Selain itu dalam sejarah ilmu pengetahuan sering muncul ilmu pengetahuan yang berasal dari konsep- konsep metafisis. Dewasa ini dunia telah mengakui bahwa sifat chauvinistic (kesombongan manusia) dalam mengembangkan ilmu pengetahuan menimbulkan.
STRUKTUR FUNDAMENTAL ILMU PENGETAHUAN
KERANGKA DASAR TEORI
PENDAHULUAN
Pengantar
Namun dalam buku ini, Filsafat Ilmu dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan objek khusus, yaitu ilmu pengetahuan.
Signifikansi Filsafat Ilmu
Seiring dengan maraknya kajian epistemologi, pada masa Renaisance itu, banyak juga para filsuf (ilmuwan, pen.) yang lebih tertarik pada penyelidikan di bidang fisika-alam. Maka lahirlah berbagai temuan dan paradigma baru di bidang ilmu, dan terutama paradigma ilmu ‘fisika’ alam.
Dari Pola Pikir Hingga Pola Hidup
Pola pikir saintifik kemudian menjadi pola hidup saintisme, pola pikir naturalistis menjadi naturalisme, pola pikir modernitas menjadi modernisme, demikian seterusnya. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada tradisi Islam, dalam hal ini pola pikir (problem epistemologis) yang mendasari rancang bangun ilmu-ilmu keislaman,27 kemudian juga me- nguat menjadi pola hidup dan standart hidup keislaman, bahkan masing-masing ilmu memiliki basis komunitas sampai ke ‘akar rumput’.
Dari Epistemologi ke Filsafat Ilmu
Tiga persoalan pokok ini merupakan objek formal dari epistemologi, sekaligus merupakan objek formal dari filsafat ilmu, sebagai perspektif dalam melihat objek materialnya, yakni ilmu. Beberapa aliran tersebut, dalam filsafat ilmu, kemudian dikenal dengan “asumsi-asumsi dasar proses keilmuan manusia.”.
Antara Filsafat Ilmu dan Sejarah Ilmu
Bahkan beberapa aliran, seperti rasionalisme, empirisisme, kritisisme, intuisionisme, yang memang merupakan pembahasan sentral dalam epistemologi, tampak mendapatkan porsi yang cukup dalam filsafat ilmu. Harus diakui bahwa keduanya memiliki keter- kaitan, bahkan perkembangan terakhir filsafat ilmu banyak memperoleh masukan dari temuan-temuan sejarah ilmu, namun jelas keduanya tidak sama dan harus dibedakan.
Antara Filsafat Ilmu dan Sosiologi Ilmu
Dalam konteks ini, maka klaim ilmiah tentang objekifitas ilmu pengetahuan, seperti tercermin dalam sains positif dan bahkan klaim teologis dalam keberagamaan, sama sekali masih dapat dipertanyakan. Ilmu pengetahuan, apapun jenisnya, sejauh masih disebut ilmu pengetahuan, tidak bisa lepas dari sebuah setting sosio-historisnya masing-masing, sehingga bentuk-bentuk hasil temuan ilmiah barulah bersifat pers- pektivistik (atau bersifat ijtihady, dalam istilah keilmuan Islam).
Problematika Filsafat Ilmu
- Mempelajari struktur fundamental (fundamental structure) suatu ilmu
- Mempelajari struktur logis (logical structure) suatu ilmu
- Sesuai dengan sifat heuristik dari filsafat, filsafat ilmu berusaha mencari terobosan baru agar suatu ilmu tetap
- Melakukan kritik (analisis kritis)
Kuhn dan dalam ilmu-ilmu keislaman oleh Amin Abdullah adalah sebagai contoh misal dari kerja- heuristik filsafat ilmu ini. Meski demikian harus diberi catatan, bahwa filsafat ilmu tidaklah berhubungan dengan kerja teknis kegiatan ilmiah, karena hal ini menjadi wilayah metodologi (penelitian ilmiah).
Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
- Cakupan istilah “Ilmu”
- Landasan Filosofis bagi Ilmu
Sebagai landasan filosofis bagi tegaknya suatu ilmu, maka mustahil para ilmuwan menafikan peran Filsafat Ilmu dalam setiap kegiatan keilmuan. Yang terakhir ini diarahkan pada pembahasan secara filsafati terhadap ilmu-ilmu tertentu, misalnya filsafat ilmu alam, filsafat ilmu bahasa, filsafat ilmu sejarah, dst.
STRUKTUR FUNDAMENTAL ILMU PENGETAHUAN
Membaca Archie J. Bahm dalam “What is Science”)
Bangunan Dasar Ilmu Pengetahuan
- Adanya masalah (problem)
- Adanya sikap, dalam arti sikap ilmiah
- Menggunakan Metode Ilmiah
- Adanya aktifitas
- Adanya kesimpulan
- Adanya Pengaruh
Untuk itu ia me- nawarkan, masalah yang dapat dikomunikasikan dan capable, yang disuguhkan dengan sikap dan metode ilmiah sebagai ilmu pengetahuan awal, sudah pantas dikatakan “masalah ilmiah”. Ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan oleh para ilmuan, yang kemudian biasa disebut dengan “riset ilmiah”.
Pelajaran Dari Archie J. Bahm: Keprihatinan dan Perhatian (concern)
Keprihatinan ini begitu tampak, dalam struktur fundamental (-bahkan dalam setiap komponen-) ilmu pengetahuan ‘versi’ nya. Kedua, Para ilmuwan yang memandang sangat perlu memasukkan pertimbangan nilai-nilai etik, kesusilaan, dan kegunaan untuk melengkapi pertimbangan nilai kebenaran, yang akhirnya sampai pada prinsip bahwa ilmu pengetahuan harus bertaut nilai. Prawirohardjo me- nunjukkan pandangan beberapa ilmuwan yang berdasar pada prinsip bahwa ilmu pengetahuan harus taut nilai.
Kontribusi Archie J. Bahm: Catatan Akhir
Pertanyaan- pertanyaan ini, dalam sejarah filsafat, merupakan persoalan kefilsafatan yang berkaitan dengan asumsi dasar dari proses keilmuan itu sendiri. Dua aliran pertama memiliki perbedaan yang cukup ekstrim, yang ketiga adalah aliran yang berupaya mendamaikan kedua aliran. Sedang aliran keempat adalah aliran yang sampai saat ini sedang mencari dukungan epistemologis dan juga metodologis untuk suatu pengetahuan yang bersumber (origin) dari pengalaman (-batini).
Rasionalisme
Atom di sini tidak sebagaimana dalam ajaran Demo- kritos dan Epikuros, tetapi “jiwa-jiwa”, sehingga monade ia maksudkan dengan “pusat-pusat kesadaran”. Kosmologi rasional adalah pengetahuan yang berangkat dari premis, misalnya: Dunia ini terbatas dalam ruang dan waktu, dan pada hakikatnya terdiri dari kesatuan-kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Pengetahuan ini berangkat dari premis bahwa ruh itu adalah substansi yang tidak terbagi-bagi, bathiniah, sederhana, dst.
Empirisisme
Meski ia mempunyai aktivitasnya juga, yaitu dengan mengguna- kan ide-ide tunggal sebagai bahan bangunan, jiwa manusiawi dapat membentuk ide majemuk (complex ideas), misalnya ide substansi, yaitu jika ide tunggal dapat selalu bersama. Jika orang mengakatan tuhan menciptakan dunia, menurut Berkeley bukan berarti ada dunia di luar kita, melainkan bahwa Tuhan menunjukkan ide-ide kepada kita. Seperti halnya kaum empirisis yang lain, David Hume berpendapat bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari penga- laman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi.” Menurut Hume persepsi itu terdiri dari dua macam (tingkatan, pen.), yaitu kesan-kesan (impresions) dan gagasan (ideas).
Kritisisme: Kontribusi Immanuel Kant
- Kritik atas Rasio Murni
- Kritik atas Rasio Praktis
- Kritik atas Daya Pertimbangan
21 Rasionalisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang sejati adalah akal budi (rasio). Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan akal budi; akal budi sendiri tidak memerlukan pengalaman. Akal budi bukan suber pengetahuan, tetapi ia bertugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman menjadi penge- tahuan.
Intuisionisme
Dengan demikian pengetahuan intuitif sejenis pengetahuan yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang dan dipatrikan pada kalbunya sehingga tersingkaplah olehnya sebagian rahasia dan tampak olehnya sebagian realitas perolehan pengetahuan ini bukan dengan jalan penyimpulan logis sebagaimana pengetahuan rasional melainkan dengan jalan kesalehan, sehingga seseorang memiliki kebeningan kalbu dan wawasan spiritual yang prima. Atas dasar perbedaan ini, Bergson menjelaskan bahwa penge- tahuan diskursif diperoleh melalui simbol-simbol yang mencoba menyatakan kepada kita “mengenai” sesuatu dengan jalan berlaku sebagai terjemahan bagi sesuatu itu. Ia mengatasi sifat -lahiriah- penge- tahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analitis dan mem- berikan pengetahuan tentang obyek secara keseluruhan.
PARADIGMA ILMU
Tegaknya Teori-Teori Keilmuan )
- Positivisme
- Postpositivisme
- Konstruktivisme
- Critical Theory
- Penutup
Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang. Secara epistemologis, hubungan antara pengamat dengan realitas yang menjadi objek merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Pemisahan antara dua unsur ini, menurut pandangan Critical Theory merupakan suatu hal yang dibuat-buat.
KERANGKA DASAR TEORI KEILMUAN
Suatu Diskusi Metodologi
Francis Bacon: Metode Induksi-Eksperimen
Ciri khas induksi ialah menemukan dasar inti (formale) yang melampui data-data partikular, betapapun besar jumlahnya. Dalam hal dasar inti ini, pertama-tama ditemukan dasar inti yang masih partikular, yang keabsahannya perlu diperiksa secara deduksi. Jika yang ini sudah cukup handal, barulah kita boleh terus maju menemukan dasar inti yang semakin umum dan luas.
John Stuart Mill: Logika Induksi
- Metode kesesuaian (method of agreement)
- Metode perbedaan (method of difference)
- Metode persamaan variasi (method of concomitan variations)
- Metode menyisakan (method of residues)
Misalnya, semua anak yang sakit perut membeli dan minum es sirup yang dijajakan di sekolah. Misalnya, seseorang A yang sakit perut mengatakan telah makan: sop buntut, nasi, rendang dan buah dari kaleng. Sedang B yang tidak sakit perut mengatakan bahwa ia telah makan: sop buntut, nasi, dan rendang.
Auguste Comte: Data Positif-Empiris
Objek positif sebagaimana dimaksud Comte dapat dipahami dengan membuat beberapa distingsi atau antinomi, yaitu: antara ‘yang nyata’ dan ‘yang khayal’; ‘yang pasti’ dan. Dari beberapa patokan “yang faktual” ini, positivisme meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan hanya tentang fakta objektif. Ketiga, ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni.
Positivisme Logis: Verifikasi
Para filsuf pada ‘kelompok’ Lingkaran Wina pada umumnya mencurahkan perhatiannya untuk mencari garis pemisah antara pernyataan yang bermakna (meaningful) dan pernyataan yang tidak bermakna (meaningless) berdasarkan kemungkinan untuk diverifikasi. Menurut Carnap, ilmu (science) adalah sebuah sistem pernyataan yang didasarkan pada pengalaman langsung, dan dikontrol oleh verifikasi eksperimental. Penolakan terhadap metafisika oleh Carnap lebih ditujukan pada persoalan verifikasi, yaitu bahwa pernyataan metafisika tidak dapat menghindarkan diri dari pernyataan yang non-verifiable (tak dapat diverifikasi).
Karl Popper: Falsifikasi
Bagi Popper, suatu teori tidak bersifat ilmiah hanya karena bisa dibuktikan (kebenarannya), melainkan karena dapat diuji (testable), dalam arti dapat diuji dengan percobaan- percobaan sistematis untuk menyangkalnya. Suatu teori ilmiah tidak pernah benar secara definitif atau mendekati ke- benaran, karena teori-teori kita lihat menjadi lebih terperinci dan bernuansa. Suatu teori yang secara prinsipil meng- eksklusikan setiap kemungkinan untuk mengemukakan suatu fakta yang menatakan salahnya teori itu, menurut Popper pasti tidak bersifat ilmiah.
Thomas S. Kuhn: Paradigma
Kuhn menamakan sekumpulan ilmuwan yang telah memilih pandangan bersama tentang alam (yakni paradigma ilmu bersama) sebagai suatu “komunitas ilmiah”. Sains normal bermakna penyelidikan yang dibuat oleh suatu komunitas ilmiah dalam usahanya menafsirkan alam ilmiah melalui paradigma ilmiahnya. Artinya suatu komunitas ilmiah kemudian dapat menyelesaikan keada- an krisisnya dengan menyusun diri di sekiling suatu paradigma baru, maka terjadilah apa yang disebut oleh Kuhn dengan.
IMRE LAKATOS, Metodologi Program Riset
Keilmiahan sebuah program riset dinilai berdasarkan dua syarat: (1) suatu program riset harus memenuhi derajat koherensi yang mengandung perencanaan yang pasti untuk program riset selanjutnya; (2) suatu program riset harus dapat menghasilkan penemuan fenomena baru. Sebaliknya, suatu program riset dikatakan gagal jika hanya menghasilkan problem yang justru merosot atau degenaratif. Modifikasi atau penambahan terhadap lingkaran pelindung dari suatu program riset harus dapat diuji secara independen.
Membuka Jalur Metodologi Baru
Fenomenologi
Wilayah operasi ilmu-ilmu sosial ini, yakni dunia- kehidupan sosial, dijumpai oleh subjek (ilmuwan sosial) sebagai objek-objek yang belum terstruktur secara simbolis. Dunia-kehidupan sosial ini tak dapat diketahui begitu saja lewat observasi seperti dalam eksperimen ilmu-ilmu alam, melainkan terutama melalui pemahaman (verstehen). Untuk memahami-nya, ia harus dapat berpartisipasi ke dalam proses yang mengasilkan dunia-kehidupan itu.
Hermeneutika
- Hans-Georg Gadamer
Josep Bleicher membagi pembahasan hermeneutika menjadi tiga, yaitu hermeneutika sebagai sebuah metodologi, hermeneutika sebagai filsafat, dan hermeneutika. Palmer menggambarkan perkembangan pemikiran hermeneutika menjadi enam pem- bahasan, yaitu hermeneutika sebagai teori penafsiran kitab suci, hermeneutika sebagai metode filologi, hermeneutika sebagai pemahaman linguistik, hermeneutika sebagai fondasi dari ilmu sosial-budaya (geisteswissenschaft), hermeneutika sebagai feno- menologi dasein, dan hermeneutika sebagai sistem inter- pretasi.25. Sejak Dilthey mengajukan hermeneutika sebagai dasar metodologis ilmu-ilmu sosial, ditemukan sebuah dilema yang menyangkut penafsiran.