• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS PELANGGARAN MEREK TERKENAL DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MEREK; STUDI PERBANDINGAN PARIS CONVENTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS PELANGGARAN MEREK TERKENAL DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MEREK; STUDI PERBANDINGAN PARIS CONVENTION"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

PELANGGARAN MEREK TERKENAL DAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MEREK;

STUDI PERBANDINGAN

PARIS CONVENTION

,

TRIPS

AGREEMENT

DAN UU NO. 15 TAHUN 2001

IDA AYU WINDHARI KUSUMA PRATIWI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

(2)

ii

TESIS

PELANGGARAN MEREK TERKENAL DAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MEREK;

STUDI PERBANDINGAN

PARIS CONVENTION

,

TRIPS

AGREEMENT

DAN UU NO. 15 TAHUN 2001

IDA AYU WINDHARI KUSUMA PRATIWI NIM: 0890561061

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

(3)

iii

TESIS

PELANGGARAN MEREK TERKENAL DAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MEREK;

STUDI PERBANDINGAN

PARIS CONVENTION

,

TRIPS

AGREEMENT

DAN UU NO. 15 TAHUN 2001

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Udayana

IDA AYU WINDHARI KUSUMA PRATIWI NIM: 0890561061

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

(4)

iv

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 25 MARET 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, S.H.,M.Hum.,LLM. Dr. I Wayan Wiryawan, S.H.,M.H. NIP. 196111011986012001 NIP. 195503061984031003

Mengetahui

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana

Magister (S2) Ilmu Hukum Universitas Udayana

Universitas Udayana

Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, S.H.,M.Hum.,LLM Prof. Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K) NIP. 196111011986012001 NIP. 195902151985102001

(5)

v

Tesis Ini Telah Diuji Pada tanggal 25 Maret 2014

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor: 0684/UN 14.4/HK/2014 Tanggal 25 Maret 2014

Ketua : Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, S.H.,M.Hum.,LLM.

Sekretaris : Dr. I Wayan Wiryawan, S.H., M.H.

Anggota : 1. Dr. I Ketut Westra, SH., MH.

2. Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH. M.,Hum.

3. Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH., M. Hum.

(6)

vi Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Ida Ayu Windhari Kusuma Pratiwi

Program Studi : Ilmu Hukum

Judul Tesis : Pelanggaran Merek Terkenal dan Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Merek; Studi Perbandingan Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas Plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti Plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 25 Maret 2014 Yang menyatakan

Ida Ayu Windhari Kusuma Pratiwi

(7)

vii

Puji syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang

Widhi Wasa), karena atas berkat rahmatNyalah Tesis yang berjudul “PELANGGARAN

MEREK TERKENAL DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK DALAM PERSPEKTIF PARIS CONVENTION, TRIPS AGREEMENT DAN UU NO. 15 TAHUN 2001”, sebagai tugas akhir dalam mengikuti Program Studi Magister Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Udayana dapat diselesaikan.

Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung, baik moril maupun materiil. Pada kesemptan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tesis ini, terutama kepada:

1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SP.PD-KEMD Rektor Universitas Udayana;

2. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, SP S(K), Direktur Program Pascasarjana Universitas

Udayana;

3. Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas

Udayana

4. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum.,LLM, Ketua Program Studi Magister

Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana

5. Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,M.Hum, Sekretaris Program Studi Magister

Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana.

6. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum.,LLM sebagai Pembimbing I dan Dr.

I Wayan Wiryawan, SH.,MH sebagai Pembimbing II yang telah dengan tulus dan penuh kesabaran memberikan arahan, bimbingan dan saran-saran selama penyelesaian tesis ini;

(8)

viii

7. Para Dosen Penguji, Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,M.Hum, Dr. I Ketut

Westra, SH., MH dan Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH.,M.Hum yang telah memberikan masukan dan perbaikan sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

8. Para Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana atas segala

ilmu yang telah diberikan.

9. Para Staf Tata Usaha Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana

yang telah memberikan kemudahan dan pelayanan administrasi selama penulis mengikuti pendidikan sampai menyelesaikan Tesis ini.

10.Orang Tua dan Adik tersayang yang senantiasa memberikan motivasi sehingga tesis

ini dapat diselesaikan.

11.Suami dan anak-anak tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat

dalam penyelesaian Tesis ini.

12.Teman-Teman Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana khususnya

konsentrasi Hukum Bisnis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang dipaparkan dalam Tesis ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun guna dapat mewujudkan karya tulis yang lebih baik dikemudian hari.

Denpasar, Maret 2014

(9)

ix ABSTRAK

Perlindungan hukum bagi pemilik merek terkenal penting untuk diteliti karena banyak terjadi kasus pelanggaran terhadap merek terkenal baik di dalam negeri maupun diluar negeri yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab yang sangat merugikan pemilik merek terkenal tersebut. Penelitian ini membahas 2 (dua) pokok permasalahan yaitu mengenai perlindungan hukum bagi pemilik merek terkenal dan upaya hukum yang dapat ditempuh serta sanksi yang diberikan berkaitan dengan pelanggaran hak atas merek terkenal

berdasarkan Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Sedangkan metode

pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan undang-undang (statute approach)

dan pendekatan perbandingan (comparative approach) yaitu membandingkan Paris

Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001 (UU Merek Indonesia) mengenai

perlindungan merek terkenal. Tehnik analisis yang dipakai adalah analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan, ditinjau dari perspektif Paris Convention, TRIPs

Agreement dan UU No. 15 tahun 2001, pemilik merek terkenal mendapat keistimewaan perlindungan hukum.Dalam hal ini walaupun pemegang hak belum mendaftarkan mereknya disuatu negara namun tetap dapat mempertahankan hak eksklusifnya dengan menggunakan hak prioritas. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap merek terkenal upaya hukum yang dapat dilakukan adalah proses litigasi dan non litigasi. Sanksi hukum dapat berupa pembayaran ganti rugi dan pidana kurungan, penentuannya diserahkan kepada

masing-masing Negara anggota namun tetap mengacu pada ketentuan Paris Convention dan TRIPs

Agreement. Sedangkan Indonesia mengatur lebih detail mengenai sanksi yang dapat dikenakan kepada pelaku pelanggaran yaitu berupa hukuman atau pidana penjara berkisar antara 4 (empat) sampai 5 (lima) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 800.000.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000.000,-

(10)

x

ABSTRACT

Legal protection for well-known mark owner is important to study because many cases of Infringement of well-known mark happen both domestically and internationaly doing by the irresponsible people causing damage for well-known mark owner. This research discuss about 2 (two) main issues namely the legal protection for well-known mark owner and legal action that can be taken and sanctions imposed relating to infringement of well-known mark by the Paris Convention, TRIPs Agreement and Act Number 15 Year 2001.

This research applies normative legal research method. Meanwhile the approach method use statute approach method and comparative approach method which is compares The Paris Convention, TRIPs Agreement and Act Number 15 Year 2001 (Indonesia Trademark Law) regarding the protection of well-known mark. Analysis technique use qualitative analysis.

The study shows, from the perspective of the Paris Convention, TRIPs Agreement and the Act Number 15 Year 2001, well-known mark owner have legal protection in the form of exclusive rights through registration process to obtain legal certainty. When well-known mark infringement occured, the legal action can be done are litigation and non litigation process. The form of legal sanction are payment of compensation and criminal sanction, determined by each member state but still refer to the provisions of the Paris Convention and TRIPs Agreement. However, Indonesia set up more details about the sanctions that can be imposed for the infringemer in the form of penalties or criminal sanction ranging from 4 (four) to 5(five) years and a fine of Rp. 800.000.000,- up to Rp. 1.000.000.000,-

(11)

xi

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang Pelanggaran Merek

Terkenal dan Perlindungan Hukum Bagi pemegang Hak Dalam Perspektif Paris Convention,

TRIPs Agreement dan UU No. 15 tahun 2001yang dituangkan dalam 5 (lima) bab

pembahasan yang disusun sebagai berikut:

Bab I tentang Pendahuluan yang merupakan awal pembahasan, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoritis dan metode penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) pokok permasalahan yaitu: (1)Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pemilik merek

terkenal dalam hal terjadi pelanggaran berdasarkan Paris Convention, TRIPs Agreement dan

UU No.15 Tahun 2001?; (2)Bagaimanakah upaya hukum yang dapat ditempuh serta sanksi yang diberikan berkaitan dengan pelanggaran hak atas merek terkenal berdasarkan Paris Convention, Trips Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001? Kedua permasalahan tersebut akan dibahas pada bab selanjutnya.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15

Tahun 2001. Pada bab ini dibahas mengenai sejarah Paris ConventionTRIPs Agreement dan

UU No. 15 Tahun 2001; pengaturan dan jenis-jenis HKI dalam Paris Convention dan TRIP’s

Agreement dan Penggolongan Merek Berdasarkan Paris Convention,TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001.

Bab III Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Merek Terkenal Dalam Hal Terjadi Pelanggaran Berdasarkan Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001.

Dalam bab III ini dibahas mengenai kriteria merek terkenal menurut Paris Convention, TRIPs

Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001. Dalam Paris Convention tidak diatur mengenai kriteria baku mengenai merek terkenal. Hal ini diserahkan kepada masing-masing negara anggota Paris Convention.Kriteria Merek terkenal diatur dalam Article 16 ayat (2) TRIPs yaitu: (1) dengan memperhatikan pengetahuan masyarakat tentang merek terkenal tersebut; (2)dengan memperhatikan pengetahuan terhadap suatu merek terkenal yang diperoleh dari kegiatan promosi merek tersebut. Sedangkan menurut Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 15 Tahun 2001 kriteria merek terkenal yaitu: (1) Dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat tentang merek tersebut; (2)Dengan memperhatikan reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran; (3)Investasi di beberapa negara didunia yang dilakukan oleh pemiliknya dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara.

Pada Bab ini juga dibahas mengenai jenis-jenis pelanggaran merek terkenal menurut Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 tahun 2001. Mengenai pelanggaran dalam Paris Convention diatur dalam Pasal 10 bis yaitu tiap perbuatan yang bertentangan

dengan honest practices industrial and commercial matters dianggap sebagai perbuatan

persaingan tidak jujur, dilarang semua perbuatan yang dapat menciptakan kekeliruan dengan cara apapun berkenaan dengan asal-usul barang atau berkenaan dengan usaha-usaha industrial dan komersial dari seorang pengusaha yang bersaing,ditentang semua tindakan-tindakan dan indikasi-indikasi yang dapat mengacaukan publik berkenaan dengan sifat dan

asal-usul dari suatu barang. Sedangkan menurut TRIPs Agreement pelanggaran diatur dalam

pasal 16 ayat (1) dan ayat (3) serta pasal 51. Yang dimaksud dengan barang bermerek dagang palsu adalah barang termasuk pengemasannya, yang memuat tanpa ijin merek dagang yang

(12)

xii

sama dengan merek dagang yang secara sah terdaftar untuk barang yang bersangkutan, atau memuat merek dagang yang yang bagian-bagian pentingnya tidak berbeda dengan merek dagang yang sah tersebut, dan karenanya melanggar hak dari pemilik merek dagang yang bersangkutan sesuai hukum dari negara importir. Tindakan pemboncengan terhadap merek terkenal tersebut termasuk perbuatan yang melanggar hukum sesuai dengan aturan ini. Sedangkan dalam Pasal 90 – 94 UU No.15 Tahun 2001 terdapat beberapa jenis pelanggaran merek, yaitu menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek yang terdaftar milik pihak lain; menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek yang sudah terdaftar milik pihak lain;menggunakan tanda yang mempunyai persamaan secara keseluruhan dengan indikasi geografis milik pihak lain; menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan indikasi geografis milik pihak lain; pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa barang tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan Indikasi Geografis; Menggunakan tanda yang dilindungi oleh indikasi asal pada barang dan jasa sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai barang atau asal jasa tersebut; memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran.

Pembahasan selanjutnya dalam bab ini adalah perlindungan hukum bagi pemilik

merek terkenal menurut Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 tahun 2001.

Perlindungan terhadap merek terkenal diatur dalam Pasal 6 bis Paris Convention yang

mewajibkan seluruh anggotanya untuk melindungi merek terkenal warga negara lainnya untuk barang yang menyerupai (similar) atau sama (identical). Namun Pasal 6 bis Paris Convention ini tidak memberikan penjelasan lebih lanjut apakah perlindungan yang diberikan hanya kepada barang sejenis atau tidak. Disamping itu Paris Convention memuat ketentuan mengenai hak prioritas yaitu merek terkenal harus mendapat perlindungan hukum di negara yang termasuk dalam anggota Paris Convention sejak merek tersebut didaftar di

negara asal atau salah satu negara peserta Paris Convention. Berdasarkan permohonan yang

dilakukan di satu negara anggota, pemohon dalam jangka waktu tertentu yaitu 6 (enam) bulan dapat mengajukan permohonan perlindungan yang serupa di negara anggota lain. Pasal 6 bis

Konvensi paris tersebut kemudian diadopsi Pasal 16 ayat (2) dan (3) TRIPs Agreement. Pasal

ini menentukan bahwa perlindungan merek terkenal diperluas tidak hanya mencakup barang sejenis saja melainkan juga terhadap barang-barang yang tidak sejenis. Namun pengertian tidak sejenis disini tidak disebutkan apakah mencakup barang-barang yang berbeda kelas. Menurut UU No. 15 Tahun 2001 pendaftaran hak atas merek merupakan suatu keharusan apabila si pemilik merek menghendaki agar menurut hukum dipandang sah sebagai seorang yang berhak atas merek. Hal ini diatur dalam Pasal 3 UU No.15 tahun 2001. Dengan melakukan pendaftaran maka pemilik merek memiliki hak eksklusif atas merek tersebut sehingga memberi jaminan perlindungan hukum dan merupakan pemilik satu-satunya yang berhak atas merek tersebut serta melarang siapa saja untuk memiliki dan mempergunakan merek terkenal tersebut. Ketentuan Pasal 11 UU No.15 Tahun 2001 juga mengatur mengenai permohonan pendaftaran merek terkenal dengan hak prioritas, yaitu harus diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan

pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di negara lain, yang merupakan anggota Paris

Convention for the Protection of Industrial Property atau anggota Agreement Establishing the World Trade Organization

Pembahasan terakhir dalam bab ini adalah dan jangka waktu perlindungan merek

(13)

xiii

Paris Convention tidak ditentukan mengenai jangka waktu perlindungan terhadap merek

terkenal. Hal ini disesuaikan dengan ketentuan masing-masing negara anggota. Menurut TRIPS

Agreement masa perlindungan merek terkenal adalah selama 7 tahun. Sedangkan di Indonesia

merek terkenal mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.

Bab IV Upaya Hukum dan Sanksi Atas Pelanggaran Merek Terkenal Berdasarkan Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001. Pasal 9, pasal 10ter dan

pasal 11 Paris Convention menyebutkan upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap

pelanggaran merek terkenal. Di dalam Persetujuan TRIPs diatur mengenai penegakan hukum untuk mencegah dan mengatasi terjadinya pelanggaran di bidang HKI khususnya merek terkenal yang terjadi di negara-negara anggota. Prinsip-prinsip pokok dalam penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran dan/atau adanya indikasi pelanggaran diatur dalam TRIPs

Bagian Ke-empat yang mengatur tentang “Special Requirements Related to Boarder

Measures” yang diatur dalam Pasal 51 dan Pasal 52 TRIPs Agreement.

Disamping upaya penyelesaian sengketa secara litigasi, dalam TRIPs Agreement juga diatur penyelesaian sengketa secara non litigasi. Hal ini tertuang dalam pasal 64 ayat (1) TRIPs Agreement.Menurut UU No. 15 tahun 2001 untuk mencegah pelanggaran merek terkenal serta melindungi hak-hak yang dimiliki pemilik merek terkenal dapat dilakukan upaya hukum dengan dengan cara litigasi (pengadilan) maupun non litigasi (di luar pengadilan) yaitu Alternatif Penyelesaian Sengketa atau Arbitrase.

Paris Convention tidak mengatur mengenai sanksi pidana apabila terjadi pelanggaran terhadap merek terkenal. Sedangkan mengenai ketentuan pidana dalam TRIPs Agreement diatur dalam bagian 5 mengenai prosedur kriminal yaitu pasal 61. Berdasarkan ketentuan

diatas baik Paris Convention maupun TRIPs Agreement tidak menetapkan jumlah denda atau

ganti rugi yang harus dibayar maupun jangka waktu pidana penjara bagi pihak yang melakukan pelanggaran. Hal ini disesuaikan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan masing-masing negara peserta.Sedangkan di Indonesia mengenai sanksi diatur dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 94 UU No.15 Tahun 2001.

Pada Bab V memuat simpulan dan saran terhadap permasalahan yang dibahas pada bab sebelumnya. Dapat ditarik dua kesimpulan yaitu: (1) Konsep perlindungan hukum

terhadap pemegang hak merek terkenal berdasarkan Paris Convention, TRIPs Agreement

dan UU No. 15 Tahun 2001 mendapat keistimewaan dalam perlindungan hukum apabila terjadi pelanggaran. Dalam hal ini walaupun pemegang hak belum mendaftarkan mereknya disuatu negara namun tetap dapat mempertahankan hak eksklusifnya dengan menggunakan hak prioritas yaitu hak untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian internasional tersebut; (2) Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pemegang

merek terkenal terhadap pelanggaran merek terkenal menurut Paris Convention, Trips

Agreement dan UU No.15 Tahun 2001 dapat dilakukan secara litigasi dan non litigasi. Sanksi hukum berupa pembayaran ganti rugi dan pidana kurungan, penentuannya diserahkan

kepada masing-masing Negara anggota namun tetap mengacu pada ketentuan Paris

Convention dan TRIPs Agreement. Sedangkan Indonesia melalui UU No.15 tahun 2001 mengatur lebih detail mengenai sanksi yang dapat dikenakan kepada pelaku pelanggaran yaitu berupa hukuman atau pidana penjara berkisar antara 4 (empat) sampai 5 (lima) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 800.000.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000.000,-

Saran yang dapat dikemukakan yaitu: (1) Berkaitan dengan perlindungan terhadap

merek terkenal, pendaftaran hendaknya dilakukan juga dengan menggunakan cyber system.

(14)

xiv

permohonan pendaftaran merek terkenal untuk barang dan atau jasa yang tidak sejenis seperti yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) UU No. 15 Tahun 2001 sehingga cakupan perlindungan merek terkenal di Indonesia semakin luas; (2) Diharapkan kepada pelaku usaha dan masyarakat selaku konsumen agar lebih aktif ikut serta dalam menanggulangi pelanggaran merek terkenal dengan cara melaporkan kepada pihak berwenang setiap kali terjadi pelanggaran terhadap merek terkenal. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam hukum merek yang menganut delik aduan. Karena jika pelanggaran tersebut tidak dilaporkan maka akan sangat merugikan pemilik merek terkenal, pelaku usaha, konsumen dan negara. Disamping itu agar pemerintah secara terus menerus mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pentingnya perlindungan dan penegakan hukum di bidang merek.

(15)

xv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN...i

HALAMAN SAMPUL DALAM...ii

HALAMAN PERSYARATAN GELAR MAGISTER...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN PERNYATAAN TELAH DIUJI ...v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...vi

UCAPAN TERIMA KASIH...vii

ABSTRAK...ix

ABSTRACT...x

RINGKASAN...xi

DAFTAR ISI...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2.Rumusan Masalah...6

1.3. Ruang Lingkup Masalah...7

1.4.Tujuan Penelitian ...7 1.4.1. Tujuan Umum...7 1.4.2. Tujuan Khusus...7 1.5. Manfaat Penelitian...8 1.5.1. Manfaat Teoritis...8 1.5.2. Manfaat Praktis...8 1.6. Orisinalitas Penelitian...8

(16)

xvi

1.7.Landasan Teoritis ...9

1.8.Metode Penelitian...31

1.8.1. Jenis Penelitian ...31

1.8.2. Jenis Pendekatan...32

1.8.3. Sumber Bahan Hukum...33

1.8.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum...34

1.8.5. Teknik Analisis ...34

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PARIS CONVENTION, TRIPS AGREEMENT DAN UU NO. 15 TAHUN 2001...35

2.1. Tinjauan Umum Tentang Paris Convention dan TRIPs Agreement...35

2.1.1. Sejarah Paris Convention dan TRIPs Agreement...35

2.1.2. Pengaturan dan jenis-jenis HKI dalam Paris Convention dan TRIPs Agreement....40

2.1.3. Penggolongan Merek Berdasarkan Paris Convention dan TRIPs Agreement ...44

2.2. Tinjauan Umum tentang merek berdasarkan UU No. 15 Tahun 2001...48

2.2.1. Sejarah UU No. 15 Tahun 2001...48

2.2.2.Penggolongan Merek Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2001...51

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK MEREK TERKENAL DALAM HAL TERJADI PELANGGARAN BERDASARKAN PARIS CONVENTION, TRIPS AGREEMENT DAN UU NO 15 TAHUN 2001...57

3.1. Kriteria merek terkenal menurut Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001...57

3.2. Jenis-jenis Pelanggaran Merek Terkenal Menurut Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 tahun 2001...62 3.3. Mekanisme Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Merek Terkenal Dalam Relevansinya

(17)

xvii

2001...70

3.4. Jangka Waktu Perlindungan Merek Terkenal Menurut Paris Convention dan TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001...95

BAB IV. UPAYA HUKUM DAN SANKSI ATAS PELANGGARAN MEREK TERKENAL BERDASARKAN PARIS CONVENTION, TRIPS AGREEMENT DAN UU NO.15 TAHUN 2001...99

4.1. Upaya hukum bagi pemilik merek terkenal berkaitan dengan pelanggaran berdasarkan Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001...99

4.2. Sanksi yang dapat diberikan berdasarkan Paris Convention, TRIPs Agreement dan UU No. 15 Tahun 2001...122

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...125

5.1.Simpulan...125

5.2.Saran...126 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti bersama guru mitra dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih terdapat kelemahan-kelemahan yaitu guru

Untuk menganalisis efektivitas penggunaan pendekatan kolaboratif tipe teams games tournament dalam meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa kelas VIII – II SMP PAB

Berikut ini data nilai hasil belajar siswa pada siklus I tindakan dan tindakan II yang diperoleh dengan menggunakan model picture and picture .dari 20 siswa sebanyak

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mencari nilai persamaan regresi yang digunakan untuk mengukur tingkat variabel Y berdasarkan beberapa tingkat

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor yang menghambat usaha peningkatan produksi pertanian. Serangan OPT tidak saja menyebabkan kehilangan kuantitas

Lyginant Egmonto projekto veikloje dalyvavusių ir ne­ dalyvavusitĮ įstaigtĮ darbą, analizuota ikimokyk­ linių įstaigtĮ pedagogų kompetencijų kaita (Sa­ bienė, 2003),

Mengingat salah satu tujuan wakaf adalah sebagai sumber dana yang terus menerus untuk kepentingan pembiayaan fisik maupun non fisik maka harta wakaf harus merupakan

Sistem Admin P h as e 1 Mengecek jumlah data jawaban kuesioner Jawaban Penilaian Sesuai Menguji validitas dan reliabilitas Nilai Uji Menganalisis karakteristik Jawaban