• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN UMKM DALAM RUU CIPTA KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERLINDUNGAN UMKM DALAM RUU CIPTA KERJA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN UMKM DALAM

RUU CIPTA KERJA

Seri Diskusi Omnibus Volume 2 – PSHK Nurul Widyaningrum

29 Juni 2020

Pokok- pokok Presentasi

• Gambaran UMKM &

Koperasi Indonesia

• Pokok-pokok RUU Cipta Kerja: Antara Isi dan Kenyataan

• Masukan-masukan

(2)

DEFINISI

UMKM Sektor

Informal

• Batasan berdasarkan jumlah pekerja dan omset

• 90% mikro ( < 5 pekerja)

• Batasan berdasarkan legalitas usaha, tetapi batasan agak sumir

• Mayoritas (96% UM, 93% UK) UMK ada di sektor informal4

KARAKTERISTIK UMKM INDONESIA

• Bahan baku: local, tetapi banyak yang punya kandungan impor tinggi

• Modal: sendiri, jaringan hulu hilir, jaringan sosial

• Pasar : 14% ekspor langsung, +/- 86% lokal

(3)

KARAKTERISTIK UMKM INDONESIA

Resilien secara sektor

2

• ‘Bantalan ekonomi’

pada krisis 1998 &

krisis 2008

• Penyerap tenaga kerja terbanyak

Rentan secara individu

2 5

• Kerentanan fisik (e.g.

penggusuran)

• Kerentanan terhadap guncangan usaha

• Kerentanan akibat pola hubungan dalam jaringan hulu hilirnya

• Kemitraan: ‘mitra’ atau

‘pekerja’? Contoh

subkontrak/ taksi daring

RUU CIPTA KERJA

Tujuan Baik

Proses Bermasalah

• Peningkatan

kesempatan kerja • Pasal-pasal

(4)

RUU Cipta Kerja Klaster UMKM

Kriteria UMKM Basis Data Tunggal Pengelolaan Terpadu UMKM

Kemitraan Kemudahan izin

usaha Insentif Fiskal

Dukungan Pemerintah

Alokasi ruang utk UMKM di tol &

tempat istirahat

Pembentukan koperasi

RUU CIPTA KERJA – Klaster UMKM RUU Cipta Kerja Realitas

Kemudahan Perizinan Proses perizinan sering bukan alasan utama UMKM tetap informal2

Fasilitasi pemerintah pusat terhadap kemitraan

Pola-pola kemitraan yang sebenarnya eksploitatif terhadap UMKM3 4 Kriteria UMKM & Basis Data

Tunggal

Tidak mudah menentukan dan mendefinisikan UMKM berbasis

omset

Definisi ‘mitra’ vs ‘pekerja’

(5)

RUU CIPTA KERJA – Klaster UMKM RUU Cipta Kerja Realitas

Berbagai bentuk kerentanan UMKM tidak terakomodasi2 5 Pasal-pasal dukungan Pemerintah:

pendekatan klaster, layanan bantuan dan pendampingan hukum, prioritas pembelian produk UMKM, insentif fiscal dan pendanaan, penyediaan

tempat usaha di jalan tol

• Bentuk pendampingan yg dilakukan pemerintah sering tidak efektif dan tidak tepat sasaran

• Informal – tidak mengakses KUR/ keringanan pajak2 4 5

RUU CIPTA KERJA – Klaster UMKM RUU Cipta Kerja Realitas

Koperasi primer dapat dibentuk oleh 3 orang

Melupakan makna koperasi

Akuntabilitas pengurus koperasi terhadap anggota tidak tercantum

(6)

RUU CIPTA KERJA – Klaster Ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja Realitas

Perlindungan terhadap tenaga kerja (upah minimum, pesangon, lembur,

dll)

Tidak dapat diaplikasikan ke UMK karena tingginya kerentanan pelaku

UMK sendiri

RUU CIPTA KERJA – Bab VIII

RUU Cipta Kerja Realitas

Bank Tanah Penggantian tanah untuk

Kepentingan Umum

• Penegasan akses lahan kepada kelompok UMKM baik di pedesaan maupun perkotaan

• Perlu prinsip kejelasan akuntabilitas bank tanah

(7)

MASUKAN-MASUKAN

• Pendataan

Menggabungkan proses pendaftaran UMKM sekaligus sebagai proses untuk mendapatkan izin

Menggunakan jumlah tenaga kerja sebagai titik awal penentuan kriteria UMKMM

Mempermudah proses sertifikasi bagi UMKM

• Dukungan mengurangi kerentanan

Mengurangi resiko kerentanan akses lahan/tanah - program bank tanah, penyediaan klister tempat usaha di perkotaan

Mendorong sistem asuransi-asuransi bagi UMKM yang mengalami kerugian akibat bencana atau gaguan usaha yang sifatnya serius

MASUKAN-MASUKAN

• Dukungan untuk pencapaian target penyerapan tenaga kerja

• Dana hibah bagi UMKM/koperasi yang mencapai target penyerapan tenaga kerja atua jaringan pemasaran yang baik

• Kredit bunga rendah kepada koperasi/kemitraan yang

(8)

Referensi

1. AKATIGA, 1999. Studi Monitoring Dampak Krisis Terhadap Usaha Kecil. Bandung:

AKATIGA.

2. Chotim, Erna. 1996. Disharmoni inti-plasma dalam pola PIR: Kasus PIR pangan pada agroindustri nanas Subang. Bandung: Yayasan AKATIGA

3. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar 2017 – 2018. Disadur dari

http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1580223129_PERKEMBANGAN%20DATA%20 USAHA%20MIKRO,%20KECIL,%20MENENGAH%20(UMKM)%20DAN%20USAHA%20BESA R%20(UB)%20TAHUN%202017%20-%202018.pdf

4. Rothenberg, Alexander et al. 2016. “Rethinking Indonesia’s Informal Sector.” World Development80: 96–113.

5. Widyaningrum dkk, 2003. Pola-pola eksploitasi terhadap usaha kecil. Bandung: Yayasan AKATIGA

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan insentif dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana prasarana, dan bentuk insentif lainnya

Rapat Panja Badan Legislasi dengan Pemerintah dan DPD RI dalam rangka melanjutkan pembahasan DIM RUU tentang Cipta Kerja dipimpin Ketua Badan Legislasi

• Pasal 88A dan Pasal 88E RUU Cipta Kerja tetap mewajibkan Pengusaha untuk membayar pekerja sesuai dengan standar upah minimum dalam peraturan perundang-undangan, dan kesepakatan

Selain itu sempitnya ruang partisipasi yang ada terkait penyusunan RUU Cipta Lapangan Kerja baik dalam bentuk absennya elemen masyarakat terdampak dalam Satgas maupun dalam

6 KERTAS ADVOKASI KEBIJAKAN ATAS DRAF RUU CIPTA KERJA BIDANG RISET DAN INOVASI pengembangan nasional, belum tersedianya mekanisme pendanaan penelitian yang terpisah dari sistem

Pendanaan performance-based Kritisi Deregulasi Kritisi Debirokratisasi Dukung Kemitraan berat di sisi kerja sama dengan industri Kritisi – ilmu pengetahuan tidak patut digantungkan

Dokumen ini membahas tentang penolakan terhadap Omnibus Law RUU Cipta Kerja di

Makna dari Otonomi Daerah Pada Pasal 166-167 RUU Cipta Lapangan Kerja ini merupakan pasal yang bisa disamakan dengan UU sapu jagat, yang mengatur banyaknya UU diatur dalam satu UU dan