendidikan Islam tidak menjadikan ilmu dalam Islam berbeda dengan ilmu yang dikembangkan oleh pendidikan sekuler Barat. Diharapkan dengan model pengembangan pendidikan Islam dengan paradigma filosofis, holistik dan integratif ini, permasalahan pendidikan yang dialami umat Islam saat ini, khususnya pada aspek pembentukan manusia ideal, dapat teratasi.

Ikhtiar Pembumian Pendidikan Islam Berparadigma Filosofis, Holistik, dan Integratif dalam Pengembangan

Strategi-strategi tersebut meliputi; pertama, menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Siswa hendaknya lebih dekat dengan alam dan kehidupan, karena segala fenomena dan apa yang terkandung di alam merupakan sumber ilmu pengetahuan. Perlu dibangun kesadaran di kalangan pelajar bahwa penciptaan langit dan bumi sebenarnya mengandung ilmu yang sangat luas sebagai tanda-tanda kekuasaan Tuhan.

30 Hidayat Syarief “Pengembangan Sumber Daya Manusia Berwawasan Iptek dan IMTAK” dalam Nurcholish Madjid et.el., Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi: Wacana Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT LOGOS WACANA ILMU, 1999), 6. Lebih Lanjut , minat membaca dan kebiasaan menulis juga harus terus dikembangkan, karena dengan begitulah ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Atas dasar itulah sistem pendidikan di PTKIN dibangun dengan pilar-pilar yang memperkuatnya, yaitu; (a) belajar mengetahui; (b) mempelajari cara melakukannya; c) belajar hidup bersama; dan (d) belajar bagaimana menjadi.

Dalam analisa lebih lanjut Harun Nasution, para ulama Era Klasik karena melaksanakan ajaran hadis Al-Quran tersebut di atas, mengembangkan ilmu agama dengan bantuan ijtihad dan mengembangkan ilmu yang sekarang disebut ‘sains’ oleh ilmu Yunani dan untuk belajar dan menguasai filsafat. di Timur Tengah pada masanya.36. Ketiga, dalam pencarian ilmu, jihad dan ijtihad ditempatkan tidak hanya dalam konteks pembenaran, melainkan dalam lingkup “penemuan”. konteks penemuan), yaitu menawarkan visi keagamaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).37 Keempat, kemampuan memadukan penalaran rasional (daya nalar) dengan kemampuan ketajaman intuitif (rasa) dalam proses pencarian dan transfer ilmu pengetahuan. . Dalam konteks PTKIN (khususnya UIN/IAIN/STAIN), strategi budaya di atas didukung dengan adanya kebijakan mengenai “UIN/IAIN/STAIN dengan “Mandat yang Lebih Luas”, yang merupakan peluang emas untuk menyikapi berbagai permasalahan yang ada. tuntutan dan keinginan.tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diatas.

37 Boma Wilkan Tyoso, “Permasalahan Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Gadjah Mada” dalam Nurcholish Madjid et.al., Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Di bawah UIN/IAIN/STAIN, sebenarnya diatas strategi kebudayaan juga didukung dengan adanya akar tradisi yang kuat mulai dari persoalan simbolik hingga substantif.IAIN/STAIN di Indonesia untuk menginisiasi dan memelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan moralitas agama dengan paradigma filosofis, holistik dan integratif hal ini disertai dengan epistemologi teknologi pendidikan pada tataran empiris-praktis.

Segala harapan akademis tersebut sangat mungkin terwujud ketika PTKIN se-Indonesia dapat melahirkan alumni secara utuh, ketika epistemologi pendidikan Islam yang berparadigma filosofis, holistik, dan integratif dapat dipadukan dengan epistemologi teknologi pendidikan pada tataran praktik empirisnya. . Negara Republik Indonesia telah menandatangani surat keputusan untuk memangku jabatan guru besar di bidang teknologi pendidikan. Dan juga kepada teman-teman perpustakaan yang telah dengan sabar menyediakan tempat untuk mengabadikan semua karya yang saya miliki secara online.

Timur, hukum istimewa Keluarga Besar Al-Muniriyah yang dibesarkan dengan semangat keagamaan sejak awal. Pendek kata, kepada semua yang telah menyumbang dan telah disebutkan di atas atau belum disebut, saya memohon maaf semampu saya dan mengiringi ucapan terima kasih yang tidak terhingga.

Gambar 1: Kawasan Teknologi Pendidikan-Pembelajaran
Gambar 1: Kawasan Teknologi Pendidikan-Pembelajaran

Daftar Pustaka

Permasalahan Guru Pendidikan Agama Islam Universitas Gadjah Mada” dalam Nurcholish Madjid et.al., Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi (Jakarta: Logos Wacana Ilmu). Muatan Pendidikan Holistik dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Vol. 18. No. 4, Desember 2012).

CurriCulum Vitae

ISSN: 1907-672X, halaman 227-246

Wetu Telu Islam di Lombok Jurnal IAIN Mataram Ulumuna Volume IX Nomor 1 Juni 2005 2005 Dialektika Islam dengan. Seminar Nasional 2006 dengan tema “Kesaksian Reflektif Masa Pengalaman Baru Sebagai Warisan Budaya NW” pada tanggal 20 Maret 2006 di Gedung Waniat, Selong, Lombok Timur. Agama, Budaya Kekerasan dan Demokrasi” pada tanggal 29 Mei 2006 di Hotel Jayakarta Senggigi Lombok NTB.

Konferensi Tahunan Studi Islam (ACIS) VIII 2008 tahun 2008 yang berlangsung pada tanggal 3 – 6 November 2008 di IAIN Raden Fatah Palembang. Panitia KONFERENSI TAHUNAN KAJIAN ISLAM VIII Departemen Agama RI di IAIN Raden Fatah Palembang, 3-6 November 2008. 2004 Juri Interpretasi Bahasa Inggris Seleksi Tilawatil Quran Tingkat Provinsi NTB di Sumbawa Besar Kota.

2005 Juri Tafsir Bahasa Inggris pada Seleksi Tilawatil Qur'an Tingkat Provinsi NTB di Kota Mataram 2006 Juri Tafsir Bahasa Inggris pada Musabaqah. Tilawatil Alquran Tingkat Provinsi NTB di Kota Bima 2007 menjadi juri interpretasi bahasa Inggris dalam seleksi. Tilawatil Quran Tingkat Provinsi NTB di Kota Mataram 2008 Juri Tafsir Bahasa Inggris di Musabaqah.

Tilawatil Qur'an Tingkat Provinsi NTB di Kota Selong 2009 Juri Tafsir Bahasa Inggris dalam seleksi tersebut. Tilawatil Qur'an Tingkat Provinsi NTB di Kota Dompu 2015 Juri Seleksi Interpretasi Bahasa Inggris. Tilawatil Qur'an Tingkat Provinsi NTB di Kota Mataram 2019 Juri Tafsir Bahasa Inggris Tingkat MTQ.

Provinsi NTB di Kota Kediri Lombok Barat 2019 2021 Juri Interpretasi Bahasa Inggris Tingkat MTQ. Juri Interpretasi Bahasa Inggris Tahun 2022 pada MTQ Tingkat Provinsi NTB di Kota Selong Lombok Timur Tahun 2022.

Gambar

Gambar 1: Kawasan Teknologi Pendidikan-Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2014, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan