• Tidak ada hasil yang ditemukan

permainan roda pelangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "permainan roda pelangi"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

Buku ini disusun sebagai bahan ajar terkait inovasi media bimbingan dan konseling khususnya Permainan Roda Pelangi. Penulis berharap buku ini dapat memberikan dampak positif bagi iklim keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya pada program studi Bimbingan dan Konseling. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyalurkan informasi dari komunikator ke komunikator untuk merangsang pembelajaran.

Bimbingan dan konseling pada dasarnya merupakan suatu proses komunikasi, sehingga media erat kaitannya dengan bimbingan dan konseling. Selain itu, terdapat komponen-komponen dalam bimbingan dan konseling yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Media bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai wadah pesan/informasi bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik/konselor untuk memahami, membimbing, mengambil keputusan dan memecahkan permasalahan yang dihadapinya, guna mencapai hal tersebut. .

Pengertian tersebut mengacu pada pendapat Nursalim (2013:6) yang menyatakan bahwa media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa/konselor untuk memahami. , mengarahkan diri, mengambil keputusan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan pendapat Barbara & Hariastuti (2010:3) yang mengatakan bahwa media bimbingan dan konseling merupakan wadah pesan atau informasi bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling. proses yang dilakukan. oleh konselor sekolah. Penggunaan media secara kreatif akan meningkatkan kemungkinan siswa tertarik pada layanan bimbingan dan konseling dan belajar lebih banyak, lebih mengingat apa yang dipelajarinya serta meningkatkan kinerjanya dalam melakukan keterampilan sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling (Nursalim, 2013: 6 ) ).

Fungsi

Elfarini & Christiana (2013:2) menyebutkan bahwa melalui penggunaan media bimbingan dan konseling, siswa akan melibatkan banyak indera (penglihatan, pendengaran, peraba, pengecapan, penciuman) yang pada akhirnya dapat mencapai hasil yang sesuai tujuan. Dengan demikian, dengan adanya media bimbingan dan konseling akan memudahkan dan bermanfaat bagi guru bimbingan dan konseling ketika berkomunikasi dengan siswa dan sebagai perantara agar siswa memahami makna verbal atau pesan bimbingan yang disampaikan oleh guru bimbingan dan konseling, memahami lebih baik.

Kriteria Pemilihan Media

Perlu diketahui tujuan bimbingan dan konseling apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, sehubungan dengan materi atau kajian apa yang akan dibahas dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling, seberapa mendalam yang ingin dicapai, kita dapat mempertimbangkan media mana yang cocok untuk menyampaikan materi tersebut. Dalam hal ini media harus mengenal karakteristik siswa dan tutor, yaitu mempelajari sifat-sifat dan karakteristik media yang akan digunakan.

Hal lainnya adalah karakteristik siswa, baik kuantitatif (jumlah) maupun kualitatif (kualitas, ciri-ciri dan kebiasaan lainnya) siswa mengenai media yang akan digunakan. Kriteria ini didasarkan pada keadaan psikologis siswa, yaitu belajar siswa juga dipengaruhi oleh gaya belajarnya. Ada beberapa kriteria khusus lainnya dalam memilih media bimbingan dan konseling yang tepat, yang dapat dirumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu singkatan dari access, cost, technology, interactivity, organization dan novelty (Nursalim dapat dijelaskan sebagai berikut.

Dalam hal ini, media harus menjadi bagian dari interaksi dan aktivitas siswa, bukan hanya guru BK yang menggunakan media tersebut. Media yang efektif tidak selalu mahal, jika guru bimbingan dan konseling kreatif dan benar-benar menguasai materi maka mereka akan memanfaatkan benda-benda untuk dijadikan media dengan biaya yang murah namun efektif.

PERMAINAN SEBAGAI TEKNIK DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian

Pemahaman lain dikemukakan oleh Akhmadi (2013:3) yang mengatakan bahwa bermain merupakan salah satu bentuk adaptasi manusia yang sangat bermanfaat dalam membantu anak mengatasi kecemasan dan konflik. Ada yang berpendapat bahwa bermain hanyalah kegiatan yang membuang-buang waktu dan menyita waktu belajar siswa. Namun sebenarnya dengan bermain, siswa dapat belajar tentang berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari.

21. 197) yang mengatakan bahwa bermain itu penting bagi anak karena bermain merupakan bagian yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Selain itu, melalui bermain, siswa dapat mempelajari strategi pemecahan masalah, mengembangkan keterampilan berpikir yang beragam, dan membantu siswa berpikir logis. Hal serupa juga diungkapkan oleh Claparede (dalam Mutiah dalam Teori Sublimasi) bahwa bermain tidak hanya berfungsinya organ-organ tubuh, tetapi juga merupakan pelarian positif dari tekanan emosi yang berlebihan.

Dapat disimpulkan bahwa permainan dapat digunakan untuk menyegarkan pikiran siswa setelah lelah melakukan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa dengan bermain siswa dapat belajar beradaptasi dengan lingkungannya, membangun rasa percaya diri, harga diri dan efikasi diri, serta mengubah cara berpikirnya untuk mencegah dan mengatasi masalah.

Permainan sebagai Media

Dengan demikian, permainan dapat berfungsi sebagai mediasi untuk membantu siswa mencegah atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Dari tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa permainan ini dapat digunakan untuk anak usia sekolah dasar sampai dengan anak-anak. Kesimpulan ini juga didukung oleh pendapat DeLucia-Waack. Permainan seringkali merupakan intervensi yang sangat efektif dalam kelompok psiko-edukasi.

Artinya permainan merupakan intervensi yang efektif pada kelompok psikoedukasi, semua anak dan sebagian besar remaja ingin bermain permainan. Menurut Gibson & Mitchell, psikoedukasi kelompok lebih berorientasi pada bimbingan dibandingkan konseling atau terapi. Kesimpulan tersebut sejalan dengan pendapat Restyowati & Naqiyah (2009:4) bahwa permainan merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang dapat membangun suasana hangat dalam hubungan antar anggota kelompok sekaligus suasana kebersamaan.

Anggota dalam bimbingan kelompok bersifat homogen, berkaitan dengan permasalahan anggota kelompok yang sama dan pada tingkat yang sama (Prayitno & Amti. Berdasarkan interpretasi tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan dapat dijadikan sebagai media bimbingan dan konseling dengan satu jenis strategi pelayanan berupa bimbingan kelompok.

Tabel  2.1  Kecocokan  Media  dan  Aktivitas  untuk  Berbagai Kelompok Usia
Tabel 2.1 Kecocokan Media dan Aktivitas untuk Berbagai Kelompok Usia

PERMAINAN RODA PELANGI

  • Perlengkapan Permainan Roda Pelangi
  • Tata Cara Permainan Roda Pelangi
  • Riset Terkait Permainan Roda Pelangi
  • PENUTUP

Tata cara memainkan Rainbow Wheel pada awalnya hampir mirip dengan cara memainkan permainan Dartboard. Jika pada permainan Dartboard pemain berlomba-lomba membidik bagian tengah papan dart, sedangkan pada permainan Roda Pelangi pemain dilarang membidik bagian tengah Roda Pelangi/papan tembak. Pada permainan Roda Pelangi, pemain diminta untuk membidik warna-warna yang tersebar pada Roda Pelangi dan pandangannya tidak terfokus pada bagian tengah Roda Pelangi.

Warna-warna yang ada pada game Rainbow Wheel dibuat tersebar sehingga warna-warna tersebut mempunyai peluang yang sama untuk mengenai alat sasaran. Board merupakan permainan Rainbow Wheel yang merupakan permainan nonkompetitif sedangkan permainan Dart Board merupakan permainan kompetitif. Perlengkapan yang ada dalam media permainan Roda Pelangi antara lain: Roda Pelangi sebagai papan tembak; amplop berwarna; Panduan Permainan Roda Pelangi.

Roda pelangi ini berfungsi ganda sebagai papan tembak atau papan target untuk membidik warna. Warna pada roda pelangi akan berhubungan dengan cerita atau ilustrasi kasus yang ada pada amplop warna. Visi siswa/mentor tidak terfokus pada pusat Roda Pelangi, namun menyebar ke seluruh warna Roda Pelangi.

Selain itu permainan Roda Pelangi terbukti efektif meningkatkan efikasi diri siswa SMP dalam menghadapi ujian (Setyaputri dkk, 2015). Pada tahun 2018, permainan Roda Pelangi kembali diuji efektivitasnya dalam meningkatkan karakter adil siswa sekolah dasar (SD). Hasil penelitian Setyaputri dkk (2018) berhasil membuktikan bahwa permainan Roda Pelangi efektif meningkatkan karakter adil siswa sekolah dasar.

Media permainan Roda Pelangi dapat digunakan sebagai media layanan dasar, dalam bidang bimbingan belajar dengan menggunakan strategi layanan berupa bimbingan kelompok. Dengan dipersiapkannya permainan Roda Pelangi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya bimbingan dan konseling. Dapat dikatakan demikian karena dengan adanya permainan Roda Pelangi ini akan memudahkan guru bimbingan dan konseling/konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling baik di sekolah maupun di luar sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Penerapan layanan bimbingan belajar kelompok teknik wali kelas untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam akademik di SMK Kartika 2 Surabaya. Pengembangan Media Monopoli Asertif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Perilaku Asertif Siswa Kelas VIII-A. Pemanfaatan multimedia dalam layanan bimbingan dan konseling untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk siswa kelompok A di TK Mesen Surakarta Tahun Pelajaran 2010-2011.

Menggunakan teknik permainan kolaboratif dalam pembelajaran kelompok untuk meningkatkan keterampilan interaksi sosial siswa. Permainan Roda Pelangi Sebagai Media Peningkatan Karakter Keadilan Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Studi Bimbingan dan Konseling, Vol.

PROFIL PENULIS

Beliau menyelesaikan pendidikan berikutnya di Universitas Negeri Malang pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2011 dari program studi bimbingan dan konseling. Saya mendapat kesempatan menjadi konselor sekolah di SD Islam Sabilillah Malang dan memulai menjadi konselor tamu di sekolah yang sama. Pada tahun 2013, beliau berkesempatan melanjutkan pendidikan pada program Magister Bimbingan dan Konseling dengan beasiswa BPPDN.

Pada bulan September 2015 hingga saat ini beliau berkesempatan menjadi dosen di Universitas Nusantara PGRI Kediri yang berpusat pada program studi Bimbingan dan Konseling. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kecubung 1, lulus pada tahun 2004, melanjutkan pendidikan SMA di SMPN 1 Nganjuk dan tamat pada tahun 2004. Semasa duduk di bangku SMA, beliau berkesempatan menjadi anggota Paskribrak Kabupaten Nganjuk pada tahun 2004 dan pada tahun 2004. Tahun 2005 dipercaya mewakili Kabupaten Nganjuk sebagai anggota Paskibraka tingkat provinsi Jawa Timur.

Pada tahun 2012, beliau berkesempatan melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia dan lulus pada tahun 2014. Sejak bulan September 2015 hingga saat ini beliau berkesempatan menjadi dosen di Universitas Nusantara PGRI Kediri. , rumah bagi mata kuliah Bimbingan dan Konseling.

Gambar

Tabel  2.1  Kecocokan  Media  dan  Aktivitas  untuk  Berbagai Kelompok Usia

Referensi

Dokumen terkait

Sadiman, dkk, (1996: 7) menyatakan bahwa “media adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang