Dari faktor-faktor tersebut, tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK). Kasus konflik antara Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh Perusahaan dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh Pekerja terjadi di PT. Bagaimana tindakan hukum terhadap pengusaha yang tidak menjamin hak pekerja jika terjadi pemutusan hubungan kerja berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penciptaan Lapangan Kerja.
Untuk mengetahui apakah ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja lebih melindungi pekerja dibandingkan ketentuan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jika terjadi pemutusan hubungan kerja. Untuk mengetahui tindakan hukum terhadap pengusaha yang tidak memberikan hak pekerja apabila terjadi pemutusan hubungan kerja berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020.
Ruang Lingkup Penelitian
Sumber Bahan Hukum
Bahan hukum sekunder, yaitu memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa karya ilmiah, buku dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat sesuai dengan judul skripsi. Bahan hukum tersier, berupa bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, internet, dan sebagainya, yang berkaitan dengan permasalahan sesuai dengan judul ini.
Metode Pengumpulan Data
Jenis Penelitian
Metode Analisa Data
Pengertian Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum terhadap pekerja merupakan pemenuhan hak-hak dasar yang melekat dan dilindungi oleh Undang-Undang Dasar, sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945. Perlindungan hukum adalah perlindungan kehormatan dan martabat, serta pengakuan hak asasi manusia. hak-hak yang diikuti oleh subyek hukum dalam suatu negara hukum, berdasarkan ketentuan hukum kesewenang-wenangan. Menurut Satjito Rahardjo5, “perlindungan hukum adalah suatu upaya untuk melindungi kepentingan seseorang dengan memberikan kepadanya kapasitas hak asasi manusia untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya”.
Perlindungan hukum diciptakan sebagai sarana atau instrumen pengaturan hak dan kewajiban subjek hukum. 5 Satjita Rahardjo, Perlindungan hukum menurut para ahli, http://tesis Hukum.com/pengertian-perlindungan- Hukum-menrut-para-ahli/ diakses pada tanggal 18 September 2022. 6 Anon, Perlindungan hukum menurut para ahli, http: // skripsi Hukum .com/pengertian-perlindungan-legal-menurut-para-ahli/, diakses 18 September 2022.
Dengan perlindungan hukum preventif tersebut, badan hukum mempunyai kesempatan untuk menyampaikan keberatan dan pendapat sebelum pemerintah mengambil keputusan akhir. Sarana perlindungan preventif ini tertinggal dalam perkembangannya, apalagi dibandingkan dengan sarana perlindungan hukum yang represif. Dengan adanya perlindungan hukum preventif ini, badan hukum diberikan kesempatan untuk menyampaikan keberatan atau pendapat sebelum mengambil keputusan pemerintah.
Penanganan perlindungan hukum oleh peradilan umum dan peradilan tata usaha negara di Indonesia termasuk dalam kategori perlindungan hukum ini.
Tujuan Perlindungan Hukum
Asas perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah didasarkan dan timbul dari konsep pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, karena munculnya konsep pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia menurut sejarah Barat ditujukan pada pembatasan dan keteguhan masyarakat. kewajiban. dan pemerintah. Sehubungan dengan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, maka pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia mempunyai tempat yang utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan negara hukum. Perlindungan hukum harus tercermin dalam berjalannya hukum, proses hukum dan akibat dari pelaksanaan atau penegakan hukum.
Dengan beragamnya hubungan hukum, maka anggota masyarakat memerlukan aturan-aturan yang dapat menjamin keseimbangan agar dalam hubungan tersebut tidak terjadi kekacauan dalam masyarakat12. Perlindungan hukum merupakan gambaran berjalannya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum13. Undang-undang juga memberi petunjuk tentang apa yang tidak boleh, agar segala sesuatunya dapat berjalan tertib dan tertib.
Hal ini dimungkinkan karena hukum mempunyai sifat dan waktu untuk mengatur tingkah laku manusia serta mempunyai sifat memerintahkan dan melarang, serta hukum dapat memaksa anggota masyarakat untuk menaati hukum. 11 Gede Iriana, “Perlindungan hukum bagi investor dalam perdagangan saham dan obligasi di pasar modal” Vol. Jadi, hukum bertujuan untuk menjamin keamanan hukum dalam masyarakat dan hukum juga harus berdasarkan pada keadilan, yaitu pada asas-asas keadilan dalam masyarakat tersebut14.
Hukum Soeroso merupakan seperangkat peraturan yang diambil oleh penguasa dengan tujuan mengatur kehidupan bermasyarakat dan mempunyai sifat perintah dan larangan serta bersifat memaksa dengan memberikan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya15.
Tinjauan Umum tentang Pekerja dan Pengusaha 1. Pengertian Pekerja dan Pengusaha
Hak dan Kewjiban Pekerja dan Pengusaha a. Hak dan Kewajiban Pekerja
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja tidak memuat hak dan kewajiban pekerja, namun tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan. Hak atas pekerjaan Hak atas pekerjaan merupakan salah satu hak asasi manusia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Hak atas upah yang adil, hak ini merupakan hak yang seharusnya diterima oleh para pekerja sejak mereka mengadakan perjanjian kerja dan mengikatkan diri kepada pengusaha (pemberi kerja) atau hak atas upah yang adil, hak ini merupakan hak yang seharusnya diterima oleh para pekerja. pada saat mereka mengadakan perjanjian kerja, dan mengikatkan diri pada pengusaha (majikan) atau pada suatu perusahaan dan dapat pula dituntut oleh pekerja berdasarkan peraturan hukum yang mengaturnya yaitu pasal 88 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 berkaitan dengan Ketenagakerjaan26.
Hak berserikat dan berkumpul untuk memperjuangkan kepentingan dan haknya sebagai pekerja/buruh harus diakui dan dijamin. . Pasal 126 ayat (1): Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pekerja/buruh wajib melaksanakan ketentuan perjanjian kerja bersama. Pasal 126 ayat (2): Pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan kepada seluruh pekerja/buruh mengenai isi perjanjian kerja bersama atau perubahan-perubahannya.
Pasal 136 ayat (1): Penyelesaian perselisihan hubungan industrial dilakukan oleh pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja/serikat buruh melalui musyawarah untuk mufakat. Pasal 140 ayat (1): Sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilakukan, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat28. Pada prinsipnya segala hak dan kewajiban diatur dalam suatu peraturan, baik secara umum maupun dalam undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan29.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh wajib membayar upah/gaji sebagai waktu lembur, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian kerja bersama antara perusahaan dengan pekerja/buruh;
Tinjauan tentang Pemutusan Hubungan Kerja
Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja dan Dasar Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja
13 Tahun 2003 atas kemauan sendiri, tanpa ada tanda-tanda tekanan/intimidasi dari pemberi kerja, memutuskan hubungan kerja untuk pertama kali sesuai dengan kontrak kerja waktu tetap. Pemutusan hubungan kerja oleh pemberi kerja dapat terjadi karena sebab-sebab seperti pekerja tidak menyelesaikan masa percobaan, pemberi kerja merugi dan menutup perusahaan, atau pekerja melakukan kesalahan.36 Masa percobaan paling lama 3 bulan, jika majikan secara tegas menyatakan adanya masa percobaan pada akhir hubungan, mulai bekerja, tetapi jika tidak, dianggap tidak ada masa percobaan. Pelanggaran tidak diatur dalam UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, namun diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.
Pekerja yang bekerja dalam jangka waktu 1 tahun sampai dengan kurang dari 2 tahun diberikan pesangon sebesar 2 bulan; Apalagi besaran uang imbalan jasa berdasarkan pasal 156 ayat 3 UU No. 11 Tahun 2020 adalah sebagai berikut: 39. Apabila pekerja atau pekerja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam kontrak kerja, peraturan perusahaan, atau kontrak kerja bersama, maka pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja dengan memberikan teguran kepada pekerja atau pekerja tersebut. huruf pertama, kedua dan ketiga.
Peringatan yang dimaksud berlaku paling lama 6 bulan, kecuali ditentukan lain dalam kontrak kerja, tata tertib perusahaan, atau kesepakatan bersama. Namun sesuai dengan Pasal 158 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, apabila pekerja melakukan kesalahan berat, pemberi kerja memutuskan hubungan kerja tanpa memberikan peringatan pertama, kedua, dan ketiga. Pemutusan hubungan kerja menurut Pasal 158 harus dibuktikan dengan putusan Pengadilan Hubungan Perburuhan, yaitu dengan putusan Mahkamah Konstitusi no. 12/PUU-I/2003.
Perselisihan hubungan industrial dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan adalah 43 perbedaan pendapat yang mengakibatkan timbulnya pertentangan antara pengusaha dengan pekerja atau buruh karena perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan hubungan industrial. perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan. Perselisihan hak dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Konflik Hubungan Perburuhan, adalah perselisihan yang timbul karena tidak terpenuhinya hak, karena perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan hukum. peraturan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Benturan Kepentingan Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubungan Perburuhan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan perburuhan karena tidak adanya kesepakatan mengenai penetapan dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang diatur dalam ketenagakerjaan. perjanjian atau peraturan perusahaan atau kesepakatan bersama.
Alasam Perusahaan Melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
Dalam Pasal 1 angka 16 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hubungan majikan-pekerja adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara pelaku produksi barang dan jasa, yang terdiri dari pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah, berdasarkan nilai-nilai Pancasila. dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945. Ketegangan antara pekerja dan pengusaha seringkali menimbulkan perselisihan hubungan industrial yang terkadang berujung pada pemecatan pekerja oleh pengusaha. Beberapa pengusaha mengalami kesulitan dalam mengatur keuangannya, termasuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan biaya operasional adalah untuk membayar hak-hak normatif pekerja, seperti upah. 44 Permasalahan yang mereka hadapi mendorong pengusaha untuk mengambil langkah efisiensi sebagai bentuk mitigasi kerugian, seperti PHK bahkan PHK. (PHK) yang merugikan pekerja. Jika terjadi PHK, proses pertama yang dilakukan adalah perbincangan antara pihak perusahaan dan karyawan.
44 Putra, Anak Agung Ngurah Wisnu Manika dkk Oktober) “Perlindungan hukum bagi pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja oleh pemberi kerja karena force majeure”, Kertha Semaya, Volume 5, Nomor 1, hal.