• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI SEKITAR PELABUHAN SORONG (STUDI KASUS KELURAHAN KAMPUNG BARU KOTA SORONG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI SEKITAR PELABUHAN SORONG (STUDI KASUS KELURAHAN KAMPUNG BARU KOTA SORONG)"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

65

PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI SEKITAR PELABUHAN SORONG (STUDI KASUS KELURAHAN KAMPUNG BARU

KOTA SORONG)

SKRIPSI

Oleh:

AZWAR FARID SANAKY NIM. 45 10 042 001

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018

(2)

66

HALAMAN PENERIMAAN

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa, Nomor : A.172/SK/FT/UNIBOS/III/2017 pada tanggal 27 Maret 2017 tentang PANITIA dan PENGUJI TUGAS AKHIR MAHASISWA JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, maka

Pada Hari/Tanggal : Senin / 27 Maret 2017 Skripsi Atas Nama : Azwar Farid Sanaky Nomor Pokok : 45 10 042 001

Telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Sarjana Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar setelah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Sarjana dan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S-1), pada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

Ketua : Ir. Syamsuddin Margolang, M.Si ...

Sekertaris : S. Kamran Aksa, ST., MT ...

Anggota : Ir. Rudi Latief, M.Si ...

: Dra. Umi Salamah, MSTr ...

Mengetahui :

Dekan Ketua Program Studi FakultasTeknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Ridwan, ST., M.si Jufriadi, ST., MSP

NIDN. 09101127101 NIDN 0931016802

(3)

67

ABSTRAK

Azwar Farid Sanaky, 2018. Pertumbuhan Permukiman di Sekitar Pelabuhan Sorong (Studi Kasus Kelurahan Kampung Baru Kota Sorong)”.

(dibimbing oleh Rudi Latief dan Umi Salamah)

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkanmeningkatnya pertumbuhan permukiman penduduk di sekitar pelabuhan Sorong Distrik Sorong Kota Sorong dan untuk menetapkan upaya pengendalian terhadap meningkatnya pertumbuhan permukiman di sekitar Pelabuhan Sorong Distrik Sorong Kota Sorong. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey, serta beberapa kajian pustaka sebagai landasan untuk mengidentifikasi indikator dari permasalahan yang ada dan juga landasan-landasan untuk rekomendasi yang akan disarankan. Variabel-variabel yang digunakan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan metode analisis Chi-kuadrat dan analisis SWOT.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan permukiman penduduk di sekitar Pelabuhan Sorong Kelurahan Kampung Baru Distrik Sorong Kota Sorong yaitu faktor tingginya urbanisasi dan migrasi, sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya mencicil dan menyewa rumah, serta disiplin warga yang rendah mempunyai pengaruh dan hubungan yang sangat kuat sedangkan untuk faktor kurang tegasnya perundang-undangan, perbaikan lingkungan, semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah mempunyai pengaruh tetapi memiliki hubungan yang lemah.

Kata Kunci: Pertumbuhan Permukiman

(4)

68 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul tentang

“PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI SEKITAR PELABUHAN SORONG(STUDI KASUS KELURAHAN KAMPUNG BARU KOTA SORONG)”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada program studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar. Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan tenaga, materi, informasi, waktu. Karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimah kasih yang tak tehingga kepada :

1. Sembah sujud kepada Alm. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Serta Keluarga yang begitu besar pengorbanan mereka selama ini yang Takkan bisa tergantikan.

2. Bapak Ir. Rudi Latief, M.Si selaku Pembimbing I, Dra. Umi Salamah, M.STr selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta bantuannya dalam membarikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Segenap instansi terkait PU, BAPPEDA, BPS, Dinas Tata Ruang Kota Sorong, Kepala Kantor Distrik Sorong, Kepala Kelurahan Kampung Baru

(5)

69 serta Kepala Lingkungan RW III dan RW V yang dengan telaten memberikan informasi (data) kepada penulis.

4. Segenap keluarga besar “Teknik PWK” dan terkhusus untuk “Sahabat Plano_010” Mas Ajul, Gusti, Tiwi, Iki, dan teman – teman seperjuanganku Adhil, Arif, Alwan, Gerith, Hengki, Sekar, Sem, Hasdin, Herdi, Ijal, Irawan, Anto, Edi, Opan, Uga, Uci, Rahman, Hasrul, Ardi dan Ilyas, serta para ladis Aristy, Ani, Mega, Ira, Yuni, Eji dan lainnya yang pada kesempatan ini penulis tidak menyebutkan satu persatu.

5. Terima kasih buat Pembimbing tambahanku Kak Bams dan Kak Aco yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga segala bantuan yang penulis terimah dari berbagai pihak akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT, Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu apa bila ada kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini, senantiasa penulis terimah. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Makassar, Maret 2017

AZWAR FARID SANAKY

(6)

70

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... …. …1

B. Rumusan Masalah ... ……..4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... ……..5

D. Ruang Lingkup Pembahasan……… …5

E. Sistematika Pembahasan... …...6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Perumahan dan Permukiman ... 8

B. Peranan dan Fungsi Permukiman ... 10

C. Faktor Meningkatnya Pertumbuhan Permukiman………....11

D. Konsep Dasar dan Teori yang Berhubungan Dengan Lokasi .... 12

E. Konsep Pengembangan Kawasan Permukiman ... 13

(7)

71

F. Kriteria Lokasi Perumahan dan Permukiman ... 15

G. Permen PU no 14 Tahun 2016 Tentag Permukiman ... 19

H. Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman. ... 50

I. Penyediaan Sarana dan Prasarana Permukiman. ... 51

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 53

A. Rancangan Penelitian ... .53

B. Lokasi Penelitian ... .53

C. Populasi dan Sampel ... .54

D. Variabel Penelitian ... .55

E. Jenis dan Sumber Data ... .56

F. Teknik Pengumpulan Data ... .57

G. Metode Analisis ... .58

H. Definisi Operasional………....62

I. Kerangka Pikir………..64

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kota Sorong ... 65

B. Gambaran Umum Distrik Sorong ... 71

1. Aspek Fisik Dasar ... 71

2. Penggunaan Lahan ... 74

a. Fasilitas Perkantoran ... 76

b. Permukiman ... 76

(8)

72

c. Fasilitas Perdagangan ... 76

d. Fasilitas Peribadatan ... 77

e. Fasilitas Kesehatan ... 78

f. Fasilitas Pendidikan ... 78

3. Aspek Kependudukan ... 79

a. Jumlah dan Penyebaran Penduduk ... 80

b. Kepadatan Penduduk ... 80

c. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 81

4. Aspek Sosial ... 82

5. Aspek Ekonomi... 83

C. Gambaran Umum Kelurahan Kampung Baru ... 85

1. Aspek Fisik Dasar ... 85

a. Letak Geografis ... 85

b. Topografi ... 87

c. Hidrologi ... 87

d. Klimatologi ... 88

2. Penggunaan Lahan ... 88

3. Aspek Kependudukan ... 89

a. Jumlah dan Penyebaran Penduduk ... 91

b. Kepadatan Penduduk ... 92

c. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 93

d. Jumlah Penduduk Lima Tahun Terakhir ... 94

(9)

73

e. Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga ... 95

f. Mata Pencaharian ... 97

4. Aspek Sarana dan Prasarana ... 99

a. Persampahan ... 100

b. Kondisi Jalani ... 100

c. Kondisi Drainase ... 101

d. Jumlah Permukiman Penduduk ... 102

e. Jumlah Urbanisasi dan Migrasi di Kelurahan Kampung Baru Lima TahunTerakhir 2010-2014 ... 102

D. Analisis Faktor Penyebab Meningkatnya Pertumbuhan Permukiman Penduduk yang ada di Sekitar Pelabuhan Sorong ... 104

1. Faktor urbanisasi dan migrasi yang tinggi ... 104

2. Faktor sulitnya mencari pekerjaan ... 106

3. Faktor sulitnya mencicil dan menyewa rumah ... 108

4. Faktor kurang tegasnya pelaksaanaan perundang-undangan 110 5. Faktor perbaikan lingkungan ... 111

6. Faktor disiplin warga yang rendah ... 112

7. Faktor semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah ... 114 E. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Meningkatnya Pertumbuhan

Permukiman Penduduk di Sekitar Pelabuhan Kelurahan Kampung

(10)

74

Baru DIstrik Sorong Kota Sorong ... 115

1. Faktor urbanisasi dan migrasi yang tinggi ... 116

2. Faktor sulitnya mencari pekerjaan ... 120

3. Faktor sulitnya mencicil dan menyewa rumah ... 104

4. Faktor kurang tegasnya perundang-undangan ... 124

5. Faktor perbaikan lingkungan ... 125

6. Faktor semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah ... 128

F. Analisis Upaya Pengendalian Pertumbuhan Permukiman Penduduk di Sekitar Pelabuhan Sorong Kelurahan Kampung Baru Distrik Sorong Kota Sorong………..130

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

75

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Patokan Interprentase nilai persentase yang digunakan ... 60

Tabel 3.2. Matriks Analisis SWOT ... 61

Tabel 4.1. Luas Wilayah Berdasarkan Jumlah Distrik di Kota Sorong Tahun 2014 .. 68

Tabel 4.2. Luas Penggunaan Lahan Distrik Sorong Tahun 2014 ... 75

Tabel 4.3. Fasilitas Perdagangan di Distrik Sorong Tahun 2014...77

Tabel 4.4. Fasilitas Peribadatan di Distrik Sorong Tahun 2014 ... 77

Tabel 4.5. Fasilitas Kesehatan di Distrik Sorong Tahun 2014 ... 78

Tabel 4.6. Fasilitas Pendidikan di Distrik Sorong Tahun 2014... ... 78

Tabel 4.7. Luas Wilayah dan Jumlah Penyebaran Penduduk Menurut Kelurahan di Distrik SorongTahun 2014 ... 80

Tabel 4.8. Kepadatan Penduduk di DIstrik Sorong Menurut Kelurahan Tahun 2014 ... 81

Tabel 4.9. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Distrik SorongTahun 2014 ... ... 82

Tabel 4.10. Penggunaan Lahan di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2014 ... 89

Tabel 4.11. Jumlah Penyebaran Penduduk Menurut Rukun Warga di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2014 ... 91

(12)

76 Tabel 4.12. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2014... ... ……93 Tabel 4.13. Tingkat Perkembangan Jumlah Penduduk Lima Tahun Terakhir

di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2010-2014 ... 95 Tabel 4.14. Tingkat Perkembangan Jumlah Penduduk Delapan Tahun

Terakhir

di RW III RT C dan RW IV RT C Kelurahan

Kampung Baru Tahun 2007-2014 ... 95 Tabel 4.15. Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga di Kelurahan

Kampung Baru Tahun 2014... 96 Tabel 4.16. Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga di RW III RT C

dan RW IV RT C Kelurahan Kampung Baru Tahun 2014 ... 96 Tabel 4.17. Jumlah Mata Pencaharian di Sekitar Pelabuhan RW III RT C

dan RW IV RT C Kelurahan Kampung Baru Tahun 2014...97 Tabel 4.18. Jumlah Urbanisasi dan Migrasi di RW III RT C dan RW IV

RT C Kelurahan Kampung Baru Tahun 2014 ... 103 Tabel 4.19. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Urbanisasi di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 104 Tabel 4.20. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Migrasi di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 106 Tabel 4.21. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Sulitnya mencari

pekerjaan di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 107

(13)

77 Tabel 4.22. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Sulitnya mencicil

dan menyewa rumah di Kelurahan Kampung Baru Tahun

2015 ... 109 Tabel 4.23. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Kurang tegasnya

perundang-undang di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 110 Tabel 4.24. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Perbaikan

lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 111 Tabel 4.25. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Disiplin warga

yang rendah di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 113 Tabel 4.26. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Semakin

sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 114 Tabel 4.27. Hubungan faktor Urbanisasi dengan Pertumbuhan

Permukiman di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 117 Tabel 4.28. Hubungan faktor Migrasi dengan Pertumbuhan Permukiman

di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 119 Tabel 4.29. Hubungan Faktor Sulitnya mencari pekerjaan dengan

Pertumbuhan Permukiman di Kelurahan Kampung Baru

Tahun 2015 ... 120 Tabel 4.30. Hubungan faktor Sulitnya mencicil dan menyewa rumah

dengan Pertumbuhan Permukiman ... 122

(14)

78 Tabel 4.31. Hubungan faktor Kurang tegasnya perundang-undangan

dengan Pertumbuhan Permukiman di Kelurahan Kampung

Baru Tahun 2015 ... 124 Tabel 4.32. Hubungan terhadap faktor Perbaikan lingkungan yang hanya

dinikmati oleh para pemilik rumah dengan Pertumbuhan

Permukiman di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 126 Tabel 4.33. Hubungan faktor Disiplin warga yang rendah dengan

Pertumbuhan Permukiman di Kelurahan Kampung Baru

Tahun 2015 ... 127 Tabel 4.34. Hubungan faktor Semakin sempitnya lahan permukiman dan

tingginya harga tanah dengan Pertumbuhan Permukiman di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 129 Tabel 4.35. Matriks analisis SWOT upaya pengendalian terhadap

pertumbuhan permukiman sekitar Pelabuhan Sorong di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 131 Tabel 4.36. Internal Strategi Faktor Analisis (IFAS) ... 132 Tabel 4.37. Eksternal Strategi Faktor Analisis (EFAS) ... 133

(15)

79

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1.Jumlah Urbanisasi dan Migrasi di RW III RT C dan RW IV RT

C Kelurahan Kampung Baru Tahun 2014 ... 103 Grafik 4.2. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Urbanisasi di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 105 Grafik 4.3. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Migrasi di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 106 Grafik 4.4. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Sulitnya mencari

pekerjaan di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 107 Grafik 4.5. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Sulitnya mencicil

dan menyewa rumah di Kelurahan Kampung Baru Tahun

2015 ... 109 Grafik 4.6. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Kurang tegasnya

perundang-undangan di Kelurahan Kampung Baru Tahun

2015 ... 110 Grafik 4.7. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor Perbaikan

lingkungan di Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 112 Grafik 4.8. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor disiplin

warga yang rendah ... 113

(16)

80 Grafik 4.9. Pertumbuhan Permukiman terhadap faktor semakin

sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah di

Kelurahan Kampung Baru Tahun 2015 ... 115

(17)

81 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kota sesuai dengan defenisinya adalah konsentrasi penduduk berpenghidupan non agraris, didalam setiap rencana kota dapat dilihat bahwa tata guna lahan yang terbesar akan diperlukan oleh permukiman, selain itu juga kota pada intinya memiliki keterbatasan dari segi fisik untuk melaksanakan pembangunan. Perkembangan suatu kota pada prinsipnya didasarkan pada tuntutan kebutuhan pembangunan, terutama dalam usaha untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

Pembangunan kawasan Perumahan dan permukiman di daerah perkotaan, pada dasarnya mengacu pada peraturan 1 : 3 : 6 yaitu 1 rumah dengan tipe besar, 3 rumah dengan tipe sedang dan 6 rumah dengan tipe kecil, dimana telah ditetapkan oleh pemerintah secara nasional serta dijadikan pedoman dalam merealisasikan kegiatan pembangunan dengan tujuan agar pemanfaatan lahan di daerah perkotaan yang terbatas dapat dilakukan dengan cara komprehensif, efektif dan efisien sehingga terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat sesuai dengan status sosialnya serta tingkat pendapatannya.

Untuk itu pembangunan permukiman di daerah perkotaan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal ini kebutuhan akan rumah/pemukiman bagi setiap lapisan, baik lapisan atas, lapisan menengah maupun lapisan bawah karena semuanya mempunyai hak dan membutuhkan rumah sebagai salah satu kebutuhan pokoknya.

Perumahan merupakan sekumpulan rumah yang tak terpisah dari sarana dan parasarana lingkungan dalam hal ini untuk mendukung kehidupan

(18)

82 penghuninya. Pembangunan Perumahan dan permukiman diperkotaan, wilayah dan kawasan secara umum sering dipermasalahkan dalam hal jumlah unit rumah yang terbangun serta diindikasikan tidak sebanding dengan angka pertumbuhan jumlah penduduk, termasuk kualitas bangunan Perumahan dan permukiman yang dianggap tidak memenuhi kualitas layak huni, syarat estetika serta tidak memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai.

Penduduk yang merupakan komponen utama suatu kota, jika hendak melindungi diri dari berbagai gangguan alami dan melangsungkan kehidupan sosialnya, memerlukan tempat hunian atau Perumahan yang membentuk suatu kesatuan permukiman. Sehubungan dengan itu kajian mengenai penduduk kota sulit dipisahkan dari permukimannya, yang secara tidak langsung juga mencerminkan karakteristik kota itu sendiri. Selain itu peningkatan jumlah penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan kenaikan kebutuhan akan rumah, dimana rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping pendidikan dan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan penyediaan rumah ternyata masih jauh diatas kemampuan penyediaan rumah baik itu dari pihak pemerintah maupun swasta dimana mengakibatkan masih banyak penduduk yang tinggal di lokasi yang tidak layak untuk kawasan permukiman diantaranya dilokasi permukiman kumuh serta lokasi yang tidak memenuhi kesehatan.

Pemenuhan kebutuhan akan Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam menunjang kehidupan masyarakat pada umumnya, dimana fungsi dari rumah itu sendiri pada umumnya merupakan tempat yang dapat memberikan ketenangan dan keamanan hidup bagi masyarakat itu sendiri.

(19)

83 Pembangunan kawasan permukiman adalah mewujudkan tersediaannya rumah dalam jumlah yang memadai dan memenuhi syarat-syarat sehat agar dapat memberikan kepuasan kepada penghuni, kuat dan dalam jangkauan daya beli masyarakat umum. (Adisasmita, 1999 : 11). Dengan demikian penataan Perumahan dan permukiman ditujukan untuk memenuhi tuntutan hidup masyarakat akan pelayanan fasilitas sosial, ekonomi, serta sarana dan prasarana.

Kelurahan Kampung Baru merupakan kelurahan yang terletak di Distrik/Kecamatan Sorong Kabupaten Sorong yang wilayahnya sebagi Ibukota Kecamatan dari Distrik/Kecamatan Sorong. Kelurahan Kampung Baru memiliki luas wilayah seluas 25,03Km2, dengan jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, ini dapat dilihat pada tahun 2009 dimana jumlah penduduk Kelurahan Kampung Baru berjumlah 5.668 Jiwa dan tahun 2012 berjumlah 6.112 Jiwa.

Kondisi Perumahan yang ada di Kelurahan Kampung Baru dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan jumlah unit, ini dapat dilihat pada tahun 2010 berjumlah 587 unit sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi 696 jumlah unit, peningkatan jumlah tersebut disebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kelurahan Kampung Baru sehingga kebutuhan akan Perumahan di Kelurahan Kampung Baru akan meningkat pula. Selain itu juga pertumbuhan permukiman yang ada di Kelurahan Kampung Baru pada saat ini memiliki jarak yang relatif dekat dengan Pelabuhan Sorong yaitu ± 100 M ini dapat dilihat dari tumbuh dan berkembangnya permukiman penduduk disekitar pelabuhan itu sendiri.

(20)

84 Dari penjelasan tersebut diatas maka untuk mengantisipasinya diperlukan suatu penelitian khususnya mengenai pertumbuhan permukiman penduduk sehingga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi permukiman yang layak untuk dihuni oleh masyarakat itu sendiri. Berdasarkan Latar belakang yang telah dikemukakan diatas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pertumbuhan Permukiman di Sekitar Pelabuhan Sorong (Studi Kasus Kelurahan Kampung Baru Kota Sorong)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan permukiman penduduk yang ada di sekitar Pelabuhan Sorong ?

2. Bagaimana upaya pengendalian terhadap meningkatnya pertumbuhan permukiman penduduk di sekitar Pelabuhan Sorong Kelurahan Kampung Baru Distrik Sorong Kota Sorong ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(21)

85

 Untuk mengetahui penyebab meningkatnya pertumbuhan permukiman penduduk di sekitar Pelabuhan Sorong.

 Untuk merumuskan upaya pengendalian pertumbuhan permukiman

penduduk di sekitar Pelabuhan Sorong.

2. Kegunaan

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah :

 Dapat membantu pemerintah dalam menentukan suatu lokasi permukiman yang layak untuk dihuni di Kelurahan Kampung Baru.

 Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya

khususnya mengenai masalah pertumbuhan permukiman.

D. Ruang Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan dalam peneletian ini, difokuskan pada permukiman penduduk yang ada di sekitar pelabuhan Sorong Kelurahan Kampung Baru Distrik Sorong Kota Sorong. Adapun lingkup bahasan materinya ialah menganalisis faktor yang menyebabkan pertumbuhan permukiman penduduk di sekitar Pelabuhan Sorong Distrik Sorong Kota Sorong dan memberikan bagaimana upaya pengendalian terhadap pertumbuhan permukiman di sekitar Pelabuhan Sorong Distrik SOrong Kota Sorong

E. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

(22)

86

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai kajian literatur pendukung penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai lokasi penelitian, waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis, definisi operasional dan kerangka pikir.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kota Sorong, gambaran umum Distrik Sorong, gambaran khusus Kelurahan Kampung Baru, analisis faktor penyebab meningkatnya Pertumbuhan Permukiman dan analisis terhadap upaya pengendalian terhadap Pertumbuhan Permukiman di sekitar Pelabuhan Sorong diKelurahan Kampung Baru, Distrik Sorong, Kota Sorong.

(23)

87

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil pembahasan serta saran yang akan di canangkan kedepan untuk penanggulangan persolaan Pertumbuhan Permukiman Penduduk di Sekitar Pelabuhan Sorong Kelurahan Kampung Baru, Distrik Sorong, Kota Sorong.

(24)

88 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Perumahan dan Permukiman 1. Perumahan

Menurut Undang-Undang Perumahan dan Permukiman Nomor 4 Tahun 1992, perumahan mempunyai batasan pengertian yaitu merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

Sedangkan menurut Kamus Tata Ruang secara harfiah istilah perumahan berarti himpunan rumah-rumah dalam arti yang memasyarakat, maka perumahan merupakan suatu daerah hunian yang lengkap dengan rumah- rumah penduduk dan segala sarana dan prasarana kehidupan manusia yang diperlukan selain itu daerah perumahan juga dapat meliputi daerah yang luas maupun daerah yang sempit.

Menurut Catanese (1996), dalam pengertian tradisional, perumahan adalah tempat untuk berlindung, tetapi dalam dunia modern perumahan dipergunakan untuk melayani berbagai kebutuhan dan bukan hanya melindungi manusia dari berbagai elemen.

Poeswardoyo S. dalam Budihardjo (1992 : 21) sejumlah masalah permukiman kota menguraikan adanya beberapa ciri-ciri hakiki permukiman manusia :

(25)

89 a. Rumah memberikan keamanan, sebagai tempat berteduh dari

matahari, air hujan serta keanggapan udara polusi.

b. Rumah memberikan ketenangan hidup yaitu lepas dari kesibukan dan keramaian.

c. Rumah memberikan kemesraan dan kehangatan hidup yang mana hubungan intersubyektif nyaris tergeser dengan perhitungan non formal.

d. Rumah memberikan kebebasan, rumah memberikan kondisi kepada pencapaian psikologis dan sosial.

2. Permukiman

Permukiman adalah merupakan bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan, atau dengan kata lain tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.( Kamus Tata Ruang).

Permukiman adalah kumpulan sejumlah besar rumah-rumah yang terletak pada suatu kawasan tertentu, berkembang atau diadakan untuk dapat mengakomodasikan sejumlah besar keluarga yang memerlukannya.

Sedangkan arti secara luas permukiman adalah rumah dan fasilitas

pendukungnya yang membentuk suatu lingkungan serta berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian (Undang-Undang. No. 4

(26)

90 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman. Bab I pasal 1, halaman 2-3).

Dengan melihat beberapa penjelasan mengenai perumahan dan permukiman diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa permukiman adalah suatu kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan serta tempat yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna

B. Peranan dan Fungsi Permukiman 1. Peranan Permukiman

Keadaan permukiman pada umumnya mencerminkan dan menjadi salah satu ukuran taraf hidup suatu bangsa, peradaban dan kepribadian suatu bangsa.

Dapat dikatakan bahwa permukiman/perumahan sebagai lingkungan hidup sehari- hari merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan jiwa dan pribadi seseorang, kesehatan dan prestasi kerja serta kesejahteraan seluruh keluarga. Dengan demikian rumah mempunyai arti yang sangat penting dalam pembinaan dan kepribadian bangsa.

(27)

91 2. Fungsi Permukiman

Permukiman adalah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia yang mempunyai sifat dan fungsi-fungsi tertentu. Fungsi permukiman tersebut adalah sebagai berikut :

a. Rumah adalah tempat tinggal yang diperlukan oleh manusia untuk memasyarakatkan dirinya, suatu ketika akan melelahkan dan menghabiskan energi. Pemuatan kembali dilaksanakan baik dalam arti fisik maupun dalam arti psikis, selain itu didalam rumah pula manusia mendapatkan pendidikan dan pembentukan mental dalam memperkaya kehidupan budayanya.

b. Rumah merupakan media antara manusia dengan dunianya, dengan metode ini maka terjadi suatu dialegtif.

c. Rumah merupakan arsenal, dimana manusia mendapatkan kekuatan kembali, karya yang dilakukan sebagai hubungan dialegtif antara manusia dengan dunianya. Selain itu juga rumah merupakan pusat kegiatan berbudaya bagi manusia baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen dalam mencapai tujuan dan kesempurnaan hidup.

C. Faktor Meningkatnya Pertumbuhan Permukiman

Menurut Khomarudin, 1997 penyebab utama tumbuhnya permukiman adalah sebagai berikut :

1. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah,

(28)

92 2. Sulit mencari pekerjaan,

3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,

4. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,

5. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta disiplin warga yang rendah,

6. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

Pada dasarnya suatu permukiman penduduk terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu tanah/lahan, rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan permukiman kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. oleh karena itu permukiman kumuh harus senantiasa dipandang secara utuh dan integral dalam dimensi yang lebih luas.

D. Konsep Dasar dan Teori yang Berhubungan Dengan Lokasi

Menurut Sinulingga (1998 : 187) bahwa suatu permukiman yang baik harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Lokasinya direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara dan pencemaran lingkungan lainnya.

2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan.

(29)

93 3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun.

4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan kemasing-masing rumah.

5. Dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pembuangan air kotor/tinja, yang dapat dilakukan dengan cara sistem individual yaitu tangki septi dan lapangan rembesan, ataupun tangki septi komunal.

6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas dengan pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.

7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat biribadah, pendidikan, kesehatan dan lain-lain disesuaikan dengan skala besarnya permukiman itu.

8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

E. Konsep Pengembangan Kawasan Permukiman

Pengembangan kawasan permukiman pada dasarnya dibagi berdasarkan kegiatan aktivitas kawasan, yaitu meliputi :

1. Kawasan Permukiman Perkotaan a. Pola menyebar

Pada keadaan topografi yang seragam dan ekonomi yang homogen (unifrom) di suatu wilayah akan berkembang suatu pola yang menyebar, mengenai hal ini terdapat pada teori tempat pemusatan.

(30)

94 b. Pola sejajar

Pola sejajar dari perkotaan terjadi sebagai akibat adanya perkembangan sepanjang jalan, lembah, sungai atau pantai.

Sehingga untuk daerah tersebut dibutuhkan dengan pola sejajar.

c. Pola merumpun

Seringkali pola merumpun ini berkembang berhubungan dengan perkembangan. Jika topografi agak datar tetapi terdapat beberapa rilief lokal yang nyata, maka terjadilah perumpunan kota- kota. Salah satu contoh dari pola ini adalah tebaran kota, yaitu suatu kelompok kota yang terletak berdekatan, dan dalam hal ini tidak ada satu kota yang lebih penting dari yang lain. Seringkali tebaran kota semacam ini dapat dianggap suatu kota besar.

2. Kawasan Permukiman Perdesaan

Konsep pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di wilayah pedesaan pada dasarnya disesuaikan dengan karakteristik sosial ekonomi masyarakat. Kehidupan sosial seperti bersekolah, beribadah, berekreasi, berolahraga dan sebagainya dilakukan di daerah pedesaan. Aktivitas lain yang terkait dengan keberadaan lokasi permukiman masyarakat pedesaan antara lain ; industri kecil, perdagangan, dan kegiatan jasa-jasa. Berdasarkan karakteristik tersebut pola permukiman yang berkembang menganut konsep pemukiman memusat.

(31)

95 Pada dasarnya tujuan pembangunan perumahan adalah menciptakan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat hunian dan syarat estetika bagi semua lapisan masyarakat, sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya. Kriteria yang ditetapkan sebagai pedoman dalam mengembangkan kawasan perumahan sebagai berikut :

a. Areal bagi pengembangan kawasan perumahan disesuaikan dengan batasan- batasan yang ada.

b. Tidak mengorbankan lahan pertanian yang potensial secara produktif

c. Tidak menganggu daerah aliran sungai dan tidak berada didalam kawasan konservasi.

F. Kriteria Lokasi Perumahan dan Permukiman

Dalam penetapan suatu lokasi perumahan dan permukiman terdapat dua kriteria yang harus diperhatikan, adapaun kedua kriteria tersebut

adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Umum

Hal yang sangat prinsip dalam penempatan suatu kawasan

perumahan dan permukiman adalah dalam RTRW secara umum, kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai daerah dengan peruntukan perumahan dan permukiman. Dalam peruntukan tersebut telah dimuat beberapa kriteria umum yaitu sebagai berikut :

a. Kawasan perumahan dan permukiman kumuh dan nelayan, kawasan yang akan atau perlu ditingkatkan kualitasnya.

(32)

96 b. Lokasi yang tingkat aksesibilitasnya mudah dijangkau, karenanya harus terkait dengan jaringan primer sistem/rencana investasi prasarana, sarana dan utilitas berskala regional.

c. Kawasan perumahan dan permukiman yang apabila dikembangkan memberikan manfaat bagi pemerintah Kota/Kabupaten dalam bentuk:

 Peningkatan ketersediaan permukiman yang layak dan terjangkau

 Dukungan bagi pembangunan kawasan fungsional lain yang memerlukan perumahan dan permukiman

 Kawasan yang luasan rencananya mendukung terlaksananya pola hunia berimbang.

 Tidak menggangu keseimbangan dan fungsi lingkungan serta upaya pelestarian sumberdaya alam lainnya.

 Skala kegiatannya memberikan kesempatan kerja baru.

2. Kriteria Khusus

Kriteria khusus ini merupakan jabaran kelanjutan dari kriteria umum yang dapat dikaitkan dengan pengembangan melalui program dan kegiatan khusus, antara lain :

a. Penataan kota-kota yang diindikasikan banyak permasalahan perumahan dan permukiman yang mendesak untuk ditanggulangi, yang diantaranya adalah sebagai berikut :

 Banjir, padat, kumuh, rawan

(33)

97

 Terjadinya ekspansi ke daerah pertanian produktif

 Perubahan fungsi lahan perkotaan

 Tingkat kepadatan yang relatif tinggi

 Telah berkembang atau akan dikembangkan menjadi pusat kegiatan suatu kawasan fungsional atau wilayah.

b. Bagi kawasan perumahan dan permukiman baru (baru akan dibangun atau akan dikembangkan), mensyaratkan antara lain :

 Tidak berada pada lokasi rawan bercana, baik yang rutin maupun yang diperkirakan dapat terjadi daerah rawan bencana longsor, banjir, genangan, rawan masalah sosial dan sebagainya.

 Mempunyai sumber air baku atau terhubung dengan jaringan pelayanan air bersih, sanitasi dan pemusatan berskala kota.

 Mempunyai sumber air baku yang memadai baik dari kualitasnya maupun kuantitasnya, atau terhubung dengan jaringan pelayanan air bersih serta jaringan sanitasi dan pemusatan berskala kota.

 Terletak pada hamparan dengan luasan yang cukup, yang memungkinkan terselenggaranya pola hunian berimbang untuk itu dapat diikuti ketentuan penguasaan lahan untuk permukiman sebagaimana tertuang dalam instruksi Menteri Negara Agraris/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pemberian Izin Lokasi Dalam Rangka Penataan

(34)

98 Penguasaan Tanah Skala Besar yang menetapkan penguasaan lahan untuk permukiman maksimum dapat dikuasai oleh pengembang/konsorsium sebagai berikut :

1. Minimal 200 Ha dan maksimal 400 Ha per provinsi pengembang/konsorsium.

2. Total 4000 Ha untuk seluruh Indonesia, bila terletak dalam suatu hambaran.

c. Memanfaatkan lahan tidur atau lahan skala besar yang telah dikeluarkan izinnya namun belum dibangun, dengan catatan diprioritaskan pada :

 Pengisian kawasan skala besar yang belum dimanfaatkan atau belum dibangun.

 Pembangunan pada kawasan-kawasan perumahan dan permukiman yang telah diberikan namun belum terealisasikan. Pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan tidur ini dilakukan melalui peraturan daerah.

d. Bagi kawasan perumahan dan permukiman yang akan dikembangkan sebagai kawasan pembangunan rumah susun sederhana (rusana) sewa/milik, pelaksanaannya harus dikaitkan dengan :

(35)

99

 Penangan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang padat penduduk pada tanah milik atau tanah negara, yang telah menjadi permasalahan di daerah perkotaan.

 Penyediaan permukiman yang terjkangkau dan menjadi bagian dari pengembangan kawasan fungsional (kawasan industri, kawasan wisata, kawasan pendidikan dan sebagainya).

 Penanggulangan kejadian luar biasa yang memerlukan upaya segera untuk memukimkan kembali penduduk (kebakaran, pengungsian, bencana alam dan lain-lain) agar kehidupan dapat segera berlangsung kembali.

e. Bagi daerah pedesaan, pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang akan dicantumkan dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di daerah perlu dikaitkan dengan :

 Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang mendukung pengembangan sentral kegiatan usaha ekonomi pedesaan.

 Antisipasi terhadap kemungkinan tumbuh dan berkembangnya kota- kota kecil didaerah pedesaan yang mempunyai lokasi geografis yang menguntungkan, atau mempunyai potensi yang dapat menarik investasi.

(36)

100

 Mendukung berkembang dan berfungsinya Ibukota Kecamatan menjadi pusat pelayanan primer, terutama di daerah yang terisolasi atau pada kecamatan yang mengalami pengembangan.

 Mendukung terbentuknya kehidupan dan penghidupan yang mampu memberikan citra layanan yang memadai kepada masyarakat dalam hal administrasi pemerintah dan pembangunan pada daerah pedesaan diperbatasan antar negara.

G. Permen Pu No 14 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Menimbang:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27, Pasal 31, Pasal 50 ayat (3), Pasal 53 ayat (3), Pasal 55 ayat(6), Pasal 58 ayat (4), Pasal 84 ayat (7), Pasal 85 ayat (5), Pasal 90, Pasal 93, Pasal 95 ayat (6), Pasal 104,Pasal 113, dan Pasal 150 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan KawasanPermukiman. Mengingat:1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188). MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.

(37)

101 BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan1 / 83 sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

2. Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan Perumahan, penyelenggaraan kawasan Permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

3. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa Kawasan Perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau Lingkungan Hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Lingkungan Hunian adalah bagian dari kawasan Permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan Permukiman.

5. Permukiman adalah bagian dari Lingkungan Hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan Perumahan yang mempunyai Prasarana, Sarana, Utilitas Umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di Kawasan Perkotaan atau Kawasan Perdesaan.

(38)

102 6. Perumahan adalah kumpulan Rumah sebagai bagian dari Permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum sebagai hasil upaya pemenuhan Rumah yang layak huni.

7. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, Sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

8. Hunian Berimbang adalah Perumahan dan Kawasan Permukiman yang dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam Rumah tunggal dan Rumah deret antara Rumah sederhana, Rumah menengah dan Rumah mewah, atau dalam Rumah susun antara Rumah susun umum dan Rumah susun komersial, atau dalam Rumah tapak dan Rumah susun umum.

9. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik Lingkungan Hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.

10. Sarana adalah fasilitas dalam Lingkungan Hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

11. Utilitas Umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan Lingkungan Hunian.

12. Rencana Kawasan Permukiman yang selanjutnya disingkat RKP adalah dokumen rencana sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan Lingkungan Hunian di perkotaan dan perdesaan serta tempat kegiatan pendukung yang dituangkan dalam rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

13. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan yang selanjutnya disingkat RP3 adalah dokumen rencana sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan penyediaan Perumahan

(39)

103 beserta Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan sebagai bagian dari perwujudan pemanfaatan tata ruang yang mengacu pada RKP.

14. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat RTRW kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota, rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota, penetapan kawasan strategis kabupaten/kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

15. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi kabupaten/kota.

16. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan 2 / 83 ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

17. Perumahan Kumuh adalah Perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.

18. Permukiman Kumuh adalah Permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta Sarana dan Prasarana yang tidak memenuhi syarat.

19. Kawasan Siap Bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang tanah yang fisiknya serta Prasarana, Sarana, dan Utilitas

(40)

104 Umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan Lingkungan Hunian skala besar sesuai dengan rencana tata ruang.

20. Lingkungan Siap Bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang tanah yang fisiknya serta Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan Perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan merupakan bagian dari Kawasan Siap Bangun sesuai dengan rencana rinci tata ruang.

21. Konsolidasi Tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan Perumahan dan Permukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif masyarakat.

22. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat Permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa Pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

23. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat Permukiman perdesaan, pelayanan jasa Pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

24. Perencanaan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah suatu proses perencanaan Lingkungan Hunian perkotaan, Lingkungan Hunian perdesaan, tempat pendukung kegiatan, Permukiman, Perumahan, Rumah, dan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum untuk menghasilkan dokumen rencana kawasan Permukiman.

25. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah suatu proses untuk mewujudkan Perumahan dan Kawasan Permukiman

(41)

105 sesuai dengan rencana kawasan Permukiman melalui pelaksanaan konstruksi.

26. Pemanfaatan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah suatu proses untuk memanfaatkan Perumahan dan Kawasan Permukiman sesuai dengan rencana yang ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala.

27. Pengendalian Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah suatu proses untuk mewujudkan tertib Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang dilaksanakan pada tahap perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan.

28. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Badan Hukum.

29. Masyarakat adalah orang perseorangan yang kegiatannya di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang berkepentingan dengan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

30. Badan Hukum adalah Badan Hukum yang didirikan oleh warga negara Indonesia yang kegiatannya di bidang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

31. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan Pemerintah untuk memperoleh 3 / 83 Rumah.

32. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(42)

106 33. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan daerah.

34. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Bagian Kedua Tujuan

Pasal 2

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman bertujuan untuk:

a. mewujudkan ketertiban dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;

b. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;dan c. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan terutama

bagi MBR dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Bagian Ketiga Lingkup Pasal 3

Lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi:

a. Penyelenggaraan Perumahan;

b. Penyelenggaraan kawasan Permukiman;

c. Keterpaduan Prasarana, Sarana, Utilitas Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman;

(43)

107 d. Pemeliharaan dan perbaikan;

e. Pencegahan dan peningkatan kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh;

f. Konsolidasi Tanah; dan g. sanksi administrasi.

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan satu kesatuan sistem yang dilaksanakan secara terkoordinasi, terpadu dan berkelanjutan.4 / 83

(2) Penyelenggaraan Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan prinsippenyelenggaraan kawasan Permukiman sebagai dasar penyelenggaraan Perumahan.

(3) Prinsip penyelenggaraan kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakanperwujudan kegiatan spembangunan peruntukan Perumahan di kawasan Permukiman sebagaimana yangdituangkan di dalam rencana tata ruang yang mengutamakan keterpaduan Prasarana, Sarana, danUtilitas Umum kawasan sebagai pengendalian dan pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 5

(1) Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dilaksanakan berdasarkan kebijakan danstrategi nasional di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

(2) Kebijakan Perumahan dan kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:

a. Kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan; dan

(44)

108 b. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar pemangku kepentingan dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

(3) Strategi kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

a. Penyediaan kebutuhan pemenuhan Perumahan dan Kawasan Permukiman melalui perencanaan dan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; dan

b. Keterjangkauan pembiayaan dan pendayagunaan teknologi.

(4) Strategi peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a. Pelaksanaan keterpaduan kebijakan Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman antar pemangku lintas sektor, lintas wilayah, dan masyarakat;

b. Peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan dan strategi nasional bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB II

PENYELENGGARAAN PERUMAHAN Bagian Kesatu

Umum Pasal 6

(1) Penyelenggaraan Perumahan meliputi:

(45)

109 a. Perencanaan Perumahan.hukumonline.com/pusatdata

b. Pembangunan Perumahan;

c. Pemanfaatan Perumahan; dan d. Pengendalian Perumahan.

(2) Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup Rumah atau Perumahan beserta Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.

(3) Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibedakan menurut jenis dan bentuknya.

(4) Jenis Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian meliputi Rumah komersial, Rumah umum, Rumah swadaya, Rumah khusus, dan Rumah negara.

(5) Bentuk Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibedakan berdasarkan hubungan atau keterikatan antarbangunan meliputi Rumah tunggal, Rumah deret, dan Rumah susun.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan Rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.

Pasal 7

(1) Dalam hal penyelenggaraan Perumahan bagi MBR, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitasi terhadap perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan Perumahan.

(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh lembaga atau badan yang ditugasi oleh Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah.

(3) Penugasan lembaga atau badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

(46)

110 Perencanaan Perumahan

Paragraf 1 Umum Pasal 8

(1) Perencanaan Perumahan menghasilkan dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan yang mengacu pada dokumen RKP.

(2) Rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, dan rencana tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang¬undangan.

(3) Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan disusun untuk memenuhi kebutuhan Rumah serta keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan.

(4) Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota, khusus DKI Jakarta ditetapkan oleh gubernur.

(5) Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

www.hukumonline.com/pusatdata ditinjau kembali paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 9

(1) Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan mencakup:

a. Kebijakan pembangunan dan pengembangan;

b. Rencana kebutuhan penyediaan Rumah;

c. Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum; dan

(47)

111 d. program pembangunan dan pemanfaatan.

(2) Rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan dilakukan dalam bentuk rencana:

a. Pembangunan dan pengembangan;

b. Pembangunan baru; atau c. Pembangunan kembali.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9 diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 11

(1) Perencanaan Perumahan terdiri atas:

a. Perencanaan dan perancangan Rumah; dan

b. Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan.

(2) Perencanaan Perumahan merupakan bagian dari perencanaan Permukiman yang terintegrasi dengan sistem Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Kawasan Perkotaan atau Kawasan Perdesaan.

(3) Perencanaan Perumahan mencakup Rumah sederhana, Rumah menegah, dan/atau Rumah mewah.

Paragraf 2

Perencanaan dan Perancangan Rumah Pasal 12

(1) Perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a dilakukan untuk:

a. menciptakan Rumah yang layak huni;

(48)

112 b. mendukung upaya pemenuhan kebutuhan Rumah oleh masyarakat dan Pemerintah; dan meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang terstruktur.

(2) Perencanaan dan perancangan Rumah untuk menciptakan Rumah layak huni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dalam rangka mewujudkan Rumah yang sehat, aman, dan teratur.www.hukumonline.com/pusatdata

(3) Perencanaan dan perancangan Rumah untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan Rumah bagi masyarakat.

(4) Perencanaan dan perancangan Rumah untuk meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang terstruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dalam rangka mewujudkan lingkungan yang fungsional, dan sesuai dengan tata bangunan bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungan.

Pasal 13

(1) Perencanaan dan perancangan Rumah dilakukan oleh setiap orang yang memiliki keahlian di bidang perencanaan dan perancangan Rumah.

(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki sertifikat keahlian yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi.

(3) Sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memenuhi klasifikasi dan kualifikasi perencanaan dan perancangan Rumah.

(4) Sertifikat keahlian dan lembaga sertifikasi di bidang perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.

Pasal 14

(49)

113 (1) Hasil perencanaan dan perancangan Rumah harus memenuhi

persyaratan:

a. Teknis;

b. Administratif;

c. Tata ruang; dan d. Ekologis.

(2) Persyaratan teknis dalam perencanaan dan perancangan Rumah meliputi:

a. tata bangunan dan lingkungan; dan b. keandalan bangunan.

(3) Persyaratan administratif dalam perencanaan dan perancangan Rumah meliputi:

a. status hak atas tanah, dan/ atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah

b. Status kepemilikan bangunan.

(4) Persyaratan tata ruang dan ekologis dalam perencanaan dan perancangan Rumah sesuai dengan rencana detil tata ruang dan Peraturan Zonasi.

(5) Pemenuhan persyaratan teknis dan administratif dalam perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 15

(1) Perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilaksanakan melalui penyusunan:

a. Prarencana;

b. Pengembangan rencana;

c. Gambar kerja;

d. Spesifikasi teknis; dan

(50)

114 e. rencana anggaran biaya.

(2) Perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menghasilkan dokumen rencana teknis sebagai lampiran dokumen permohonan izin mendirikan bangunan.

(3) Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. Gambar rencana arsitektur, struktur, dan utilitas;

b. Spesifikasi teknis rencana arsitektur, struktur dan utilitas; dan c. Perhitungan struktur untuk kompleksitas tertentu.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 3

Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Pasal 16

(1) Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b mengacu pada rencana keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.

(2) Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan meliputi:

a. Rencana penyediaan kaveling tanah untuk Perumahan sebagai bagian dari Permukiman

b. Rencana kelengkapan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan.

(3) Rencana penyediaan kaveling tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a digunakan untuk:

a. Landasan perencanaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum; dan

(51)

115 b. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah sesuai dengan rencana tapak (site plan) atau rencana tata bangunan dan lingkungan.

(4) Rencana kelengkapan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b digunakan untuk:

a. Mewujudkan lingkungan Perumahan yang layak huni; dan b. Membangun Rumah.

Pasal 17

(1) Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum harus memenuhi persyaratan:

a. administratif;

b. teknisatdata c. ekologis.

(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. status penguasaan kaveling tanah; dan b. kelengkapan perizinan.

(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. gambar struktur yang dilengkapi dengan gambar detil teknis;

b. jenis bangunan; dan c. cakupan layanan.

(4) Persyaratan ekologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum dengan penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan; dan

b. mengutamakan penggunaan energi non fosil untuk Utilitas Umum.

(52)

116 (5) Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum harus mempertimbangkan kelayakan hunian serta kebutuhan masyarakat yang mempunyai keterbatasan fisik.

(6) Persyaratan administratif, persyaratan teknis, dan persyaratan ekologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang¬undangan.

Pasal 18

Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum yang telah memenuhi persyaratan wajib mendapat pengesahan dari Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya.

Pasal 19

(1) Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum dilakukan oleh setiap orang yang memiliki keahlian di bidang perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.

(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki sertifikat keahlian yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi.

(3) Sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memenuhi klasifikasi dan kualifikasi perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.

(4) Sertifikat keahlian dan lembaga sertifikasi di bidang perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.

Bagian Ketiga

Pembangunan Perumahan Paragraf 1

Umumukumonline.com/pusatdata

(53)

117 Pasal 20

(1) Pembangunan Perumahan meliputi:

a. pembangunan Rumah dan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum;

dan/atau

b. peningkatan kualitas Perumahan.

(2) Pembangunan Perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan.

(3) Pembangunan Perumahan dilaksanakan melalui upaya penataan pola dan struktur ruang pembangunan Rumah beserta Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum yang terpadu dengan penataan lingkungan sekitar.

(4) Pembangunan Perumahan untuk peningkatan kualitas Perumahan dilaksanakan melalui upaya penanganan dan pencegahan terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh serta penurunan kualitas lingkungan.

(5) Pembangunan Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan status penguasaan atau kepemilikan tanah dan perizinan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 21

(1) Badan Hukum yang melakukan pembangunan Perumahan wajib mewujudkan Perumahan dengan Hunian Berimbang.

(2) Pembangunan Perumahan skala besar yang dilakukan oleh Badan Hukum wajib mewujudkan Hunian Berimbang dalam satu hamparan.

(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk Badan Hukum yang membangun Perumahan yang seluruhnya ditujukan untuk pemenuhan Rumah umum.

Gambar

Grafik 4.1.Jumlah Urbanisasi dan Migrasi di RW III RT C dan RW IV RT
Tabel Rekap Hasil Hitungan Chi-Square

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

3) Mengetahui faktor-faktor budaya seperti apakah yang berpengaruh pada perubahan hunian masyarakat di kawasan Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Siak Kabupaten

Sehingga dapat diketahui bahwa arah perkembangan permukiman di Pulau Doom Kota Sorong lebih dominan berkembang dibagian wilayah kelurahan doom barat yang cenderung

Dari hasil penelitian Transformasi Permukiman Kumuh Kreatif di Kota Bandung, terdapat beberapa faktor yang dapat di perhatikan dalam Pembentukan Kampung Kreatif yang dapat

Industri Kecil ” ini adalah untuk mengetahui kualitas permukiman di sekitar industri kecil.. Fenomena

Hasil penelitian terhadap faktor-faktor sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Ampera Kecamatan Kota Masohi, dapat disimpulkan bahwa (1) Kualitas sanitasi lingkungan

Studi yang dilakukan adalah mengkaji bentuk mitigasi kebakaran di permukiman padat berdasarkan faktor-faktor bencana kebakaran yang terdapat di RW 9, RW 16 dan RW 20 Kelurahan

Dari kelima alternatif strategi yang digunakan yang sesuai diterapkan pada permukiman kumuh Kampung Pahandut terdapat pada strategi on site upgrading untuk tingkat

(c)menemukan faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap perbaikan permukiman bantaran sungai Tondano di Kelurahan Ternate Baru, (d)menganalisis