• Tidak ada hasil yang ditemukan

perkembangan ahmadiyah di kecamatan kayu aro

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "perkembangan ahmadiyah di kecamatan kayu aro"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN AHMADIYAH DI KECAMATAN KAYU ARO KABUPATEN KERINCI TAHUN 1986-2014

JURNAL

TUKIYO NPM: 11020036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keberagaman agama, paling tidak terdapat lima agama besar seperti agama Islam, Kristen Katholik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha ditambah dengan Konghucu dan aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama Islam terdapat banyak aliran, salah satunya adalah aliran Ahmadiyah.

Ahmadiyah masuk di Indonesia tahun 1925 yang dibawa oleh seorang mubaligh yaitu Maulana Rahmat Ali. Pada awalnya tiga pemuda dari Sumatera Thawalib (Padang dan Bukit Tinggi, Sumatera Barat) yaitu Abu Bakar Ayyub, Ahmad Nuruddin, dan Zaini Dahlan. Pada awalnya mereka ingin pergi menuntut ilmu di Mesir yang pada saat itu sebagai pusat studi Islam. Akan tetapi, guru Sumatera Thawaalib, Zainuddin Labia El Junusi dan syekh Ibrahim Musa Parabek menyarankan mereka untuk pergi ke Hindustan, nama India kala itu. Adanya ulasan di Koran Tjaha Sumatera artikel yang berisi pidato Khawajah Kamaluddin menambah ketertarikan mereka untuk pergi ke India.

Tahun 1935 aliran Ahmadiyah sudah mulai tersebar ke sebagian daerah di Indonesia, seperti di Sumatera Barat, Jakarta, Jawa Barat serta Yogyakarta, sedangkan masuknya ke Jambi di Kabupaten Kerinci Khususnya Kayu Aro mulai dari Tahun 1984.

Masuknya Ahmadiyah ke Kayu Aro pertama kali dibawa oleh seorang Mualim yang bernama Rohidi dari Krutsil Jawa Tengah menuju Padang, setelah itu menuju ke kecamatan Gunung Kerinci di Provinsi Jambi dan kemudian bertempat tinggal di Desa Bengkolan Dua pada tahun 1984.

Perkembangan Ahmadiyah di Kayu Aro dapat dilihat di desa Sungai Lintang, desa Kebun Baru, desa Sakodua, desa Pasar Minggu, desa Sungai Tanduk, desa Batu Hampar dan desa Bengkolan Dua.

Penduduk Kayu Aro Mayoritas adalah orang Jawa. Jika dilihat dari segi Kebudayaan, masyarakat Jawa dengan kebudayaannya dapat terus hidup meskipun jauh di perantauan dan dapat berdampingan serta melebur dengan masyarakat dan kebudayaan lain yang sama sekali berlainan karakternya dengan saling menghormati,

saling membantu/ tolong-menolong, dan sopan santun.

Lingkungan ini menambah kenyamanan bagi para Jemaah Ahmadiyah dalam aktivitas keagamaanya dibandingkan dengan daerah Jawa khususnya di daerah Manis, Lor dan Kuningan, Jawa Barat yang terjadi antara Jemaah Ahmadiyah dengan golongan dan masyarakat yang tidak dapat menerima keberadaan komunitas Ahmadiyah tersebut.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru dikeluarkan pada tahun 1980.

Keputusanya bahwa Ahmadiyah adalah diluar Islam, sesat dan paham yang menyesatkan. Pemerintah tidak lagi mengizinkan Ahmadiyah melakukan kegiatannya. Pada tanggal 9 Juni 2008, atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam. Namun kenyataanya peneliti masih menemukan Jemaah Ahmadiyah yang masih eksis dengan kegiatanya di Kecamatan Kayu Aro yang berpusat di Desa Sungai Lintang.

Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Batasan spatial penelitian di daerah Sungai Lintang Kecamatan Kayu Aro sebagai daerah yang banyak Jemaah Ahmadiyahnya. Batasan temporalnya yaitu dari tahun 1986 sebagai awal mula berdirinya Jemaah Ahmadiyah di Kecamatan Kayu Aro sampai 2014 sebagai bukti bertahan dan eksistensinya Jemaah Ahmadiyah di Kecamatan Kayu Aro sampai sekarang.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana latar belakang masuknya Ahmadiyah di Kecamatan Kayu Aro.?

b. Bagaimana perkembangan Ahmadiyah di Kecamatan Kayu Aro dari tahun 1986-2014.?

c. Bagaimana hubungan Jemaah Ahmadiyah dengan Masyarakat sekitar di Kecamatan Kayu Aro.?

(4)

Tujuan dan Mannfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian.

a. Untuk mendeskripsikan latar belakang masuknya Ahmadiyah di Kayu Aro.

b. Untuk mendeskripsikan perkembangan Ahmadiyah di Kecamatan Kayu Aro dari tahun 1986-2014.

c. Untuk mendeskripsikan hubungan Jemaah Ahmadiyah dengan Masyarakat sekitar di Kecamatan Kayu Aro.

2. Manfaat Penelitian

a.Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya sumbangan historis dan khasanah ilmu pengetahuan terhadap ilmu sosial dalam proses penelitian selanjutnya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi bagi semua umat beragama bahwa perbedaan kepercayaan bukan merupakan alasan yang tepat untuk tidak saling menghormati dan menghargai (khususnya bagi yang membacanya).

c. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta mahasiswa dalam memahami keberadaan dan eksistensi Jemaah Ahmadiyah di Kecamatan Kayu Aro.

Tinjauan Pustaka 1. Kerangka Konseptual

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sejarah, Gerakan, Aliran Kepercayaan dan Jemaah Ahmadiyah. Kata sejarah dalam bahasa Arab adalah Tarikh atau History (Inggris), yang berarti ketentuan masa atau waktu. Definisi serupa di ungkapkan oleh Abd. Ar- Rahman As-Sakhawi dalam Dedi Supriyadi bahwa sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa.

Gerakan merupakan sosial tindakan terencana ang dilakukan oleh semua kelompok masyarakat disertai oleh program terencana dan ditunjukan oleh suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk

melestarikan pola-pola dan lembaga- lembaga masyarakat yang ada.

Gerakan aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar1.

Aliran Kepercayaan adalah paham yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa tetapi tidak termasuk dalam agama samawi. Aliran Kepercayaan bukanlah suatu agama, meskipun demikian keberadaannya tidak dilarang di Negeri ini2.

Menurut Ahmadiyah, Ahmadiyah adalah sebutan ringkas dari Jemaah Ahmadiyah. Jemaah berarti kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk satu program bersama. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Jamaah pengertianya adalah sehimpunan penganut agama, orang banyak, dan kumpulan atau rombongan orang3. Menurut Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad dalam Amin Djamaluddin menyatakan bahwa Jemaah Ahmadiyah adalah kumpulan orang-orang Islam yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program, yaitu Islam4.

2. Studi Relevan

Sebenarnya penulisan tentang Jemaah Ahmadiyah dan yang hampir serupa dengan ini telah ada yang ditulis oleh ilmuan, peneliti dan mahasiswa. baik yang berasal dari luar Indonesia maupun yang berasal dari penulis dalam negeri Indonesia.

Diantara dari penulis tersebut adalah, antara lain:

1 Departemen Pendidikan Nasional.

2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

(Jakarta: Balai Pustaka). Hlm. 356

2Departemen Pendidikan Nasional.

2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

(Jakarta: Balai Pustaka). Hlm. 39

3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Pertama. (Jakarta: Balai Pustaka). Hlm. 357

4 M. Amin Djamaluddin. 2000.

Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an.

(Jakarta: LPPI). Hlm.195.

(5)

Skripsi yang berjudul

“Ahmadiyah di Kota Padang 1980- 2008”. Ditulis oleh Fiska Juanda mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (UNAND) pada tahun 20135.

Skripsi yang berjudul

“Perkembangan Ahmadiyah di Minangkabau Tahun 1927-1942”.

Ditulis oleh Eri Satri mahasiswa Fakultas Imu Budaya Universitas Andalas (UNAND).

Skripsi yang berjudul

“Dinamika Jemaat Ahmadiyah Cabang Padang 1956-2010”. Ditulis oleh Dia Fitria mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang (UNP) pada tahun 20116.

Skripsi yang berjudul

“Persepsi Masyarakat Muslim Non Ahmadiyah Terhadap Keberadaan Ahmadiyah (Kasus: Kelurahan Pampangan Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang)”.

Ditulis oleh Afdilah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Pendidikan Universitas Andalas (UNAND) pad tahun 20047.

Metode Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah seperti lazimnya dalam penulisan sejarah lainnya. Dalam proses kajianya terdiri dari beberapa tahapan pokok yakni: (1). Heuristik yaitu pengumpulan data baik sumber primer maupun sumber sekunder. (2). Kritik sumber yaitu tahapan untuk melakukan pengolahan data atau analisis data sejarah yang dapat dikelompokkan kedalam dua bagian yakni, kritik intern dan kritik ekstern. (3).

Interpretasi data yaitu tahapan dalam

5 Fiska Juanda. “Ahmadiyah di Kota Padang 1980-2008”. (Padang:

UNAND, 2013

).

6 Dia Fitria. Dinamika Jemaat Ahmadiyah Cabang Padang 1956-2010.

(Padang: FIS UNP. 2011).

7 Afdila. Persepsi Masyarakat Muslim Non Ahmadiyah Terhadap

Keberadaan Ahmadiyah (Kasus: Kelurahan Pampangan Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang). Padang: FISIP UNAND 2004.

melakukan pemilahan dan pembedahan terhadap sumber sejarah sebagai informasi yang dibutuhkan dalam bentuk fakta-fakta lepas. Kemudian fakta tersebut disusun berdasarkan pada tahapan klasifikasi masalah penelitian yang dituju. (4).

Penulisan Sejarah (historiografi)8. PEMBAHASAN

Latar Belakang Masuknya Ahmadiyah di Kecamatan Kayu Aro

Masuknya Ahmadiyah ke Kayu Aro pertama kali dibawa oleh seorang Mualim yang bernama Rohidi dari Krutsil Jawa Tengah menuju Padang, setelah itu menuju ke kecamatan Gunung Kerinci di Provinsi Jambi dan kemudian bertempat tinggal di Desa Bengkolan Dua pada tahun 1984.

Beliau melakukan pengajian dan dakwah ke tiap-tiap desa. Pada awalnya kegiatanya masih bersifat tertutup dari masyarakat Kayu Aro, dan respon masyarakat pribumi yang terbuka terhadap munculnya Ahmadiyah.

Seiring dengan perubahan waktu dan interaksi yang semakin terbuka Jemaah Ahmadiyah sudah mulai terbuka dan berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Orang Kayu Aro pertama yang masuk Ahmadiyah adalah Salib Sahib yang tinggal di Desa Sungai Lintang sebagai salah satu akibat dari dakwah dan pengajian yang dilakukan oleh Rohidi tersebut. Dakwah dan pengajian tersebut semakin sering dilakukan dan pada akhirnya berimbas kepada keluarga bapak Salib Sahib khususnya Dasri yaitu adik kandung dari Salib Sahib. Mereka di Bai’at pada tahun 1984 sebagai bukti diterimanya Ajaran Ahmadiyah di Kayu Aro.

Ahmadiyah mulai menyebar hampir keseluruh wilayah Kayu Aro Seperti Sungai Lintang, Batu Hampar, Pasar Minggu, Sako Duo, Kebun Baru, Sungai Tanduk dan Bengkolan Dua, tidak lama kemudian menyebar ke daerah Pematang Lingkung dan Semurup pada tahun 1986.

Di Kayu Aro Ahmadiyah berkembang secara turun-temurun, karena faktor kekeluargaan yang begitu erat dan

8 Mestika Zed. 1999. Metodologi

Penelitian Sejarah ( Padang: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP, ), hlm 37-38

(6)

pemukiman yang mulai rapat di Kayu Aro sehingga Ahmadiyah bisa berkembang. Pada tahun 1986 terbentuklah Jamaah Ahmadiyah Kayu Aro yang berpusat di desa Sungai Lintang9.

Perkembangan Ahmadiyah di Kecamatan Kayu Aro dari Tahun 1986- 2014

1. Peran Mubaligh dalam mengembangkan Ahmadiyah di Kayu Aro

Pada tahun 1987 datanglah Mubaligh Pertama dari Tasikmalaya, Jawa Barat yang bernama Ahmad Sulaiman. Beliau melakukan pengajian satu minggu sekali dan aktif dalam dakwah untuk menyiarkan Islam versi Ahmadiyah serta membai’at orang-orang yang hendak masuk ke anggota Ahmadiyah atau disebut dengan Ahmadi baru.

Pola penyebaran yang ia lakukan pada saat itu adalah dengan mempengaruhi satu orang dalam sebuah desa, maksudnya yaitu cukup satu orang saja yang dipengaruhi dalam sebuah keluarga dan satu orang tersebut yang akan meneruskan pengaruh kepada keluarga yang lain. Pola ini dapat menambah dan mempermudah pengenalan dan penyebaran Aliran Ahmadiyah di Kayu Aro.

Perkembangan Ahmadiyah juga tidak terlepas dari usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh para Mubaligh.

Mubaligh adalah orang yang menyiarkan atau menyampaikan ajaran agama Islam.

Istilah Mubaligh juga mengandung maksud ahli kumpulan agama yang dihantar keluar negeri atau daerah untuk menyebarkan ajaran agama mereka melalui dakwah, pendidikan, khidmat Sosial dan sebagainya. Kegiatan ini sesuai dengan tujuan Jemaah Ahmadiyah tersebut seperti:

a. Pengajian. Di Kayu Aro pengajian yang dilakukan oleh setiap Mubaligh adalah 1 atau 2 kali dalam seminggu untuk orang-orang dewasa, sedangkan

9 Wawancara dengan Suratmin, umur 60 tahun. Sebagai ketua Jemaah Ahmadiyah pada tanggal 8 September 2015 di Kayu Aro.Pukul 17:00 WIB

untuk anak-anaknya dilkukan pengajian setiap sore harinya.

b. Dakwah agama Islam dengan usaha sebagai berikut:

1. Menerbitkan dan menyiarkan kitab-kitab Islam

2. Menerbitkan dan menyiarkan brosur-brosur

3. Mengadakan ceramah-ceramah agama Islam dan kunjung mengunjungi

Metode penting yang dilakukan oleh Jemaah Ahmadiyah dalam menjalankan dakwah adalah dengan menggunakan cara-cara atau sistem baru yang lebih efektif berupa meninggalkan cara-cara dakwah lama yang hanya mnenggunakan dalil-dalil, disesuaikan dengan ajaran kitab suci Al-Qur’an yaitu secara bertahap dengan penuh kesabaran 4. Surat menyurat

5. Bai’at

Arti bai’at adalah menjual diri10. Bai’at juga diartikan dengan janji setia atau sumpah setia oleh para Ahmadi baru baik laki-laki maupun perempuan pada Mirza Ghulam Ahmad dan wajib menandatangani 10 syarat pembai’atan11. Berikut adalah 10 syarat yang harus dilakukan oleh para Ahmadi Baru:

a. Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik.

b. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya

10 Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (diterjemahkan oleh Abu Mudabbir). 1997.

Nasihat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud Mengenai Bai’at. Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

11 Wawancara dengan Suratmin,

umur 60 tahun. Sebagai ketua Jemaah Ahmadiyah pada tanggal 9 September 2015 di Kayu Aro.Pukul 18:00 WIB

(7)

meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.

c. Akan senantiasa melakukan shalat lima waktu semata-mata mengikuti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mendirikan shalat tahajud, dan mengirim salawat kepada kepada junjungannya Yang Mulia Rasulullah s.a.w., dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukuri dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.

d. Tidak akan mendatangkan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apapun juga.

e. Akan tetap setia terhadap Allah Ta’ala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan rela atas keputusan Allah Ta’ala.

Dan senantiasa akan menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah. Tidak akan memelingkan mukanya dari Allah Ta’ala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.

f. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Alquran Suci di atas dirinya.

Firman Allah dan Sabda Rasul- Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya.

g. Meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri beradat lemah-lembut, berbudi pekerti yang halus dan sopan santun.

h. Akan menghargai agama dan mencintai Islam lebih dari pada

jiwanya, hartanya anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya.

i. Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugeahkan Allah Ta’ala padanya.

j. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini

“Imam Mahdi dan Al-Masih Al- Mau’ud” semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal ma’ruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan ataupun ikatan kerja. mentaati segalah perintah dalam kebaikan12.

Kebanyakan kegiatan yang dilakukan adalah pengajian. Rata-rata mereka melakukan pengajian antara 1 atau 2 minggu sekali. Berikut adalah kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh para mubaligh:

a. Ijtimaq artinya pertemuan, istimaq ada 2 yaitu ijtimaq Khudam dan ijtimaq Anshor. Ijtimaq Khudam yaitu pertemuan untuk para remaja atau pemuda Jemaah Ahmadiyah, sedangkan ijtimaq Anshor yaitu pertemuan untuk para orang tua dengan umur 40 tahun ke atas atau disebut dengan pertemuan khusus.

b. Jalsa Salanah yaitu pertemuan tahunan yang dilakukan oleh Jemaah Ahmadiyah dan juga diikuti oleh petinggi-petinggi Ahmadiyah yang ada di daerah tersebut.

Pada tahun 2004 diadakannya jalsa salanah yang dilaksanakan di masjid Mubarak Padang yang diikuti oleh para Jemaah Ahmadiyah dari Kayu Aro. Jalsa salanah adalah agenda rutin yang

12 Wawancara dengan Suratmin,

umur 60 tahun. Sebagai ketua Jemaah Ahmadiyah pada tanggal 9 September 2015 di Kayu Aro.Pukul 18:00 WIB

(8)

dilakukan satiap tahunya dalam kegiatan Jemaah Ahmadiyah13.

c. Pengajian. Pengajian dilakukan dalam 1 atau 2 minggu sekali per kelompok.

Maksudnya yaitu setiap desa yang ada Jemah Ahmadiyahnya dijadwalnya kegiatan pengajiannya secara berurutan.

d. Wikari amal yaitu penggarapan lahan pertanian yang hasilnya kelak digunakan untuk kepentingan Jemaah Ahmadiyah.

2. Pernikahan sebagai sarana dalam mengembangkan Ahmadiyah di Kayu Aro

Masuknya Islam di Indonesia tidak terlepas dari pernikahan atau perkawinan antara penduduk pribumi dengan orang asing atau ulama dari timur pada saat itu yang merupakan salah satu dari kajian saluran Islamisasi di Indonesia.

Perkawinan juga merupakan salah satu hal yang mendukung dalam proses pengembangan Jemaah Ahmadiyah. Uniknya masalah pernikahan dalam Ahmadiyah adalah jika wanitanya adalah penganut Ahmadiyah dan laki-laki nya non Ahmadiyah, maka harus diusahakan atau diupayakan agar laki-laki nya mengikuti ajaran yang dianut oleh pihak wanitanya yaitu Ahmadiyah14. Berkat perkawianan itu jumlah Jemaah Ahmadiyah semakin berkembang. Pastinya keturunan- keturunan mereka memeluk ajaran yang dianut oleh orang tuanya yaitu Ahmadiyah. Hal itu juga berlaku untuk Aliran Ahmadiyah di Kayu Aro.

3. Pembangunan Infrastruktur

Perkembangan suatu agama atau aliran dapat juga dilihat dari bangunan- bangunanya atau tempat peribadatan sebagai sarana dalam mendekatkan diri dengan Tuhan. Tempat peribadatan yang

13 Wawancara dengan Sudarso, Umur 56 tahun, sebagai anggota Jemaah Ahmdiyah pada tanggal 6 September 2015 di Kayu Aro pukul 16:35 WIB

14 Wawancara dengan Suratmin, umur 60 tahun. Sebagai ketua Jemaah Ahmadiyah pada tanggal 9 September 2015 di Kayu Aro.Pukul 18:00 WIB

dibangun oleh Ahmadiyah terletak di Sungai Lintang sebagai pusat kegiatan jemaahnya di Kayu Aro. Pada tahun 1994 dimulai tahap awal pembangunan Misi (Masjid) dan selesai pada tahun 1995 serta siap digunakan untuk kegiatan- kegiatan jemaah Ahmadiyah.

Sebelum tahun 1995 dengan belum dibangunnya Misi (Masjid) di Sungai Lintang tersebut, kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh para Jemaah Ahmadiyah khususnya pengajian, sholat, dakwah dan lain sebagainya dilakukan di rumah-rumah Jemaah Ahmadiyah salah satunya adalah rumah Ngari dan Darmanto. Kegiatannya juga dilakukan dengan berpindah-pindah dari setiap Jemaah Ahmadiyah15.

Selain itu Jemaah Ahmadiyah di Kayu Aro juga membangun perpustakan untuk bahan bacaan bagi jemaah Ahmadiyah agar lebih mendalami tentang ajaran Ahmadiyah yang disertai dengan buku-buku terbitan Ahmadiyah serta Darsus (Ederan Khusus) yang diterbitkan setiap minggunya untuk para anggotanya.

Selain itu juga dibangun rumah yang letaknya didekat Misi dan perpustakan untuk tempat tinggal para mubaligh yang bertugas di Sungai Lintang tersebut16. Hubungan Antara Jemaah Ahmadiyah dengan Masyarakat sekitar di Kecamatan Kayu Aro.

Islam mengajarkan atau mengisyaratkan agar kita terus menjaga silahturahmi. Pengertian silahturahmi disini bisa berarti antara umat Islam dengan Islam atau Islam dengan lain keyakinan dari mereka. Perbedaan bentuk rupa budaya bukan menjadi ukuran, akan tetapi sejauh mana besar pengapdian hamba pada Tuhan nya. Setiap pemeluk agama Islam harus benar-benar untuk menghargai dan menghormati perbedaan yang terjadi di masyarakat. Bukankah perbedaan adalah

15 Wawancara dengan Suratmin, umur 60 tahun. Sebagai ketua Jemaah Ahmadiyah pada tanggal 9 September 2015 di Kayu Aro.Pukul 18:00 WIB

16 Wawancara dengan Sudarso, Umur 56 tahun, sebagai anggota Jemaah Ahmdiyah pada tanggal 6 September 2015 di Kayu Aro pukul 16:35 WIB

(9)

rahmat, Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, ada persamaan tentu ada perbedaan.

Suasana seperti inilah yag dirasakan oleh Jemaah Ahmadiyah di Kayu Aro.

Mereka bisa tenang beribadah menurut keyakinanya. Gambaran ini juga tampak jelas dalam pergaulan masyarakat Kayu Aro seperti yang diungkapkan olek ketua Ahmadiyah di Kayu Aro yaitu Suratmin, bahwasanya warga Kayu Aro tidak pernah mempersoalkan ke Ahmadiyahan beliau.

Bahkan mereka selalu mengapresiasiakan kehadiran beliau di lingkungan mereka. Hal ini terbukti tidak adanya konflik atau masalah yang terjadi di Kayu Aro selama kurun waktu 20 tahun terakhir ini17. Itulah kenapa Islam dikenal oleh peradaban manusia sebagai agama yang mempelopori toleransi dan kebebasan memilih agama.

Bahkan boleh jadi satu-satunya agama yang masih setia menerapkan prinsip toleransi kepada pemeluk agama lain.

Kesimpulan

1. Latar Belakang masuknya Ahmadiyah ke Kayu Aro pada tahun 1984 yang dilakukan oleh seorang Mubaligh atau mualim yang bernama Rohidi dari Krutsil Jawa Tengah menuju Padang, setelah itu menuju ke kecamatan Gunung Kerinci di Provinsi Jambi dan kemudian bertempat tinggal di Desa Bengkolan Dua. Seiring dengan perubahan waktu dan interaksi yang terjadi antara Mubaligh Rohidi dengan masyarakat sekitar, Beliau melakukan pengajian dan dakwah tentang tentang Islam dan menyiarkan hakikat Ahmadiyah yang sebenarnya ke tiap-tiap desa.

2. Perkembangan Ahmadiyah di Kayu Aro tidak terlepas dari peran dan usaha yang dilakukan oleh setiap mubaligh yang bertugas di Kayu Aro tersebut. Usaha tersebut seperti melakukan pengajian satu minggu sekali dan aktif dalam dakwah untuk menyiarkan Islam versi Ahmadiyah.

17 Wawancara dengan Suratmin, umur 60 tahun. Sebagai ketua Jemaah Ahmadiyah pada tanggal 9 September 2015 di Kayu Aro.Pukul 18:00 WIB

Perkawinan juga merupakan salah satu hal yang mendukung dalam proses pengembangan Jemaah Ahmadiyah. Berkat perkawianan itu jumlah Jemaah Ahmadiyah semakin berkembang di Kayu Aro.

3. Hubungan antara Jemaah Ahmadiyah dengan masyarakat sekitar di Kayu Aro terjalin dengan harmonis dan saling menghormati.

Saran

Untuk menghindari konflik dengan masyarakat secara berkelanjutan semoga hasil dalam penelitian ini dapat memberikan sumbangsi dan masukan serta saran kepada semua lapisan masyarakat baik yang terlibat maupun tidak untuk lebih bersifat kemajemukan dalam hidup bermasyarakat yang modern dan heterogen saat ini.

Selanjutnya mudah-mudahan penelitian ini juga dapat menjadi masukan untuk semua masyarakat untuk saling menghormati dan menghargai setiap kepercayaan yang diyakini oleh setiap orang dan tidak untuk memandang perbedaan yang dapat menyebabkan perpecahan.

DAFTAR PUSTAKA A. Arsip / Dokumen

Arsip Jemaah Ahmadiyah Kayu Aro Tahun 2003

Arsip Jemaah Ahmadiyah Kayu Aro Tahun 2014

Kantor Statistik Kab.Kerinci Tahun 1983 Kecamatan Kayu Aro Dalam Angka Tahun

1989

Data Statistik Kependudukan Kecamatan Kayu Aro Tahun 2012

B. Buku

Ahmad, Hazrat Mirza Ghulam. 1997.

Nasihat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud Mengenai Bai’at. Bogor:

Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

(10)

Audah, Hasan Bin Mahmud. 2007.

Ahmadiyah: Kepercayaan- Kepercayaan dan Pengalaman- Pengalaman. Jakarta: LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam).

Departemen Pendidikan Nasional. 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Djamaluddin, M. Amin. 2000. Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur-an.

Jakarta: LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)

Fatoni, Muslih. 1994 “Paham Mahdi Syi’ah dan Ahmadiayah dalam Perspektif”. Yogyakarta. LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam).

Hubaisy, Thaha Dasuki. 2006. Munculnya Aliran-Aliran Sesat di Abad Modern. Bandung: Pustaka Setia Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran

dan Peradaban Islam. Yogyakarta:

Pustaka Book Publiser.

Musa, Hasan Bin Aqil. 2004. Ajaran Dalam Islam. Jakarta: Balai Pustaka.

Prodjokusumo, H.S. 1994. Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta:

Sekretariat Majelis Ulama Masjid Istiqlal Jakarta.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988.

Kamus Besar Bahasa Indonesia:

Edisi Pertama. Jakarta: Balai Pustaka.

Zed, Mestika. 1999. Metodologi Penelitian Sejarah. Padang: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP.

C. Skripsi

Afdila. 2004. Persepsi Masyarakat Muslim Non Ahmadiyah Terhadap Keberadaan Ahmadiyah (Kasus:

Kelurahan Pampangan Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang). Padang: FISIP UNAND.

Fitria, Dia. 2011. Dinamika Jemaat Ahmadiyah Cabang Padang 1956- 2010. Padang: FIS UNP.

Juanda, Fiska. 2013. “Ahmadiyah di Kota Padang 1980-2008”. Padang:

Universitas Andalas (UNAND).

Wibowo, Are. 2014. Keberadaan Umat Kristen (Katolik) di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci (1967-1980). Padang: STKIP PGRI Sumbar.

D. Internet

Http:// SKB Ahmadiyah diterbitkan BBCIndonesia.com.diakses 10 Maret 2015. 20:00 WIB

Referensi

Dokumen terkait

While the latter two members of our team were busy recording in Blantyre District in July and August— mostly Chichewa storiesnthano, riddlesdzidapi and various activities of