• Tidak ada hasil yang ditemukan

persepsi siswa terhadap mata pelajaran ipa pada smk

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "persepsi siswa terhadap mata pelajaran ipa pada smk"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA PADA SMK NEGERI DAN SWASTA DI KECAMATAN IV JURAI

KABUPATEN PESISIR SELATAN

JURNAL

USMAN NIM. 09010314

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2014

(2)

Persepsi Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPA Pada SMK Negeri dan Swasta di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan

Usman, RRP. Megahati S, S.Pd.,M.Si., Diana Susanti,S.Pd.,M.Pd.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

usman09@ymail.com

ABSTRACT

SMK is an education that prepares learners to become professionals in accordance with its program expertise. Besides teaching science in vocational education subjects is something new, the previous curriculum vocational subjects did not learn the IPA. From interviews identifiable reason students continue their education at vocational schools is, to develop their talents and interests in membership, students feel less familiar with the material given science teacher. With respect to the purpose of this research is to find a picture of the students' perceptions of teaching science in public and private vocational schools in the district of South Coastal District IV Jurai .This study includes a descriptive study. The sample in this study was 20 % of the number of class XI students of public and private vocational schools in District IV Jurai South Coastal District, amounting to 12 students of SMK - Plus Budi Dharma, 37 Person 1 Painan SMK students and 25 students of SMK Negeri 2 Painan. Sampling was done by simple random sampling, while the instrument used for data collection in the form of a questionnaire. The data analysis technique used is the percentage. Student Perceptions of research results Against the IPA Lessons In public and private vocational schools in District IV Jurai South Coastal District shows the percentage of 72.02

%, with a sufficient criterion. It can be concluded that students' perceptions of teaching science in sufficient criterion.

Keywords: Student Perceptions, Science Subjects.

PENDAHULUAN

SMK adalah suatu jenjang pendidikan yang menyiapkan peserta didiknya menjadi tenaga profesional sesuai dengan program keahlian yang dimilikinya. Jenjang pendidikan SMK ini terdiri dari 4 program, yaitu program bisnis dan manajemen, program teknik sepeda motor dan industri, program manajemen dan pariwisata, dan program perikanan. SMK merupakan salah satu satuan pendidikan maka setiap satuan pendidikan diinstruksikan agar menyusun kurikulum operasional yaitu KTSP.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan, tetapi acuan operasional

penyusunannya menurut pedoman yang ditetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Bentuk acuan tersebut harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia, peningkatan potensi kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan lingkungan, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai

(3)

kebangsaan, kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat, kesetaraan gender, dan karakteristik satuan pendidikan (Muslich, 2007).

Berdasarkan acuan di atas maka dirumuskanlah komponen dan struktur dari KTSP. Komponen dan struktur KTSP menurut jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam standar isi terdiri dari 5 kelompok mata pelajaran yaitu, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Komponen mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah mata pelajaran IPA.

Mata pelajaran IPA tersebut dalam jenjang pendidikan SMK adalah sesuatu mata pelajaran yang baru. Pada kurikulum sebelumnya SMK tidak mempelajari mata pelajaran ini.

Hasil wawancara penulis pada tanggal 20 dan 25 Mei 2013, dengan 3 orang siswa SMK Negeri 1 Painan, 3 orang siswa SMK Negeri 2 Painan dan 3 orang siswa SMK Plus Budi Darma Lumpo, dapat diidentifikasi alasan siswa melanjutkan pendidikan di SMK adalah, untuk mengembangkan bakat dan minatnya dalam bidang keahlian. Selain itu, siswa merasa kurang paham dengan materi IPA yang diberikan guru karena kurangnya fasilitas penunjang proses pembelajaran, seperti buku paket yang kurang dan tidak adanya labor untuk melakukan pratikum IPA. Nilai NEM yang di bawah standar tidak dapat

melanjutkan pendidikan ke SMA, sehingga siswa mengembangkan hobinya dalam bidang keahliannya, dan mereka ingin jadi tenaga kerja yang siap pakai sesuai dengan bidang yang didalaminya masing-masing. Rata-rata dari mereka tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi.

Berdasarkan observasi terhadap siswa tersebut maka dapat diketahui bahwa mereka kurang berminat mengembangkan pengetahuan (kognitif), tetapi lebih cenderung mengembangkan keterampilan (psikomotor).

Pada kurikulum KTSP, siswa SMK dituntut untuk meningkatkan pengetahuan untuk menunjang keterampilan tersebut.

Sejauh ini telah ditemukan penelitian pendukung, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Komalasari, (2010) dengan judul penelitian Persepsi Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPA Pada Jurusan Seni Pertunjukan dan Kerajinan SMK Negeri Kota Padang.

Berdasarkan penelitian Komalasari, (2010) tentang persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPA pada jurusan Seni Pertunjukan dan Kerajinan jika ditinjau dari 4 kategori persepsi sangat bervariasi. Namun secara umum persepsi mereka tergolong dalam kriteria baik.

Mengetahui pandangan tanggapan siswa terhadap mata pelajaran IPA tersebut, maka berdasarkan hal di atas penulis telah melakukan penelitian dengan judul Persepsi Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPA Pada SMK Negeri dan Swasta, di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

(4)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Simple Random Sampling, jumlah sample yang di ambil 20% dari jumlah populasi (Arikunto, 2006:134). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri dan Swasta di Kecamatan IV Jurai Kabupeten Pesisir Selatan yang terdiri dari 6 jurusan dengan jumlah seluruh siswa 370 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi siswa kelas XI SMK Negeri dan Swasta di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014 variabel yg di teliti terdiri dari: a) Pengetahuan, b) Pemahaman, c) Pengalaman, dan d) Penafsiran.

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi 4 tahapan yaitu tahap membuat instrumen, tahap menyebarkan angket, tahap menganalisis data, dan tahap menyusun laporan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyusunan angket, uji coba angket, dan menganalisa hasil uji coba angket. Teknik analisis data yang digunakan berupa statistik persentase (Purwanto,2010;102).

R

NP = X100%

SM Keterangan :

NP = Nilai persentase yang di cari R = Skor yang di peroleh SM = Skor maksimun

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPA pada SMK Negeri dan Swasta di Kecamatan IV Jurai Kabupaten

Pesisir Selatan, secara umum terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persepsi siswa Terhadap Mata Pelajaran IPA Pada SMK Negeri dan Swasta di kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir selatan Berdasarkan Gambar 2 di atas terlihat bahwa persepsi siswa secara umum tergolong dalam kriteria cukup yaitu dengan persentase 72,02%. Karena rentangan yang kategori cukup yaitu antara 60 % - 75 %. Cukupnya persepsi siswa ini bahwa dalam 2 semester, sejak penulis melakukan wawancara sampai rentangan melakukan penelitian dapat mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPA. Sesuai dengan pendapat Slameto (2003:102) Mengatakan bahwa pembelajaran yang disampaikan oleh seorang guru dapat mempengaruhi persepsi seorang siswa. Jadi, belajar dapat mengubah persepsi siswa.

23,38

10,52 4,5

33,62

0 5 10 15 20 25 30 35

P

40

E R S E N T A S E

KATEGORI PERSEPSI

(5)

Berdasarkan hal di atas terlihat bahwa persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPA pada SMK Negeri dan Swasta di kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, bervariasi yaitu berkisar antara 4,50 – 33,62%.

Bervariasinya persepsi siswa yang sekolah di SMK Negeri dan Swasta memiliki pengalaman yang berbeda sewaktu mereka SMP. Hal ini sesuai pendapat Lufri (2007:129- 130) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor fungsional yaitu pengalaman masa lalu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPA pada SMK Negeri dan Swasta di kecamatan IV Jurai tergolong dalam kriteria Cukup dengan persentase 72,02%.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka penulis memberikan saran:

1. Agar kurikulum IPA pada SMK Negeri dan Swasta di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan masih perlu direvisi/disempurnakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian.

2. Untuk menujang kurikulum IPA pada SMK Negeri dan Swasta di Kecamatan IV Juarai Kabupaten Pesisir Selatan sebaiknya disediakan labor IPA.

3. Tingkatkan pengetahuan (kognitif), selain keterampilan (psikomotor).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Lufri,dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: FMIPA UNP Muslich, Masnur. 2007. Dasar Pemahaman

dan Pengembangan KTSP.

Jakarta: Bumi Aksara Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan

Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: Remaja Rosdakarya Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini tidak secara langsung berkaitan dengan hasil kajian peneliti, namun jika dilihat pada persepsi yang dibangun siswa mengenai matematika hingga mampu bertindak sejauh