• Tidak ada hasil yang ditemukan

“PERLINDUNGAN HUKUM PADA MEREK ASING DAN TERKENAL (WELLKNOWN MARK) ATAS PASSING OFF DI PLATFORM MARKETPLACE INDONESIA”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "“PERLINDUNGAN HUKUM PADA MEREK ASING DAN TERKENAL (WELLKNOWN MARK) ATAS PASSING OFF DI PLATFORM MARKETPLACE INDONESIA”"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

“PERLINDUNGAN HUKUM PADA MEREK ASING DAN TERKENAL (WELLKNOWN MARK) ATAS PASSING OFF DI

PLATFORM MARKETPLACE INDONESIA”

SKRIPSI

Oleh:

Ahmad Zainnullah NIM: S20182114

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH 2022

(2)

“PERLINDUNGAN HUKUM PADA MEREK ASING DAN TERKENAL (WELLKNOWN MARK) ATAS PASSING OFF DI

PLATFORM MARKETPLACE INDONESIA”

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Hukum (S.H.) Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:

Ahmad Zainnullah NIM: S20182114

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH 2022

(3)

“PERLINDUNGAN HUKUM PADA MEREK ASING DAN TERKENAL (WELLKNOWN MARK) ATAS PASSING OFF DI

PLATFORM MARKETPLACE INDONESIA”

PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Hukum (S.H.) Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Oleh:

Ahmad Zainnullah NIM: S20182114

Disetujui Pembimbing

Dr. Hj. MAHMUDAH, S.Ag., M.E.I NIP.197507021998032002

(4)

“PERLINDUNGAN HUKUM PADA MEREK ASING DAN TERKENAL (WELLKNOWN MARK) ATAS PASSING OFF DI

PLATFORM MARKETPLACE INDONESIA”

PENGEN TIM PENGUJI

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.

Hari: Kamis Tanggal: 09 Juni 2022

Tim Penguji

Ketua

Dr. Abdul Wahab, M.H.I NIP.19840112 201503 1 003

Sekretaris

Moh. Syifa’ul Hisan, S.E.I., M.S.I.

NIP.201603100 Anggota:

1. Dr. Sri Lumatus Sa’adah, M.H.I ( ) 2. Dr. Hj. Mahmudah, S.Ag. M.E.I. ( )

Menyetujui Dekan Fakultas Syariah

Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I NIP.197809252005011002

(5)

MOTTO

َن ْىُكَت ْنَا ٰٓ َّلَِا ِلِطاَبْلاِب ْمُكَىْيَب ْمُكَلا َىْمَا ا ْٰٓىُلُكْأَت َلَ ا ْىُىَمٰا َهْيِذَّلا اَهُّيَآٰٰي اًمْي ِح َر ْمُكِب َناَك َ هاللّٰ َّنِا ۗ ْمُكَسُفْوَا ا ْٰٓىُلُتْقَت َلَ َو ۗ ْمُكْىِّم ٍضا َزَت ْهَع ًة َراَجِت )ءاسىلا(

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.1

-QS. An-Nisa: 29-

1 M. Quraish Shihab, Al-Qur'an dan Maknannya (Jakarta: Lentera Hati, 2020).

(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin. Dengan menyebut nama Allah SWT serta shalawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, skripsi ini saya persembahkan kepada:

“Orang tua saya Abah Suwana dan Umi Mastini, yang senantiasa mendoakan dan mendukung saya setiap waktu. Terima kasih atas semua cinta dan kasih sayangnya yang luar biasa, serta segenap keluarga tercinta terkhusus tunangan saya Ana Fajriyati, guru-guru yang selalu bekenan menjadi pahlawan pendidikan saya, dan teman-teman seperjuangan.”

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang maha kuasa yang telah mensyariatkan hukum islam kepada umat manusia, serta telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat akhir kelulusan untuk meraih gelar Sarjana Hukum dapat diselesaikan. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa syariat Islam untuk diimani, dipelajari, dihayati serta diamalkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari, kemudian tak lupa para keluarga, para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH). Penulis menyadari dalam penyususnan ini banyak sekali kekurangan, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., M.M., selaku Rektor UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

2. Bapak Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I., selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Bapak Dr. H. Junaidi, M. Ag. selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.

4. Ibu Dr. Hj. Mahmudah, S.Ag., M.E.I selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu terus menerus membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember khususnya Dosen Fakultas Syariah UIN Kiai Achmad Siddiq Jember.

6. Serta kepada pihak-pihak yang terlibat semoga Allah membalas kebaikannya.

(8)

Semoga segala amal yang telah bapak/ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah SWT Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih yang tiada batas.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, serta tidak lepas dari segala kekhilafan, baik dari aspek penulisan dan aspek materi. Oleh karenanya, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun atas segala kekurangan demi kesempurnaan lebih lanjut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para penggiat keilmuan lainnya.

Wassalamualaikum Wr Wb

Jember, 10 April 2022

Penulis

(9)

ABSTRAK

Ahmad Zainnullah, 2022. Perlindungan Hukum Pada Merek Asing dan Terkenal (Wellknown Mark) atas Passing Off Di Platform Marketplace Indonesia. Dibimbing oleh Dr. Hj. Mahmudah, S.Ag., M.E.I.

Pemboncengan reputasi pada merek yang biasanya disebut sebagai passing off sering kita jumpai dalam perdagangan elektronik, yaitu platform marketplace.

Dalam praktik perdagangan di Indonesia saat ini, sering ditemukan produk barang dan/atau jasa yang menggunakan merek asing dan terkenal (wellknown mark) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan cara memirip-miripkan merek, kemasan, pengucapan, dan lainnya dengan merek asing dan terkenal (wellknown mark) tersebut.

Terdapat dua fokus penelitian dalam penelitian ini, 1. Bagaimana perlindungan hukum merek asing dan terkenal (wellknown mark) atas passing off pada platform marketplace Indonesia? 2. Bagaimana tindakan hukum yang dapat ditempuh oleh pemilik merek terhadap pedagang (merchant) yang melakukan praktik passing off pada platform marketplace Indonesia?

Penelitian ini bertujuan untuk, 1. mendeskripsikan mengenai perlindungan hukum merek asing dan terkenal (wellknowm mark) atas passing off di platform marketplace Indonesia. 2. mendeskripsikan mengenai tindakan hukum yang dapat dilakukan pemilik merek pada pedagang (merchant) dan penyedia platform marketplace terhadap passing off di platform marketplace Indonesia.

Penelitian ini berjenis library research (studi kepustakaan) yang menggunakan pendekatan undang-undang dan pendekatan konsep serta menganalisis data dengan metode normatif-kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu studi dokumen dengan mengkaji data skunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Berdasarkan Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis yakni Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni Undang-Undang No.

19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008, pemilik merek asing dan terkenal (wellknown mark) memiliki perlindungan hukum atas praktik passing off dalam platform marketplace baik berupa perlindungan hukum preventif maupun perlindungan hukum represif. 2. Pemilik merek asing dan terkenal (wellknown mark) juga dapat melakukan tindakan- tindakan berupa pengajuan gugatan ganti rugi baik materil maupun immateril kepada Pengadilan Niaga sebagai bentuk ultimum remedium. Serta dapat melakukan pengaduan kepada penyedia platform marketplace sebelum mengajukan gugatannya.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Merek Asing dan Terkenal (Wellknown Mark), Passing Off.

(10)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGEN TIM PENGUJI ...iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ...vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Kajian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

E. Definisi Istilah ... 11

1. Perlindungan Hukum ... 11

2. Merek Asing dan Terkenal (Wellknown Mark) ... 12

3. Passing off ... 13

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Penelitian Terdahulu ... 15

B. Kajian Teori ... 17

1. Merek ... 18

a. Pengertian Merek ... 18

b. Macam-Macam Merek ... 19

c. Persyaratan dan Pendaftaran Merek di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (DJKI KEMENKUMHAM RI) ... 24

d. Passing off pada Merek ... 26

2. Perlindungan Hukum ... 29

(11)

a. PengertianPerlindunganHukum ... 29

b. Macam-Macam Perlindungan Hukum ... 29

c. Perlindungan Hukum Pada Merek ... 30

d. Tindakan Hukum ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 35

B. Sumber Data ... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ... 37

D. Analisis Data ... 37

BAB IV PEMBAHASAN ... 38

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38

1. E-Marketplace ... 38

2. Shopee ... 42

B. Penyajian dan Analisis Data ... 44

1.Perlindungan Hukum Merek Asing dan Terkenal atas Passing Off Pada Platform marketplace Indonesia ... 44

2.Tindakan Hukum yang Dapat Ditempuh Oleh Pemilik Merek dan Konsumen Terhadap Pedagang (merchant) yang Melakukan Passing Off pada Platform marketplace Indonesia ... 52

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran-Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61 Lampiran-lampiran

1. Pernyataan Keaslian Tulisan.

2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

4. Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

5. Biodata Penulis.

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Logo Shopee ... 42 Gambar 4.2 Aplikasi Shopee pada Play Store ... 43

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Maraknya penggunaan serta berkembangnya teknologi menjadi salah satu kebanggan di dunia modern, Teknologi adalah salah satu poin kunci dari pembangunan yang direncanakan. Jika tidak ada perkembangan teknologi, perubahan zaman tidak akan secepat dan serumit saat ini.

Kompleksitas teknologi informasi yang dapat dirasakan saat ini adalah hasil dari proses panjang yang dimulai puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu.

Terjadinya perubahan saat ini di sebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga perilaku masyarakat global dan peradaban manusia mengalami perubahan2. Perilaku manusia dalam mewujudkan hasil kekayaan intelektualnya merupakan salah satu perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi. Pada saat ini kekayaan intelektual dalam bentuk digital memanfaatkan platform online dapat kita jumpai secara mudah sebagaimana contoh platform marketplace Indonesia.

Dalam pemikiran manusia kekayaan intelektual membutuhkan pengorbanan, seperti tenaga, waktu dan uang. Pengorbanan yang dilakukan dapat menghasilkan keuntungan yaitu suatu karya dan dapat menghasilkan nilai ekonomis3. Oleh karena itu, perlu adanya perlindungan hukum kekayaan intelektual sebagai bentuk apresiasi terhadap karya yang dihasilkan. Pada dasarnya, hukum kekayaan intelektual adalah perlindungan terhadap perwujudan hasil karya manusia yang nyata.

Salah satu negara yang telah menandatangani persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization

2 Ahmad M Ramli, Cyber Law Dan Haki (Bandung: Rafika Aditama, 2018) 1.

3 Maria Alfons, “Implementasi Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perspektif Negara Hukum,”

Legislasi Indonesia 14 (2017): 304.

(14)

atau WTO) dan perjanjian mengenai aspek-aspek perdagangan yang terkait dengan hak kekayaan intelektual (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights atau TRIPs Agreement) adalah negara Indonesia4. Oleh karenanya Indonesia dalam membuat peraturan di bidang kekayaan intelektual ikut menyesuaikan dengan perjanjian mengenai aspek-aspek perdagangan yang terkait dengan hak kekayaan intelektual (TRIPs Agreement).

Salah satu kekayaan intelektual yang mendapatkan nilai ekonomi tinggi adalah merek. Merek merupakan kekayaan intelektual berupa logo, gambar, atau tulisan yang sering digunakan oleh pelaku usaha dalam kegiatan usahanya. Merek digunakan untuk mengidentifikasi barang dan/atau jasa yang telah diproduksi dan akan didistribusikan oleh pelaku usaha, sehingga pelaku usaha akan selalu mendaftarkan mereknya, hal ini bertujuan memberikan hak eksklusif kepada pelaku usaha tersebut untuk menggunakan mereknya. Pemilik merek terdaftar mendapatkan hak untuk mencegah pihak lain untuk menggunakan mereknya tanpa izin.

Perkembangan globalisasi saat ini membuat tingkat kepuasan pembeli tidak hanya ditentukan dari kualitas dari barang dan/atau jasa yang digunakan, tetapi juga dapat dilihat dari kepuasan gengsi seseorang dalam menggunakan merek dari barang dan/atau jasa tersebut. Sering kita jumpai dalam kehidupan sosial masyarakat bahwa merek barang dan/atau jasa yang digunakan dapat menunjukkan status sosial pemakai merek tersebut. Tentunya keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab, sehingga dapat menyebabkan konsumen tertipu dengan menggunakan merek yang sama tapi dengan kualitas yang berbeda5.

4 Candra Irawan, Politik Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia (Bandung: CV. Mandar Maju, 2012), 1.

5 Aulia Muthiah, Aspek Hukum Dagang Dan Pelaksanaannya Di Indonesia (jogjakarta: Pustaka Baru Press, 2016), 158.

(15)

Dalam praktik perdagangan di Indonesia saat ini, sering ditemukan produk barang dan/atau jasa yang menggunakan merek asing dan terkenal (wellknown mark) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan cara memirip-miripkan merek, kemasan, pengucapan, dan lainnya dengan merek asing dan terkenal (wellknown mark) tersebut, hal ini merupakan pemboncengan reputasi merek asing dan terkenal (wellknown mark) untuk memperdagangkan produknya yang sebenarnya bukan bagian dari merek tersebut. Kegiatan pemboncengan reputasi suatu merek biasanya disebut sebagai Passing off6.

Passing off masih belum dikenal dalam literatur hukum Indonesia sehingga istilah tersebut masih terdengar asing. Passing off merupakan sistem yang dijumpai dalam sistem hukum Common Law. Pemboncengan merek biasanya disebut dengan Passing off yang mana merupakan upaya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan cara membonceng reputasi (nama baik) sehingga dapat mengarah pada tindakan penipuan dan penyesatan. Passing off pada dasarnya berarti memberikan perlindungan hukum terhadap barang dan/atau jasa karena produk tersebut sudah memiliki reputasi tinggi. Dengan adanya perlindungan hukum tersebut pesaing bisnis tidak memiliki hak untuk menggunakan merek dan bentuk kemasan dalam produk yang digunakannya.

Passing off selain dapat disebut sebagai pelanggaran merek juga merupakan tindakan yang dapat dikenakan gugatan atas persaingan usaha tidak sehat. Hal ini di karenakan pemboncengan reputasi atas suatu merek asing dan terkenal yang dilakukan oleh pelaku usaha yang belum memiliki reputasi sebesar merek tersebut, hal ini bertujuan untuk meraih keuntungan dari pemanfaatan reputasi merek tersebut sehingga dapat merugikan pemilik merek asing terkenal (wellknown mark) terdaftar dan menyesatkan masyarakat khalayak umum. Selain itu praktik Passing off kerap kali

6 Tommy Hendra Purwaka, Perlindungan Merek (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017), 36.

(16)

ditemukan, mengingat saat ini pendaftaran merek dilakukan secara online sebagaimana telah disampaikan oleh Ronald S. Lumbun selaku kepala divisi pelayanan hukum Kemenkumham Provinsi Sulawesi Utara dalam instagram live milik Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia (DJKI Kemenkumham RI), tentunya dengan adanya pendaftaran merek secara online dapat mengakibatkan belum efektifnya parameter pengukur merek yang dimohonkan dengan merek yang sudah ada dan terkenal, hal ini dapat mengakibatkan mudahnya penerimaan atas permohonan pendaftaran merek yang menimbulkan kesamaan pada merek yang sudah ada serta menyebabkan kesamaan yang membingungkan dan menyesatkan masyarakat7.

Oleh karenanya perlindungan hukum sangat dibutuhkan untuk memberikan sanksi kepada pelaku passing off. Salah satunya dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, peneliti menggunakan Undang-Undang ini dikarenakan praktik passing off melanggar Pasal 100 ayat (1) undang-Undang No. 20 tahun 2016 menyatakan bahwa apabila ada seorang yang menggunakan merek yang memiliki kesamaan dengan merek yang telah terdaftar untuk barang yang diperdagangkan maka dapat dikenakan sanksi denda dan penjara8. Dan praktik passing off ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran merek

Maka secara tidak langsung pasal tersebut mengatur larangan penggunaan nama merek asing dan terkenal (wellknown mark) pada produk lain yang dijual oleh penjual yang bukan pemegang merek tersebut, tetapi Pasal 100 ayat (1) tersebut dapat digunakan apabila seseorang menggunakan merek memiliki kesamaaan terhadap suatu merek asing dan terkenal (wellknown mark) yang telah didaftarkan pada pihak yang berwenang, dalam hal ini Dirjen Kekayaan Intelektual.

7 DJKI.Kemenkumham, “Barang Tiruan Udah Nggak Jaman”, 14 Juni 2020, Video, https://www.instagram.com/tv/CBfenWplsHt/?utm_medium=copy_link

8 Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis” Pasal 100 Ayat (1).

(17)

Disatu sisi Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyebutkan mengenai pelarangan pedaftaran merek yang memiliki kesamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terdaftar. Oleh karenanya pelaku usaha yang ingin mendaftarkan mereknya namun memiliki kemiripan dengan merek terdaftar akan tertolak.

Revolusi industri keempat telah membawa tantangan baru.

Revolusi industri keempat sangat berdampak pada perubahan dan perkembangan teknologi dan sosial, Manusia ketika menghadapi era revolusi industri keempat mengalami fenomena disrupsi yaitu perubahan yang fundamental dengan merubah serta melibas pola kebiasaan lama untuk menciptakan kebiasaan baru. Terjadinya disrupsi ini didukung oleh adanya kemajuan perkembangan teknologi informasi. Maka fenomena ini dapat dikatakan sebagai disrupsi digital. Adanya fenomena tersebut dapat menyebabkan tindakan passing off tidak hanya dapat dijumpai dalam pasar konvensional saja namun juga sering dijumpai dalam perdagangan digital.

Hal ini menyebabkan penegakan hukumnya juga perlu melibatkan dari aspek hukum teknologi informasi9.

Dengan adanya disrupsi digital diharapkan ekonomi kerakyatan di Indonesia dengan tiga pilar “berbagi” yaitu berbagi ekonomi (economic sharing), berbagi kepercayaan (trust sharing), dan berbagi pengetahuan (intellectual sharing) dapat ditingkatkan10.

Terdapat banyak individu yang melakukan transaksi jual beli online dapat ditemui di berbagai jenis situs perdagangan elektronik.

Pertumbuhan perdagangan elektronik yang sangat cepat dapat menciptakan berbagai jenis perdagangan elektronik salah satunya consumer to consumer yang sering digunakan masyarakat yang biasa disebut platform marketplace.

9 Danrivanto Budhijanto, Hukum Ekonomi Digital Di Indonesia (Bandung: Logoz Publishing, 2019).

10 Budhijanto., 56

(18)

Platform marketplace adalah suatu platform yang memiliki fungsi sebagai penghubung antara penjual (seller) dan pembeli (buyer) untuk melangsungkan proses transaksi secara online. Platform marketplace telah menyediakan berbagai fasilitas yang dapat memanjakan penggunanya seperti estimasi pengiriman, pemilihan produk sesuai kategori, metode pembayaran, dan fitur yang lainnya, Hal ini tentunya memberikan kemudahan baik untuk penjual maupun pembeli.

Praktik passing off yang sering ditemukan dalam platform marketplace Indonesia khususnya Shopee adalah terdapatnya banyak produk yang memiliki kemiripan logo, bentuk atau gambar dengan produk asing dan terkenal (wellknown mark) namun memiliki kualitas yang berbeda, seperti produk sepatu dengan merek CONVERSE yang ditiru dengan merek CONVRES11 yang merupakan produk asal Amerika yang bergerak di sektor produk fashion. Produk sepatu dan sandal dengan merek ATT juga mengalami pemboncengan reputasi oleh merek tiruannya yaitu PRO ATT12. Begitupun juga dengan produk biskuit dengan merek KHOG GUAN yang berasal dari Singapura yang mengalami pemboncengan reputasi oleh merek tiruannya yakni HOCK GUAN13. Dengan adanya kemiripan logo, bentuk atau gambar pada produk yang terdapat di platform marketplace, tentu dapat menguntungkan pedagang (merchant) di karenakan akan lebih mudah dalam menjualkan produknya menggunakan produk asing dan terkenal (wellknown mark) namun dengan kualitas yang berbeda. pedagang (merchant) juga dapat berhasil menaikkan jumlah peminat dengan cara menarik masyarakat pembeli potensial produk merek asing dan terkenal (wellknown mark) tersebut untuk melihat produk yang dijual oleh pedagang (merchant). Sehingga hal

11 Hasil penelusuran pada platform marketplace Indonesia yaitu Shopee, pada tanggal 11 juni 2022 https://shopee.co.id/product/477173223/8273378696?smtt=0.436744473-1654921365.3

12Hasil penelusuran pada platform marketplace Indonesia yaitu Shopee, pada tanggal 11 juni 2022 https://shopee.co.id/product/102743400/3706270768?smtt=0.436744473-1654921506.3

13 Hasil penelusuran pada platform marketplace Indonesia yaitu Shopee, pada tanggal 11 juni 2022

https://shopee.co.id/product/65603292/1170718504?smtt=0.436744473-1654921596.3

(19)

ini tentu merugikan pemilik merek asing dan terkenal (wellknown mark) dan menimbulkan kebingungan bagi masyarakat sebagai konsumen platform marketplace.

Peneliti mengambil platform marketplace Shopee sebagai tempat untuk peneliti teliti terkait praktik passing off pada merek asing dan terkenal (wellknown mark) dikarenakan platform marketplace tersebut terindikasi penjualan barang yang melanggar hak milik orang lain. Hal ini berdasarkan laporan Review of Notorious Market for Counterfeiting and Piracy 2021yang dikeluarkan oleh perwakilan dagang negara Amerika Serikat atau United States Trade Representative (USTR)14.

Praktik passing off selain merupakan praktik yang dapat merugikan pemilik merek yang telah mendaftarkan mereknya di DJKI Kemenkumham RI, juga dapat membuat masyarakat keliru dalam memilih produk (public misleading). Terjadi public misleading akan menyebabkan masyarakat menjadi korban kerugian karena telah terjadi kesalahpahaman akan produk yang memiliki kualitas berbeda yang akan didapatkan atau kualitas barang yang diperoleh tidak terjamin.

Disatu sisi praktik passing off juga merupakan praktik yang mengakibatkan masyarakat disesatkan oleh informasi dan transaksi elektronik, oleh karenanya peneliti menggunakan Undang-Undang No. 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk mengetahui akan perlindungan hukum serta tindakan hukum yang dapat ditempuh oleh pemilik merek.

Praktik passing off juga merupakan perbuatan dilarang oleh Pasal 28 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang untuk penyelesaian sengketanya dapat berupa tuntutan ganti rugi kepada para pedagang yang menimbulkan kerugian, hal ini didukung oleh Pasal 38 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

14 CNBC Indonesia, “Bukalapak, Shopee & Tokopedia Diawasi AS, Ada Apa?” di akses pada tanggal 12 Juni 2022 https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220222090358-37- 317191/bukalapak-shopee-tokopedia-diawasi-as-ada-apa

(20)

Elektronik tersebut15. Selain itu, pedagang (pelaku passing off) juga dapat dikenakan sanksi berupa pidana penjara dan denda yang disebutkan pada Pasal 45A ayat (1) Undang-Undang No.19 tahun 201616. Maka setiap penjual yang memasang suatu merek asing dan terkenal (wellknown mark) pada judul produk penjualan dalam platform marketplace dapat merugikan baik pemegang merek terkenal (wellknown mark) yang terdaftar maupun masyarakat sebagai konsumen yang mengalami kebingungan sehingga pelaku dapat dikenakan sanksi-sanksi.

Passing off atas merek asing dan terkenal (wellknown mark) yang dilakukan di marketplace merupakan perbuatan curang yang dilakukan oleh para pedagang (merchant) yang menyebabkan penyedia platform marketplace dianggap terlibat dalam perbuatan tersebut. Oleh karena itu Pasal 15 Undang-Undang tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik mewajibkan penyedia platform marketplace untuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan sistem yang terjadi di dalamnya agar sistemnya selalu aman17. Hal ini dilakukan oleh para penyedia platform marketplace dengan membuat kebijakan yang kemudian disetujui oleh pedagang (merchant). Namun kebijakan ini tidak membuat pedagang takut akan perbuatan yang mereka langgar. Sehingga perlulah penegakkan lebih lanjut dari pihak yang merasa dirugikan, baik pemilik merek asing dan terkenal (wellknown mark) maupun konsumen. Di satu sisi, perlu keterlibatan stakeholder yang berkaitan dengan pembuat regulator dalam hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia (DJKI Kemenkumham RI) untuk ikut andil dalam penegakan hukumnya.

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian atas tindakan passing off

15 Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik” Pasal 28, 38.

16 Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik,” Pasal 45A Ayat (1).

17 Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.”, Pasal 15.

(21)

terhadap merek asing dan terkenal (wellknown mark) yang marak terjadi di platform marketplace Indonesia khususnya platform marketplace Shopee guna mengetahui sejauh mana hukum positif di Indonesia mengatur mengenai perlindungan penggunaan merek asing dan terkenal pada penjualan produk di platform marketplace Indonesia untuk skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM PADA MEREK ASING DAN TERKENAL (WELLKNOWN MARK) ATAS PASSING OFF DI PLATFORM MARKETPLACE INDONESIA”

B. Fokus Penelitian

Berlandaskan penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan fokus kajian sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum merek asing dan terkenal (wellknown mark) atas passing off pada platform marketplace Indonesia berdasarkan Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis yakni Undang-Undang No.

20 tahun 2016 dan berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni Undang-Undang No. 19 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 tahun 2008?

2. Bagaimana tindakan hukum yang dapat ditempuh oleh pemilik merek terhadap pedagang (merchant) yang melakukan praktik passing off pada platform marketplace Indonesia berdasarkan undang-undang Merek dan Indikasi Geografis yakni Undang-Undang No. 20 tahun 2016 dan berdasarkan undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni Undang-Undang No. 19 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 11 tahun 2008?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan beberapa fokus kajian yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan mengenai perlindungan hukum merek asing dan terkenal (wellknowm mark) atas passing off di platform marketplace Indonesia

(22)

2. Untuk mendeskripsikan mengenai tindakan hukum yang dapat dilakukan pemilik merek pada pedagang (merchant) dan penyedia platform marketplace terhadap passing off di platform marketplace di Indonesia

D. Manfaat Penelitian

Dalam setiap pembahasan suatu masalah yang dilakukan peneliti, kemanfaatan dan kebergunaan bagi pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan dengan masalah-masalah yang diteliti merupakan harapan besar yang bisa diberikan oleh peneliti, manfaat penelitian terbagi kepada dua hal yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk memberikan manfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini kemajuan dan perkembangan ilmu hukum kekayaan intelektual dan ilmu hukum teknologi informasi dan komunikasi pada umumnya dan bidang merek serta bidang transaksi perdagangan dalam platform marketplace Indonesia pada khususnya. Penelitian ini diharapkan pula dapat memberi tambahan referensi baru bagi para peneliti dan akademisi yang berminat mengidentifikasi persoalan yang sama dengan peneliti.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi penelitian ilmiah yang berfungsi sebagai laporan serta diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi peneliti.

b. Diharapkan penelitian ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan rujukan dalam penelitian selanjutnya untuk UIN KH. Achmad Siddiq Jember, khususnya para mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah.

c. Diharapkan penelitian ini dijadikan suatu pertimbangan dan acuan bagi pemerintah dalam mempertegas dan menyempurnakan

(23)

kembali pelaksanaan regulasi dan legislasi yang mengatur hak dan kewajiban pedagang dalam transaksi perdagangan pada platform marketplace Indonesia, serta menjadi masukan bagi pembuat peraturan perundang-undangan.

d. Diharapkan dapat menjadi rujukan bagi masyarakat umum, khususnya para penyedia platform marketplace dan para pedagang agar bertindak adil dalam memasarkan produknya di media platform marketplace.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah merupakan pengertian istilah-istilah penting yang menjadi pusat perhatian di dalam judul penelitian. Tujuannya supaya tidak terjadi kesalahpahaman akan makna istilah yang terkandung di dalam judul tersebut18. Penulis terlebih dahulu akan menjelaskan arti dari istilah- istilah apa saja yang mendukung dalam penulisan judul ini, pengertian dari masing-masing istilah dalam judul penulisan sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum

Perlindungan Hukum merupakan pemberian pengayoman kepada hak-hak manusia yang merasa dirugikan oleh orang lain dan masyarakat diberikan perlindungan ini agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dapat dikatakan perlindungan hukum merupakan upaya hukum yang harus dipenuhi oleh penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara fisik maupun pikiran dari ancaman dan berbagai gangguan dari pihak manapun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan hukum adalah perbuatan (hal dan sebagainya) melindungi atau tempat berlindung,19.

Perlindungan hukum adalah hasil dari berfungsinya hukum dalam mewujudkan tujuan hukum, sehingga kemanfaatan, keadilan dan kepastian

18 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press, 2020), 79.

19 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakses pada 02 Agustus 2021 https://kbbi.web.id/perlindungan.

(24)

hukum dapat diberikan. Perlindungan hukum ini diperuntukkan kepada suatu merek yang diharapkan dapat melindungi hak-hak perseorangan atau badan hukum yang berkaitan dengan merek tersebut. Tanpa berfungsinya perlindungan hukum maka pengusaha lain akan bebas meniru dan menggunakan merek milik pihak lain tanpa perlu mengeluarkan biaya.

2. Merek Asing dan Terkenal (Wellknown Mark)

Merek adalah setiap tanda, atau kombinasi tanda apapun, yang dapat membedakan barang dan/atau jasa dari seseorang usaha dari pelaku usaha lainnya. Tanda-tanda seperti ini, dapat berbentuk dalam kata-kata tertentu termasuk huruf, angka, nama pribadi, elemen figuratif dan kombinasi warna serta kombinasi dari tanda-tanda tersebut.

Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyatakan bahwa merek merupakan tanda yang berupa gambar, logo, nama, angka, huruf, kata, susunan warna, dalam bentuk dua atau tiga dimensi, hologram, suara, atau kombinasi dari dua atau lebih unsur di atas untuk membedakan barang atau jasa tersebut20. Pemberian merek asing merupakan strategi pengucapan atau pengejaan sebuah merek kedalam bahasa asing. salah satu pilihan strategi tersebut adalah menghubungkan sebuah merek dengan suatu kawasan atau negara yang dapat meningkatkan kredibilitas dari merek tersebut21. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa merek asing adalah suatu pengucapan serta pengejaan sebuah merek dalam suatu bahasa negara tertentu serta dapat menghubungkan dengan sebuah negara atau kawasan tempat bahasa asing tersebut berasal yang dapat meningkatkan kredibilitas merek tersebut.

Merek terkenal (Wellknown Mark) adalah sebuah merek yang mengantongi reputasi tinggi. Merek ini mempunyai kekuatan serta

20 Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis.”, Pasal 1 Ayat (1).

21 Helmi Tauhidi, “Pengaruh Pemberian Merek Bahasa Asing, Iklan Dan Media Terhadap Presepsi Konsumen,” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

(25)

pancaran yang memukau dan menarik, sehingga jenis barang dan/atau jasa yang dinaungi merek itu langsung menimbulkan sentuhan ikatan mitos (mythical context) dan keakraban (familiar) kepada segala laporan konsumen.

3. Passing off

Passing off adalah suatu perbuatan, tindakan atau upaya yang mengarah kepada terjadinya suatu pelanggaran dalam bidang kekayaan intelektual, Jadi dalam hal ini pelanggaran tersebut belumlah terjadi, baru merupakan upaya-upaya yang mengarah kepada terjadinya pelanggaran22.

Passing off adalah suatu perbuatan, tindakan atau upaya yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang dapat mengarah terhadap pelanggaran di bidang hak atas kekayaan intelektual atau terjadinya persaingan usaha tidak sehat23.

Passing off juga dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang atau beberapa orang untuk mendapatkan keuntungan secara cepat dengan berbagai cara dan dapat dijadikan dalih akan pelanggaran hukum, norma kesusilaan, atau etika bisnis.

Dari banyaknya pengertian mengenai Passing off sehingga menimbulkan perbedaan pengertian, yang mana dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa Passing off merupakan suatu perbuatan, tindakan atau upaya oleh seseorang atau beberapa orang yang memanfaatkan produk dengan merek asing dan terkenal (wellknown mark) untuk mencari keuntungan semata, hal ini dapat dilakukan dengan cara membonceng nama baik suatu merek, sehingga dapat mengelabui konsumen dan merugikan pengusaha lain.

Dalam judul penelitian peneliti dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum yang merupakan suatu pengayoman pemerintah

22 Hukum online, “ Kekayaan inteltual-Passing Off” diakses pada tanggal 02 Agustus 2021 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl273/passing-off

23 Hukum online, “Passing Off”, diakses pada tanggal 09 Agustus 2021 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl273/passing-off

(26)

kepada hak-hak pemilik merek asing dan terkenal (wellknown mark) harus melindungi dari tindakan atau upaya dari seseorang atau beberapa orang yang memanfaatkan merek mereka.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dibuat untuk memberikan kemudahan bagi pembaca yang ingin mengetahui isi dari skripsi ini secara keseluruhan serta berurutan sesuai dengan pembahasannya. Sistematika penulisan skripsi ini secara umum dibagi menjadi lima bab, antara lain24:

Bab I berisi pendahuluan, dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, fokus kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritis dan praktis, definisi istilah, serta sistematika pembahasan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka. Dalam bab ini akan dibahas mengenai penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori yang terkait dengan perlindungan hukum pada merek asing dan terkenal (wellknown mark) atas tindakan passing off pada platform marketplace di Indonesia.

Bab III berisi tentang metode penelitian, dalam bab ini akan menguraikan pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV berisi tentang pembahasan, dalam bab ini dijelaskan hasil penelitian meliputi gambaran obyek penelitian, serta temuan dari hasil pembahasan yang diperoleh peneliti sesuai penyajian data serta analisis data.

Bab V penutup, di dalam bab ini berisi tentang kesimpulan pembahasan dari temuan peneliti yang sudah diteliti, serta berisi saran dari pokok pembahasan dalam penelitian ini.

24 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press, 2020), 80

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian peneliti yang telah dilakukan sebelumnya, hal ini dilakukan untuk menghindari duplikasi atau plagiasi terhadap penelitian sebelumnya, peneliti menemukan beberapa karya yang berkaitan dengan penelitian peneliti, yaitu:

1. Skripsi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum yang ditempuh oleh A.R. Fikriyuddin (1111048000016), dengan judul “Tindakan Passing off Terhadap Hak Merek Jasa dan Akibat Hukumnya”. Peneliti ini menitikberatkan pada akibat hukum yang akan didapatkan oleh pelaku tindakan passing off, yang mana peneliti ini menyatakan bahwa belum terdapat hukum secara jelas yang mengatur praktik passing off di karenakan perbedaan sistem hukum.

Hal ini tentunya selaras dengan penelitian penulis mengenai akibat hukum terhadap tindakan passing off, hanya saja penelitian ini lebih umum pembahasannya dari pada penelitian penulis, karena penulis mengkhususkan pada merek asing dan terkenal serta platform marketplace Indonesia25.

2. Skripsi mahasiswa fakultas hukum UNPAD yang ditempuh oleh B.

Fajar Taruna dengan judul “Tindakan Dilusi Merek sebagai Bentuk Persaingan Curang yang Dilakukan Pihak Lain terhadap Merek Terkenal Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen". Peneliti ini menitikberatkan pada perlindungan terhadap merek terkenal atas pemanfaatan suatu merek atas tindakan dilusi merek yang dilakukan oleh orang lain dengan

25 A.R. Fikriyuddin, “Tindakan Passing off Terhadap Hak Merek Jasa Dan Akibat Hukumnya,”

(Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

(28)

mencantumkan merek yang serupa dengan produk yang tidak sejenis serta perlindungan konsumen atas tindakan dilusi, penelitian ini memiliki kesamaan dalam persaingan curang hanya saja dalam penelitian peneliti disebutkan sebagai passing off dan juga penelitian ini menggunakan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 berbeda dengan undang-undang yang digunakan oleh peneliti yakni Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2016 26.

3. Skripsi mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim Riau Fakultas Syariah dan Hukum yang ditempuh oleh I. Damayanti (11327206143), dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Jenis Merek Terdaftar Dari Tindakan passing off Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek”. Peneliti ini menitikberatkan pada tinjauan yuridis atas terjadinya passing off pada merek terdaftar serta akibat hukum dari tindakan passing off tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah menginginkan adanya tindakan hukum terhadap pelaku passing off yang dapat merugikan baik pemilik perek maupun masyarakat selaku konsumen. Namun terdapat perbedaan yang signifikan dengan penelitian penulis yang terletak pada kekhususan pembahasan pada platform marketplace Indonesia27. 4. Skripsi mahasiswa fakultas hukum UNPAD yang ditempuh oleh K.

Putri dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Penjualan Kosmetik Ilegal Melalui Online Marketplace Berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo Undang-Undang No 19 Tahun 2016”. Peneliti ini menitikberatkan pada perlindungan konsumen atas penjualan

26 B. Fajar Taruna, “Tindakan Dilusi Merek Sebagai Bentuk Persaingan Curang Yang Dilakukan Pihak Lain Terhadap Merek Terkenal Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek Dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,” (Skripsi, Universitas Padjajaran).

27 I. Damayanti, “Tinjauan Yuridis Terhadap Jenis Merek Terdaftar Dari Tindakan Passing off Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek,” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

(29)

kosmetik ilegal yang dilakukan melalui digital platform marketplace sehingga penelitian ini menghasilkan pembahasan mengenai perlindungan hukum bagi konsumen yang terdiri dan membahas tanggung jawab antara penyedia digital platform marketplace dan pedagang (merchant) dalam penjualan kosmetik ilegal, persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti terdapat pada perlindungan hukum terhadap upaya-upaya curang pada platform marketplace hanya saja letak perbedaannya terdapat pada produknya28.

5. Skripsi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum yang ditempuh oleh Safira Maharani NIM.

16140490000006 dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Pendaftar Pertama Merek Dalam Tindakan Passing off (Analisis Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 890 K/Pdt.sus/2012 Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah perlindungan hukum bagi pemilik merek atas tindakan passing off hanya saja terdapat perbedaan yakni penelitian ini menggunakan analisis putusan mahkamah agung republik indonesia nomor 890 k/pdt.sus/2012, sedangkan penelitian peneliti menggunakan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 201629.

B. Kajian Teori

Penelitian teoritis berisi pembahasan tentang teori yang digunakan sebagai sudut pandang untuk melakukan penelitian. Pembahasan teori yang lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti terhadap masalah yang akan dipecahkan berdasarkan rumusan masalah dan fokus penelitian30.

28 K. Putri, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Penjualan Kosmetik Ilegal Melalui Online Marketplace Berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Jo Undang” (Skripsi, Universitas Padjajaran,).

29 Safira Maharani, “Perlindungan Hukum Terhadap Pendaftar Pertama Merek Dalam Tindakan Passing Off (Analisis Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 890 K/Pdt.Sus/2012,” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

30 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press, 2020), 92.

(30)

1. Merek

a. Pengertian Merek

Merek merupakan tanda yang dapat dilihat secara grafis berupa nama, kata, logo, gambar, angka, huruf, susunan warna, dalam bentuk dua atau tiga dimensi, hologram, suara, atau kombinasi dari dua atau lebih unsur di atas31. Unsur ini dapat menjadi tanda pembeda terhadap barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh seseorang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan.

Merek dapat digunakan sebagai pembeda dari barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh seseorang atau suatu badan hukum dengan barang dan/atau jasa yang dihasilkan pihak lainnya.

Salah satu fungsi utama dari merek yakni konsumen dapat mencirikan suatu barang dan/atau jasa yang dimiliki seseorang atau badan hukum yang dapat membedakan dari barang dan/atau jasa seseorang atau badan hukum lainnya. Kepuasaan konsumen terhadap suatu produk dengan merek tertentu akan kembali membeli dan menggunakan produk-produk dengan merek tersebut di waktu yang akan datang32.

Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian merek dapat diuraikan sebagai berikut33:

1) H.M.N. Purwosutjipto

Menurut H.M.N. Purwosutjipto merek merupakan suatu tanda terhadap suatu benda tertentu yang dipribadikan sehingga berfungsi membedakan dengan benda lain yang sama.

31 Tim Penyusun, Modul Kekayaan Intelektual Bidang Merek Dan Indikasi Geografis (Jakarta:

DJKI Kemenkum HAM RI, 2019), 04.

32 T P Kurnianingrum, S Rongiyati, and P Hikmawati, Pelindungan Merek (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018), 13.

33 Anne Gunawati, Perlindungan Merek Terkenal Barang Dan Jasa Tidak Sejenis Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat (Bandung: PT. Alumni, 2015).

(31)

2) R. Soekardono

Menurut R. Soekardono merek merupakan suatu tanda dengan dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana juga perlu dipribadikan asalnya barang atau kualitasnya barang dalam perbandingan terhadap barang-barang sejenis lainnya.

3) Mr. Tirtaamidjaya

Menurut Mr. Tirtaamidjaya yang menyitir pendapat Prof.

Vollmar menyatakan suatu merek perniagaan atau merek pabrik merupakan suatu tanda yang diletakkan di atas barang atau di atas bungkusnya, yang digunakan sebagai pembeda dari barang tersebut dengan barang sejenis lainnya.

b. Macam-Macam Merek

Merek ditinjau dari jenisnya meliputi tiga lingkup sebagai berikut34:

1) Merek Dagang

Merek dagang merupakan merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukum sebagai pembeda dengan barang milik pihak lain yang sejenis.

2) Merek Jasa

Merek jasa merupakan merek yang dipakai pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukum sebagai pembeda dengan jasa yang sejenis.

3) Merek Kolektif

Merek kolektif merupakan merek yang dipakai pada barang dan/atau jasa dengan yang memiliki kesamaan

34 Penyusun, Modul Kekayaan Intelektual Bidang Merek Dan Indikasi Geografis. (Jakarta: DJKI Kemenkum HAM RI, 2019), 05.

(32)

karakteristik yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukum sebagai pembeda dengan barang dan/atau jasa jenis milik pihak lain.

Sedangkan dari tingkat kemasyhuran, merek dapat dibedakan sebagai berikut35:

1) Merek Biasa (normal mark)

Merek biasa (normal mark) adalah merek yang memiliki reputasi tinggi. Merek biasa (normal mark) pada dasarnya kurang memberikan pancaran simbolis dalam gaya hidup sosial konsumen sehingga konsumen melihat merek ini memiliki kualitas yang rendah.

2) Merek Terkenal (well-known mark)

Merek Terkenal (well-known mark) adalah merek yang mempunyai reputasi tinggi, mempunyai kekuatan pancaran yang menarik dan memukau sehingga jenis barang dan/atau jasa apa saja yang menggunakan merek ini langsung menimbulkan kesan keakraban kepada seluruh jenis lapisan konsumen

3) Merek Termasyhur (famous mark)

Merek Termasyhur (famous mark) adalah merek yang memiliki kemasyhuran, dari sangat masyhurnya di seluruh dunia, sehingga reputasinya dapat digolongkan dalam merek aristokrat dunia.

Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan mengenai merek asing dan merek terkenal (wellknown mark), merek asing dapat diartikan sebagai strategi pengucapan atau pengejaan suatu merek kedalam bahasa asing. Merek asing merupakan bagian dari strategi pelaku usaha dalam menghubungkan sebuah merek dengan suatu kawasan atau

35 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum Dan Hukum Merek Di Indonesia Berdasarkan UU No. 19 Tahun 1992 (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), 80-85.

(33)

negara yang dapat meningkatkan kredibilitas merek tersebut36. Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa merek asing merupakan pengucapan serta pengejaan suatu merek dalam bahasa suatu negara yang memiliki hubungan dengan sebuah kawasan atau negara tempat bahasa asing yang digunakan dalam merek itu berasal, yang mana bisa meningkatkan kredibilitas merek tersebut.

Sedangkan merek terkenal (wellknown mark) merupakan merek yang telah memiliki reputasi sehingga diketahui oleh masyarakat banyak. Merek terkenal (wellknown mark) juga telah diatur dalam Pasal 16 ayat (2) dan ayat (3) pada perjanjian mengenai aspek-aspek perdagangan yang terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual atau dengan istilah lain TRIPs Agreement. Pasal 16 ayat (2) yang membahas mengenai wellknown trademark menyatakan37:

“Article 6bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis mutandis, to services. In determining whether a trademark is wellknown, Members shall take account of the knowledge of the trademark in the relevant sector of the public, including knowledge in the Member concerned which has been obtained as a result of the promotion of the trademark”

“Pasal 6 bis Konvensi Paris (1967) berlaku, mutatis mutandis, untuk jasa. Dalam menentukan apakah suatu merek terkenal, anggota harus mempertimbangkan pengetahuan merek tersebut di sektor publik yang relevan, termasuk pengetahuan anggota yang bersangkutan yang diperoleh sebagai hasil dari promosi merek tersebut.”

Sedangkan pasal 16 ayat (3) TRIPs Agreement menyatakan:

“Article 6bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis mutandis, to goods or services which

36 Tauhidi, “Pengaruh Pemberian Merek Bahasa Asing, Iklan Dan Media Terhadap Presepsi Konsumen.” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

37 Agreement On Trade-Related Aspects Of Intellectual Property Rights

(34)

are not similar to those in respect of which a trademark is registered, provided that use of that trademark in relation to those goods or services would indicate a connection between those goods or services and the owner of the registered trademark and provided that the interests of the owner of the registered trademark are likely to be damaged by such use.”

“Pasal 6 bis Konvensi Paris (1967) berlaku, mutatis mutandis , untuk barang atau jasa yang tidak serupa dengan barang atau jasa yang merek dagangnya terdaftar, asalkan penggunaan merek dagang itu terkait dengan barang atau jasa tersebut akan menunjukkan hubungan antara barang atau jasa tersebut dan pemilik merek dagang terdaftar dan dengan ketentuan bahwa kepentingan pemilik merek dagang terdaftar kemungkinan besar akan dirugikan oleh penggunaan tersebut.”

Berlandaskan bunyi pasal di atas maka dapat disimpulkan bahwa TRIPs Agreement menjelaskan Konvensi Paris Pasal 6 bis berlaku dalam menentukan suatu merek terkenal (wellknown mark) yang mana anggotanya harus memperhatikan terhadap pengetahuan masyarakat akan suatu merek yang relevan, memperhatikan terhadap pengetahuan masyarakat akan promosi suatu merek, serta memperhatikan terhadap perlindungan hukum akan merek yang sudah didaftarkan jika terdapat pihak yang merasa dirugikan akan penggunaan mereknya tersebut dalam hal ini pemilik merek terdaftar.

Pasal 16 ayat (2) dan ayat (3) pada perjanjian mengenai aspek-aspek perdagangan yang terkait dengan hak kekayaan intelektual atau dengan istilah lain TRIPs Agreement menyatakan bahwa Pasal 6 bis Konvensi Paris berlaku secara mutatis mutandis, yang mana bunyi pasal 6 bis Konvensi Paris sebagai berikut38:

38 Paris Convention for the Protection of Industrial Property

(35)

a. “The countries of the Union undertake, ex officio if their legislation so permits, or at the request of an interested party, to refuse or to cancel the registration, and to prohibit the use, of a trademark which constitutes a reproduction, an imitation, or a translation, liable to create confusion, of a mark considered by the competent authority of the country of registration or use to be well known in that country as being already the mark of a person entitled to the benefits of this Convention and used for identical or similar goods. These provisions shall also apply when the essential part of the mark constitutes a reproduction of any such well–known mark or an imitation liable to create confusion therewith.”

“Negara-negara Perhimpunan berjanji, ex officio jika undang-undang mereka mengizinkan, atau atas permintaan pihak yang berkepentingan, untuk menolak atau membatalkan pendaftaran, dan melarang penggunaan, merek dagang yang merupakan reproduksi, tiruan, atau terjemahan, yang dapat menimbulkan kebingungan, dari suatu merek yang dianggap oleh pejabat yang berwenang dari negara pendaftaran atau penggunaan yang terkenal di negara itu sebagai merek yang telah dimiliki oleh seseorang yang berhak atas manfaat Konvensi ini dan digunakan untuk tujuan yang sama atau barang serupa. Ketentuan-ketentuan ini juga berlaku apabila bagian esensial dari merek tersebut merupakan reproduksi dari merek terkenal tersebut atau suatu tiruan yang dapat menimbulkan kebingungan karenanya.”

b. “A period of at least five years from the date of registration shall be allowed for requesting the cancellation of such a mark. The countries of the Union may provide for a period within which the prohibition of use must be requested.”

“Jangka waktu paling sedikit lima tahun sejak tanggal pendaftaran diperbolehkan untuk meminta pembatalan merek tersebut. Negara-negara Perhimpunan dapat menetapkan jangka waktu di mana larangan penggunaan harus diminta.”

c. “No time limit shall be fixed for requesting the cancellation or the prohibition of the use of marks registered or used in bad faith.”

(36)

“Tidak ada batasan waktu yang ditetapkan untuk permintaan pembatalan atau larangan penggunaan merek terdaftar atau digunakan dengan itikad buruk.”

Berdasarkan bunyi Pasal 6 bis Konvensi Paris maka perlu diketahui bahwa Konvensi Paris tidak memberikan aturan terkait definisi dan kriteria merek terkenal, kemudian suatu merek dapat ditolak dan dibatalkan pendaftarannya, apabila merek tersebut terindikasi merek tiruan, reproduksi atau terjemahan yang dapat mengakibatkan masyarakat tersesat terhadap suatu barang dan/atau jasa yang serupa, hal ini dapat dilakukan oleh anggota Konvensi Paris apabila perundang-undangan anggota tersebut mengaturnya atau terdapat permintaan dari pihak yang berkepentingan.

c. Persyaratan dan Pendaftaran Merek di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (DJKI KEMENKUMHAM RI)

Terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi oleh setiap orang, beberapa orang atau badan hukum ketika berkehendak mendaftarkan mereknya. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 20 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yang menjelaskan mengenai merek yang tidak bisa untuk didaftarkan karena merek tersebut memiliki salah satu unsur di bawah ini39:

1) Merek yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan, ideologi negara, kesusilaan, ketertiban umum, serta moralitas agama;

2) Merek yang berkaitan atau memiliki kesamaan dengan barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya;

39 Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis.” Pasal 20.

(37)

3) Merek yang dapat membuat masyarakat sesat akan asal usul, jenis, ukuran, kualitas, macam dan tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang pendaftaran mereknya dimohonkan;

4) Merek yang memuat keterangan yang tidak sesuai dengan manfaat, khasiat, dan kualitas dari barang dan/atau jasa yang diproduksinya;

5) Merek yang tidak memiliki daya pembeda;

6) Merek yang menggunakan lambang milik umum dan/atau nama umum.

Lebih lanjut, Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yang menyatakan pendaftaran merek dapat ditolak jika merek tersebut memiliki kesamaan pada pokok atau keseluruhannya dengan merek yang terdaftar, merek terkenal pihak lain baik dengan jenis sama maupun jenis yang tidak sama, dan indikasi geografis terdaftar.

Dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menjelaskan pengajuan pendaftaran merek dapat ditolak apabila merek tersebut40:

1) Menyerupai atau merupakan foto, nama orang terkenal, atau nama yang digunakan badan hukum milik orang lain;

2) Menyerupai atau merupakan tiruan nama bendera, lambang suatu negara baik lembaga nasional maupun internasional;

3) Menyerupai atau merupakan tiruan stempel, tanda atau cap resmi yang dimiliki dan digunakan oleh negara atau lembaganya.

Dalam kepustakaan terdapat sistem pendaftaran merek, pertama, first to file principle atau sistem konstitutif, dalam sistem ini hak suatu merek dapat diperoleh dengan cara mendaftarkan

40 Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis.” Pasal 21.

(38)

mereknya, sehingga hak eksklusif pada merek dapat diterima ketika telah mendaftarkan mereknya, atau dapat dikatakan pada sistem tersebut pendaftaran merek adalah hal yang wajib dilakukan.

Kedua, sistem deklaratif, dalam sistem ini merek tidak wajib untuk didaftarkan, pendaftarannya hanya sebagai bentuk pembuktian bahwa pendaftar merek merupakan pemakai pertama dari merek tersebut41.

Indonesia sendiri menggunakan sistem konstitutif (first to file principle) dalam sistem pendaftaran merek, sehingga yang yang memiliki hak atas suatu merek adalah pemilik merek yang sudah melakukan pendaftaran untuk mereknya. Sehingga perlindungan hukum dapat diberikan kepada pemilik merek yang sudah mendaftarkan mereknya.

d. Passing off pada Merek

Merek mempunyai nilai ekonomis sehingga diharuskan diberikan perlindungan agar tidak dimanfaatkan oleh pihak lain tanpa izin dari pemegang Merek. Merek yang satu dengan yang lain harus memiliki daya pembeda dan tidak boleh memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya, sebab dalam kaitannya ke lingkup yang lebih luas dalam perdagangan yaitu memberikan perlindungan kepada pemegang merek dari pihak- pihak yang beritikad tidak baik yaitu melakukan pemboncengan (passing off) dan guna mencegah terjadi kerugian bagi pemilik merek.

Dalam hukum hak atas kekayaan intelektual di negara Indonesia khususnya hukum merek belum mengenal istilah passing off karena passing off pada dasarnya dipakai oleh negara yang menganut sistem hukum Common Law yang merupakan bentuk

41 Djumhana dan Djubaidillah, Hak Milik Intelktual (Sejarah, Teori Dan Prakteknya Di Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003). 225.

Gambar

Gambar 4.1 Logo Shopee .................................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghindari akibat dari perbuatan passing off terhadap konsumen, perlu diberikan pembinaan dan pendidikan konsumen antara lain berupa sosialisasi produk, penyuluhan HKI

Antara nama domain ( domain name ) dengan merek pada umumnya termasuk merek dagang ( trademark ), terdapat perbedaan sebagai berikut, nama domain bukan merupakan

mengajukan gugatan-gugatan pembatalan pendaftaran sesuai dengan Pasal 68 ayat (1) ini adalah seperti tertera pada Pasal 4, 5 dan 6 Undang-Undang Merek Nomor 15

\DQJ PHQMDGL NRUEDQ WLQGDNDQ ³ passing RII´ Upaya pemberian perlindungan hukum terhadap pelaku usaha akibat tindakan persaingan curang berupa passing off terhadap hak

UU No.15 Tahun 2001?; (2)Bagaimanakah upaya hukum yang dapat ditempuh serta sanksi yang diberikan berkaitan dengan pelanggaran hak atas merek terkenal berdasarkan Paris

Upaya pemberian perlindungan hukum terhadap pelaku usaha akibat tindakan persaingan curang berupa passing off terhadap hak merek dagang masih diatur secara umum

Dalam peraturan hukum nasional, pengaturan tentang merek terkenal diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang No.20 Tahun 2016 dimana kantor merek wajib menolak

Syiar Hukum Jurnal Ilmu Hukum | Volume 16 Nomor 1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK DAGANG TERKENAL ATAS TINDAKAN 107 PASSING OFF PADA PRAKTEK PERSAINGAN USAHA didaftarkan.18 Untuk