626
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doihttps://doi.org/10.36733/jhm.v1i2, .https://e-journal.unmas.ac.id
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WISATAWAN PADA OBJEK WISATA TIRTA ARUNG JERAM SUNGAI AYUNG DI
KABUPATEN GIANYAR
Ida Bagus Indra Brahmana 1), I Gusti Ngurah Anom 2)
1,2)Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Email: [email protected]
Abstract
The scope of this research is on rafting attractions by focusing the research subject on tourists who use rafting tourism services, and the location is in PT. Tear Bali. The formulation of research problems is related to legal protection for tourists in tirta rafting attractions and about the responsibility of Ayung River rafting business actors in Gianyari Regency to face losses experienced by tourists. The results of the analysis show that legal protection for users of Tirta Arung Jeram Sungai Ayung services in Gianyar Regency at PT Bali Sobek Utama has been realized. This is evidenced by the good faith of PT. Sobek Bali Utama which carries out its business activities by realizing protection in the form of providing insurance to consumers / tourists who have been covered or included in tour packages provided in accordance with applicable law. In addition, the responsibility of rafting business actors at PT Sobek Bali Utama has been carried out properly in accordance with the provisions of the Law regulated in article 26 letter d, e and letter n in Law Number 10 of 2009 concerning Tourism.
Keywords : White Rafting, Legal Protection, Tourists
Abstrak
Ruang lingkup penelitian ini adalah pada objek wisata arung jeram dengan memfokuskan subjek penelitian pada wisatawan yang menggunakan jasa wisata arung jeram, dan lokasinya di PT. Robek Bali. Rumusan masalah penelitian terkait perlindungan hukum bagi wisatawan di tempat wisata arung jeram tirta dan tentang tanggung jawab pelaku usaha arung jeram sungai Ayung Kabupaten Gianyar atas kerugian yang diderita wisatawan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlindungan hukum bagi pengguna jasa Tirta Arung Jeram Sungai Ayung Kabupaten Gianyar pada PT Bali Sobek Utama telah terwujud. Hal ini dibuktikan dengan itikad baik PT. Sobek Bali Utama yang menjalankan kegiatan usahanya dengan mewujudkan perlindungan berupa pemberian asuransi kepada konsumen/wisatawan yang telah ditanggung atau diikutsertakan dalam paket wisata yang disediakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, tanggung jawab Pelaku Usaha Arung Jeram di PT Sobek Bali Utama telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang diatur dalam pasal 26 huruf d, e dan huruf n dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Kata Kunci : Arung Jeram, Perlindungan Hukum, Wisatawan
627
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doihttps://doi.org/10.36733/jhm.v1i2, .https://e-journal.unmas.ac.id
A. Pendahuluan
Trendi pariwisatai mengalamii perubahan, darii yangi sebelumnyai yaitui pariwisatai konvensionali berubahi menjadii pariwisatai minati khusus.i Padai pariwisata minat khusus wisatawan cenderungan lebih menghargai lingkungan, alam, budaya, atraksi secara spesial, maupun pariwisata terkait kegiatan yang berisiko tinggi1. Selanjutnya, aktivitas pariwisata yang beresiko tinggi tersebut diatur pada Pasal 26 huruf d dan e dalam UU Kepariwisataan. Undang-undnag tersebut menyatakan kegiatani yangi berisikoi tinggi harus memberi perlindungani asuransii padai wisatawan. Akan tetapi terdapat sejumlah objek wisata yang tidak menerapkan kompensasi bagi pelaku wisatawan pada objek wisata yang beresiko tinggi. Contoh kecelakaan yang terjadi seperti Kecelakaan menimpa perahu rafting yang membawa 10 turis asing di Sungai Ayung, Banjar Tanggayuda, Desa
1 Mahriani, E. Manajemen Pariwisata. (Sebuah Tinjauan Teori dan
Kedewatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali pada Senin 3 Oktober 2022. Kecelakaan terjadi saat mereka sedang melakukan rafting atau arum jeram di sungai tersebut yang menyebabkan seorang warga negara asing hilang terbawa arus. Kecelakaan itu terjadi pada saat perahu terbalik para peserta rafting memegang perahu yang ada di depannya. Namun perahu tersebut juga terbalik yang menyebabkan 12 orang bersama guide seluruhnya terjatuh ke aliran Sungai Ayung.
Contoh kejadian kecelakaan yang terjadi pada objek wisata beresiko tinggi seperti wisata arung jeram ini yaitu kejadian pada tahun 2021 yakni Enam orang menjadi korban longsor saat mengikuti rafting di Sungai Ayung, Gianyar, Bali. Mengingat kejadian tersebut, maka sebagai penyedia jasa wisata sebaiknya tetap memperhatikan keselamatan para wisatawan yang masih berada dikawasan objek wisata arung jeram
Praktis). Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung, h. 2
628 usai bermain wahana tersebut. Sebab sesuai ketentuan Undang-Undang yang diatur dalam pasal 26 huruf d, e dan huruf n dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Usahai Wisatai Arungi Jerami merupakani bagiani darii wisatai tirta.i Menuruti Peraturani Gubernuri Balii Nomori 28i Tahuni 2020i Tentangi Tatai Kelolai Pariwisatai Balii Pasali 1i No.i 31,i Usahai Wisatai Tirtai adalahi usahai yangi menyelenggarakani wisatai dani olahragai air,i termasuki penyediaani saranai dani prasaranai sertai jasai lainnyai yangi dikelolai secarai komersiali dii perairani laut,i pantai,i sungai,i danaui dani waduk.i Pulaui Balii memilikii 22i (duai puluhi dua)i perusahaani arungi jerami dengani tigai lokasii ideali untuki melakukani kegiatani wisatai arungi jerami yaitu;i Sungaii Ayung,i Sungaii Melangit,i dani Sungaii Telagai Waja.i Setiapi sungaii mempunyaii profili dani karakteri tersendirii yangi menjadinyai suatui dayai tariki wisata.i
Lokasi penelitian ini dilakukan pada PT. Sobek Bali
Utama, karena Sobek Ayung Rafting salah satu perusahaan perintis awal dalam aktivitas arung jeram di Bali dan sangat dikenal oleh wisatawan Indonesia. Penelitiani inii dilakukani padai objeki wisatai arungi jerami sungaii ayungi karenai Sungaii Ayungi memilikii jumlahi perusahaani arungi jerami palingi banyaki dii bandingkani dengani Sungaii Telagai Wajai dani Sungaii Melangiti karenai Sungaii Ayungi terletaki dii daerahi strategisi yaitui Kabupateni Gianyari dimanai lokasii tersebuti merupakani tempati wisatai yangi ramaii dii kunjungii olehi wisatawani mancanegarai dani domestiki sehinggai menjadii dayai tariki bagii parai pengusahai untuki mengembangkani wisatai arungi jerami dii Sungaii Ayung.i Mengingati banyaknyai pelakui usahai arungi jerami khususnyai padai Sungaii Ayung,i makai perusahani penyediai jasai kegiatani wisatai alami sepertii arungi jerami harusi mampui menyediakani saranai dani prasaranai yangi memadaii dani selalui mengutamakani keselamatani wisatawannyai dengani tetapi
629 memperhatikani hukumi pariwisatai yangi berlaku.
Pembahasani mengenaii Hukumi Pariwisatai hinggai saati inii nampaknyai belumi merupakani suatui hali yangi populer.i Hali inii kemungkinani besari disebabkani olehi fokusi perhatiani yangi diberikani kepadai sektori pariwisatai sebagaii aktivitasi dii bidangi ekonomi.i Dii sampingi itu,i dii Indonesiai khususnyai dii Bali,i pembangunani sektori hukumi masihi belumi dilihati sebagaii mediai untuki mengubahi tatanani kehidupani masyarakati ataui yangi dikenali dengani istilahi “lawi asi ai tooli ofi sociali engineering”i2.
Mengingati wisatai arungi jerami adalahi wisatai yangi beresikoi tinggii makai sudahi seharusnyai pelakui usahai arungi jerami khususnyai padai wisatai arungi jerami dii Kabupateni Gianyari yakni PT. Sobek Bali Utama memberikani perlindungani keselamatani kepadai konsumennya, sebabi dalami
2 Antariksa, Basuki, 2017, Penegakan Hukum Pariwisata Di Dki Jakarta Sebagai Destinasi Pariwisata Internasional. Makalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan, h. 3
kenyataannyai masihi adai pelakui usahai arungi jerami dii Kabupateni Gianyari yangi belumi memberikani perlindungani yangi jelasi sesuaii yangi adai dii dalami perundang- undangan.i Hali inii terbuktii darii adanyai kasusi Enami wisatawani tertimpai longsori saati melakukani aktivitasi raftingi dii Tukadi Ayungi kawasani Banjari Begawan,i Desai Melinggihi Kelod,i Kecamatani Payangan,i Gianyari padai Kamisi 25i Novemberi 2021.i Musibahi tersebuti seharusnyai dapati dihindarii apabilai pelakui usahai arungi jerami tidaki lalaii dalami memberikani perlindungani keselamatani bagii konsumennya, sebab Wisatawani sebagaii seorangi konsumeni dalami industrii jasai pariwisatai memilikii haki atasi keamanani dani keselamatannya.i Dii sisii lain,i pengusahai pariwisatai memilikii tanggungi jawabi terhadapi kegiatani wisatai yangi dikelolanya,i termasuki terhadapi kegiatani wisatai yangi berisikoi tinggi3.i Berdasarkani latari
3 Dewi, Cokorde Istri Dian Laksmi.
2018. Tanggung Jawab Pengusaha Pariwisata Terhadap Kegiatan Wisata Berisiko Tinggi. Jurnal Yustitia, Vol 12 No 2, h. 76
630 belakangi masalahi tersebuti makai Penulisi bermaksudi mengkajii hali yangi lebihi dalami mengenaii
“Perlindungan Hukum Bagi Wisatawan Pada Objek Wisata Tirta Arung Jeram Sungai Ayung Di Kabupaten Gianyar”.
Ruang lingkup penelitian ini yaitu pada objek wisata Arung Jeram dengan memfokuskan subjek penelitian pada wisatawan yang menggunakan jasa wisata Arung Jeram, dan Lokasi berada di PT.
Sobek Bali yang merupakan pelaku usaha atau penyedia jasa wisata Arung Jeram, dengan rumusan masalanya yang pertama yaitu terkait perlindungani hukumi bagii wisatawani padai objeki wisatai tirtai arungi jerami Sungaii Ayungi dii Kabupateni Gianyar dan rumusan masalah yang kedua tentang tanggungi jawabi pelakui usahai arungi jerami Sungaii Ayungi dii Kabupateni Gianyari terhadapi kerugiani yangi dialamii wisatawan..
Tujuan umum penelitian ini adalah guna mengetahui implementasi UU
4 Sabian Utsman, Dasar-dasar Sosiologi Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 311.
Perlindungan Konsumen terkait hak- hak konsumen dalam menggunakan jasa wisata arung jeram.
B. Metode Penelitian
Penulisan secara Empiris menjadi jenis penelitian hukum yang dipilih.
Penelitian ini menggunakan jenis atau tipe-kajian sosiologi hukum (sociology of law) yang mengkaji
“law as it is in society”, yang bertolak dari pandangan bahwa hukum adalah pola perilaku sosial yang terlembaga dan eksis sebagai variabel sosial yang empirik,4 dengan menggunakan pendekatan penelitian yuridis sosiologis/sosiologi hukum, yaitu pendekatan penelitian yang mempelajari pengaruh masyarakat terhadap hukum, sejauh mana gejala- gejala yang ada dalam masyarakat itu dapat memengaruhi hukum dan sebaliknya serta bertolak dari paradigma ilmu empiris.5 Sehingga dalam penelitian ini peneliti melihat implementasi PT. Sobek Bali Utama selaku pelaku usaha beresiko tinggg, para pihakwisatawan arung jeram, dan pengaturan subtansi berdasarkan
5 Johnny Ibrahim, 2013,Teori &
Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, h. 40.
631 UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum empiris ini diambil dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Perolehan sumber data primer yang diperoleh secara langsung berdasarkan keterangan informan yang dilakukan secara langsung kepada wisatawani dalami menggunakani jasai wisatai arungi jeram serta kepada pelakui usahai terhadapi penggunai jasanya/
konsumennya. Sedangkan data sekunder yang dipergunakan sebagai refrensi, antara lain: bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan data tersier.
Studi ini menggunakan 3 jenis teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Tehnik pengolahan dan analysis data studi ini yakni menggunakan analisis kualitatif C. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan pihak PT. Sobek Bali Utama, yakni Bapak Wahyu bahwa PT. Sobek Bali Utama
sudah terwujud, hal ini dibuktikan dari itikad baik PT. Sobek Bali Utama yang melakukan kegiatan usahanya dengan mewujudkan perlindungan berupa pemberian asuransi kepada konsumen/ wisatawan yang sudah tercover atau include dalam paket wisata yang diberikan sesuai hukum yang berlaku.
Pelaku usaha atau pengusaha pariwisata seperti PT. Sobek Bali Utama yang menyediakan jasa wisata arung jeram sebagai usaha beresiko tinggi memiliki kewajiban untuk melaksanakan perlindungan hukum bagi wisatawan terutama dalam menjalankan kegiatan usaha pariwisatanya. Pelaksanaan perlindungan hukum bagi wisatawan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, tepatnya pada Pasal 26 huruf (e) yang menyatakan bahwa pengusaha pariwisata wajib memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan risiko tinggi, hal tersebut seharusnya dilakukan oleh pelaku usaha pariwisata jika tempat wisata nya tergolong berisiko tinggi ataupun
632 kegiatan usahanya yang berisiko tinggi.
Wujud pelaksanaan pengusaha dalam memberikan perlindungan hukumnya bagi wisatawan adalah dalam bentuk pemberian asuransi kepada wisatawan untuk mengantisipasi jika nantinya terjadi kecelakaan yang menimbulkan kerugian bagi wisatawan. Jadi, ketika wisatawan berkunjung dan berkegiatan di tempat wisata yang berisiko tinggi mengalami kecelakaan hingga menimbulkan kerugian, pengelola tempat wisata selaku pengusaha pariwisata bertanggung jawab atas kerugian tersebut dengan mengklaim kepada pihak asuransi yang telah bekerja sama dengan pelaku usaha. Oleh karena itu, pariwisata yang telah membayar tiket masuk perlindungan yang telah ditetapkan pada lokasi wisata, memiliki kewajiban jika terjadinya kecelakaan dan kemalangan di kawasan lokasi wisata yang memiliki pertaruhan tinggi tersebut sudah mulai berlaku, kewajiban agen
6 Sanjaya, I.P.A., A.A.S. Laksmi Dewi, & L.P. Suryani. 2022. perlindungan hukum wisatawan yang berkunjung ke tempat
asuransi pilihan. Jika adanya pihak luar tersebut keamanan wisatawan akan terpuaskan secara efektif jika hal-hal yang wisatawan inginkan tidak terjadi, misalnya terjadi musibah atau atau kerugian yang dialami. Namun disini perlu di garis bawahi, jika kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kurangnya pengawasan atau kelalaian serta minimnya fasilitas yang disediakan oleh pengelola tempat wisata, maka tanggungjawab ada di tangan pengelola tempat wisata selaku pengusaha pariwisata. Lain hal ketika kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kelalaian dari wisatawan tersebut tidak mematuhi peraturan yang ditetapkan pada pengelola tempat wisata, maka pengelola tempat wisata tidak ikut bertanggung jawab atas hal tersebut. Dengan kata lain, wisatawan menanggung sendiri atas kerugian yang dideritanya karena penyebabnya adalah kelalaian dari dirinya sendiri6.
PT. Sobek Bali Utama sudah memberikan pengayoman bagi wisatawan yang menjalankan
wisata berisiko tinggi di bali. Vol. 3, No. 2, h. 375
633 aktivitas arung jeram sebagai bentuk pelaksanaan perlindungan hukum wisatawan dengan cara selalu memberikan pengarahan keselamatan secara menyeluruh pada wisatawan sebelum memulai aktivitas, kemudian mengarahkan wisatawan untuk menggunakan sepatu olahraga dan pakaian yang nyaman, membawa topi dan merekomendasikan untuk menggunakan tabir surya, serta memberikan asuransi kesehatan untuk wisatawan usia 7 hingga 64 tahun.
Pelaksanaan wisata Arung Jeram pada PT. Sobek Bali Utama sudah sesuai berdasarkan teori perlindungan hukum menurut Satjipto Rahardjo, yang menyatakan perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum7.
Selanjutnya wujud Tanggungi Jawabi PT. Sobek Bali Utama, sebagai penyedia jasa wisata Arungi
7 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.
54
Jerami Sungaii Ayungi dii Kabupateni Gianyari terhadapi wisatawan adalah dengan cara:
Perlindungan asuransi bagi wisatawan Arung Jeram
Wujud Standarisasi Keamanan dan Keselamatan Wisatawan yang dilaksanakan oleh PT. Sobek Bali Utama adalah dengan memberi perlindungan asuransi bagi wisatawan Arung Jeram. Menurut I.G.N.
Parikesit Widiatedja, tujuan dari adanya perlindungan asuransi ini dilihat dari sudut liberalisasi jasa, dapat menjadi alternatif solusi untuk meningkatkan pendapatan pariwisata secara keseluruhan 8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, walaupun undang-undang maupun peraturan menteri tidak mewajibkan penyedia jasa wisata untuk melengkapi paket wisatanya dengan perlindungan asuransi, akan tetapi pelaku penyedia jasa wisata arung jeram harus memiliki asuransi untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan, sehingga akan memberikan rasa aman
8 I.G.N. Parikesit Widiatedja, 2010, Liberalisasi Jasa dan Masa Depan Pariwisata Kita, Udayana University Press, Denpasar, h. 114.
634 dan nyaman kepada wisatawan pengguna wisata arung jeram tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Trevor C. Atherton dan Trudie A. Atherton yang menyatakan:
“There are so many things which can and do go wrong for travellers. They may lose their baggage or have their money stolen, their travel plans may be disrupted or cancelled, causing losses, or they may suffer injury or illnesswhile away, thus incurring medical expenses. Although it is not compulsory for travellers to take out travel insurance, it is certainly advisable.”
Sistem Administrasi dan Manajemen Pengelolaan yang Baik
Penetapan standarisasi dalam aspek pengelolaan ini lebih difokuskan pada sistem administrasi dan manajemen yang dilakukan oleh suatu usaha pelaku wisata. Dengan adanya sistem administrasi dan manajemen pengelolaan yang baik akan memudahkan pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dengan baik. Dalam sektor pariwisata, aspek pengelolaan ini dikenal dengan prinsip tata kelola
9 Princess Innez Primantara. 2015.
Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan Dalam Pasokan Jasa Pariwisata Oleh Biro
pariwisataan yang baik (Good Tourism Governance). Prinsip penyelenggaraan tata kelola kepariwisataan yang baik adalah adanya koordinasi dan sinkronisasi program antar pemangku kepentingan serta adanya partisipasi aktif yang terpadu dan saling menguatkan antara pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat setempat yang terkait.
Ciri dalam penyelenggaraan tata kelola kepariwisataan yang baik menurut Primantara adalah berdasar pada prinsip-prinsip sebagai berikut9: 1. Partisipasi Masyarakat Terkait 2. Keterlibatan segenap
3. Kemitraan Kepemilikan Lokal 4. Pemanfaatan Sumber Daya secara
berlanjut
5. Mengakomodasikan aspirasi masyarakat
6. Daya dukung lingkungan 7. Monitor dan Evaluasi Program 8. Akuntabilitas Lingkungan
9. Pelatihan pada masyarakat terkait 10. Promosi dan Advokasi Nilai
Budaya Kelokalan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perjalanan Wisata. Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. H. 91-92
635 Selanjutnya wujud Tanggungi Jawabi PT. Sobek Bali Utama, sebagai penyedia jasa wisata Arungi Jerami Sungaii Ayungi dii Kabupateni Gianyar adalah dengan cara selalu melakukan pengembangan SDM.i Sebab dalam aspek pengelolaan suatu objek wisata maka pengembangan SDM juga menjadi suatu perhatian.
Meningkatkan Aspek Pelayanan Wisata Arung Jeram dengan Menerapkan Standard Operating Procedures (SOP)
Berdasarkan pada hasil wawancara yang diperoleh dari pihak PT. Sobek Bali Utama, maka pihak manajemen menyatakan bahwa PT.
Sobek Bali Utama sudah melaksanakan pelayanan yang bertanggung jawab kepada wisatawan dengan selalu menerapkan Standard Operating Procedures (SOP). Adapun aspek pelayanan yang dilakukan terdiri dari:
a. Menerapkan Standard Operating Procedures (SOP) bagi pelaksanaan tamu di kantor PT.
Sobek Bali Utama, yang meliputi : 1) Penyambutan kedatangan tamu
2) Menerima dan melakukan panggilan telepon.
3) Pemberian penjelasan tentang
produk yang
disediakan/ditawarkan PT.
Sobek Bali Utama.
4) Pemesanan dan/atau penjualan produk yang disediakan BPW.
b. Menerapkan Standard Operating Procedures (SOP) dalam pelaksanaan perjalanan wisata, yang meliputi :
1) Pelayanan bagi wisatawan oleh tenaga pemandu wisata dan/atau pimpinan perjalanan wisata selama perjalanan wisata.
2) Penanganan permasalahan dan keluhan yang muncul selama perjalanan wisata, oleh tenaga pemandu wisata, oleh tenaga pemandu wisata dan/atau pimpinan perjalanan wisata.
3) Permintaan oleh tenaga pemandu wisata dan/atau pimpinan perjalanan wisata kepada wisatawan untuk mengisi kuisioner untuk evaluasi perjalanan wisata.
Adanya standarisasi dalam aspek pelayanan yang diberikan
636 pelaku penyedia Wisata bertujuan agar setiap penyedia wisata dapat memberikan standar pelayanan yang baik bagi wisatawan. Dalam buku yang berjudul International Tourism :
“A Global Perspective, dikatakan bahwa “A critical part of sustaining a quality destination is establishing standards of performance in tourism jobs and certifying workers who posses the skills meeting those standards.”10
Pelayanan adalah kunci utama dalam industri pariwisata.
Keramahtamahan dan kejelasan informasi akan membuat wisatawan merasa aman dan nyaman saat menggunakan jasa pariwisata tersebut. Untuk dapat memberikan suatu pelayanan yang memuaskan, setiap pelaku usaha harus memahami karakter dan budaya wisatawan yang menggunakan jasanya. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kendala yang dihadapi yakni saat memberikan pelayanan kepada wisatawan adalah adanya perbedaan budaya. Misalnya saja hal-hal yang
10 World Tourism Organization, 1997, International Tourism : A Global Perspective, World Tourism Organization, Madrid, h. 347. (selanjutnya disebut World Tourism Organization III)
wajar dan sopan terjadi di Indonesia ternyata dianggap tidak wajar atau tidak sopan di Negara lain. Oleh sebab itu, dalam menjalankan usaha di bidang pariwisata, pelaku usaha tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian dalam berbahasa asing, namun juga harus memiliki pen getahuan yang luas tentang budaya- budaya dalam suatu Negara.
Apabila dikaji melalui Teori Perlindungan Hukum, adanya standarisasi keamanan dan keselamatan wisatawan dalam berbagai aspekseperti aspek pelayanan, aspek pengembangan SDM dan lainnya merupakan suatu langkah preventif. Perlindungan Hukum preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa11. Dengan menjalankan standarisasi keamanan dan keselamatan wisatawan ini dengan benar, PT.
Sobek Bali Utama selaku penyedia jasa wisata Arung Jeram akan mampu mendukung peningkatan mutu pariwisata Arung Jeram.
11 Maria Alfons, 2010, Implentasi Perlindungan Indikasi Geografis Atas Produk-Produk Masyarakat Lokal Dalam Prespektif Hak kekayaan Intelektual, Universitas Brawijaya, Malang, h. 18.
637 D Simpulan dan Saran
Perlindungan hukum terhadap pengguna jasa Tirta Arung Jeram Sungai Ayung di Kabupaten Gianyar pada PT Bali Sobek Utama sudah terwujud. Hal ini dibuktikan dari itikad baik PT. Sobek Bali Utama yang melakukan kegiatan usahanya dengan mewujudkan perlindungan berupa pemberian asuransi kepada konsumen/ wisatawan yang sudah tercover atau include dalam paket wisata yang diberikan sesuai hukum yang berlaku.
Tanggungi Jawab Pelakui Usahai Arungi Jeram di PT Sobek Bali Utama sudah terlaksana dengan baik sesuai ketentuan Undang-Undang yang diatur dalam pasal 26 huruf d, e dan huruf n dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. PT Sobek Bali Utama sudah melaksanakan standarisasi keamanan & keselamatan wisatawan selaku pelaku usaha wisata Arung Jeram sebagai wujud tanggung jawab bagi wisatawan.
Adapun wujud Tanggungi Jawabi PT. Sobek Bali Utama, sebagai penyedia jasa wisata Arungi
Jerami Sungaii Ayungi dii Kabupateni Gianyari terhadapi wisatawan adalah dengan cara memberikan Perlindungan asuransi bagi wisatawan Arung Jeram, lalu melaksanakan Sistem Administrasi dan Manajemen Pengelolaan yang Baik, kemudian selalu melakukan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Meningkatkan Aspek Pelayanan Wisata Arung Jeram dengan Menerapkan Standard Operating Procedures (SOP).
Berdasarkan hasil analisis, maka bagi Pemerintah sebaiknya lebih meningkatkan perlindungan hukum yang dapat dilakukan dengan secara preventif agar tidak menimbulkan adanya kerugian yang lebih besar pada semua pihak. Selain itu, Bagi pemerintahan daerah diharapkan dapat melakukan pengawasan di lokasi wisata yang khususnya menyediakan wisata beresiko tinggi atas ada atau tidaknya perlindungan dalam bentuk asuransi yang wajib disediakan oleh setiap pengelola tempat wisata seperti Arung Jeram sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2009
638 dan Perda Provinsi Bali No. 5 Tahun 2020.
Daftar Pustaka Buku
Diantha, I Made Pasek, 2017, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori Hukum, PT Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta
Gamal Suwantoro, 2004, Dasar-Dasar Pariwisata, ed, II, Andi Offseet, Yogyakarta
Gelgel, I Putu, 2021, Hukum Kepariwisataan Dan Kearifan Lokal, Denpasar: UNHI Press Happy Susanto, 2008, Hak-Hak
Konsumen Jika Dirugikan, Visimedia, Jakarta,
Mahriani, E, Manajemen Pariwisata, (Sebuah Tinjauan Teori dan Praktis), Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung
Marzuki, Peter Mahmud, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Primada Media, Jakarta
Miru, Ahmad dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Nasution, Az, 1995, Konsumen dan Konsumen: Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen Indonesia, cet, I, Pustaka Sinar, Jakarta
Nugroho, Susanti Adi, 2008, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta
Sidharta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT, Gramedia Widiasarna Indonesia/
Grasindo, Jakarta
Widiatedja, I,G,N, Parikesit, 2010, Liberalisasi Jasa dan Masa Depan Pariwisata Kita, Udayana University Press, Denpasar
Jurnal
Dewi, Cokorde Istri Dian Laksmi, 2018, Tanggung Jawab Pengusaha Pariwisata Terhadap Kegiatan Wisata Berisiko Tinggi, Jurnal Yustitia, Vol 12 No 2, Hal:
76-87
Irna Nurhayati, 2011, Pertanggungjawaban Produsen Terhadap Konsumen dalam
639 Perspektif UU No, 8 Tahun 1999, Jurnal Hukum Bisnis Volume 30 Nomor I, Hal:1-30
Pradnyawati, Ni Ketut, Dewa Gde Rudy, Suatra Putrawan, 2018, Tanggung Jawab Pengelola Kawasan Pariwisata Atas Kerugian Wisatawan Pada Obyek Wisata Tirta Gangga Karangasem, Jurnal Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana, hlm, 1-6 Rahayu, Ni Made Novi dan
Widiastari A,A, Sri Indrawati, 2016, Pengaturan Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan, Jurnal Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana
Suparta, I Ketut dan Ni Nyoman Triyuni, 2014, Tanggung Jawab Pengusaha Terhadap Wisatawan Pada Usaha Wisata Tirta Di Bali, Soshum Jurnal Sosial Dan Humaniora, VOL, 4, NO,2, Hal:
110-120
Suryadewa, I Gusti Ngurah Agung dan Ida Ayu Putu Widiati, I Wayan Arthanaya, 2019, Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan oleh Biro Perjalanan
Wisata di Kabupaten Badung, Jurnal Analogi Hukum, 1 (3), Hal: 336–340
Makalah
Antariksa, Basuki, 2017, Penegakan Hukum Pariwisata Di Dki Jakarta Sebagai Destinasi Pariwisata Internasional, Makalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan, Hal: 1-13
Internet
Hukum Online. 2021. Tanggung Jawab Pengelola Tempat Wisata Jika Terjadi Kecelakaan.
https://www.hukumonline.com/k linik/a/tanggung-jawab-
pengelola-tempat-wisata-jika- terjadi-kecelakaan-
lt53cce020acdc0
Nusa Bali. 2021. 26 November 2021.
Diakses pada 15 Januari 2022.
https://www.nusabali.com/berita /107202/rombongan-wisata- rafting-diterjang-longsor
Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999
640 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966 Perda Provinsi Bali No. 5 Tahun 2020
Tentang Perlindungan Hukum Wisatawan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Tata Kelola Pariwisata Bali