• Tidak ada hasil yang ditemukan

perlindungan hukum terhadap pekerja anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "perlindungan hukum terhadap pekerja anak"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa anak-anak dapat dipekerjakan asalkan mendapat izin orang tua dan bekerja maksimal 3 jam sehari. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pada Bab I Pasal (1): Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak. , itu masih di dalam rahim. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang larangan mempekerjakan anak di bawah umur, mempekerjakan anak pada pekerjaan terburuk, mempekerjakan anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya, tanggung jawab pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap pekerja anak.

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 18 (delapan belas tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 5 Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ketentuan Pasal 68 dapat mengecualikan anak berumur 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan serta kesehatan fisik, mental, dan sosialnya.

Dikecualikan dari ketentuan ayat (2) huruf a, b, f, dan g bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya. Ketentuan mengenai anak yang bekerja untuk mengembangkan bakat dan minatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Meski tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, namun melarang anak di bawah umur bekerja di tempat berbahaya, apalagi hingga menyatu dengan orang dewasa. Meski telah diatur dalam Undang-undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Daerah serta Peraturan Daerah Kota Tangerang, namun hak-hak pekerja anak di Kota Tangerang masih belum terpenuhi. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat seperti peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Pengertian perlindungan hukum terhadap pekerja anak berdasarkan undang-undang perlindungan anak dan undang-undang ketenagakerjaan. UU Republik No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, BAB X Perlindungan hukum, pengupahan, dan hak asuh anak antara lain. Ketenagakerjaan Sesuai dengan ayat pertama Pasal 1, ketentuan umum UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, segala sesuatu yang berkaitan dengan ketenagakerjaan sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

Hak dan kewajiban pekerja dalam lingkup Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. DPR dalam mengusulkan suatu undang-undang harus sesuai dengan sumber hukum Islam untuk mencapai kesejahteraan dan kesejahteraan umat. Perlindungan pekerja anak berdasarkan UU Perlindungan Anak dan hukum ketenagakerjaan perspektif Siyasa dusturiyah.

Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1(1)(2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: 44. 44 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Bagaimana semua hak tersebut dapat terpenuhi bila banyak anak yang terkadang tidak bekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga hak anak tersebut tidak terpenuhi?

Ketentuan Pasal 75(1) UU No. 13 Tahun 2003 menyatakan: “Pemerintah wajib mengupayakan perlakuan terhadap anak yang bekerja di luar hubungan kerja”. Pasal 68 UU No. 13 Tahun 2003 tentang UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Menurut undang-undang ketenagakerjaan, anak-anak pada kelompok usia 10-12 tahun sebenarnya tidak diperbolehkan bekerja (bahkan yang lebih ringan sekalipun).

58Chusniatun, “Perlindungan Anak Perspektif Hukum Republik Indonesia dan Islam” (On-Line), tilgængelig på: http://journals.ums.ac.id, (12. juli 2019). Chusniatun, “Perlindungan Anak Perspektif Hukum Republik Indonesia dan Islam” (On-Line), tilgængelig på: http://journals.ums.ac.id, (12. juli 2019).

Metodelogi Penelitian

Sistematika Penelitian

Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja (labour force) adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan dalam menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun untuk orang yang berumur 15 sampai dengan 55 tahun, serta mempunyai keahlian khusus di bidangnya masing-masing. Menurut Alam (2014), angkatan kerja adalah penduduk yang berumur antara 17 sampai 60 tahun yang bekerja untuk mencari nafkah sendiri. Dan menurut Hamzah (2014), tenaga kerja adalah pekerjaan yang bekerja baik secara fisik maupun mental di dalam dan di luar hubungan kerja dengan alat produksi yang paling penting dalam proses produksi.

Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah mereka yang bekerja untuk dirinya sendiri atau keluarganya, yang tidak menerima upah dalam bentuk upah, atau mereka yang bersedia dan mampu bekerja namun tidak mempunyai kesempatan kerja, sehingga terpaksa menganggur. . Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun untuk masyarakat. Dalam pandangan Simanjuntak, angkatan kerja adalah sekelompok penduduk usia kerja yang mampu bekerja atau melakukan kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

23Lestyri Devi, Hubungan Upah Minimum Provinsi dengan Jumlah Tenaga Kerja Formal di Jawa Timur, “Jerusalem Journal, Global Vol 3.2, Agustus 2017, p. 31. 24 Ayunika, “Peranan Hukum Diplomatik terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri”, (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009), hal.3.

Teori Hak Asasi manusia

Menurut undang-undang ini, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang harus dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan semua orang demi kehormatan dan kesejahteraan manusia. perlindungan martabat manusia. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan tentang hak dan kewajiban seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya, dimana undang-undang tersebut berfungsi untuk melindungi dan membatasi status hak dan kewajiban pekerja (pengusaha) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. harkat dan martabat manusia dalam lingkup pekerjaannya. Dengan demikian, perlindungan terhadap pekerja bertujuan untuk menjamin hak dan kewajiban pekerja serta memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar atau bahkan mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha. Hak dan kewajiban pekerja dalam kerangka Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdiri dari.

Dari teori yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan UUD merupakan jaminan terhadap hak asasi setiap anggota masyarakat dan persamaan seluruh orang di hadapan hukum. Jika dipatuhi dalam UU Minerba tidak ada unsur keuntungan dan keuntungan bagi masyarakat demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan hal tersebut, dalam undang-undang ini memang terdapat pengecualian yaitu anak usia 13-15 tahun diperbolehkan bekerja, dalam hal ini yang dimaksud adalah seorang anak diperbolehkan bekerja dengan data juga kesehatan jasmani dan rohaninya. karena dia tidak peduli secara sosial.

Perjanjian kerja harus memenuhi syarat Undang-Undang Ketenagakerjaan, salah satunya adalah pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa anak merupakan amanah dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang di dalamnya melekat harkat dan martabat manusia seutuhnya. Hal ini tentunya juga dijelaskan dalam Pasal 72 UU No. 13 Tahun 2003 “Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak tersebut harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa”.

Dalam undang-undang no. 35 Tahun 2014 di atas, diatur mengenai hak untuk diperbolehkan bekerja, agar tidak bertentangan dengan hak anak. Menurut undang-undang no. 23 Tahun 2002, Pasal 1 menyatakan bahwa “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak serta hak-haknya agar ia dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berperan serta secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, dan sudah terdapat undang-undang yang melarang anak untuk bekerja. di semua sektor perekonomian.

Setelah itu perlindungan hukum harus diselaraskan antara undang-undang ketenagakerjaan dan undang-undang perlindungan anak sesuka hati, agar tidak terjadi tumpang tindih aturan dan pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak menjadi jelas, serta agar anak tidak bekerja. dan haknya. terpenuhi. Perlindungan anak dalam perspektif hukum Negara Republik Indonesia dan Islam, dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perlindungan anak dalam sudut pandang hukum negara terkandung dalam hak dan kewajiban yang diatur dalam pasal-pasal yang termuat di dalamnya dan berdasarkan pada Pancasila. Sebab, sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, bahwa yang bertanggung jawab dalam perlindungan anak adalah negara, lembaga organisasi, masyarakat, dan orang tua anak.

Siyasah dusturiyah

PEMBAHASAN

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Berdasarkan

Faktor Faktor Dalam Pekerja Anak Terpaksa Bekerja

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam UU Anak No. 23 Tahun 2002 dijelaskan tentang hak-hak anak, di dalam undang-undang dijelaskan apa saja hak-hak anak, khususnya anak yang diperbolehkan bekerja dan juga dijelaskan dalam undang-undang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa anak juga tidak diperbolehkan bekerja. bekerja namun dalam undang-undang ketenagakerjaan masih terdapat pengecualian bahwa anak usia 13-15 tahun diperbolehkan bekerja sesuka hati, pasal ini akan ditinjau lebih lanjut. Sedangkan dalam perspektif Islam, perlindungan anak didasarkan pada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Tujuan perlindungan anak menurut Islam adalah keselamatan dan kesejahteraan anak agar anak aman mengembangkan potensinya sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yaitu menjadi khalifah fil ardl dan ibadurrahman.

Saran

Ayunika, “Peranan Hukum Diplomatik Terhadap TKI di Luar Negeri”, (skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009). Evi Deliana, “Perlindungan Hukum Anak dari Konten Berbahaya di Media Cetak dan Elektronik,” Jurnal Ilmu Hukum, Vol 3, 1 Maret 2012. Kartika Putri, “Pengertian Ketenagakerjaan,” http://tesis Hukum.com/pengertian- ketenagakerjaan-menurut -para-experts/, diakses 20 Agustus 2016.

Lestyri Devi, Hubungan Upah Minimum Provinsi dengan Jumlah Pekerja Formal di Jawa Timur, Jurnal Pelajar, Global Vol 3,2 Agustus 2017. Mys. “Meski sudah menikah, mereka diperlakukan seperti anak-anak di usia 18 tahun. Sulastri, “Faktor Penyebab Eksploitasi Pekerja Anak di “Kota Tambang Emas Tradisional Distrik Tering”.

Tri Suprastomo Nitirahardjo, “Hak Asasi Manusia (Pengertian Hak Asasi Manusia, Ciri Khusus Hak Asasi Manusia, Teori Hak Asasi Manusia, Asas Kerangka Hak Asasi Manusia, Perbedaan Hak Asasi Manusia dan Hak Adat”, (diakses 15 Maret 2016). Yoga Alvin Andrian , Skripsi, “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Kota Tangerang”, Tangerang: Universitas Hidayatullah Jakarta, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun bentuk perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual diatur dalam pada Pasal 69A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 yang bersifat khusus berupa