• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Karya Cipta Digital Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Karya Cipta Digital Di Indonesia"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media berbasis teknologi digital saat ini telah memasuki berbagai segmen aktifitas manusia hampir di seluruh belahan dunia. Era globalisasi dan digital telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap bidang pekerjaan / aktifitas manusia. Untuk menandai dimulainya era globalisasi, mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah mencanangkan pembuatan Jalan Raya Informasi (Information Highway) dalam masa pemerintahannya guna mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi.1 Interconnection networking

(internet) telah menjadi sangat penting bagi manusia di seluruh dunia. Para pelaku bisnis, pejabat pemerintah, dan banyak orang di seluruh dunia menggunakan internet sebagai bagian dari bisnis nasional dan internasional serta kehidupan pribadi manusia sehari-hari. Eksistensi dari beberapa jenis bisnis justru tidak mungkin berlangsung tanpa adanya intenet.

Internet dengan berbagai kelebihan dan kemudahan ternyata bukan hanya memberi manfaat kepada pelaku usaha tetapi juga menimbulkan kerugian yang berdampak pada perbuatan yang melanggar hukum seperti keamanan dan privasi data juga perlindungan hukum terhadap hak-hak asasi yang dimiliki setiapnetter. Dengan adanya kemajuan teknologi digital ternyata dewasa ini telah berdampak terhadap

1Edmon Makarim,

▸ Baca selengkapnya: karya cipta seni seketika berlangsung hanya sekali spontanitas dan tidak bersifat abadi dinamakan

(2)

peningkatan pelanggaran Hak Cipta di Indonesia. Khususnya terhadap karya cipta digital berupasoftwarekomputer, musik digital, film digital,e-book, dan lainnya.

Salah satu implikasi teknologi informasi yang saat ini menjadi perhatian adalah pengaruhnya terhadap eksistensi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)2, disamping terhadap bidang-bidang lain seperti transaksi bisnis elektronik, kegiatan e-government, dan lain-lain.3Hak Kekayaan Intelektual merupakan bagian hukum yang berkaitan erat dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha kreatif. Berdasarkan Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights

(TRIPs) yang merupakan perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan dengan perdagangan dalam Badan Perdagangan Dunia (WTO), Hak Kekayaan Intelektual ini meliputi copyrights (hak cipta), dan industrial property (paten, merek, desain industri, perlindungan sirkuit terpadu, rahasia dagang dan indikasi geografis asal barang). Diantara hak-hak tersebut, Hak Cipta yang semula bernama hak pengarang (author rights) merupakan kajian Hak Kekayaan Intelektual yang bertujuan untuk melindungi karya kreatif yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak (software).

Pengaturan Hak Cipta di Indonesia berpedoman pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982

2Ahmad M. Ramli,Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan Teknologi

Informasi di Indonesia, Penulisan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum

dan HAM RI, Jakarta, 2003.

3Syamsul Muarif,Strategi E-Government Dalam Meningkatkan Daya Tarik Investasi dan

(3)

tentang Hak Cipta. Indonesia sendiri telah menjadi anggota WTO (World Trade Organization) maka itu Indonesia memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan TRIPs dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta kemudian diperbarui dengan Undang-Undang yang baru Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Sedangkan peraturan pemerintah yang mengatur Hak Cipta adalah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta. Dewan Hak Cipta seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang terdiri atas wakil pemerintah, wakil organisasi profesi dan anggota masyarakat yang berkompetensi di bidang Hak Cipta berperan dalam memberikan penyuluhan dan pembimbing serta pembinaan Hak Cipta.

Selain memberikan manfaat, tingginya penggunaan internet justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap eksistensi karya cipta dan invensi yang ditemukan oleh para penghasil Hak Kekayaan Intelektual. Internet memiliki beberapa karakteristik teknis yang membuat masalah-masalah HAKI tumbuh dengan subur.4 Salah satu masalah yang timbul adalah berkaitan dengan pembajakan Hak Cipta. Hak Kekayaan Intelektual memang berperan penting dalam kehidupan dunia modern dimana di dalamnya terkandung aspek hukum yang berkaitan erat dengan aspek

4Sutan Remy Syahdeini,Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Pustaka Utama Grafiti,

(4)

teknologi, aspek ekonomi, maupun seni budaya. Hak Kekayaan Intelektual adalah sistem hukum yang melekat pada tata kehidupan modern terutama pada perkembagan hukum Hak Cipta terhadap produk digital. Hak Cipta terhadap karya cipta digital seperti perangkat lunak (software) pada komputer, foto digital, musik digital, film digital bahkan yang sedang trend di kalangan akademis e-book dan e-journal perlu mendapat perlindungan hukum, karena setiap hasil karya seseorang telah dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga, pikiran waktu bahkan biaya yang tidak sedikit serta pengetahuan dan semua bentuk idealisme dari seseorang.

Jika melihat banyaknya kasus yang terjadi sesungguhnya tidak ada perbedaan hukum Hak Cipta antara karya cipta digital (termasuk musik digital, film digital, program/dokumen digital) dan karya cipta non digital karena merujuk pada karya cipta saja. Namun pada beberapa kasus pelanggaran Hak Cipta, karya cipta digital menjadi substansi baru dalam hukum Hak Cipta. Yang menjadi spesifikasi dalam karya cipta digital yaitu ide / gagasan maupun pikiran yang sudah tertuang dalam bentuk karya intelektual yang dibuat dengan bantuan teknologi digital dengan proses pengalihwujudan atau konversi dari bentuk fisik (misalnya buku, kaset/CD) ke dalam bentuk digital (misalnya e-book, MP3) atau karya cipta yang langsung dihasilkan dalam media digital tanpa melewati proses pengalihwujudan atau konversi.

(5)

Namun dalam produk digital masalah pembajakan ini lebih rumit. Hal ini dikarenakan produk-produk dalam format digital dapat di-copy atau diperbanyak dan didistribusikan dengan sangat mudah. Ini berbeda dengan kasus produk fisik tiruan (lukisan, patung, perangkat elektronik, dan lainnya) diperlukan upaya sangat keras untuk meniru dan menyembunyikan kepalsuan produk secara fisik.5 Namun hal ini tidak berlaku di dunia digital. Perangkat dan produk digital tersebut berhubungan dengan jaringan global antar database. Database yang saling berhubungan membentuk jaringan multimedia.

Penggunaan multimedia menerapkan adanya aplikasi untuk mencampur data digital yaitu musik, foto, dan video yang berbeda untuk berinteraksi dalam kapasitas informasi yang sangat besar. Hal ini selalu memiliki dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatif yang terjadi adalah pencurian dan penyalahgunaan data digital, misalnya gambar yang diambil dari internet kemudian di re-touched oleh seseorang dan hasil re-touched itu diakui sebagai karya ciptanya. Dengan memanfaatkan kelemahan sistem visual manusia, para penjahat digital menjalankan aksinya dan akibatnya merugikan banyak pihak. Digitalisasi memungkinkan perbanyakan tanpa kehilangan kualitas ciptaan asli (original).

Digitalisasi saat ini telah menjawab kemudahan atas layanan teknologi dan informasi sekaligus menggantikan teknologi analog. Sebagai dampaknya di zaman era digital sekarang kehidupan terasa lebih mudah dan praktis. Hanya dengan

5Metha Dewi, “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”,

(6)

bermodal komputer atau telepon seluler masyarakat sudah dapat menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi (3G). Bentuk format digital yang dihasilkan meliputi audio, video, gambar atau tulisan. Proses konversi menjadi format digital ini disebut dengan digitalisasi atau alih media digital. Dalam bentuk yang utuh, konversi ini menghasilkan apa yang disebut digitalisasi.

Beberapa keunggulan karya / ciptaan dalam format digital diantaranya sebagai berikut:

1. Long distance service yaitu pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.

2. Akses yang mudah. Akses lebih mudah karena pengguna tidak perlu mencari di katalog dengan waktu yang lama.

3. Biaya murah (low cost).

4. Publikasi karya secara global. Karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.

(7)

dengan mudah diubah, maka dimungkinkan setiap orang tanpa sengaja melanggar Hak Cipta orang lain.

Berdasarkan data yang dimiliki, pada tahun 2009 bisnis karya cipta, musik, film, software, dan karya yang lain di internet mencapai Rp.300 Triliun.6 Hal ini menunjukkan bahwa bisnis internet sangat menjanjikan. Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan akan memblokir situs-situs download musik atau film gratis untuk melindungi dan mengapresiasi karya cipta seni di dunia virtual.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring mengungkapkan, maraknya download konten tidak resmi untuk musik digital di internet menimbulkan kerugian yang cukup besar. Akibat konten ini, negara dirugikan sekitar Rp. 12 Triliun per tahun. Data lainnya menyebutkan dari seluruh wilayah Indonesia, Provinsi Jawa Timur adalah daerah yang menjadi pusat pembajakan tertinggi Hak Cipta di Indonesia.7

Masyarakat pengguna internet/netter di Indonesia sebagian besar terbiasa melakukan pembajakan perangkat lunak (software piracy) dikarenakan mahalnya aplikasi/program komputer yang asli yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakatnetter di Indonesia, dengan demikian masyarakat berusaha mendapatkan

software komputer dengan harga yang lebih murah meskipun hasil bajakan. Sebagai contoh harga program komputer original untuk Windows Vista Ultimate yaitu

6“Situs Download Gratis Diblokir”,

http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/content/view/416180/38/, diakses tanggal 9 Maret 2012.

7Gatot S. Dewa Broto (Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo), “Siaran

(8)

Rp.1.717.000,-, program original lainnya untuk Office 2010 Profesional yaitu Rp.3.761.000,-8. Dapat dijumlahkan jika setiap netter memiliki sepuluh program komputer untuk mendukung aktifitasnya. Melihat harga yang sangat mahal untuk sebagian besar masyarakat Indonesia tidak heran jika masyarakat beralih pada hasil karya bajakan. Selain pembajakan software, bentuk pelanggaran Hak Cipta lainnya yang juga marak terjadi di Indonesia saat ini adalah musik digital berupa MPEG-1 Audio Layer 3 atau yang lebih dikenal dengan MP3. Permasalahan hukum Hak Cipta dalam MP3 adalah mewabahnya produk MP3 di masyarakat yang telah melanggar Hak Cipta. Perkembangan pembajakan musik digital di Indonesia dimulai dari hasil kualitas suara musik atau lagu yang asli berbeda dengan kualitas lagu atau masik yang hasil bajakan. Namun dengan adanya teknologi konversi digital seperti adanya MP3, penurunan kualitas suara pada produk bajakan bisa diminimalisir, bahkan kualitas suara produk bajakan setara dengan kualitas suara pada CD (Compact Disk) original. Selain itu harga sebuah keping MP3 illegal (bajakan) jauh lebih murah dari harga keping CD original. Sebagai perbandingan, harga suatu keping MP3 illegal yang mampu memuat lebih dari seratus lagu berkisar lima ribu rupiah hingga sepuluh ribu rupiah.9 Hasil duplikasi yang juga memiliki kualitas yang sama dengan aslinya juga terjadi pada e-book. Hal ini memudahkan pembajakan e-book, penggandaan (duplikasi/copying) e-book sangat mudah dan murah. Untuk membuat ribuan copy

8

Ali Fahrudin, http://hukum.kompasiana.com/2011/05/19/tahukah-berapa-total-harga-software-jika-original-di-komputer-anda-bag1/, diakses tanggal 2 April 2012.

9Kompas Cyber Media, “Bisnis CD/VCD Bajakan Marak”,

(9)

dari e-book dapat dilakukan dengan murah, sementara untuk mencetak ribuan buku membutuhkan biaya yang sangat mahal.10 Tentunya kemudahan penggandaan ini memiliki efek negatif, yaitu mudah dibajak.

Salah satu kasus yang terjadi terkait adanya pelanggaran Hak Cipta digital adalah kasus musisi Dodo Zakaria v Telkomsel dalam perkara No.24/Hak Cipta/2007/PN.NIAGA.JKT PST yang mana pihak Telkomsel digugat karena melakukan eksploitasi Hak Cipta dengan melakukan mutilasi / pemotongan atas lagu Dodo Zakaria dalam bentuk Nada Sambung Pribadi (NSP) dengan mengabaikan hak moral dan hak ekonominya

Masalah Hak Cipta di media internet sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hak cipta atas atau isi (content) yang terdapat di media internet yang berupa hasil karya berbentuk informasi, tulisan, karangan, review, program atau bentuk lainnya yang sejenis, dan hak cipta atas nama atau alamat website dan alamat surat elektronike-mail dari pelanggan jasa internet.11 Masalah Hak Cipta atas hasil karya yang disediakan di internet ini menyangkut pula beberapa hal, antara lain jenis-jenis pelanggaran, perlindungan terhadap Hak Cipta. Digitalisasi memungkinkan membuat salinan dan mengubah suatu ciptaan dengan sangat mudah. Digitalisasi juga memungkinkan untuk mempertahankan kualitas secara konsisten dan konstan berapa puluh kalipun suatu ciptaan disalin, betapapun besar suatu ciptaan atau berapa lama pun waktu berlalu. Karena mutu setiap salinan sama dengan mutu ciptaan original,

10Budi Rahardjo, “Rancangan abc e-Book”,

http://budi.insan.co.id/articles/ebooks/ebooks.pdf, diakses tanggal 12 Maret 2012.

(10)

salinan bahkan dapat diperbanyak lagi dari salinan. Dampak yang lebih besar, yakni pelanggaran hak terjemahan dan hak mempertahankan keutuhan suatu ciptaan karena digitalisasi memudahkan melakukan perubahan pada ciptaan original. Sekarang dimungkinkan untuk mengeksploitasi suatu ciptaan berulang kali tanpa ada perubahan pada mutu, karena tingginya mutu medium rekaman, seperti memori hanya baca cakram padat (CD-ROM = Compact Disc Read Only Memory), dan sebagainya. Undang-Undang Hak Cipta sendiri telah mencakup pembatasan bagi pembuatan salinan untuk penggunaan pribadi, sebagai jawaban terhadap tindakan eksploitasi, jumlah pelanggaran, dan kerugian lainnya, yang disebabkan oleh digitalisasi.

Persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital ini adalah masalah proses penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap karya cipta yang yang dihasilkan dari proses alih media/digitalisasi dan yang dibuat langsung dalam format digital disertai masalah-masalah seperti kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Hak Cipta itu sendiri dan kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang secara tidak langsung mendukung tindakan pelanggaran Hak Cipta.

(11)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang perlu dibahas dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan teknologi digital serta pengaruhnya terhadap Hak Cipta?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap karya cipta digital di Indonesia? 3. Bagaimanakah perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital di beberapa

negara?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ditentukan apa yang menjadi batasan materi yang akan diuraikan. Hal ini perlu dilakukan agar materi atau isi dari tulisan ini tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan sehingga pembahasannya dapat terarah dan diuraikan secara sistematis. Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui perkembangan teknologi digital serta pengaruhnya terhadap Hak Cipta.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap karya cipta digital di Indonesia.

3. Untuk mengetahui perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital di beberapa negara.

D. Manfaat Penelitian

(12)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum pada umumnya dan khususnya agar pengaturan perlindungan hukum Hak Cipta bagi sebuah karya cipta digital diperjelas dan memberikan kepastian hukum.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan agar penulisan yang dilakukan dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang berkepentingan, khususnya kepada pencipta karya digital dan masyarakat pengguna sarana digital.

b. Diharapkan dapat bermanfaat memberikan masukan kepada para pihak yang melaksanakan aktifitas digital, agar para pihak mengetahui, memahami dan menghargai Hak Kekayaan Intelektual (Hak Cipta) seseorang.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan topik bahasan tesis ini pernah dilakukan oleh mahasiswa program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara yaitu:

1. Yuniarti dengan NIM 017011068, judul Tesis “Efektifitas Asas Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Program Komputer”.

(13)

permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Hak Cipta memberi kewenangan yang sangat luas bagi pencipta. Secara konseptual kedudukan pencipta berada pada tempat yang sangat terhormat di tengah-tengah masyarakat.12 John Locke, filsuf Inggris abad ke-18 dalam kaitan antara Hak Cipta dan hukum alam mengemukakan bahwa “hukum Hak Cipta memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seorang pencipta, hukum alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya dan secara adil dikompensasikan untuk kontribusi kepada masyarakat”.13 Dalam bukunya klasiknya, “The Second Treatise of Civil Government and a Letter Concerning Toleration” John Locke mengajukan sebuah postulasi pemikiran bahwa semua individu dikaruniai oleh alam hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat dicabut atau dipreteli oleh negara.14 Dalam bukunya, Locke juga mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda dalam pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas

12Otto Hasibuan,

Hak Cipta di Indonesia, Alumni, Bandung, 2008, hal. 51

(14)

manusia.15 Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan suatu hak yang timbul akibat adanya tindakan kreatif manusia yang menghasilkan karya-karya inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.16 Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa, dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya intelektual. Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat sehingga akan menumbuhkan konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual. Dalam konteks zaman modernitas saat ini, dasar untuk mendukung atau justifikasi perlindungan dan penghargaan terhadap Hak Cipta mungkin tidak cukup lagi berdasarkan teori hukum alam. S.M Stewart mengemukakan argumentasinya yang cukup representatif mengapa Hak Cipta harus dilindungi dan dihargai:17

a. Alasan keadilan (the principle of nature justice)

Pengarang adalah pencipta atau pembuat suatu karya yang merupakan ekspresi kepribadiannya. Sebaiknya, dia mampu memutuskan apakah dan bagaimanakah karyanya dipublikasikan serta mencegah kerugian atau perusakan karya intelektualnya.

b. Alasan ekonomi (the economic argument)

15John Locke,Two Treatises of Government, edited and introduced by Peter Laslett, 1988,

hal. 285 dalam “Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era Globalisasi”, Syafrinaldi, UIR Press, 2010, hal. 7

16

Magreth Barrett , HAKI melindungi dan sekaligus memberi insentif terhadap kreatifitas manusia,Intellectual Property, Emanuel Law Outline, 1997, page 1et seq.

17 S.M Stewart, International Copyright and Neighbouring Rights, 2nd Edition,

(15)

Di era modern, investasi sangat dibutuhkan untuk membuat suatu kreasi. Karena kreasi semua pekerjaan secara praktis bertujuan untuk menyediakannya bagi publik, sehingga prosesnya juga, seperti publikasi dan distribusi juga mahal.

c. Alasan budaya (the cultural argument)

Karya yang dihasilkan oleh pencipta merupakan asset nasional. Oleh karena itu, dorongan atau hadiah kreatifitas adalah demi kepentingan publik sebagai suatu kontribusi terhadap pembangunan budaya nasional.

d. Alasan sosial (the social argument)

Penyebaran karya-karya terhadap sejumlah besar orang membentuk hubungan (mata rantai) antara kelompok / tingkatan, kelompok rasial, kelompok usia, sehinga menciptakan perpaduan sosial, pencipta dalam hal ini memberikan pelayanan sosial jika ide atau pengalaman para pencipta dapat disebarkan ke masyarakat luas dalam waktu singkat, berarti mereka memberikan kontribusi terhadap kemajuan sosial.

Hak Cipta pertama kali mendapat perlindungan di tingkat internasional pada tanggal 9 September 1886 melalui Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works.Indonesia telah meratifikasi konvensi internasional dalam bidang hak cipta yaitu Bern Convention for the Protection of Artistic and Literary Works

(16)

Cipta WIPO) melalui Keppres No.6 tahun 1997. Perjanjian-perjanjian yang terkandung dalam WIPO lebih bersifat spesifik di bidang-bidang HAKI tertentu. Hal ini berbeda dengan TRIPs yang justru mengatur persoalan-persoalan HAKI secara lebih komprehensif.18 Dengan diratifikasinya konvensi-konvensi internasional di bidang Hak Cipta oleh pemerintah Indonesia, maka Indonesia memiliki komitmen untuk memberlakukan dan menerapkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam konvensi-konvensi di bidang Hak Cipta. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1982 telah mengeluarkan Undang-Undang tentang Hak Cipta yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang telah mengalami beberapa revisi melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, kesemuanya ini adalah untuk melindungi karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra (scientific, literary and artistic works). Kemudian yang terakhir adalah Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan pemberlakuannya tentang Hak Cipta pun telah diberlakukan efektif sejak 29 Juli 2003.

Undang-Undang Hak Cipta memberikan kepada seorang pengarang atau pencipta atas sebuah ciptaan; beberapa hak ekslusif atas karya-karyanya untuk jangka waktu tertentu atau jangka waktu lebih panjang lagi. Hak-hak ini memungkinkan para pencipta untuk mengawasi pemanfaatan hak ekonomi atas karya-karya mereka dengan sejumlah cara, dan untuk itu mereka tentu berhak atas sejumlah pembayaran.

18 Ahmad M. Ramli dan Fathurahman P.Ng.J, Film Independen (Dalam Perspektif Hukum

(17)

Undang-Undang Hak Cipta, juga memberikan hak moral yang melindungi, antara lain citra dan integritas penciptanya.

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari bunyi pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, mengandung banyak unsur yang terkandung didalamnya baik bagi berhubungan dengan pencipta, penerima, karya ciptanya dan pengertian semata-mata diperlukan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. Pada dasarnya Hak Cipta bertujuan untuk melindungi karya kreatif yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak (software). Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan (The copyright law protects only the expression of an idea and not the idea itself)19 karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi, dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas, atau keahlian sehingga itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.

Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi dan hak moral dimana hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait, dan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang

19 Kamlesh K. Bajaj dan Debjani Nag, E-Commerce (The Cutting Edge of Business), 2nd

(18)

tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau hak terkait telah dialihkan.20 Hak Cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau penerima hak untuk: a). mengumumkan atau b). memperbanyak ciptaannya, atau c). memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hanya pencipta saja yang mempunyai hak khusus (exclusive right) yang dilindungi Undang-Undang yang dapat mengumumkan ciptaannya, untuk memperbanyak ciptaannya dan untuk memberi izin mengumumkan dan atau memperbanyak ciptaannya tersebut, seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal, ini berarti bahwa Hak Cipta dapat diwariskan kepada ahli warisnya seperti yang tertera dalam Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002 yang berbunyi : “Hak Cipta yang dimiliki oleh pencipta, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum”. Beralih atau dialihkannya Hak Cipta tidak dapat dilakukan secara lisan tetapi harus dilakukan secara tertulis baik dengan akta notaris maupun tidak dengan akta notaris. Atas sebuah ciptaan karya dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan akan melekat dua macam hak yaitu hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Secara umum (terlepas dari isi perundang-undangan suatu negara), hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptanya dan produk-produk terkait. Hak ekonomi meliputi hak untuk memperbanyak, mendistribusi, menterjemahkan,

(19)

membuat adaptasi, membuat pertunjukan, dan memperagakan (display) suatu karya cipta. Hak moral terdiri dari paternity right (hak untuk diidentifikasi sebagai pengarang atau direktur suatu karya), integrity right (hak untuk menolak perubahan atas suatu karya), dan privacy right (hak pemanfaatan foto dan film).21 Jadi seandainya Hak Cipta ini beralih atau dialihkan kepada pihak ketiga oleh si pencipta, pada dasarnya yang beralih hanyalah hak ekonominya saja, sedangkan hak moralnya tetap melekat pada diri pencipta. Artinya, atas ciptaannya tersebut pencipta tetap berhak untuk dicantumkan namanya sebagai pencipta dan tidak boleh pihak ketiga mengubah ciptaan si pencipta sebagaimana aslinya tanpa izin. Dan orang lain yang melakukan tindakan yang merupakan hak khusus pencipta, baik hak ekonomi maupun hak moral, tanpa izin atau tanpa hak dianggap telah melakukan pelanggaran atas hak cipta.

Pelanggaran Hak Cipta sebagaimana pula diatur dalam ketentuan Pasal 14 ayat (1) Persetujuan TRIPs mengharuskan pelaku diberikan hak untuk melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya, melakukan perbuatan-perbuatan seperti membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan / atau gambar pertunjukannya; dan melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau mengkomunikasikan kepada masyarakat pertunjukan langsung mereka. Yang dimaksud dengan pelanggaran yang dilarang dalam hal ini adalah apabila perbuatan pelanggaran itu dapat merugikan

21 Chairul Anwar, Hak Cipta: Pelanggaran Hak Cipta dan Perundang-Undangan Terbaru

(20)

pencipta dari segi ekonomis, merugikan kepentingan negara karena mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan atau bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Melanggar perjanjian berarti pelanggaran berupa perbuatan yang tidak sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara pihak ketiga dengan pencipta.

Hak Kekayaan Intelektual atas ciptaan dapat dikelompokkan ke dalam kategori-kategori berikut:22

1. Hak perbanyakan (right of reproduction); 2. Hak mempertunjukkan (right of performance); 3. Hak menyajikan (right of presentation);

4. Hak menyebarkan (right of public transmission); 5. Hak menuturkan (right of recitation);

6. Hak memamerkan (right of exhibition);

7. Hak distribusi, mengalihkan hak milik dan meminjamkan (right of distribution, transfer of ownership and lending);

8. Hak menerjemahkan, mengaransemen, mentransformasi, dan mengadaptasi (right of translation, arrangement, transformation and adaptation);

9. Hak mengeksploitasi ciptaan turunan (rights in the exploitation of a derivative work).

Pembajakan atau pelanggaran terhadap Hak Cipta di Indonesia sangat memprihatinkan, terutama terhadap produk-produk digital yang mudah sekali untuk diperbanyak seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi (digitalisasi) di Indonesia saat ini. Sehubungan dengan perkembangan teknologi digital, semua kreasi intelektual yang semula dibuat di atas kertas kemudian akan berubah wujud sebagai suatu informasi digital (digital works) yang direpresentasikan

22Tamotsu Hozumi, Asia/Pacific Cultural Centre for UNESCO,Asian Copyright Handbook,

(21)

dalam signal digital 0 dan 1, baik yang berbentuk teks, angka, garis, gambar, warna, maupun semua jenis karakter-karakter informasi lainnya.23

Meskipun Indonesia telah mempunyai perangkat hukum di bidang Hak Cipta, akan tetapi faktanya penegakan hukum atas pembajakan karya cipta digital ini masih dirasakan sulit dicapai, dan diprediksi pembajakan di Indonesia akan tetap terjadi, sehingga permasalahan ini pun sulit dituntaskan. Sistem HKI merupakan kesatuan antara penghasil / pencipta (inventor), pengusaha, dan pelindung hukum. Lemahnya sistem hukum (pengaturan) mengenai HKI adalah akibat kompleksnya permasalahan yang ada dalam masyarakat, yang antara lain disebabkan karena penegakan hukum. Sebagai salah satu penyebab maraknya pelanggaran Hak Cipta terhadap karya cipta digital adalah kurang tegasnya aparat hukum dalam menangani pelanggaran yang terjadi. Rendahnya hukuman yang diberikan kepada pelanggar Hak Kekayaan Intelektual menandakan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran juga merupakan faktor utama lemahnya penegakan hukum di bidang HKI.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah bagian yang terpenting dari sebuah teori. Konsepsi dalam bahasa latin disebut Conceptio (di dalam bahasa Belanda: begrip) atau pengertian merupakan hal yang dimengerti. Definisi tersebut berarti perumusan (di dalam bahasa Belanda: omschrijving) yang pada hakikatnya merupakan suatu bentuk ungkapan

(22)

pengertian disamping aneka bentuk lain yang dikenal dalam epistemologi atau teori ilmu pengetahuan.24

Dalam penelitian hukum sebagai suatu penelitian deskriptif yang sering kali lebih bersifat normatif atau doktrinal.25Adanya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis menjadi syarat yang sangat penting agar penelitian itu menjadi tak bias. Konsepsi yang dipergunakan dalam penelitan ini adalah:

Digitalisasi adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital.26

Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia.27

Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,

Cet. 4, Rajawali Pers, Jakarta, 1995, hal. 6

25Edmon Makarim.,Op. Cit, hal. 2 26

Ena Sukmana, “Digitalisasi Pustaka”,

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-grey-2005-enasukmana-1858, diakses tanggal 10 Maret 2012.

(23)

Pemegang Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.

Perbanyakan menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama atau pun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer.

Pelanggaran Hak Cipta adalah suatu perbuatan dianggap pelanggaran Hak Cipta jika melakukan pelanggaran terhadap hak eksklusif yang merupakan hak pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya ciptanya.28

Pembajakan adalah istilah untuk infringment Hak Cipta, biasanya digunakan untuk menggambarkan penyalinan tidak sah dari perangkat lunak (software), video,

game, film atau MP3.

Digital dalam sebuah istilah yaitu “Digital refers to communication signals or information presented in a discrete form, usually in a binary way (0 or 1)”.29

28“Pelanggaran Hak Cipta dan Akibat Hukumnya”,

http://pusathki.uii.ac.id/konsultasi/konsultasi/pelanggaran-hak-cipta-dan-akibat-hukumnya.html, diakses tanggal 11 Maret 2012.

29The Berkman Center for Internet & Society at Harvard Law School, “iTunes How

(24)

Hak Cipta atas karya cipta digital diartikan hak yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta atas karya yang dihasilkannya yang dibuat dalam media digital atau dengan memanfaatkan teknologi digital.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian dapat dikategorikan menurut tujuan penelitian. Berdasarkan tujuannya, penelitian dapat dikategorikan menjadi:

1. Penelitian eksploratif (exploratory research); 2. Penelitian uji hipotesa (testing research); 3. Penelitian deskriptif (descriptive research).30

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Disebut dengan penelitian yang bersifat deskriptif analisis karena bertujuan untuk melukiskan suatu realitas sosial dengan diawali dengan pengumpulan data. Selanjutnya, data yang diperoleh akan dianalisa untuk memperoleh gambaran secara komprehensif tentang masalah-masalah yang ada.

Berdasarkan disiplin ilmu hukum, maka metode pendekatan terhadap permasalahan pada penulisan tesis ini baik untuk kepentingan analisisnya maupun pembahasannya adalah melalui pendekatan yuridis normatif yaitu mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat serta undang-undang, bahasa hukum yang

(25)

digunakan.31 Pendekatan yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti norma-norma hukum yang berlaku serta terkait dengan perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital.

2. Sumber Data

Pada penelitian hukum ini, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Dimana sumber data yang digunakan dalam penelitian data sekunder adalah meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.32

Dalam penelitian ini bahan hukum yang dijadian rujukan adalah data sekunder, antara lain:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan dan mengikat, yakni:

a. Peraturan Perundang-undangan, yaitu:

1) World Intellectual Property Organization Copyright Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO).

2) Trade Related Intellectual Property Right Agreement(TRIPs).

3) Berne Convention the Protection of Literary and Artistic Works(Konvensi Berne untuk Karya Cipta Seni dan Sastra).

4) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

31

Abdulkadir Muhammad,Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 101

32Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif(Suatu Tinjauan Singkat),

(26)

2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.33 Seperti hasil penelitian, artikel, buku-buku referensi, jurnal dan media informasi lainnya seperti internet yang juga menjadi tambahan bagi tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum, kamus umum dan ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan bahan / data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

library research. Alat pengumpulan data yaitu dengan studi pustaka atau studi dokumen yang meliputi sumber primer; yaitu perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan, sumber sekunder yaitu buku-buku litreratur ilmu hukum serta tulisan-tulisan hukum lainnya yang relevan dengan permasalahan. Studi pustaka dilakukan melalui tahap-tahap identifikasi pustaka sumber data, identifikai bahan hukum yang diperlukan dan inventarisasi bahan hukum yang diperlukan tersebut.34

4. Analisis Data

Dalam penelitian hukum normatif maka analisis pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis, untuk

(27)

memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.35 Bahan-bahan hukum yang diperoleh baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder diolah dan dianalisis secara deskriptif analitis sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

Proses analisis data / bahan hukum dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut:

a. Melakukan inventarisasi peraturan perundang-undangan dan konvensi-konvensi internasional yang relevan serta bahan hukum sekundernya yang mendukung.

b. Melakukan pemeriksaan dan mengevaluasi data-data yang telah dikumpulkan dari undang-undang, buku-buku, jurnal hukum, makalah hukum serta dari kamus hukum yang terkait dengan konvensi-konvensi Internasional untuk mengetahui validitas dari data-data tersebut.

c. Mensistematisasi data-data yang telah di inventaris dan diperiksa untuk menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, serta untuk memperoleh jawaban yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

Penafsiran dari realitas menuju teks yang dimaksud dalam tulisan ini adalah proses penafsiran al-Qur’a > n yang diawali dengan memperhatikan semangat zamannya atau

Dalam kutipan diatas dijelaskan bahwa cara guru memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran adalah dengan melakukan suatu pendekatan belajar aktif atau

Hasil perhitungan regresi linier sederhana memperlihatkan nilai dari Fhitung < dari Ftabel, dimana nilai F hitungnya 0,403 dan F tabelnya 4,02 yang menunjukkan H0

tetapi bersifat aplikatif dan mampu menyelesaikan beberapa masalah yang dihadapi oleh para peternak dalam hal penyediaan pakan sepanjang tahun, pemberian pakan

mempengaruhi aktivitas biologisnya atau distribusi polimorfnya." (Monograf IARC tentang evaluasi risiko bahan kimia karsinogenik terhadap manusia, Silika, debu silikat dan

[r]

[r]

Penulis sekiranya dapat memberikan alternatif pilihan dalam pengaturan lampu lalu lintas tersebut sehingga dapat mengurangi kemacetan pada suatu