Dalam skripsi ini penulis merumuskan judul penelitian “Perlindungan Konsumen Jasa Usaha Gorengan Berbasis Etika Bisnis Islam (Studi di Kota Parepare)”. Judul Skripsi: Perlindungan Konsumen Jasa Usaha Makanan Gorengan Berbasis Etika Bisnis Islam (Studi di Kota Parepare) Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. ADAM MALIK, Perlindungan Konsumen Jasa Usaha Gorengan Berbasis Etika Bisnis Islam (Studi Kota Parapare).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan konsumen jasa usaha gorengan berdasarkan etika bisnis Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) jasa usaha gorengan di kota Parepare sudah sesuai dengan prinsip etika bisnis Islam yaitu persatuan, kejujuran, kemauan bebas dan tanggung jawab (2) perlindungan konsumen terhadap jasa usaha gorengan di kota Parepare menggunakan aspek ekonomi sebagai acuan dalam penetapan harga, aspek hukum yang penting untuk menjamin perlindungan hak konsumen dari aspek politik, dan aspek bersih, adil, sehat, dan budaya dalam proses penyiapan makanan. Namun di era bisnis modern saat ini, untuk menghadapi persaingan dan menciptakan persaingan yang sehat dalam berbisnis, diperlukan adanya aturan-aturan yang disebut juga dengan etika bisnis.
Etika bisnis memegang peranan yang sangat penting dalam bisnis karena sangat berguna dalam mengendalikan persaingan bisnis agar tidak menyimpang dari norma-norma yang ada karena etika pada dasarnya adalah moral atau standar yang berhubungan dengan benar dan salah atau baik dan buruk suatu tindakan dan seseorang. diantaranya adalah tindakan yang dilakukan dalam dunia usaha dan persaingan usaha dapat dikatakan etis jika memenuhi seluruh norma bisnis yang ada. Tujuan lain dari etika bisnis bukanlah untuk mengubah keyakinan moral seseorang, melainkan untuk meningkatkan keyakinan tersebut agar orang percaya pada dirinya sendiri dan akan menerapkannya dalam dunia bisnis. 3 Dengan demikian maka seseorang yang melakukan kegiatan usaha dapat mengetahui bahwa yang dilakukannya dalam kegiatan usaha bukan sekedar mencari keuntungan melainkan mencari ridha Allah SWT dengan cara yang baik, mengedepankan perasaan kepuasan konsumen dengan tidak melakukan penipuan atau unsur-unsur tertentu. Hal seperti ini tidak sesuai dengan etika bisnis Islam karena dapat merugikan.
Kasus ini menarik bagi peneliti karena perilaku pedagang gorengan harus benar-benar menerapkan etika bisnis Islam dalam pengelolaan usahanya.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Tinjauan Penelitian Terdahulu
- Tinjauan Teoritis
- Perlindungan Konsumen
- Pengertian Perlindungan Konsumen
- Aspek-Aspek yg Mempengaruhi Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Endang Sri Wahyuni menyebutkan aspek-aspek yang mempengaruhi
- Hak-Hak Konsumen
- Pengertian Etika Bisnis
- Macam-macam Etika dalam Bisnis 1 Etika dalam Kegiatan Produksi
- Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam 1 Kesatuan (Unity)
- Jual Beli
- Pengertian Jual Beli
Penelitian ini secara sistematis mendeskripsikan hubungan penerapan etika bisnis Islam dengan tingkat profitabilitas perusahaan berdasarkan perspektif karyawan pada yoghurt house di kota Batu.7. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan peneliti-peneliti sebelumnya terletak pada fokus penelitiannya, dimana penelitian ini akan mengkaji tentang analisis etika bisnis Islam terhadap perlindungan konsumen, sedangkan penelitian yang ditulis diatas terlebih dahulu membahas tentang unsur Tadlis pada pedagang buah. . . 8 Tahun 1999 tentang peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen pada pasal 1 par. 8 Perlindungan terhadap konsumen terlihat semakin material dan formal.
7Laili Latifah Puspitasari, Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Tingkat Profitabilitas Yogurt House Berdasarkan Perspektif Karyawan, Skripsi. Berdasarkan rumusan yang diberikan oleh Mochtar Kusumaatmadja, yang dimaksud dengan undang-undang perlindungan konsumen adalah: “Segala asas dan peraturan hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan permasalahannya dengan penyedia barang atau jasa konsumen.” Dengan kondisi seperti ini maka perlindungan konsumen sulit untuk dilaksanakan, karena pelaksanaan perlindungan konsumen pada prinsipnya hanya akan terwujud jika konsumen yang menjadi pihak peduli terhadap hak-haknya, artinya jika konsumen menyadari bahwa dirinya dirugikan dan membutuhkan. untuk melindungi hak-haknya, maka perlindungan konsumen dapat dilaksanakan. Namun apabila konsumen yang bersangkutan tidak menuntut haknya maka perlindungan konsumen tidak dapat dilaksanakan.
Pengenalan UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dimaksudkan untuk menjamin perlindungan konsumen dan. Penyelenggaraan perlindungan konsumen tidak lepas dari faktor budaya yang berlaku dalam masyarakat, karena erat kaitannya dengan kebiasaan masyarakat yang sangat menentukan sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Hak yang berkaitan erat dengan hak atas informasi adalah hak untuk didengarkan, karena informasi yang diberikan oleh pihak yang berkepentingan atau berkompeten seringkali tidak cukup untuk memuaskan konsumen.
Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas barang atau jasa yang dikonsumsi harus sesuai dengan nilai uang yang dibayarkan sebagai imbalannya. Jika konsumen berpendapat bahwa kuantitas dan kualitas barang atau jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikan, ia berhak atas kompensasi yang sesuai. Hak atas kompensasi seharusnya ditempatkan lebih tinggi dibandingkan hak pelaku usaha (produsen/distributor produk) yang secara sepihak memasukkan klausul pengecualian.
Dalam banyak kasus, pelaku usaha dituntut untuk menyadari hak konsumen untuk menerima “pendidikan konsumen” ini. Tujuan utama konsumen adalah mencari kepuasan setinggi-tingginya atas barang atau jasa yang memenuhi kriteria kepuasan. Kebebasan merupakan bagian penting dari nilai-nilai etika bisnis Islam, yang terpenting adalah kebebasan tidak merugikan kepentingan kolektif.
اروُبا ت ْنال ًةارااِتِ
Dasar Hukum Jual Beli
اوُلااقااَّنَِّإ
للَّا اعْيا بْلا
اءااج ُه
ادااع اكِئ الوُأاف
ااهيِف انوُدِلااخ
Macam-macam Jual Beli Ada tiga macam jual beli
Jual beli gharar merupakan jual beli yang tidak diketahui 29 kerana jual beli jenis ini amat ditakuti dan boleh mendatangkan mudarat kepada orang ramai sekiranya barang yang dibeli tidak mengikut kehendak pembeli.
Bentuk-Bentuk Jual Beli yang Dilarang
- Tinjauan Konseptual
- Kerangka Pikir
- Bagan Kerangka Pikir
Jual beli yang belum jelas, seperti jual beli buah-buahan yang belum terlihat hasilnya, dan jual beli barang yang belum terlihat. Jual Beli Bersyarat adalah pembelian yang persetujuannya diikatkan pada syarat-syarat tertentu yang tidak ada hubungannya dengan jual beli tersebut atau mengandung unsur-unsur yang merugikan dan dilarang secara agama. Jual beli yang dilarang karena adanya kekerasan, seperti penjualan bayi hewan yang masih bergantung pada induknya.
Jual Beli Mulamasah adalah jual beli dengan cara disentuh, misalnya seseorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya, maka otomatis orang tersebut sudah membeli kain tersebut. Jual Beli Munabadzah adalah jual beli dengan cara saling melempar, yaitu dua orang saling melempar barang dan setelah terjadi pelemparan maka terjadilah jual beli. Jual beli dengan menempatkan barang dagangan di luar kota/pasar artinya memeriksa barang sebelum sampai di pasar agar dapat dibeli dengan harga murah kemudian dijual dengan harga lebih tinggi di pasar.
Apabila pembeli telah mengetahui bahwa barang tersebut adalah barang curian/barang curian, maka keduanya telah turut serta melakukan dosa. 30 Sebab dalam jual beli ini, jika kedua belah pihak mengetahui asal usul barang tersebut namun acuh tak acuh, maka mereka acuh tak acuh. berkumpul untuk melakukan suatu perbuatan dan jual beli itu haram. Untuk menghindari hal-hal tersebut di atas, maka perlu adanya kesadaran dari masyarakat sendiri akan pentingnya kejujuran dalam menjalankan kegiatan usaha, baik kecil maupun besar, masyarakat harus kompeten dalam memutuskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. tidak ada pesta. Berdasarkan definisi di atas, maka yang penulis maksudkan pada judul “Perlindungan Konsumen Jasa Usaha Makanan Gorengan Berdasarkan Etika Bisnis Islam (Studi di Kota Parepare)” sebenarnya adalah untuk mengetahui etika bisnis mengenai perlindungan konsumen pada penjual makanan gorengan di Parepare.
Perlindungan Konsumen
Aspek Ekonomi
Aspek Hukum
Aspek Politis
Aspek Budaya
Usaha Gorengan di Parepare
Lokasi Penelitian
Setelah selesai proses pembuatan proposal penelitian yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian, peneliti akan melakukan penelitian setelah proposal tersebut dipresentasikan dalam lokakarya dan mendapat izin penelitian selama kurang lebih dua bulan.
Fokus Penelitian
Jenis dan Sumber Data yang Digunakan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisi Data
38Akbar, pelanggan penjual penggiling tahu, bakwan dan pisang di kota Parepare, wawancara penulis di Parepare, 15 Desember 2019. Dari pernyataan di atas, perlindungan konsumen sulit diterapkan karena ketika konsumen mendapatkan gorengan yang tidak sesuai atau tidak layak untuk dikonsumsi, maka konsumen tidak akan menyelesaikan masalahnya secara hukum, melainkan hanya menegur langsung penjual gorengan tersebut. 40Rafi, pelanggan penjual isi tahu, bakwan dan penggiling pisang di kota Parepare, wawancara penulis di Parepare, 15 Desember 2019.
43Anto, seorang pembeli yang menjual isi tahu, bakwan dan pisang giling di Parepare, wawancara dengan penulis di Parepare, 15 Desember 2019. 44Thyka, seorang pembeli yang menjual isi tahu, bakwan dan pisang giling di Parepare, wawancara dengan penulis di Parepare, 15 Desember , 2019. Berdasarkan penjelasan di atas maka para pelaku usaha dapat memberikan pelayanan dan kebersihan kepada konsumen, sehingga dapat terjalin proses jual beli yang baik dan dapat terlaksananya perlindungan konsumen, sehingga berdampak positif baik bagi konsumen maupun pelaku usaha.
Jika perlindungan konsumen ini diterapkan setidaknya dapat membawa manfaat bagi konsumen dan pelaku usaha, dalam hal ini memberdayakan konsumen dan meningkatkan profesionalisme pelaku usaha. Produk yang ditawarkan pedagang gorengan di Parepare hampir sama, seperti: martabak, tahu isi, bakwan, dan pisang tumbuk. Untuk harga gorengan di Parepare, harga produknya ditentukan oleh ukuran dan rasanya.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penjual gorengan di Kota Parepare telah menetapkan harga dan produk yang hampir sama dengan penjual gorengan lainnya, namun harga produk biasanya dipengaruhi oleh ukuran dan rasa. Dengan mematok harga dan produk seperti ini berarti pedagang gorengan di Kota Parepare sudah sesuai dengan prinsip etika bisnis Islam, termasuk prinsip persatuan, karena prinsip persatuan mengandung konsep tauhid yang harus diterapkan. dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal ini. Industri gorengan menerapkan konsep tauhid pada aspek ekonomi dan sosial. 49Rudi, pelanggan penjual martabak di kota Pare-pare, wawancara penulis di Pare-pare, 5 Desember 2019.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pedagang gorengan di kota Pare-pare memberikan pelayanan dengan tidak membeda-bedakan pelanggan atau konsumennya. Harga dan produk yang ditawarkan oleh pedagang gorengan di kota Pare-pare memberikan kebebasan dalam memilih dan mengonsumsi gorengan sesuai harga yang ditetapkan. Promosi yang dilakukan oleh pedagang gorengan di kota Parepare adalah dari mulut ke mulut dan melalui media sosial seperti Facebook dan WhatsApp.
55Joko, penjual bakwan dan pisang giling di kota Parepare, wawancara penulis di Parepare, 10 Desember 2019. 58Herman, pelanggan penjual isi tahu, bakwan dan pisang giling di kota Parepare, wawancara penulis di Parepare , 15 Desember 2019.
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA