ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 411-418 411
PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PENDAPATAN FRANCHISE BERDASARKAN PSAK NO. 23 PADA PT. INDOMARCO PRISMATAMA
CAB. MAKASSAR
Purmyanti1, Neng Indriyani2, Astuty Hasti3
1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar
ABSTRACT
The Research aimed to find out the confornmity of accounting treatment towards franchise revenue at PT.
Indomarco Prismatama Makassar Branch. The technique of collegting data was through observation, documentation, and interview. The technique of data analysis was descriptive qualitative, to describe the facts, situation, or phenomenon on the franchise revenue of PT. Indomarco Prismatama Makassar Branch. The result showed that the revenue evaluation of the royalty fee follows the PSAK No. 23 in 2012, that is by using the deal price between the franchisor and the franchisee, the revenue recognition of the royalty fee follows the PSAK No. 23 in 2012 which using the accrual basis method and the revenue’s presenting and revealing describes by the income and profit statement.
Keywords: revenue,recognition, presenting and revealing, franchise, and PSAK No. 23
PENDAHULUAN
Waralaba (Franchise) pertama kali didirikan di indonesia pada tahun 11970-an dimulai dengan pendirian KFC, Swensen, dan Shakey Pisa, diikuti oleh Burger King dan Seven Eleven pada tahun 1990, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia ynag meningkat, politik atau keamanan yang stabil dan terjamin dan Investor asing tertarik untuk menginvestasikan uang mereka untuk membeli Waralaba di Indonesia.
Pada tahun 1992, ada 29 waralaba dari luar negeri dan 6 waralaba regioanal Indonesia, dan total sekitar 300 outlet didistribusikan di Indonesia. Jumlah waralaba meningkat menjadi 265outlet pada tahun 1997, sebanyak 235 adalah waralaba Internasional dan 30 outlet adalah waralaba lokal, dan jumlah outlet maksimum adalah 2000. Krisis moneter diikuti oleh krisis ekonomi dan politik terjadi pada tahun 1997. Hal ini menyebabkan jatuhnya industry waralaba Indonesia. Banyak pemilik waralaba asing telah meninggalkan Indonesia karena kondisi ynag tidak mendukung, hampir 500 outlet telah tutup.
Pada saat itu, jumlah waralaba luar negeri di Indonesia menurun dari 230 menjadi 170-180 waralaba. Tetapi waralaba local mulai mengisi pasar pada saat itu.
Waralaba di Indonesia meningkat dari 30 menjadi 85 merek konsumen dalam
produksi. Sejauh Franchise local telah berkembang menjadi 360 merek barang, yang ditempatkan di 9000 outlet.
Perkembangan yang sangat signifikan harus dihargai secara positif, khususnya industry waralaba local di Indonesia, karena industry waralaba local merupakan tonggak penting dalam pertumbuhan ekonomi nasioanal. Indikasi bahwa perusahaan kecil dan menengah yang meningkat dan berkembang adalah industry waralaba local.
Karena itu melihat perkembangan waralaba local seperti saat ini, harus dijaga dan diarahkan dengan benar, karena pengembangan waralaba local dapat mendorong pengembangan produk local di pasar Indonesia.
Waralaba, sebagai system bisnis, adalah suatu system unggul yang dapat memberikan jaminan kepada investor potensial. Namun, waralaba sendiri disalah pahami oleh banyak pelaku waralaba. Jadi, tidak sedikit franchisee yang tertipu oleh apa yang ditawarkan.
Sebagai satu-satunya organisasi dengan peran penting dalam pengembangan waralaba di Indonesia, Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) juga melihat industry waralaba yang berkembang dan diarahkan dengan baik, salah satunya adalah memberikan instruksi untuk persyaratan waralaba dan bersosialisasi dengan
public untuk mengetahui seperti apa perusahaan waralaba sejati.
Singkatnya, waralaba adalah hubungan bisnis antara pemilik merek, produk dan system operasi dengan pihak kedua yang melisensikan penggunaan merek, produk dan system operasi selama periode waktu yang tertentu. Pemilik merek disebut Franchisor dan pihak kedua disebut Franchisee. Sebagaimana disepakati, selain menggunakan merek, ia juga menerima bantuan dari Franchisor dalam hal persiapan toko, pelatihan, promosi, pasokan barang, dan lai-lain.
Peningkatan perkembangan industry waralaba di Indonesia mengharuskan setiap pemilik waralaba untuk mengajukan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi umum, sehingga pewaralaba tertarik dan nyaman berinvestasi di sector waralaba. PT.
Indomarco Prismatama Cab. Makassar adalah salah satu industry waralaba yang sedang berkembang. Terutama di Sulawesi Selatan, perusahaan yang telah memiliki 109 toko Franchise selama delapan tahun terakhir.
Namun demikian, laporan keuangan perusahaan masih menggunakan basis uang tunai untuk mengidentifikasikan dan mendokumentasikan keuntungan waralaba ketika biaya berbagi atau royalty dibayarkan oleh pemegang waralaba.
PT. Indomarco Prismatama Cab.
Makassar merupakan salah satu perusahaan yang menjalani bisnis Franchise sehingga memungkinkan untuk di teliti mengenai pendapatan Franchise-nya. secara khusus, laporan keuangan adalah dokumen akuntansi utama yang memberikan informasi keuangan kepada investor sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Kesalahan dalam menentukan pendapatan dan biaya perusahaan dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika perusahaan cenderung memanipulasi laba perusahaan agar terlihat baik di mata investor. Untuk alasan ini, keakuratan penyajian pendapatan dan biaya dalam akun mutlak diperlukan sesuai dengan standar sehingga pendapatan dan biaya yang disajikan benar-benar mencerminkan kinerja perusahaan selama periode akuntansi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah perlakuan akuntansi terhadap pendapatan Franchise di PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar sudah sesuai dengan PSAK No. 23?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi terhadap pendapatan Franchise pada PT.
Indomarco Prismatama Cab. Makassar berdasarkan PSAK No. 23.
TINJAUAN LITERATUR
Akuntansi adalah bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil operasi pada waktu atau periode tertentu (Harahap, 2013).
Akuntansi adalah proses data dan pengukuran yang penting, akurat dan dapat dibandingkan dengan kegiatan bisnis perusahaan (Wild, Shaw dan Chiappette, 2014).
Akuntansi merupakan seni dalam mencatat, menggolongkan, dan mengikhtisarkan semua transaksi-transaksi yang terkait dengan keuangan yang telah terjadi dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang (Ismail, 2014). Adapun bagian laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan rugi-laba, serta laporan keuangan lainnya yang dapat mencerminkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu.
(Astuty Hasti, 2015).
Konsep Akuntansi keuangan berkaitan dengan masalah pencatatan transaksi untuk perusahaan atau organisasi atau persiapan berbagai laporan berkala hasil pencatatan (Pontoh, 2013).
Menurut Suwardjono (2010), perlakuan akuntansi didasarkan pada standar akuntansi dan bahwa ada 4 hal utama dalam standar akuntansi khususnya, 1) Pengukuran (measurement) atau penilaian (valuation); 2) Definisi elemen dan pos laporan keuangan; 3) Pengakuan (recognition); 4) Pengungkapan/penyajian
(disclosure/presentation).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015), pendapatan adalah arus kas bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama satu periode jika arus tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal sari kontribusi penanaman modal.
Pengakuan pendapatan untuk setiap organisasi adalah unik, apakah diakui pada saat penjualan atau ketika barang dan jasa telah dikirimkan atau masih di proses. Pengakuan pendapatan di setiap perusahaan akan bervariasi, terutama dengan adanya berbagai jenis perusahaan, itu
ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 411-418 413 semua tergantung pada kebijakan masing- masing perusahaan untuk mengenali setiap pendapatan dari masing-masing bisnis.
Pendapatan merupakan peningkatan yang berasal dari aktivitas normal perusahaan yaitu penjualan barang atau pemberian jasa.
(Neng Indriyani, 2015).
Penyajian Pendapatan menurut PSAK No. 23 (2012) menyatakan bahwa penyajian pendapatan yang didasarkan pada saat tunai diterima disebut cash basis sedangkan pendapatan yang tidak dipenuhi saat penerimaan dalam bentuk uang disebut accrual basis, Accrual basis digunakan SAK dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Pendapatan menurut PSAK No. 23 (2012), yaitu pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus kas masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari ekuitas pemilik modal.
Menurut Pawan (2013), pendapatan yang telah diukur dan diakui akan dimasukkan dalam laporan keuangan. Pada dasar kas, pendapatan dilaporkan dalam laporan laba rugi peda periode dimana kas diterima atau dibayar. Sedangkan pada dasar akrual, pendapatan dilaporkan dalam laporan laba rugi periode saat pendapatan tersebut dihasilkan.
Santoso (2013) menyatakan bahwa pendapatan adalah arus masuk atau penambahan asset atau penyelesaian kewajiban atau kombinasi keduanya yang dihasilkan dari pengiriman atau pembuatan barang, penyediaan layanan atau kegiatan lain yang merupakan operasi utama perusahaan atau operasi besar (operasi regular/sentral) yang merupakan berkelanjutan (reguler).
IAI melalui PSAK No. 23 mengungkapkan sumber pendapatan adalah penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalty, dividen, dan pertukaran barang atau jasa.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 23 paragraf ke 23 (Revisi 2012) menyatakan bahwa pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.23 paragraf ke 24 (Revisi 2012) menyatakan bahwa penjualan jasa dapat diakui dengan persentase
penyelesaian bila memenuhi kondisi seperti jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal, kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas, tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal, biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal.
Pengakuan pendapatan adalah saat dimana pendapatan dicatat/dimasukkan dalam laporan laba/rugi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2012, PSAK No.23), pendapatan dapat diakui dengan beberapa metode seperti:
1. Metode realisasi
Metode realisasi dalam pengakuan pendapatan adalah pendapatan diakui setelah barang dan jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas. Contoh pendapatan diakui setelah barang atau jasa dijual atau diserahkan.
2. Metode sebelum realisasi
Metode sebelum realisasi dalam pengakuan pendapatan adalah pendapatan diakui secara bertahap berdasarkan persentase pekerjaan yang telah diselesaikan oleh perusahaan. Metode ini terdiri dari:
a. Pengakuan pendapatan secara proporsional selama tahap produksi.
b. Pengakuan pendapatan saat selesainya produksi. contohnya perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi.
3. Metode setelah realisasi
Metode setelah realisasi dalam pengakuan pendapatan adalah pendapatan diakui setelah pembayaran telah diterima, contoh dalam penjualan cicilan.
Belkaoui dalam Samsu (2013) menyatakan bahwa ada dua metode pengakuan pendapatan dalam periode akuntansi, yaitu:
1. Accrual Basis
Accrual basis adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut tanpa memerhatikan waktu kas diterima atau dibayar. Beban dan pendapatan secara hati-hati disamakan.
Menyediakan informasi yang lebih handal dan terpercaya tentang seberapa besar suatu perusahaan mengeluarkan uang atau menerima uang dalam setiap bulannya.
2. Cash Basis
Dalam metode cash basis, pendapatan diakui ketika kas diterima sedangkan beban diakui pada saat kas dibayarkan, artinya perusahaan mencatat beban didalam transaksi jurnal entry ketika kas dikeluarkan atau dibayarkan dan pendapatan dicatat ketika kas masuk atau diterima. Cash Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam akuntansi, dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan.
PSAK Nomor 23 paragraf 8 menyatakan bahwa pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima, nilai wajar adalah jumlah suatu aset dipertaruhkan, atau liabilitas diselesaikan antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar, imbalan tersebut biasanya berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pedapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau dapat diterima.
Reeve et al (2013), penghasilan berarti jumlah uang yang diterima oleh perusahaan melalui penjualan barang dan jasa. Untuk akuntansi, empat langkah sederhana yang digunakan yaitu:
1. Harga pertukaran waktu lalu (historical cost), harga ini adalah harga utama sumber daya tersebut saat didapatkan. Kadang digunakan sebagai pengukuran persediaan, peralatan, dan aktiva lain.
2. Harga pertukaran pembelian (current purchase exchange), harga ini biasanya diidentifikasikan sebagai harga pokok pergantian karena sumber daya yang ditimbulkan oleh sumber daya yang diukur dengan harga beli yang berlaku saat ini akan dibayar untuk memperoleh sumber daya tersebut apabila sumber daya ini tidak terpenuhi.
3. Harga pertukaran penjualan (current sale exchange), harga ini biasanya diidentifikasikan sebagai harga yang berlaku saat ini dan kondisi harga kemungkinan besar stabil atau perubahan tidak material, misalnya untuk pertukaran logam mulia.
4. Harga pertukaran masa mendatang (future exchange), harga ini mencerminkan penerimaan tunai di masa mendatang dan mendiskontokannya terhadap nilai yang berlaku sehingga realisasi dan kesetaraan
pendapatan dapat terjamin. Penggunaannya untuk menaksir harga pokok di masa yang akan datang atas dasar persentase selesai atau penjualan kredit.
Pengungkapan pendapatan menurut PSAK No. 23 entitas mengungkapkan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;
2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut, termasuk yang berasal dari penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalty, dividen.
3. Jumlah pendapatan yang berasal dari hasil pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.
Peraturan Pemerintah Tahun 2007 yang mengatur tentang waralaba di Indonesia menjelaskan bahwa yang dimaksuud dengan:
1. Waralaba (franchise) adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhahsil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
2. Pemberi waralaba (franchisor) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba.
3. Penerima waralaba (franchisee) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini merupakan penelitian bersifat kualitatif. Menurut Sugiyono (2017), penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 411-418 415 Penelitian ini dilakukan pada PT.
Indomarco Prismatama yang bertempat di Jl.
Kima 10 No. 5-A5A, Daya Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 90241.
Jenis data yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah, 1) Jenis data kuantitatif merupakan beberapa macam jenis penelitian atau karya ilmiah yang umumnya sistematis, tersusun, dan terarah secara jelas dari awal sampai tahap pembuatan desain penelitian. 2) Jenis data kualitatif merupakan langkah atau cara baru karena penemuannya belum cukup lama, cara ini dinamakan pospostivistik sebab berdasarkan pada aturan pos positisme, sehingga bisa menjadi cara artistic karena proses penelitian dominan bersifat seni.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Data Primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari objek penelitian pada PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar. Data ini membutuhkan pengolahan dan diperluas dengan menganalisa sendiri oleh peneliti, yaitu data yang didapatkan dari observasi. 2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku, laporan keuangan pada PT. Indomarco Prismatama, jurnal dan sumber kepustakaan lainnya yang mendukung pembahasan dalam penelitian ini.
Peneliti mengumpulkan data dalam analisis ini menggunakan tiga metode: 1) Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.
Dalam hal ini objek penelitian adalah PT.
Indomarco Prismatama. 2) Dokumentasi yaitu mempelajari dan menganalisa dokumen- dokumen atau catatan yang di dapat di tempat penelitian yaitu PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan misalnya laporan keuangan dan sebagainya. 3) Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif karena ingin menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta, keadaan maupun gejala yang tampak pada Pendapatan Franchise PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar dengan melihat
dari sisi laporan keuangan yang disajikan seperti laporan perhitungan royalty,laporan laba rugi PT. Indomarco Prismatama Cab.
Makassar atas pendapatan franchise dan dengan menganalisa metode pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan pendapatan yang digunakan perusahaan untuk dapat diketahui apakah perlakuan akuntansi terhadap pendapatan franchise di perusahaan tersebut sesuai dengan PSAK No. 23.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Indomarco Prismatama (Indomaret) adalah perusahaan swasta nasional yang didirikan berdassarkan akta notaris No. 207 tanggal 21 november 1988 oleh bapak Benny Cristyanto dan SIUP No. 789/0902/PB/XII/88 tanggal 20 Desember 1988 dengan NPWP 1.337.994,6-041 dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Penjaringan, Jakarta Utara. PT. Indomarco Prismatama berlokasi di Jalan Ancol Barat, Jakarta Utara, di Jakarta, Cimanggis (Depok), jatake (Tangerang), Parung (Bogor), Bekasi (Cikarang), Bandung, Surabaya, Semarang dan Lampung. Dan pada tahun 2008 dibuka kembali Cab. Medan, jumlah toko yang dimiliki pada akhir tahun 2007 kurang lebih 2.000. PT. Indomarco Prismatama adalah salah satu pencipta minimarket di Indonesia, yang dapat dikatakan telah membuat kemajuan dalam memasok berbagai macam produk yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan orang Indonesia. Awalnya itu hanya waralaba peusahaan, tetapi tidak semua waralaba organisasi. Ada 5.082 toko pada tahun 2011 dari total 3.147 toko milik sendiri sisanya dimiliki oleh masyarakat diseluruh Jambotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali dan kota-kota Lampung.
Indomaret berupaya menjadi asset nasional dalam bentuk jaringan ritelwaralaba yang unggul dalam persaingan global. Tahun 1997 Indomaret memperkenalkan system kemitraan dengan membuka peluang bagi masyarakat untuk turut serta memiliki dan mengelola sendiri gerai Indomaret. Sampai dengan Maret 2013, gerai waralaba Indomaret telah mencapai 2.706 (40%). Mitra usaha ini meliputi koperasi, badan usaha dan perorangan.
Pernyataan Standar Akuntansi No 23 tahun 2012 yang mengatur tentang Pendapatan, menyatakan bahwa pernyataan
tersebut diterapkan untuk perusahaan, baik swasta maupun pemerintah, yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk penilaian, pengakuan, dan pengungkapan yang diperlukan kecuali bila Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan lainnya mensyaratkan perlakuan akuntansi yang berbeda.
Berdasarkan pernyataan diatas, PT.
Indomarco Prsmatama sebagai franchisor menerapkan akuntansi untuk pendapatan franchise sebagai berikut:
1. Sumber Pendapatan
a. Sumber pendapatan franchise PT.
Indomarco Prismatama Cab. Makassar diperoleh dari dua sumber yaitu joint fee dan royalty fee. Joint fee merupakan pendapatan operasi perusahaan yang diperoleh dari penyerahan produk perusahaan berupa brand “Indomaret”, laba penjualan peralatan dan bahan baku serta initial services. Nominal yang harus dikeluarkan pihak franchisee untuk Joint Fee adalah Rp. 39.600.000.- nominal ini telah ditentukan pada perjanjian Frachise yang telah disepakati antara dua belah pihak.
b. Royalty fee merupakan biaya yang dibayarkan pihak franchisee kepada PT.
Indomarco Prismatama Cab. Makassar sebagai Continuing franchise fee, yang dibayarkan setiap akhir bulan. Besarnya Royalty Fee adalah beberapa persen dari omset kotor bulanan. Definisi sumber pendapatan tersebut diatas sudah sesuai dengan PSAK No. 23 yang menyebutkan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto yang berasal dari aktivitas utama perusahaan. Aktivtas utama PT. Indomarco Prismatama Cab.
Makassar adalah penjualan franchise dari brand “Indomaret” dan mendapatkan royalty fee dari penjualan tersebut.
2. Pengukuran Pendapatan
Joint fee dan royalty fee diukur dengan menggunakan hargakesepakatan, yaitu biaya yang harus dibayarkan oleh pihak franchisee berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak. PSAK No. 23 menyebutkan bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima atau yang dapat diterima.
Berdasarkan pernyataan diatas dan MOU PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar, perusahaan tersebut mengukur pendapatannya berdasarkan nilai wajar yang diterimanya sesuai dengan kesepakatan dengan franchiseenya tanpa ada pengurangan harga (diskon/ potongan lainnya).
3. Pengakuan Pendapatan
a. Joint Fee. Metode yang digunakan PT.
Indomarco Prismatama Cab.
Makassaruntuk mengakui pendapatan atas Joint Fee adalah metode realisasi biasa disebut juga metode Cash Basis.
PT. Indomarco Prismatama Cab.
Makassar mencatat kas yang diterima saat awal perjanjian dengan franchisee sebagai pendapatan. PSAK No. 23 menyebutkan bahwa pendapatan dari transaksi penjualan produk /diakui pada saat tanggal penjualan, biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
Tabel 2. Pencatatan Akuntansi Atas Pendapatan Joint Fee
Tgl. Keterangan Debet Kredit 2018
Dec 31
Kas
Pendapatan Joint Fee
Rp. 7.920.000
Rp. 7.920.000
b. Royalty Fee. Metode yang digunakan PT. Indomarco Prismatama Cab.
Makassar untuk mengakui pendapatan atas Royalty Fee adalah metode accrual basis. PT. Indomarco Prismatama Cab.
Makassar. akan mengakui pendapatan atas Royalty Fee setiap akhir bulan sebesar beberapa persen dari total omset bulanan franchisee sesuai perjanjian.
PSAK No. 23 mengatur tentang pengakuan atas pendapatan royalty yaitu: imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain, seperti pendapatan bunga, dan royalty diakui sejalan dengan berlakunya waktu atau pada saat digunakan aktiva yang bersangkutan. PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar dalam mengakui pendapatan atas royalty fee sudah sesuai dengan pernyataan diatas yaitu dengan menggunakan metode accrual basis.
ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 411-418 417 Jurnal untuk mencatat transaksi pendapatan atas Royalty Fee:
Tabel 3. Jurnal Pada saat mengakui royalty fee
Tgl Keterangan Debet Kredit
2018 Dec 31
Piutang Pendapatan
Pendapatan Franchise
Rp 771.805.914
Rp 771.805.914
Tabel 4. Pada saat menerima kas
Tgl Keterangan Debet Kredit
2018 Dec 31
Kas
Piutang Pendapatan
Rp
771.805.914 Rp 771.805.914
4. Penyajian dan Pengungkapan
Berikut ini adalah laporan laba rugi yang disusun oleh PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar untuk periode yang berakhir 31 Dec 2018.
Tabel 5. Laporan Laba/ Rugi PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar
Untuk periode yang berakhir 31 December 2018
PENJUALAN BIAYA USAHA : Beban Asuransi
Beban Barang Rusak dan Hilang Beban Honorarium Tenaga Ahli Beban Iuran dan Sumbangan Beban Lain-lain (Penjualan) Beban Litrik & Energi Beban Pajak
Beban Pemeliharaan dan Perbaikan Beban Penjualan
Beban Penyusutan, Amortisasi & Alokasi Beban Periodik
Beban Perlengkapan Beban Pokok Penjualan Beban Promosi Beban Sewa
Beban Subsidi Karyawan Beban Telepon & Fax Beban Tenaga Kerja Total Biaya Usaha LABA USAHA
284.548.596.829
15.406.879 719.465.328 11.948.729 94.839.605 2.626.756.210 4.546.232.549 50.898.316 303.717.207 30.814.381.645 9.318.092.860 30.814.381.645 1.304.346.218 191.298.288.521 373.574.826 117.000.719 10.917.039 50.867.896 11.301.131.098
283.741.433.532 807.163.297
Sumber: PT. Indomarco Prismatama Cab.
Makassar
Dalam PSAK No. 23 disebutkan bahwa penyajian dan pengungkapan harus mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut dan jumlah signifikan dari pendapatan yang diakui.
Berdasarkan pernyataan diatas, PT.
Indomarco Prismatama Cab. Makassar sudah menyajikan laporan laba rugi sesuai dengan peraturan tersebut. Kebijakan akuntansi yang dianut secara implisit telah dijelaskan pada MOU yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak (franchisor dan franchisee). Namun, jumlah signifikan dari pendapatan yang diakui telah dipisahkan antara pendapatan yang diperoleh dari joint fee dan royalty fee. Walaupun pelaporannya tidak spesifik hanya melaporkan pendapatan joint fee dan royalty fee. Tetapi jelas kita ketahui sumber pendapatan dan jumlah yang diperoleh dari bisnis waralaba perusahaan tersebut.
Berikut tabel perbandingan penerapan PSAK No. 23 pada PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar.
Tabel 6. Perbandingan penerapan PSAK No. 23 pada PT. Indomarco Prismatama
Cab. Makassar
PSAK No. 23
PT. Indommarco Prismatama Cab.
Makassar
Ket.
Pengukuran Pendapatan
PSAK No. 23
menyebutkan bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima atau yang dapat diterima.
Pengukuran Pendapatan MOU PT. Indomarco Prismatama Cab.
Makassar, perusahaan tersebut mengukur pendapatannya
berdasarkan nilai wajar yang diterimanya sesuai dengan kesepakatan dengan franchiseenya tanpa ada pengurangan harga (diskon/ potongan lainnya).
Sesuai
Pengakuan Pendapatan
PSAK No. 23
menyebutkan bahwa pendapatan dari transaksi penjualan produk /diakui pada saat tanggal penjualan, biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
Pengakuan Pendapatan Metode yang digunakan PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassaruntuk mengakui pendapatan atas Joint Feedan Royalty Fee adalah metode realisasi biasa disebut juga metode Cash Basis. PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar mencatat kas yang diterima saat awal perjanjian dengan franchiseesebagai pendapatan.
Sesuai
Penyajian dan Pengungkapan Dalam PSAK No. 23 disebutkan bahwa penyajian dan pengungkapan harus mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut dan jumlah signifikan dari pendapatan yang diakui.
Penyajian dan Pengungkapan
PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar sudah menyajikan laporan laba rugi sesuai dengan peraturan tersebut.
Kebijakan akuntansi yang dianut secara implisit telah dijelaskan pada MOU yang ditandatangani oleh kedua belah pihak (franchisor dan franchisee).
Sesuai
Sumber: Data diolah (2020) PENUTUP
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan akuntansi terhadap pendapatan franchise di PT.
Indomarco Prismatama Cab. Makassar sudah sesuai dengan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan, hal ini dibuktikan antara lain dengan adanya: 1) Penilaian pendapatan atas joint fee dan royalty fee sudah sesuai dengan PSAK No. 23 tahun 2012, yaitu dengan menggunakan harga kesepakatan antara pihak franchisor dan franchisee; 2) Pengakuan pendapatan atas royalty fee sudah sesuai dengan PSAK No. 23 tahun 2012, yaitu dengan menggunakan accrual basis; 3) Penyajian dan Pengungkapan pendapatan digambarkan dengan laporan laba rugi.
Berdasarkan kelemahan yang ada, penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi PT. Indomarco Prismatama Cab. Makassar agar perlakuan pendapatan franchise-nya sesuai dengan standar umum yang berlaku, yaitu: pendapatan bunga.
Sebaiknya perusahaan tetap mengakui pendapatan bunga sebagai pendapatan lain-lain yang diterima dan menyajikannya dilaporan laba/ rugi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasti. A (2015). Analisis Laporan Keuangan Dalam Mengukur Tingkat Profitabilitas Pada PT. PLN (Pesero) Area Makassar.
https://e-jurnal.stienobel-
indonesia.ac.id/index.php/akmen/article/vie w/456/453
Harahap, Sofyan (2013), Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Yogyakarta:
UPPSTIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Revisi.
Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Penerbit Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Indriyani. N (2015). Penerapan Anggaran Sebagai Alat Bantu Manajemen Pada PT.
Pos Indonesia Area X Makassar.
https://e-jurnal.stienobel-
indonesia.ac.id/index.php/akmen/article/vie w/483/479
Ismail. (2014). Akuntansi Bank. Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Adhitya Andrebina Agung.
Pawan, E.C. (2013). Pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan pelaporan pendapatan Pada PT Pegadaian (persero). Jurnal Emba. Vol 1, No 3, Juni 2013:349-356 Pontoh, Winston (2013). Akuntansi Konsep
dan Aplikasi. Jakarta: Halaman Moeka.
Reeve. Jusuf. Warren. Duchar. K. (2013).
Principles of Accounting. Volume 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Samsu, Saharia. (2013). Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Berdasarkan PSAK No.23 pada PT. Misa Utara Manado.
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 Juni 2013. Hal.
567-575
Santoso, Brotodihardjo. (2013). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Penelitian Bersifat Eksploratiif , Interaktif Dan Konstruktif.
Edisi tiga. Bandung: Alfabeta
Suwardjono. (2010). Teori Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta.
Wild, J. J, K. W. Shaw, B. Chiapetta (2013).
Financial Accounting. 2nd ed. Amerika Serikat: McGraw-Hill Education.