1
Membangun Konsep Kesadaran Spiritual dalam Pendidikan Agama Islam: Perspektif Psikologi Transpersonal
Ayi Ali Hakim
Email: [email protected]
Abstrak: Kesadaran spiritual adalah aspek penting dalam kehidupan, terutama dalam agama Islam, yang menekankan kepercayaan kepada Allah SWT. Pendidikan agama Islam sangat penting untuk membentuk manusia menjadi insan kamil melalui ajaran yang terdapat dalam Al-Quran, Hadis, dan Ijtihad ulama. Iman menjadi pondasi utama dalam kehidupan sehari-hari dan kunci keselamatan di dunia dan akhirat, mempengaruhi pelaksanaan syariat Islam.
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka, mengkaji literatur dari buku, jurnal, dan artikel yang relevan. Spiritualitas diartikan sebagai kepercayaan terhadap kebenaran, kesucian, dan keterikatan pada kekuatan yang lebih tinggi. Pendidikan agama Islam di Indonesia mengajarkan aspek keyakinan (akidah), norma atau hukum (syariah), dan perilaku (akhlak), dengan tasawuf menekankan hubungan dekat dengan Tuhan. Psikologi transpersonal mengintegrasikan konsep psikologi dengan kekayaan spiritual dari berbagai budaya dan agama, mempelajari potensi tertinggi manusia, pengalaman spiritual, dan kesadaran transenden. Di lembaga pendidikan agama, ada asumsi bahwa ilmu pengetahuan juga diperoleh melalui pancaran NUR (cahaya) dari sumber ilahi. Pendekatan psikologi transpersonal menunjukkan pentingnya dimensi spiritual dalam pendidikan, yang menciptakan individu yang lebih holistik dan bermakna. Penelitian ini berharap dapat berkontribusi pada pengembangan keilmuan dalam pendidikan agama Islam.
Kata Kunci: Psikologi Transpersonal, Spiritual, Pendidikan Agama Islam
Abstract: Spiritual awareness is a crucial aspect of life, especially in Islam, which emphasizes belief in Allah SWT. Islamic religious education is essential for shaping individuals into complete human beings (insan kamil) through teachings found in the Quran, Hadith, and Ijtihad of scholars. Faith serves as the primary foundation in daily life and is the key to salvation in this world and the hereafter, influencing the implementation of Islamic law (sharia). This study employs a literature review method, examining relevant books, journals, and articles. Spirituality is defined as belief in truth, purity, and attachment to a higher power.
Islamic religious education in Indonesia teaches aspects of belief (aqeedah), norms or laws (sharia), and behavior (akhlaq), with Sufism emphasizing a close relationship with God.
Transpersonal psychology integrates psychological concepts with the spiritual wealth of various cultures and religions, studying the highest potential of humans, spiritual experiences, and transcendent awareness. In religious educational institutions, there is an assumption that knowledge is also acquired through the divine illumination (NUR) from a higher source. The transpersonal psychology approach highlights the importance of the spiritual dimension in education, creating more holistic and meaningful individuals. This research aims to contribute to the development of scholarship in Islamic religious education.
Keywords: Transpersonal Psychology, Spirituality, Islamic Religious Education
2 Pendahuluan
Kesadaran spiritual merupakan satu dari banyaknya aspek penting yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari, tentang kepercayaan kita terhadap Tuhan atau dalam agama Islam di sebut Allah SWT. Sedangkan Tuhan sendiri merupakan hal yang besar untuk dikaji dan di pelajari. Hal itu menyebabkan pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi para pelajar yang menganut agama Islam.
Islam sendiri merupakan agama yang begitu sempurna sebagaimana di jelaskana di dalam Al-Quran, Hadist, dan juga dalam Ijtihat pada Ulama. Agama Islam memliki ajaran yang Universal dan luas juga tak terbatas. Yang merupakan agama “Rahmatan Lil Alamin” yang memiliki tujuan yang besar yakni membentuk manusia sebagai insan kamil melalui potensi yang diberikan oleh Allah swt.
Hal-hal yang paling mendasar dalam mempelajari agama Islam adalah meyakini adanya iman. Dalam sebuah penelitian di katakan bahwa “Iman merupakan aspek keyakinanan seorang mukmin Iman yang menjadi pondasi dalam kehidupan sehari-hari sebagai kunci keselamatan di dunia maupun akhirat. Iman memiliki pengaruh besar terhadap seorang mukmin dalam menjalankan syariat Islam. Syariat Islam tersebut kemudian dikonseptualisasi dalam perwujudan rukun Islam sebagai bentuk praktis seorang muslim dalam menjalankan ibadah kepada Allah swt.” dalam hal ini kesadaran spiritual justru harus sangat di perhatikan.
Dikatakan pada Rifkiana (2022) menyatakan bahwa “Psikologi transpersonal merupakan salah satu bentuk pengembangan dari psikologi humanistik. Psikologi transpersonal mengajarkan bahwa eksistensi dan perkembangan kemampuan manusia memanage hidup harus dipandang sebagai kesatuan perkembangan dari dimensi kejasmanian, kejiwaan, lingkungan dan kerohanian yang tak terpisahkan.”
Maka dari hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang cara membangun konsep spiritual dalam pendidikan agama Islam. Yang di dasari oleh alasan penulis memilih judul tersebut di karena kan masih kurangnya penelitian yang di buat dengan judul dan tema ini. Juga didukung dengan kondisi saat ini tentang pentingnya pendidikan agama Islam yang semakin lama semakin tergerus oleh moderenisasi zaman dan tingkat kepercayaan kepada Tuhan yang semakin berkurang dalam kehidupan.
Sebagaimana pada penelitian terdahulu yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut merupakan 5 penelitian terdahulu yang memiliki latar belakang dan topik yang hampir mirip dengan penelitian ini.
Pertama yakni penelitian yang di lakukan oleh Rifkiana dan Subaidi, yang berjudul
“Psikologi Transpersonal Dan Discourse Implementatif Dalam Membangun Karakter” pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dan juga metode kepustakaan. Pada penelitian ini berfokus pada pembangunan Karakter yang terjadi pada anak-anak dengan mempertimbangkan IQ, EQ atau SQ. Di jelaskan tujuan dari penelitian ini yaitu “mengetahui discourse implementatif dalam membangun karakter secara umum dan dari pandangan psikologi transpersonal.” Dari metode dan juga pandangan yang di gunakan memeiliki kesamaan dengan penelitian yang di tulis oleh penulis. Hanya saja perbedaannya ada pada subjek yang dikajinya. Penulis menggunakan pendidikan Islam yanng menjadi pembeda dengan pembangunan karakter, meski sedikit bersinggungan.
3
Kedua yakni penelitian yang dilakukan oleh Rifkiana pada tahun 2021, penelitian ini berjudul “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Psikologi Transpersonal Islam” pada penelitian ini penulis mengemukakan tujuan di lakukannya penelitian ini yaitu “untuk mengetahui pendidikan karakter dalam psikologi secara umum dan dalam perspektif psikologi transpersonal Islam.”
Ketiga yakni penelitian yang dilakukan oleh Syahbana pada tahun 2017, penelitian ini berjudul “Pengaruh Psikologi Transpersonal Terhadap Kreativitas” yang di dalamnya bertujuan untuk “mengetahui pengaruh psikologi transpersonal terhadap kreativitas dari pandangan para tokoh psikologi transpersonal.” Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang di teliti oleh penulis yakni sama sama menggunakan perspektif psikologi transpersonal.
Keempat yakni penelitian yang telah di tulis oleh Naan &Nurfajri yang di lakukan pada tahun 2022. Dengan judul penelitian sebagaimana berikut “Konsep Psikologi Transpersonal Dalam Mengenal Sebuah Makna Bahagia Dalam Islam” penelitian ini di buat untuk
“menganalisa sebuah konsep Psikologi Tranpersonal dalam mengenal sebuah makna bahagia dalam islam dari pendangan para cendikiawan muslim menilai aspek makna bahagia yang terjadi abad 21 yang sebelumya telah gagal menggunakan pendekatan paham (barat) yang mengesamping wilayah spirtualitas seseorang dari aspek kebahagiaan individunya.” Dan juga dengan menggunakan metode penelitian yang bernama metode interpretative yang mengumpulkan data dari para tokoh terkenal pada masanya hingga sekarang.
Terakhir atau penelitian yang kelima yaitu penelitian yang di tulis oleh Riyani & Rodiah yang di tulis pada tahun 2023. Penelitian ini berjudul “Aktualisasi Rukun Iman dalam Pembentukan Kecerdasan Emosional (Tinjauan Psikologi Transpersonal)” pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan juga menggunakan metode studi pustaka atau dengan nama lain disebut dengan (library research) yang di lakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur. Juga menggunakan Aspek psikologi Transpersonal dalam penelitiannya.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang menunjang keilmuan dan juga informasi padan penelitian yang sedang ditulis oleh penulis saat ini yang berjudul “Membangun Konsep Kesadaran Spiritual dalam Pendidikan Agama Islam: Perspektif Psikologi Transpersonal”
yang harapannya dapat menunjang informasi dan pengetahuan juga ikut berkontribusi pada keilmuan yang dapat lebih berkembang kedepannya.
Metode
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Studi Pustaka atau biasa di kenal dengan istilah latinnya yaitu library research. Fokus penelitian ini yaitu mengkaji topik yang di bahas dengan mengumpulkan data-data berupa literatur yang merupakan buku- buku, jurnal dan juga artikel yang berkaitan. Dengan menyatukan pemahaman-pemahaman yang berbeda dengan sumber yang berbeda.
Hasil dan Pembahasan Konsep Kesadaran Spiritual
Dikatakan bahwa Spiritual merupakan “kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap sebuah kebenaran, kesucian, keterikatan dan rasa tunduk kepada kekuatan lebih tinggi dari dirinya yang mendorong, mengarahkan, dan memilih beragam tingkah laku individu.
4
Spiritualitas merupakan sebuah proses atau tahapan dalam aktualisasi diri seseorang dalam mengolah berbagai kreativitas, intuisi, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, dan tujuan hidup.”
Dalam artian lain spiritual dapat di artikan sebagai kesadatan tentang diri, tentang asal, tujuan juga nasib seseorang atau individu masing-masing.
Yang di dalamnya menjadi ikatan yang lebih kepada hal-hal atau sesuatu yang memiliki sifat kerohanian atau dalam kata lain yaitu kejiwaah dari pada berhubungan dengan hal-hal yang sifat fisik juga material. Atau secara singkat dapat di katakan berhubungan dengan sesuatu yang bersifat metafisik.
Didapat dari beberapa refernsi buku dan media banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya kentang Spiritual, sebagaimana yang dikatakan oleh Ardin (2016), ia menyatakan bahwa “spiritualitas adalah kepercayaan bahwa seseorang dapat melampaui batas dirinya dalam dimensi yang lebih tinggi (dengan tuhannya), adanya keinginan untuk sebuah kebenaran dan kesucian dan keyakinan bahwa seseorang dapat menyelesaikan kesulitan, kerugian dan rasa sakit dengan kepercayaan tersebut.”
Berbeda dengan pandangan Jalil (2014) yang menyatakan spiritual merupakan “sebuah tahapan dalam aktualisasi diri, dimana seseorang berproses dalam mengolah berbagai kekayaan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, rendah hati, dan juga adanya tujuan hidup yang harus ditata dengan jelas.”
Pendidikan Agama Islam
Di Indonesia Pendidikan Agama Islam tentunya tidak asing di dengar dan di pelajari pada sekolah-sekolah negeri mau pun swasta. Hal itu di sebabkan akan banyaknya kaum muslim atau penganut agama Islam di Indonesia yang menjadikan mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal tersebut terjadi meskipun Indonesia sendiri bukan merupakan negara Islam.
Pendidikan merupakan “usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.”
Pengertian tersebut menurut yang di kemukakan oleh GBHN 197”. Dalam sistem pendidikan tidak akan terlepas jauh dengan adanya ilmu di dalamnya.
Dari kutipan “Humaniora Al-Qur’an” ingin menegaskan bahwa ilmu tidak hanya ada dua (qauliyah, kauniyah) tetapi tiga (qauliyah, kauniyah, dan nafsiyah). “Tanpa humaniora ilmu tidak akan dapat menyentuh seni, filsafat, antropologi, ilmu politik, dan sebagainya. Dengan lengkapnya ilmu diharapkan bahwa “pengilmuan Islam” menjadi gerakan intelektual yang terhormat, dihargai sebagai paradigma baru dalam jajaran ilmu” (Kuntowijoyo, 2006)
Dalam pengajarannya agama Islam belajar beberapa aspek wajib yang harus di ketahui yakni: Aspek Keyakinan (Akidah); Aspek Norma atau Hukum ( Syariah), Kemudian aspek perilaku atau akhlak. Pada poin pertama yakni Akidah atau kepercayaan hal itu berhubungan erat dengan tasawuf.
“Tasawuf adalah disiplin pengetahuan (spiritual) yang dapat dimiliki oleh budaya, siapapun, kapanpun dan di mana pun” (Jaenudin, 2012:162). Yang merupakan keilmuan yang berhubungan langsung dengan hal-hal spiritual dan bersifat non fisik atau metafisik. Yang berarti berlekat dengan keimanan seseorang.
5
“Tasawuf sebagai aspek mistisme dalam Islam, pada intinya adalah kesadaran adanya hubungan komunikasi manusia denan Tuhannya, yang selanjutnya adanya rasa bentuk rasa dekat (qurb) dengan Tuhannya” (Jaenudin, 2012:162). Sangat penting untuk di mengerti bahwa dengan kita beriman maka kita sudah dapat di pastikan percaya kepada sesuatu yang di imaninya.
Komunikasi telah dimulai sejak manusia berada dalam rahim, dalam bentuk kontak perjanjian primordial antara Tuhan dan manusia sebelum kelahiran. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 172, yang artinya: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” Cordova 2007”.
Psikologi Transpersonal
Dalam berkembangnya waktu, keilmuan juga bertumbuh dengan pesat. Termasuk kedalam ilmu psikologi. “Psikologi psikologi transpersonal yang muncul pada akhir 1960 dan dikenal sebagai aliran keempat setelah perilaku, psikoanalisis, dan psikologi humaniora. Psikologi transpersonal sendiri sebenarnya bukan aliran yang muncul dari berbagai disiplin ilmu seperti agama, psikologi, neurobiologi, dan filsafat.”
Denise H. Lajoie dan S.I. Shapiro (1992) mendefenisikan psikologi transpersonal sebagai berikut: “Transpersonal psychology is conserned with the study of humanity’s high potential and with the recognation, understanding and realization of unitive spiritual and transcendent state of consciousness”. Sedangkan dikatakan menurut John Davis, “psikologi transpersonal bisa diartikan sebagai ilmu yang menghubungkan psikologi dengan spritualitas.”
Psikologi transpersonal adalah salah satu cabang psikologi yang menggabungkan konsep, teori, dan metode psikologi dengan kekayaan spiritual dari berbagai budaya dan agama. “Konsep inti dari psikologi transpersonal adalah nondualitas (nonduality), suatu pengetahuan bahwa tiap-tiap bagian (manusia) adalah bagian dari keseluruhan alam semesta.
Penyatuan kosmis yang memandang segala-galanya sebagai satu kesatuan” (Jaenudin, 2012:25).
“Perkembangan psikologi transpersonal lebih pesat setelah terbitnya journal of transpersonal psychology pada tahun 1969 pada masa disiplin ilmu psikologi mulai mengarahkan perhatian pada dimensi spiritual manusia. Penelitian mengenai gejala-gejala rohaniah, pengalaman transpersonal, aktualisasi, dan pengalaman transpersonal mulai dikembangkan” (Jaenudin, 2012:26).
Aliran psikologi transpersonal memproklamirkan dirinya sebagai aliran keempat setelah psikoanalisis, behaviorisme, dan humanistik. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran humanistik. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Shapiro, yang merupakan gabungan dari berbagai pendapat tentang psikologi transpersonal, cabang ini mempelajari potensi tertinggi yang dimiliki manusia, serta menggali, memahami, dan mewujudkan kesatuan, spiritualitas, dan kesadaran transenden.
Dalam penelitiannya, psikologi transpersonal memusatkan perhatian pada pengalaman spiritual yang dialami oleh para ahli spiritual dari berbagai agama sebagai subjek utama
6
penelitiannya. Pendekatan ini melibatkan studi mendalam tentang pengalaman dan praktik spiritual dari beragam tradisi keagamaan untuk memahami lebih dalam bagaimana pengalaman-pengalaman ini mempengaruhi dan membentuk kesadaran manusia. Menurut kajian psikologi transpersonal, potensi tertinggi individu terletak pada dimensi spiritual yang bersifat nonfisik. Hal ini diilustrasikan melalui berbagai fenomena seperti kemampuan untuk melihat masa depan, persepsi ekstra-indrawi (ESP), pengalaman mistik, perkembangan spiritualitas, pengalaman puncak, meditasi, serta kajian-kajian yang bersifat parapsikologis atau metafisik.
Kesadaran bahwa keberadaan manusia tidak hanya terbatas pada dunia fisik, dan keyakinan bahwa inti terpenting dari individu terletak pada dunia spiritual yang kasat mata dan abstrak, mendorong psikologi transpersonal untuk memandang manusia sebagai makhluk spiritual yang mengalami kehidupan manusiawi. Dengan kata lain, psikologi transpersonal melihat manusia sebagai entitas spiritual yang memiliki pengalaman hidup di dunia fisik, bukan sekadar manusia yang memiliki pengalaman spiritual sesekali. Oleh karena itu, perhatian psikologi transpersonal sangat erat kaitannya dengan perhatian yang diberikan oleh tradisi- tradisi mistik dan esoterik, yang juga mengakui dimensi spiritual sebagai bagian integral dari eksistensi manusia.
Secara pragmatis, psikologi transpersonal berada dalam posisi yang berbeda secara radikal dari sebagian besar aliran utama psikologi Barat. Aliran-aliran utama ini seringkali cenderung menganggap agama atau spiritualitas sebagai bentuk takhayul primitif atau penyimpangan patologis yang ditanamkan oleh sistem keluarga dan kebudayaan. Namun, psikologi transpersonal menawarkan pendekatan yang holistik dan dinamis, dengan perspektif yang mirip dengan konsep Gestalt. Pendekatan ini menyatakan bahwa sifat dan fungsi jiwa manusia tidak dapat dipahami dengan mereduksinya menjadi unsur-unsur terpisah, melainkan harus dilihat sebagai kesatuan yang utuh dan saling berhubungan. Hal ini menegaskan bahwa untuk memahami psyche manusia secara komprehensif, diperlukan pendekatan yang mengakui dan menghargai dimensi spiritual dan pengalaman transendensi yang merupakan bagian integral dari keberadaan manusia.
Sementara persepektif dinamis dalm psikologi ini merupakan “pengembangan dari pandangan Jung yang telah sampai pada pemikiran dinamika mental dalam alur energy, maka para psikolog transpersonal mempercayai bahwa dinamika-dinamika tersebut mencerminkan suatu intelegnsi intrinsi, yang memungkinkan psyche tidak hanya menghasilkan penyakit mental tetapi juga menyembuhkan dirinya sendiri” (Capra, 1997:527), Dengan demikian, pertumbuhan batin dan aktualisasi diri dipandang sebagai hal-hal esensial bagi dinamika psyche manusia, yang sepenuhnya sejalan dengan transendensi diri dalam sistem pandangan hidup.
Konsep Kesadaran Spiritual dalam Pendidikan Agama Islam
Dalam kenyataannya, implementasi konsep-konsep psikologi transpersonal dalam praktik pendidikan telah lama dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan berbasis keagamaan.
Di lembaga pendidikan keagamaan ini “telah berkembang suatu asumsi bahwa ilmu pengetahuan tidak semata lahir melalui proses pengamatan secara emperik (observasi) dan penalaran (rasional) sebagaimana berkembang di lembaga pendidikan pada umumnya, melainkan juga melalui pancaran NUR (cahaya) dari atas yang kurang diketahui proses
7
datangnya. Bahkan bukan ilmu pengetahuan saja yang diyakini memancar dari atas, tetapi juga potensi manusia yang lain” ((Syekhi Amir, 1978) dalam Ady: 2012)
Konsep ini menunjukkan bahwa ada dimensi spiritual yang dianggap penting dalam proses pendidikan, di mana pengetahuan tidak hanya dipahami sebagai sesuatu yang bersifat material atau empiris, tetapi juga sebagai sesuatu yang memiliki dimensi metafisik atau transenden. Pancaran NUR ini dianggap sebagai sumber inspirasi dan pencerahan yang memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam, serta membantu mengembangkan potensi manusia secara holistik.
Dalam konteks ini, pendidikan tidak hanya difokuskan pada pencapaian akademis dan intelektual, tetapi juga pada pengembangan moral, spiritual, dan emosional peserta didik.
Pendekatan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara dimensi intelektual dan spiritual dalam proses pembelajaran, yang diyakini dapat menghasilkan individu yang lebih utuh dan seimbang.
Kesimpulan
Penelitian berjudul "Membangun Konsep Kesadaran Spiritual dalam Pendidikan Agama Islam: Perspektif Psikologi Transpersonal" menyimpulkan bahwa integrasi kesadaran spiritual dalam pendidikan agama Islam dapat menghasilkan individu yang utuh dan seimbang.
Kesadaran spiritual, yang melibatkan keyakinan terhadap kebenaran, kesucian, dan keterikatan pada kekuatan ilahi, mendorong individu untuk mengaktualisasi diri melalui kreativitas, intuisi, dan kasih. Pendidikan agama Islam di Indonesia, yang telah lama diterapkan di berbagai institusi, mengajarkan aspek keyakinan (akidah), norma atau hukum (syariah), dan perilaku (akhlak). Tasawuf, sebagai disiplin pengetahuan spiritual dalam Islam, menekankan hubungan dekat dengan Tuhan dan pentingnya keimanan. Psikologi transpersonal, yang mengintegrasikan konsep psikologi dengan kekayaan spiritual dari berbagai budaya dan agama, mempelajari potensi tertinggi manusia, pengalaman spiritual, dan kesadaran transenden. Di lembaga pendidikan agama, terdapat asumsi bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pengamatan empiris dan penalaran rasional, tetapi juga melalui pancaran NUR (cahaya) dari sumber ilahi. Konsep ini menekankan pentingnya dimensi spiritual dalam pendidikan, di mana pengetahuan dipahami memiliki dimensi metafisik atau transenden. Dengan pendekatan psikologi transpersonal, pendidikan agama Islam tidak hanya fokus pada pencapaian akademis tetapi juga pada pengembangan moral, spiritual, dan emosional, menciptakan individu yang lebih holistik dan bermakna.
Referensi
Ady, A.N. 2012. Psikologi Transpersonal Konsep Dan Implementasinya Terhadap Pendidikan Dan Globalisasi. Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 Halaman 37-43
Cordova. 2007. Al-Qur’an dan Terjemah. Bandung: Sygma Exagrafik
Hafizallah, T. Dkk 2019 Psikologi Islam Sejarah, Tokoh, & Masa Depan. PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion, and Humanity Vol. 1, No. 1 (2019) ejurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/psc
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pendidikan/
https://www.kajianpustaka.com/2023/11/spiritualitas.html
8
Jaenudin, U. 2012. Psikologi Transpersonal. Bandung: CV Pustaka Setia.
Capra Fritjof. 1997. Titik Balik Peradaban. Penerjemah. M. Toyyibi. Yogyakarta:
Yayasan Bentang Budaya.
Kuntowijoyo. (2006) Islam Sebagai Ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana
Naan (2022) Konsep Psikologi Transpersonal Dalam Mengenal Sebuah Makna Bahagia Dalam Islam. Humanistika: Jurnal Keislaman Vol. 8 No. 1 2022. Issn (Print): 2460-5417 Issn (Online): 2548-4400 Doi: Https://Doi.Org/10.36835/Humanistika.V8i1.660
Pasiska, (2018) Konsep Manusia Dan Komunikasi Dalam Perspektif Psikologi Transpersonal Dan Islam. Inject (Interdisciplinary Journal Of Communication) P-Issn: 2548-5857; E- Issn: 2548-7124 Vol. 3, No. 2 Desember 2018: H. 273-292 Website:
Http://Inject.Iainsalatiga.Ac.Id/Index.Php/Inject/Index
Riadi, Muchlisin. (2023). Spiritualitas - Pengertian, Jenis, Aspek dan Perkembangan. Diakses pada 24/5/2024, dari https://www.kajianpustaka.com/2023/11/spiritualitas.html
Rifkiana (2021) Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Psikologi Transpersonal Islam. Mimbar Kampius: Jurnal Pendidikan Dan Agama Islam Volume 20 Nomor 2 (2021) 176-185 P- Issn 1411-7673 E-Issn 2776-5571 Doi: 10.47467/Mk.V20i2.572
Riyani, 2023. Aktualisasi Rukun Iman Dalam Pembentukan Kecerdasan Emosional (Tinjauan Psikologi Transpersonal) Nathiqiyyah : Jurnal Psikologi Islam Eissn: 2745-4207, Pissn:
2614-7815 Volume 6, Nomor 1, 2023: 34-45
Rowan, J., 1992, The Transpersonal : Psychotherapy And Counseling, London, Routledege.
Syahbana, M.A (2017) Pengaruh Psikologi Transpersonal Terhadap Kreativitas. Al~Tazkiah, Volume 6, No. 2