PERSPEKTIF KEARIFAN ISLAM DI INDONESIA DALAM NILAI-NILAI PANCASILA
Amaliatus Sholihah Angelina Karunia Putri
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia.
[email protected] [email protected]
Abstract
To integrate local wisdom values in the Islamic religious education curriculum, one way is to teach local cultural wisdom values in Islamic religious subjects. Because Islam is the majority religion in Indonesia, the role of Islam in caring for diversity is very important, and teaching local cultural wisdom values in religious subjects is a must. Pancasila, which consists of Divine Values, Humanity, Unity, Society and Social Justice, is a formulation of the cultural values of the Indonesian nation. Even though Pancasila originates from traditional and cultural values, there is still little research that studies the relationship between Islamic wisdom values and Pancasila. Therefore, it is necessary to strengthen Pancasila values based on local wisdom as the basis for creating a golden generation in 2045.
Keywords: Pancasila, nilai, Islam
Pendahuluan
Pancasila sebagai kesepakatan atas bangsa Indonesia dalam segala pertimbangan. Hal ini belakangi dari letak geografis, kondisi demografi, Indonesia, dengan keberagaman budaya yang meliputi 17.504 pulau, 714 suku, dan 1.100 bahasa daerah, sering disebut sebagai negara yang kaya.
Namun, keberagaman ini juga dapat memicu konflik di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, Pancasila memainkan peran penting sebagai alat pemersatu bangsa. Pancasila dianggap sebagai kesatuan yang utuh yang menjadi tujuan dan cita-cita negara Indonesia. Lebih dari separuh abad Indonesia bebas dari penjajah, dan Pancasila, yang terdiri dari lima dasar, diyakini mampu mengedepankan toleransi antar umat beragama
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 1
Pancasila merupakan falsafah nasional dan landasan negara Indonesia yang nilai-nilainya dijadikan landasan, motivasi dalam setiap sikap, perilaku, tindakan sosial dan norma-norma negara1. Dengan kondisi bangsa Indonesia yang sungguh mengenaskan, nilai-nilai pancasila yang belum sepenuhnya dilaksanakan dan masih banyak terjadi perbedaan pendapat atau konflik, hal tersebut sama sekali tidak mencerminkan jati diri Bangsa Indonesia yang sebenarnya. Kekurangan tersebut muncul akibat kesalahan penerapan etika politik di masyarakat. Karena muncul unsur ras, budaya, agama, suku, dan golongan, turut berkontribusi terhadap disintegrasi kesatuan wilayah Indonesia. Keadaan ini sangat disayangkan karena menghancurkan keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia yang pada akhirnya berujung pada runtuhnya nilai-nilai luhur budaya serta peradaban kerakyatan yang selama ini dikenal sangat mulia..2
Hal ini tentunya sangat merugikan kedaulatan, ketahanan, kemasyarakatan, serta keberagaman budaya Bangsa Indonesia. Secara tidak langsung menjadikan masyarakat memperjuangkan status, kehormatan dan dunia hanya dengan menggunakan cara-cara kotor yang merupakan kejahatan politik. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai Pancasila di masyarakat sangat diperlukan melalui sinergi ulang pendidikan agama di sekolah dan lembaga pendidikan lanjutan generasi muda, demi pendidikan kebudayaan dan demi tanah air Indonesia, mendukung keutuhan, kemandirian, dan kedaulatan bangsa. Republik Indonesia. . Karena pada dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan keburukan dan keburukan.
Indonesia yang dimana lebih banyak didominasi agama Islam terbesar pada tingkat global ini, hendaknya menjadi cermin bagi negara lain pada segala bidang, diantaranya senantiasa menjaga akhlak yg baik, nilai-nilai luhur agama Islam yang terkandung pada kitab suci Islam yaitu Al-Quran. Nilai-nilai luhur yang ada pada Al-Qur'an menjadi bukti bahwa kitab suci kepercayaan umat muslim yang mengajarkan kehidupan bermasyarakat, budi pekerti luhur, akhlak mulia, ucapan serta bahasa, dan segala aspek kehidupan diatur pada Al-Qur'an, seperti kepemimpinan, kepribadian, ekonomi, politik, dan pemerintahan, dan masih banyak hal lainnya. Hal ini ialah bukti nyata keteladanan semua umat manusia di dunia dimana Nabi Muhammad SAW menerapkan apa yang difirmankan dalam Al-Qur'an. Oleh sebab itu, pantaslah Nabi dianggap sebagai Al-
1Jurnal Gema Keadilan and Edisi Iii, “Jurnal Gema Keadilan (ISSN: 0852- 0011) Volume 9 Edisi III, Desember 2022,” Jurnal gema Keadilan (ISSN: 0852- 0011) 9, no. November (2022): 8.
2 M Saifullah Rohman, “Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam Dalam Pancasila,”
Millah XIII, no. 1 (2013): 212.
2
Qur’an berjalan, sebab seluruh hakikat kepribadian Nabi terkandung di dalam Al-Qur'an Al-Karim.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertumpu pada library research (studi kepustakaan). Yang dimana penelitian ini berusaha dengan mengkaji buku- buku atau mencari literatur yang berkaitan dengan pemasalahan yang akan diteliti secara mendalam sehingga sampai didapatkannya suatu gambaran yang lengkap.
Pembahasan Dan Isi
Penerapan Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam dalam Pancasila Seperti yang sudah kita ketahui dan pahami sejak dulu bahwa penerapan pancasila sebagai ideologi bangsa dilakukan untuk kesatuan seluruh lapisan masyarakat demi mencapai persatuan dan kesatuan NKRI. Meskipun tidak mengabaikan peran kelompok Islam pada masa itu. Penting untuk diingat, menurut Munawir Syadzali, bahwa pemilihan Pancasila yaitu sebagai pengetahuan mengenai ide-ide sebuah negara ,bukan semata-mata untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan saja, Akan tetapi, juga karena Al-Qur'an serta Hadits tidak secara eksplisit menetapkan kewajiban bagi umat Islam buat mendirikan negara Islam.
Oleh karena itu Pancasila, tidak dapat dianggap sebagai ideologi sekuler, melainkan sebuah konsep yang menyatukan aspek keagamaan dengan kehidupan sosial berkelompok. Bahkan, setiap sila pada Pancasila mempunyai makna yang sejalan yaitu dengan menggunakan nilai-nilai Islam, atau mampu dikatakan bahwa Pancasila merupakan manifestasi asal nilai-nilai Islam itu sendiri. Berikut penjelasan perihal kecenderungan atau keterkaitan antara Pancasila serta nilai-nilai Islam yg terdapat pada Al-Qur'an Al-Karim.3
Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila sila ke satu, "Ketuhanan Yang Maha Esa," memiliki relevansi dengan ajaran Islam. Sila ini menekankan keesaan Tuhan, dan dalam konteks Islam, Konsep ini sesuai dengan ajaran tauhid. Sila pertama Pancasila yang menekankan keesaan Tuhan menciptakan landasan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan memberikan landasan moral dan spiritual bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi umat muslim dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak 3Dr. Erni Budiwanti, Islam Sasak, hlm. 70.
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 3
kelompok yang menginginkan Islam menjadi agama mayoritas, namun hal ini ditentang oleh pemeluk agama lain yang berpendapat bahwa agama selain Islam mempunyai hak. Hal ini juga mencegah diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Asas pertama ini menjamin hak-hak pemeluk agama lain, sepanjang negara mengakui agama tersebut.
Bangunlah Indonesia yang tidak berlandaskan persamaan agama, melainkan berlandaskan sila pertama yaitu ketuhanan Yang Maha Esa.
Tuhan itu Esa dalam agama Islam, tidak ada yang menandingi, menandingi atau setara dengan-Nya. Dalam artian meskipun Indonesia bukan negara yang beragama, namun agama tetap dihormati dan mempunyai nilai-nilai luhur di negara tersebut. Orang yang beragama tentu mempunyai nilai-nilai luhur yang mempengaruhi sikap dan perilakunya untuk mengikuti ajaran agamanya. Indonesia bukanlah negara sekuler, tidak menganut atau mengakui ajaran agama pada pemerintahannya, dan juga bukan negara yg menjadikan satu kepercayaan sebagai dominan. Sebaliknya, Indonesia adalah negara yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengakui dan meyakini agama sebagai sikap spiritualistik terhadap keyakinannya sendiri. Tuhan adalah rumah praktik dan pengabdian serta tujuan akhir keberadaan di bumi. Memuliakan namanya. Yang terdapat dalam Al-Quran pada surat al-Baqarah ayat 163 yang berbunyi:
ࣖ ُمْيِحّرلا ُن ٰم ْحّرلا َوُه ّلِا َهٰلِا َل ٌۚدِحاّو ٌهٰلِا ْمُكُهٰلِاَو
“Dan Tuhanmu adalah satu-satunya Tuhan, tidak ada Tuhan selain Tuhan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Ayat tersebut menyebutkan bahwa pokok inti dari kehidupan bernegara bangsa Indonesia adalah ketuhanan. Yang di mana disebutkan dengan hablum min Allah yg artinya hakikat tauhid berupa hubungan manusia dengan Allah SWT. Sangat jelas bahwa pada kepercayaan Islam setiap orang wajib mengakui serta meyakini adanya satu Tuhan untuk disembah. Seperti halnya Pancasila yang menyatakan bahwa Tuhan itu satu meskipun banyak berbagai kepercayaan yang dianut. Allah tidak akan pernah memaksa hamba-Nya untuk beribadah kepada Allah karena kesadaran dan keimanan kepada Allah merupakan wujud toleransi dalam Islam mengenai keimanan kepada Allah karena ayat Al-Qur’an surat al- Kafirun yang berbunyi “Lakum dinukum waliadiin” artinya tidak memaksa. Yang lain menerima Islam dengan paksa.
Menurut Prof. Hamka Haq, peningkatan kesadaran masyarakat sangat penting di tengah penurunan rasa tanggung jawab dalam menerapkan dan mengamalkan Pancasila. Hal ini ditimbulkan oleh kekhawatiran bahwa Pancasila dianggap bertentangan yang ada pada
4
nilai-nilai syariat Islam. Bagi Haq, Pancasila sebenarnya artinya perwujudan dari ajaran Islam yang mengajarkan rahmat bagi semua alam, menyayangi kerukunan, toleransi, keadilan, gender, serta seluruh aspek kehidupan dunia.. Haq juga menegaskan bahwa akademisi dan politisi bertanggung jawab untuk memperkenalkan para tokoh pendiri bangsa, terutama kepada generasi muda, agar lebih mencintai Tanah Air dan negaranya.
Buku ini, menurut Haq, layak dibaca karena menjadi referensi untuk memahami nilai-nilai pada syariat yang terdapat dalam setiap aspek Pancasila. Ia merujuk pada pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 sebagai sumber nilai-nilai syariat dalam Pancasila. Haq menekankan bahwa buku ini memiliki nilai tambah, yaitu menyatukan Pancasila 1 Juni dengan syariat Islam, sehingga tuduhan kontradiksi antara syariat dan kebangsaan bisa diperdebatkan.
Haq menegaskan bahwa Indonesia didirikan atas dasar Pancasila yang menekankan asas kebangsaan, mengedepankan kesamaan menjadi bangsa Indonesia, bukan sesuai kecenderungan agama, etnis, atau budaya. ia menyatakan bahwa nilai-nilai syariat Islam secara tersirat juga tersurat terdapat dalam setiap sila Pancasila. Dengan menggunakan buku ini, Haq pula mengkritik kelompok yang selalu mengadvokasi negara berdasarkan syariat Islam.
Tujuan dari penulisan buku ini, menurut Haq ialah untuk mengungkapkan rahasia di balik pembentukan Pancasila oleh Bung Karno. Haq menekankan bahwa Soekarno bukanlah seseorang yang tidak menghargai ajaran Islam, namun ialah seorang yang menyatukan "spirit"
Islam dalam Pancasila. Ia menyoroti bahwa penggambaran paling jelas dari "spirit" Islam menurutnya terletak pada sila pertama, yaitu
"Ketuhanan Yang Maha Esa."
Bung Karno mengubah ide dan pemikirannya serta merenungkan secara mendalam untuk menciptakan Pancasila sebagai landasan Negara Indonesia Merdeka yang merupakan ilham yang diterima dari Allah SWT.4 Pengakuan ini bukanlah suatu klaim yang berlebihan, melainkan menunjukkan hubungan yang kontinu dan erat antara Bung Karno dengan Tuhan, didorong oleh keyakinan yang kuat akan kekuasaan Maha Esa.
Oleh karena itu, Pancasila dapat dikatakan tidak lahir secara independen atau tanpa campur tangan Tuhan dalam skenario Bung Karno, melainkan
4Wildan Sena Utama, “Ulasan Buku Pancasila : Sebuah Monumen Atau Leitstar Dinamis ?,” Lembaran Sejarah 11, no. 1 (2014): 99–108.
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 5
merupakan hasil dari kuasa Tuhan dalam akal dan kata-kata Ir. Soekarno yang diungkapkan dalam saat sidang BPUPKI.
Bukan Panca Dharma, tetapi Bung Karno menamakan dasar ini sebagai Pantja Sila, di mana "pantja" berarti lima dan "sila" berarti dasar.
Indonesia didirikan, bertahan, dan tetap abadi di atas lima dasar tersebut.
Pada pidato 1 Juni, Bung Karno menekankan pada sila kelima, yaitu Ketuhanan yang berkebudayaan. Prinsip kemerdekaan Indonesia adalah bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sila kelima sebagai ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang menghargai budi pekerti luhur, dan ketuhanan yang menghormati satu sama lain.
Ada dasar dan alasan teologis yang menempatkan petunjuk ketuhanan budaya Bung Karno pada urutan kelima. Seandainya Bung Karno tidak mengimani tauhid sebagai seorang muslim yang taat, maka ia tidak akan mengakuinya dalam karyanya, sebagaimana tertuang dalam buku Sarina Tanggung Jawab Perempuan Perjuangan Untuk Republik Indonesia (Sarina Tanggung Jawab Perempuan dalam Perjuangan Negara). Republik Indonesia) . Ia mengaku kecintaannya terhadap sosialisme sebagai bentuk pemujaan kepada Tuhan dan menjelaskan bahwa cita-cita politiknya adalah nasionalis, cita-cita sosialnya adalah sosialis, dan cita-cita pribadinya adalah teistik, percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan ingin mengabdikan dirinya kepada-Nya.
Tuhan menjadi fokus utama yang memandu perjalanan hidup Bung Karno untuk mewariskan Pancasila yang merasuki seluruh aspek kehidupan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, dasar ideologi bangsa Indonesia atau Pancasila tetap kuat, dan sebagai anak bangsa yang memiliki kesadaran kolektif, kita berharap dapat terus mendukung Pancasila. Pancasila yang terdiri dari lima sila tidak hanya berfungsi sebagai titik pertemuan dan penerimaan keberagaman untuk menciptakan keharmonisan kehidupan berbangsa, tetapi merupakan hakikat penciptaan manusia menurut ajaran Islam.
Secara khusus sila-sila beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dijelaskan dengan kalimat “Qul huallahu ahad (Muhammad mengatakan bahwa dialah Tuhan Yang Maha Esa). Dengan kata lain penulis menjelaskan bahwa sila-sila beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah semacam penegasan keselarasan, kesesuaian, saling kesinambungan dan tidak bertentangan dengan Pancasila dengan nilai- nilai sejati yang terkandung dalam konsep fitrah Islam..5
5Salim Taib, Islam dan Kefitrahan Pancasila, Harian Halmahera, 2019 6
Sila Kedua Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab
Sila ke 2 dari Pancasila ini menjelaskan bahwa bangsa Indonesia menghormati dan menghargai hak-hak setiap manusia tanpa adanya dispensasi. Korelasi manusia menggunakan Tuhan ditunjukkan pada sila pertama yaitu Hablu min Allah, maka hubungan manusia dengan manusia lainnya ditunjukkan di sila ke 2 ini. Konsep Hablu min an-nas (korelasi manusia dengan manusia lain) dengan cara menghargai sesama manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tidak terdapat hal yg membedakan baik dari hak-hak ataupun kewajiban sesama manusia ciptaan yang kuasa, menggunakan artian tidak terdapat disparitas atau subordinat antar umat insan. Kandungan dari sila ini terkait menggunakan syari'ah, yg meliputi ibadah sosial dan melibatkan aspek kemasyarakatan (Alaihi Salam-siyasah). pada konteks Islam, prinsip ini berakar pada sikap saling menghormati satu sama lain. pada Al-Qur’an dijelaskan pada surat al-Baqarah:177, yg berbunyi
ِرِخٰ ْلا ِم ْوَيْلاَو ِٰللاِب َنَمٰا ْنَم ّرِبْلا ّنِكٰلَو ِبِرْغَمْلاَو ِقِرْشَمْلا َلَبِق ْمُكَهْوُجُو اْوّلَوُت ْنَاّرِبْلا َسْيَل ۞
ِۙلْيِبّسلا َنْباَو َنْيِك ٰسَمْلاَو ى ٰمٰتَيْلاَو ىٰبْرُقْلا ىِوَذ ٖهّبُح ىٰلَع َلاَمْلا ىَتٰاَو ۚ َنٖليِبّنلاَو ِبٰتِكْلاَو ِةَكِٕىٰۤلَمْلاَو ىِف َنْيِرِب ٰلصلاَو ۚ اْوُدَهاَع اَذِا ْمِهِدْهَعِب َنْوُفْوُمْلاَو ۚ َةو ٰكّزلا ىَتٰاَو َةوٰلّصلا َماَقَاَو ِۚباَقّرلا ِىفَو َنْيِلِٕىۤاّسلاَو ن ْوُقّتُمْلا ُمُه َكِٕىٰۤلوُاَوۗ اْوُقَدَص َنْيِذّلا َكِٕىٰۤلوُا ِۗسْأَبْلا َنْيِحَو ِءۤاّرّضلاَو ِءۤاَسْأَبْلا
“Kebajikan itu bukan menghadapkan muka ke timur dan barat, tetapi keutamaan adalah orang yang beriman kepada Tuhan, hari akhir, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi serta memberikan orang-orang yang dicintainya kepada sanak saudaranya, anak yatim, orang-orang fakir miskin. para musafir (musafir), pengemis dan orang-orang merdeka, hamba-hamba sahaya yang shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janjinya dengan bersumpah, dan orang-orang yang sabar dalam kesusahan, penderitaan dan peperangan”
Selain itu, dalam Al-Qur’an Allah tidak melarang umatnya buat berbuat baik kepada orang-orang yg tidak selaras kepercayaan , ini menandakan perilaku salin menghormati serta saling menghargai berlaku buat semua kalangan, sesuai dengan prinsip rahmatan lil ‘alamin.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila pada dasarnya menegaskan bahwa kebangsaan Indonesia ialah bagian asal humanisme universal. Kemanusiaan ini menuntut pengembangan persaudaraan global sesuai nilai-nilai kemanusiaan yang adil serta beradab. Konsep kemanusiaan yang adil dan beradab mencerminkan kesadaran akan perilaku dan tindakan manusia yang berakar pada potensi akal dan hati nurani. Termasuk di dalamnya akhlak mulia yang tercermin
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 7
dalam tingkah laku dan tindakan yang sesuai dengan hakikat, hakikat dan harkat dan martabat manusia. Islam menekankan bahwa keadaban serta keadilan artinya inti berasal risalahnya. Islam dianggap menjadi tradisi perdamaian serta serasi, di mana harmonis meliputi keakraban, kekariban, kerukunan, kemesraan, serta saling pengertian.
Sila ke-2 Pancasila mengajarkan untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan dengan memperlakukan orang secara adil dan jujur, membentuk pribadi-pribadi yang rendah hati, santun, dan humanis baik dalam tindakan maupun perkataan. Konsep bangsa yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab bukanlah bangsa yang mengasingkan diri atau menganut chauvinisme (mengagungkan suku atau kedaerahan). Sebaliknya yang dimaksud adalah suatu bangsa, yaitu suatu kekerabatan antar bangsa. Konsep ini sejalan menggunakan visi para pakar mirip Jajat Burhanudin serta Kees Van Djik, yang menyatakan bahwa Sila ke 2 Pancasila mencerminkan nilai-nilai humanisme universal yg bersumber dari aturan dewa, aturan alam, dan sifat-sifat sosial insan.6
Disparitas bukanlah persoalan selama hati baik serta penuh takwa, baik secara vertikal antara insan dan oleh Pencipta juga secara horizontal antara insan menggunakan sesama insan. Imam al-Ghazali mengklasifikasikan insan menjadi tiga golongan berdasarkan cara mereka bersosialisasi dalam kitab Bidayatul Hidayah. Golongan pertama merupakan yg berbudi mulia dan senantiasa berbuat baik, setara menggunakan para malaikat yang saleh. Golongan kedua setara menggunakan binatang serta benda mati karena tidak memberikan manfaat dan bahkan dapat berdampak jelek bagi orang lain. Golongan ketiga mirip menggunakan binatang buas dan bisa menjadi ancaman bagi manusia lain. Imam al-Ghazali menyarankan untuk berteman menggunakan golongan pertama dan berusaha menjadi bagian dari mereka, menghindari golongan ke 2 serta ketiga. Dalam Surat Al Mumtahanah ayat 8 juga di jelaskan untuk berbuat adil.
ْنَا ْمُكِراَيِد ْنّم ْمُكْوُجِرْخُي ْمَلَو ِنْيّدلا ىِف ْمُكْوُلِتاَقُي ْمَل َنْيِذّلا ِنَع ُ ٰلا ُمُكىٰهْنَي َل
َنْيِطِسْقُمْلا ّبِحُي َ ٰلا ّنِا ْۗمِهْيَلِا ا ْٓوُطِسْقُتَو ْمُه ْوّرَبَت
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada orang yang tidak berperang bersamamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang berbuat adil.”
Ayat kedua juga menjelaskan hal ini dalam surat Al-Hujurat: 13 yaitu “Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari 6 Yudi Latif, ” Negara Paripurna”, Gramedia, 2011
8
laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling mulia di antara kamu yang lebih bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.”
Pendekatan ayat di atas mengenal satu sama lain maksudnya merupakan waktu dimana manusia saling mengenal maka mereka mempunyai rasa saling menghormati. Salah satu cara buat saling mengenal adalah dengan saling berbicara. Melalui bicara, berbagai pihak mampu terbuka, yg di akhirnya membangun pemahaman antar individu serta menumbuhkan rasa saling menghormati. Menolak semangat yg terkandung pada sila ke 2 Pancasila berarti menolak hubungan antar manusia yang baik secara adab dan moral. Konsekuensi logisnya, penolakan tersebut dapat dimaknai sebagai penolakan terhadap hubungan antar manusia yang baik, yang dapat dipandang sebagai tindakan yang tidak bermoral, sembrono, dan biadab. Al-Quran Al-Karim banyak memuat ayat-ayat yang berkaitan dengan kedudukan dan martabat manusia. Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki akhlak manusia agar manusia bisa menjadi manusia. Jadi jika ada seorang muslim yang perilaku atau akhlaknya tidak sesuai dengan perintah kedua, maka itu bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadits Nabi. Oleh karena itu, jika kita tidak mau bergaul dengan orang lain, kita disebut tidak bermoral, kasar atau sulit diatur.7 Dan akibatnya ketika kita tidak mau berhubungan baik dengan orang, kita disebut tidak bermoral, biadab atau tidak punya aturan.
Sila Ketiga Persatuan Indonesia
Sila 3 Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”
menggambarkan persaudaraan umat atau ukhuwah insaniyah dan ukhuwah Islamiyah. Sebagaimana kalam Allah dalam Alquran surat Ali Imran ayat 103-105 Allah berfirman dalam ayat-ayat-Nya yang berbunyi:
“Janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka, mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.”
Pancasila sangat menghargai persatuan bangsa Indonesia, yang berarti Pancasila digunakan sebagai sarana untuk menyatukan bangsa.
Prinsip ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki banyak keragaman dan perbedaan, baik dalam hal politik, budaya, bahasa, suku, 7 Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah, hlm. 383.
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 9
maupun agama. Pancasila berperan sebagai alat untuk mempersatukan keberagaman tersebut dan membentuk kesatuan, serta menghormati perbedaan dalam masyarakat Indonesia
Namun perbedaan tersebut sangat dihargai dan menjadi keberagaman di Indonesia. Adanya sila ketiga bagi bangsa Indonesia berarti bahwa perbedaan merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari atau dihilangkan oleh masyarakat.8
Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi sebuah prinsip agar kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dengan menggunakan hati yang luas tersebut, sudahb jelas bahwa persatuan dan kesatuan bangsa ialah nilai-nilai luhur yang patut dijunjung tinggi oleh semua lapisan rakyat. Sebab pada dasarnya perpecahan atau perselisihan dapat menghancurkan seluruh umat manusia.
Persatuan diwujudkan melalui sikap empati yang tinggi, saling menghargai dan menghormati orang lain. Kami mengeksplorasi pentingnya menekankan persamaan daripada perbedaan dalam kesatuan untuk menghindari potensi konflik. Sebagai pluralisme, hendaknya didasarkan pada tujuan kepentingan masyarakat untuk mencapai kesatuan maksud dan tujuan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua orang bersatu untuk menghadapi musuh bersama-sama.9
Indonesia merupakan suatu negara yang mewarisi kejayaan peradaban kepulauan dari kerajaan-kerajaan yang ada rata di seluruh dunia. Oleh sebab itu, alasan keberadaan negara Indonesia tidak lain adalah untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan. Dimana keharmonisan dapat dicapai melalui kesadaran bersama dan lebih mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Kerja sama dan rasa saling percaya setiap individu atau kelompok yang diperkuat dengan gotong royong merupakan penopang demokrasi masyarakat.
Menurut Yudi Latif, sila ketiga Pancasila sangat penting untuk mewujudkan nilai-nilai etika kemanusiaan yang berakar kuat dalam konteks nasional. Oleh karena itu, Indonesia memiliki landasan prinsip dan visi nasional yang kuat yang tidak hanya dapat menyatukan berbagai komunitas ke dalam komunitas politik baru, namun juga memberikan 8 Brata, I. B. (2017). Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia.
Jurnal Santiaji Pendidikan
9 Dr. M. Dhiaudiddin Rais, Teori Politik Islam, Jakarta: Gema In i, 2001, hlm.
194.10
ruang bagi berbagai komunitas untuk tetap terhubung dengan akar tradisional dan sejarahnya. Dengan pendekatan ini, konsep persatuan Indonesia melampaui pemahaman sekte dan individu serta mengutamakan persatuan melalui keberagaman sosial. Kepemimpinan Indonesia dilandasi oleh konsep kebangsaan yang menyatakan kesatuan dalam keberagaman dan keberagaman dalam kesatuan.10
Nabi berhasil menghadirkan persatuan dan kesatuan antara Muhajirin dan Ansor pada masanya karena visi dan tujuannya tidak lain adalah untuk menjaga ungkapan tauhid dan Nabi menafsirkan ungkapan tauhid sebagai “persatuan”.Nabi Muhammad SAW saat itu adalah persatuan, syariat yang dibangun kemudian persatuan dan maqoidus syariat ialah yang Rasulullah terapkan dalam membangun persatuan umat.
Dari penjelasan di atas jelas sekali bahwa negara haruslah negara ketuhanan, bukan negara agama, untuk membangun kebaikan bersama dan mendakwahkan pembangunan sosial yang mendamaikan semua pihak. Jelas sekali bahwa negara yang mengisi kemerdekaannya dengan aspek-aspek positif mampu mengatasi keunggulan kekuatan fisik dengan keunggulan kekuatan mental. Karena wilayah jiwa menguasai segala sesuatu yang bersifat fisik dan tidak terkendali, maka dibutuhkan kekuatan batin untuk dapat memahami kemauan orang lain yang penuh dengan kepentingan. Apabila kedua unsur tersebut dapat berjalan secara harmonis, maka semangat kekeluargaan berbangsa dan bernegara dapat semakin kokoh tanpa mengecualikan kelompok masyarakat atau individu tertentu. Di era globalisasi yang semakin meningkat, tidak menutup kemungkinan budaya asing dapat masuk dan berasimilasi dengan budaya nasional, yg di mana akhirnya bisa menjadi ancaman bagi persatuan di dalam negara serta memicu konflik dalam negara. Pada saat ini, banyak aspek budaya Indonesia yg mulai terlupakan, terutama di kalangan generasi muda khusunya generasi gen Z yang tanpa sadar semakin banyak mengadopsi budaya asing ke dalam gaya hidup mereka.
Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga persatuan di negaranya. Meski terdapat perbedaan, namun kesatuan negara Indonesia harus tetap dijaga. Meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya sila ketiga “Persatuan Indonesia”, agar mereka memahami betapa pentingnya persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Hal serupa juga dengan gagasan Jenderal Azwar Anas yang menyatakan bahwa seluruh anggota masyarakat adalah fondasi terpenting bangsa dan 10 Yudi latif “ Negara Paripurna” Jakarta, Gramedia, 2011
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 11
negara Indonesia. Semuanya harus berjalan selaras untuk menciptakan keserasian dalam menyikapi perbedaan. Terciptanya persatuan dan kesatuan dari berbagai perbedaan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini berlandaskan Pancasila, yaitu landasan utama keberagaman Indonesia.
Sila Keempat Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan (Mudzakarah atau Syura’a)
Sila keempat ini menjelaskan pentingnya hidup berdasarkan refleksi untuk mencapai mufakat yang sesuai dengan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Tindakan paling cerdas ketika menghadapi masalah adalah refleksi. Solusi yang terbaik adalah dengan musyawarah dimana semua pihak dianggap setara tanpa adanya perbedaan. Kesepakatan yang dinegosiasikan diharapkan dapat dipenuhi dan diterima dengan itikad baik. Konsep Islam tentang pendekatan musyawarah dalam penyelesaian masalah dikenal dengan istilah syura.
Sila keempat ini selaras dengan ajaran Islam Mudzakarhi dan Syura. Prinsip ini mendasari tipikal sistem negara Islam. Seperti hal nya Firman Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 159;
ْرِفْغَتْساَو ْمُهْنَع ُفْعاَف ۖ َكِلْو َح ْنِم ا ْوّضَفْن َل ِبْلَقْلا َظْيِلَغ اًّظَف َتْنُك ْوَلَو ۚ ْمُهَل َتْنِل ِ اّا َنّم ٍةَم ْحَر اَمِبَف
َنْيِلّكَوَتُمْلا ّبِحُي َ اّا ّنِا ۗ ِ اّا ىَلَع ْلّكَوَتَف َتْمَزَع اَذِاَف ِۚرْمَ ْلا ىِف ْمُه ْرِواَشَو ْمُهَل
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”.
Makna yang dijelaskan oleh Mufassir adalah bahwa Nabi memerintahkan pengambilan keputusan secara yudisial, bukan karena Nabi membutuhkan pendapatnya, namun karena ketika Nabi menanyakan pendapat umatnya, mereka berusaha berpikir keras untuk merumuskan pendapatnya, yang menurut mereka adalah yang terbaik dari sudut pandangnya sendiri.11 Namun prinsip Mudzakarh adalah sikap menghargai pendapat orang lain yang biasanya bertentangan atau 11 Dr. M. Dhiaudiddin Rais, Teori Politik Islam, hlm. 274.
12
berbeda. Menurut prinsip ini, tidak ada seorang pun yang merasa superior atau inferior karena ada persamaan dan keadilan, bahwa setiap jiwa mempunyai kewenangan dan keharusan yang sepadan baik dalam hukum negara ataupun di hadapan Allah SWT.
Semangat yang terdapat dalam sila ke empat ini adalah nilai semangat juang dalam perjuangan melawan segala bentuk penindasan, yang terlihat jelas pada rezim totaliter dan otoriter. Semangat juang melawan penindasan ini jelas bersumber dari nilai-nilai Al-Qur’an, karena pada intinya Islam sangat menolak kekuasaan yang berpusat pada satu orang saja. Kekuasaan tersebut biasanya sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan kesalahan dalam kebijakan atau pengambilan keputusan. Al-Qur'an juga menceritakan tentang masa kepemimpinan Fir'aun.
Sila Kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Al- Adl’)
Sila ke lima ini menjelaskan adanya keadilan bagi bangsa Indonesia Prinsip ini menjelaskan bahwa keadilan berlaku dalam masyarakat dalam segala bidang kehidupan, baik materiil mapun juga dalam spiritual.
Rakyat Indonesia diperlakukan secara adil dalam berbagai macam bidang, termasuk ekonomi, aturan, politik, pendidikan, budaya dan sosial.
Setiap perintah dalam Pancasila mengandung nilai-nilai Islam, seperti perintah kelima yang menjelaskan tentang keadilan di setiap negara. Keadilan dapat dirasakan oleh semua orang, tanpa memandang ras, budaya, latar belakang etnis, atau hal lainnya. Konsep keadilan dalam ajaran Islam bervariasi, baik keadilan terhadap diri sendiri maupun keadilan terhadap orang lain. Sebagai umat yang beragama Islam yang merupakan rahmat bagi alam semesta, tujuan Islam artinya menerapkan keadilan pada segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya buat selalu bersikap adil dalam segala hal, supaya tidak terjadi permusuhan atau perselisihan, sebagai akibatnya tercipta tatanan sosial yang baik. Sila kelima ini sangat menekankan pada keadilan sosial karena hakikat konsep Islam sendiri ialah cerminan keadilan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 90; “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Diia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Berdasarkan penjelasan Hadi (2016:83), sila kelima Pancasila memuat nilai persamaan, tanggung jawab, dan hak antar manusia. Pada
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 13
dasarnya setiap individu memiliki hak dan tanggung jawab sesuai dengan perannya, dan masyarakat bebas mengutarakan pendapatnya. Selain itu, nilai cinta dan dicintai mencerminkan takdir seseorang untuk mengetahui dan memahami cara bersyukur selain peka terhadap lingkungan sekitar.
Sila kelima juga mencakup rasa saling menghormati antara individu dengan individu lainnya, keberanian dalam membela kebenaran dan keadilan di bawah perlindungan hukum, toleransi,serta gotong royong.
Hal ini menekankan bahwa manusia sebagai makhluk yang beradab harus bersikap adil. Nilai-nilai Pancasila berarti saling menghormati keyakinan, mengakui, dan menghargai keberagaman agama di Indonesia. Selain itu, standar dan sikap mengenai keadilan serta pentingnya menjaga keutuhan bangsa, bahasa, agama, dan adat istiadat Indonesia ditaati dengan ketat.
Masyarakat Indonesia menaruh harapan besar terhadap persatuan.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas ialah pancasila sebagai ideologi serta landasan dari Negara Indonesia juga memiliki keterkaitan atau hubungan dengan nilai-nilai yang ada pada salah satu kepercayaan yang ada di Indonesia, khususnya Agama Islam.
Pada Sila pertama Pancasila yang menekankan keesaan Tuhan menciptakan landasan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan memberikan landasan moral dan spiritual bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi umat muslim dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya pada Sila kedua dari Pancasila yaitu menjelaskan bahwa bangsa Indonesia menghormati dan menghargai hak- hak setiap individu. Hubungan manusia dengan Tuhan ditunjukkan pada sila pertama yaitu Hablu min Allah, maka hubungan manusia dengan manusia lainnya ditunjukkan pada sila ke 2 ini. Pada Sila ketiga Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” menggambarkan persaudaraan umat atau ukhuwah insaniyah dan ukhuwah Islamiyah. Yang dimana dalam hal tersebut islam juga mengajarkan pentingnya bersatu tanpa bercerai-berai. Lalu pada Sila Keempat, pada sila ini yaitu memiliki keselarsan dengan ajaran Islam Mudzakarhi dan Syura. Prinsip ini mendasari tipikal sistem negara Islam. Yang terakhir pada Sila Kelima, bahwa di dalam sila ini memiliki nilai keadilan, yang dimana dalam ajaran islam juga mengajarkan kita untuk selalu bersikap adil agar tidak terjadi permusuhan atau perselisihan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Antara, Made, and Made Vairagya. “Keragaman Budaya Indonesia SumberInspirasi Inovasi.” Desain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali (2018): 2.
Keadilan, Jurnal Gema, and Edisi Iii. “Jurnal Gema Keadilan (ISSN: 0852-0011) Volume 9 Edisi III, Desember 2022.” Jurnal gema Keadilan (ISSN: 0852-0011) 9, no. November (2022): 8.
Mutmainnah, Nur. “TAFSIR PANCASILA: Sebuah Telaah Nilai-Nilai Islam Dalam Al-Qur’an.” Jurnal Studi Al-Qur`an VI, no. 1 (2010): 27–36.
Rohman, M Saifullah. “Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam Dalam Pancasila.”
Millah XIII, no. 1 (2013): 212. http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail- ids,4-id,40159-lang,id-c,kolom-t,Pancasi.
Utama, Wildan Sena. “Ulasan Buku Pancasila : Sebuah Monumen Atau Leitstar Dinamis ?” Lembaran Sejarah 11, no. 1 (2014): 99–108.
Yudi latif “ Negara Paripurna” Jakarta, Gramedia, 2011 Dr. M. Dhiaudiddin Rais, Teori Politik Islam, hlm. 274.
Dr. M. Dhiaudiddin Rais, Teori Politik Islam, Jakarta: Gema In i, 2001, hlm.
194.
Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah, hlm. 383.