• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan " PERSPEKTIF HUKUM ISLAM "

Copied!
78
0
0

Teks penuh

Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan hukum positif yang berlaku di negeri ini, yaitu Kompilasi Hukum Islam (KHI), seorang anak laki-laki tidak boleh menjadi wali dari perkawinan ibunya sendiri. Maka terjadilah kesepakatan antara keluarga dan tokoh agama bahwa wali nikah adalah anak kandungnya sendiri. Berdasarkan kasus yang ditemukan penulis, maka fokus penelitian ini adalah “Anak menjadi wali nikah ibu menurut syariat Islam (studi kasus di Kelurahan Banjarsari Metro Utara Kota Metro).

Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam tentang anak yang menjadi wali nikah ibu menurut rancangan hukum Islam. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana perkawinan dengan wali nikah anak kandung bagi seorang ibu menurut hukum Islam. Dalam penelitian ini akan diteliti apakah anak tersebut merupakan wali dari perkawinan ibu menurut Kompilasi Hukum Islam di Kelurahan Banjarsari Metro Utara Kota Metro.

Metode dokumentasi digunakan penulis untuk memperoleh informasi dari data penelitian terkait anak yang menjadi wali nikah ibu di kecamatan Banjarsari Mertro kota metro Utara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang berusaha mendeskripsikan, menganalisis dan menilai desa terkait dengan masalah anak kandung yang menjadi wali nikah ibu menurut hukum Islam. Tn. Hadi membenarkan bahwa akad nikah antara Ny. S dan Bpk. M yang bertindak sebagai wali nikah, anak kandung dari Ny. S dulu.

Hal ini terjadi karena ayah Ny S telah meninggal dunia dan Ny S tidak memiliki saudara laki-laki dan tidak ada yang dapat dijadikan wali dalam perkawinan Ny S, sehingga anak kandung Ny S dijadikan wali nikah dalam perjanjian pranikah tersebut. Dan untuk keabsahannya, menurut Kepala KUA Metro Utara Kota Metro perkawinan tersebut tidak sah, menurutnya anak tidak bisa menjadi wali nikah bagi ibunya. Analisis Anak Menjadi Wali Perkawinan Ibu Menurut Himpunan Hukum Islam Yang Terjadi Di Kelurahan Banjarsari Metro Utara Kota Metro.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti terkait anak yang menjadi wali nikah ibu di Kecamatan Banjarsari Metro Utara Kota Metro dapat dianalisis sebagai berikut. Peristiwa perkawinan seorang ibu dengan menggunakan wali nikah anak kandung jelas tidak sesuai dengan hukum positif yang berlaku di negeri ini. Dalam KHI, anak laki-laki tidak termasuk dalam urutan wali, artinya anak tersebut tidak dapat menjadi wali dari perkawinan ibunya.

Dalam kompilasi hukum Islam yang menganut pandangan Imam Syafi'i, anak kandung tidak termasuk dalam perintah wali nikah, artinya anak kandung tidak dapat menjadi wali nikah ibunya. Di Indonesia, dalam Kompilasi Hukum Islam, anak laki-laki tidak termasuk dalam perintah wali nikah, sehingga dengan mudah dapat disimpulkan bahwa dalam mazhab Syafi'i khususnya di Indonesia, seorang anak tidak dapat menjadi wali dari ibunya sendiri.

PENDAHULUAN

Pertanyaan Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian

  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam hal ini timbul pertanyaan bagaimana wali nikah ibu terhadap anak kandung menurut pendapat Imam Mazhab dan Syariat Islam yang terjadi di Banjarsari Metro Utara Kota Metro. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan khususnya bagi penulis, keluarga dan masyarakat pada umumnya tentang hukum Islam khususnya tentang bagaimana pernikahan menggunakan anak kandung wali nikah kepada seorang ibu.

Penelitian Relevan

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 19, wali dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai yang akan menikahkannya. Kelompok kerabat laki-laki yang pertama baru berbaris, yaitu bapak, kakek dan seterusnya. Kedua kelompok kerabat saudara kandung atau pihak ayah dan keturunan laki-laki mereka.

Tiga pasang kerabat paman, yaitu saudara kandung ayah, ayah tiri, dan keturunan laki-laki mereka. Keempat kelompok tersebut adalah saudara kandung kakek, saudara laki-laki dari pihak ayah dan keturunan laki-laki mereka. Jika dalam suatu kelompok derajat kekerabatannya sama, maka yang paling berhak menjadi wali nikah adalah kerabat biologis dari kerabat yang hanya mempunyai ayah yang sama.

Maka ia bersedia menjadi wali perkawinan ibunya karena yang mengangkatnya mengatakan bahwa anak kandungnya dapat menjadi wali perkawinan ibu kandungnya dan masuk dalam tarekat wali. Sedangkan dalam hal wali nikah, yang bertindak sebagai wali nikah adalah laki-laki yang memenuhi syarat syariat Islam, yaitu Muslim, Aqil dan Baligh, dan wali nikah terdiri dari wali nasab dan wali hakim. Kedua, kelompok kerabat saudara kandung atau saudara laki-laki dari pihak ayah, dan keturunan laki-laki mereka.

Ketiga, kelompok kerabat paman, yaitu saudara kandung, ayah tiri, dan keturunan laki-laki dari pihak ayah. Keempat, kelompok saudara kandung kakek, saudara laki-laki dari pihak ayah dan keturunan laki-laki mereka. Salah satu prinsip dasar ulama Syafi'iyah adalah tidak membolehkan anak menjadi wali nikah karena hubungan antara anak dan ibu bukan berasal dari nasab.

LANDASAN TEORI

Pengertian Wali

Dasar HukumWali Nikah

Macam-macam Wali Nikah

Syarat-syarat Wali

Problematika Wali

  • Pendapat Ulama Tentang Wali Nikah Bagi Seorang Janda
  • Pendapat Ulama Tentang Anak Laki-Laki Menjadi Wali

METODE PENELITIAN

Sumber Data

Sumber data primer adalah data dasar yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari beberapa sumber pertama 48 Sumber utama disini adalah data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan wawancara (Interview) kepada pihak-pihak yang terlibat dalam perkawinan ibu dengan wali anak kandung seperti, anak siapa wali nikah, anggota keluarga, pemuka agama yang juga hadir dalam akad nikah. Buku-buku pokok yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini antara lain kitab fiqh munakahat, Fiqh Munakahat Komparatif, dan juga kompilasi hukum Islam, lima mazhab fikih, Fiqh Islam wa Adilatuhu, garis besar Islam dan kitab-kitab lain yang membahas tentang wali nikah. Wawancara akan disajikan kepada responden yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam perkawinan ibu dengan wali nikah anak kandung seperti, saudara b yaitu anak yang menjadi wali perkawinan, ibu Tri sebagai anggota keluarga, Tn. Hadi sebagai tokoh agama di lingkungan rumah tangga Ny S yang turut hadir dalam akad nikah tersebut.

Sedangkan langkah-langkah yang digunakan peneliti adalah mendeskripsikan anak kandung sebagai wali nikah ibu menurut hukum Islam kemudian menyimpulkan dengan menggunakan metode deduktif, pola deduktif diawali dengan penjelasan dari hal-hal yang bersifat umum kemudian meluas ke hal-hal yang bersifat khusus. Perkawinan dengan menggunakan anak kandung sebagai wali nikah ibu merupakan hal yang tidak umum atau jarang terjadi di Kecamatan Banjarsari Metro Utara Kota Metro, karena menurut penelitian peneliti hanya menemukan satu kasus yang terjadi dengan permasalahan anak kandung. menjadi wali wali ibu di Kelurahan Banjarsari Metro Utara Kota Metro yaitu perkawinan Ibu S dengan Bapak M. Wawancara dengan anak yang menjadi wali perkawinan Menurut wawancara dengan anak yang menjadi wali dari perkawinan tersebut, dengan dasar bahwa perkawinan tersebut dilangsungkan, artinya ia tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) sehingga tidak ada perwakilan KUA Kota Metro Utara yang hadir untuk menyaksikan perkawinan tersebut. Faktanya, anak yang menjadi wali nikah tidak memahami rukun dan syarat pernikahan serta tidak mengetahui siapa yang berhak menjadi wali dalam pernikahan tersebut. ayah kandung atau saudara laki-laki ayah dari mempelai wanita.

Namun disini beliau ditunjuk oleh Pak Hadi sebagai tokoh agama di lingkungannya untuk menjadi wali nikah ibunya. Perkawinan dengan wali anak kandung dilakukan karena ayah kandungnya telah meninggal dunia dan tidak memiliki saudara laki-laki, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat menjadi wali dalam perkawinannya. dapat menjadi wali 62. Ibu Tri membenarkan bahwa telah terjadi perkawinan antara Ny S dan Tn M yang dilakukan wali nikah dengan menggunakan anak kandung Ny S. Hal tersebut dilakukan karena ayah Ny S telah meninggal dan Ny S tidak punya saudara laki-laki dan tidak punya suami. dapat dijadikan wali untuk perkawinan Ny. S., karena berdasarkan persetujuan keluarga dan derajat.

Menurut Pak Hadi, sebagian Imam Madzhab membolehkan anak kandung menjadi wali bagi perkawinan ibunya, sebagaimana pendapat Imam Hanafi, karena mengambil pendapat Imam yang membolehkan, maka ada kesepakatan antara yang diperpanjang satu. keluarga yang digunakan wali nikah adalah anak kandung Ny. S.64. Perkawinan di Kabupaten Banjarsari pada umumnya dilakukan dengan menggunakan wali ayah kandung atau wali hakim dari KUA, namun yang terjadi di Kecamatan Banjarsari anak kandung menjadi wali. Perkawinan dengan wali anak kandung yang terjadi di Kelurahan Banjarsari Metro Utara Kota Metro ini dilakukan secara siri sehingga perkawinan tersebut tidak banyak diketahui oleh masyarakat termasuk KUA Metro Utara yang tidak mengetahui keberadaannya. pernah terjadi perkawinan dengan wali nikah anak kandung dalam perkawinan ibu mertua KUA Metro Utara wilayah Kota Metro.

Walaupun sebilangan Imam mazhab membenarkan anak kandung menjadi wali perkahwinan ibunya, hukum positif negara ini dengan tegas menerima pendapat Imam Syafi'i, di mana anak kandung tidak termasuk dalam perintah untuk menjadi wali. perkahwinan itu, jadi anak kandung tidak boleh menjadi undang-undang ibu wali. Wali yang sah menjadi wali nikah apabila semua wali tidak ada lagi, atau wali wali dalam keadaan adhal atau enggan melangsungkan perkahwinan tanpa alasan yang munasabah, dan juga akad dibuat oleh wali wali apabila walinya. penjaga berada di tempat lain yang jaraknya dua batu (kira-kira 60 km). Jadi untuk status janda dia lebih berhak ke atas dirinya, maknanya apabila janda berniat untuk berkahwin, dia dibenarkan tanpa wali.

Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Anak Menjadi Wali Nikah Ibu di Kelurahan

Analisis Terhadap Anak Menjadi Wali Nikah Ibu Menurut

PENUTUP

Saran

Umat ​​Islam hendaknya mengetahui rukun dan syarat perkawinan, khususnya mengenai wali dalam perkawinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam hukum Islam. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menentukan wali dalam perkawinan, karena jika hal tersebut terjadi maka keabsahan perkawinan dapat diragukan bahkan dapat dipastikan tidak sah. Kepada seluruh umat Islam agar tidak mengikuti tata cara nikah siri karena dapat merugikan kedua mempelai.

Wahyu Sri Wardani, Nikah dengan Wali Tiri, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro, 2013), (Skripsi Tidak Diterbitkan).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa Prosedur pengangkatan anak di Indonesia sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan dan status dan kedudukan anak angkat yang telah