• Tidak ada hasil yang ditemukan

pidana kekerssana seksual terhadapa anak

N/A
N/A
Aldy Farhan muzhaffar

Academic year: 2025

Membagikan "pidana kekerssana seksual terhadapa anak "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjudian merupakan salah satu masalah sosial yang telah lama ada dalam masyarakat Indonesia.

Aktivitas ini tidak hanya dipandang sebagai pelanggaran hukum, tetapi juga bertentangan dengan nilai- nilai agama, moral, dan sosial budaya yang dianut masyarakat Indonesia. Meskipun telah dilarang, praktik perjudian masih marak terjadi, baik secara terang-terangan maupun terselubung, konvensional maupun melalui media elektronik.

Regulasi tentang perjudian di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan seiring dengan dinamika sosial dan perkembangan teknologi. Sebelumnya, ketentuan mengenai perjudian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) warisan kolonial Belanda dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Namun, pada tahun 2023, Indonesia secara resmi memberlakukan KUHP baru melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 yang mulai berlaku pada Januari 2025, menggantikan KUHP lama yang telah berlaku sejak masa kolonial.

KUHP baru ini membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek hukum pidana, termasuk dalam pengaturan dan penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian. Perubahan ini memerlukan kajian mendalam untuk memahami implikasinya terhadap penegakan hukum dan upaya penanganan perjudian di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan tindak pidana perjudian dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP?

2. Bagaimana perbandingan pengaturan tindak pidana perjudian dalam KUHP baru dengan regulasi sebelumnya?

3. Bagaimana implementasi dan tantangan dalam penegakan hukum pidana terhadap kasus perjudian berdasarkan KUHP baru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaturan tindak pidana perjudian dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP.

2. Membandingkan pengaturan tindak pidana perjudian dalam KUHP baru dengan regulasi sebelumnya.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengaturan Tindak Pidana Perjudian dalam UU No. 1 Tahun 2023 tentang KUHP

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP mengatur tindak pidana perjudian dalam Bab XVI tentang Tindak Pidana Kesusilaan, khususnya pada Bagian Kelima tentang Perjudian. Ketentuan mengenai perjudian diatur dalam Pasal 321 sampai dengan Pasal 324.

Pasal 321 KUHP baru mendefinisikan perjudian sebagai permainan yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang bergantung pada keberuntungan, kemahiran, atau keahlian pemain.

Definisi ini mencakup berbagai bentuk perjudian, termasuk perjudian konvensional dan perjudian online.

Pasal 322 mengatur tentang larangan dan sanksi terhadap tindak pidana perjudian. Menurut pasal ini, setiap orang yang tanpa izin menyelenggarakan, memberikan kesempatan, atau turut serta dalam

perjudian dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun atau denda paling banyak kategori VI.

Pasal 323 secara khusus mengatur tentang perjudian yang dilakukan sebagai mata pencaharian atau kebiasaan. Pelaku tindak pidana ini dapat dikenakan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak kategori VI.

Pasal 324 mengatur tentang perjudian yang dilakukan di tempat umum atau tempat yang dapat dikunjungi oleh umum. Pelaku tindak pidana ini dapat dikenakan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak kategori IV.

KUHP baru juga mencakup ketentuan mengenai perampasan terhadap benda yang digunakan untuk melakukan tindak pidana perjudian serta hasil dari perjudian tersebut. Hal ini diatur dalam ketentuan umum tentang perampasan dalam Bab II tentang Pemidanaan, Pidana, dan Tindakan.

B. Perbandingan dengan Regulasi Sebelumnya

Terdapat beberapa perbedaan signifikan antara pengaturan tindak pidana perjudian dalam KUHP baru dengan regulasi sebelumnya:

1. Definisi dan Ruang Lingkup

KUHP baru memberikan definisi yang lebih komprehensif tentang perjudian, mencakup berbagai bentuk perjudian termasuk yang dilakukan melalui media elektronik. Hal ini berbeda dengan KUHP lama yang memiliki definisi yang lebih terbatas dan tidak secara eksplisit mencakup perjudian online.

(3)

KUHP baru menerapkan sanksi pidana yang lebih berat dibandingkan dengan KUHP lama. Dalam KUHP lama yang telah diubah dengan UU No. 7 Tahun 1974, sanksi maksimal untuk tindak pidana perjudian adalah pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 25 juta rupiah. Sementara dalam KUHP baru, sanksi maksimal untuk tindak pidana perjudian adalah pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak kategori VI (setara dengan 15 miliar rupiah).

3. Kategorisasi Tindak Pidana

KUHP baru memperkenalkan kategorisasi yang lebih rinci untuk tindak pidana perjudian, membedakan antara perjudian biasa, perjudian sebagai mata pencaharian, dan perjudian di tempat umum. Hal ini memungkinkan penegak hukum untuk menerapkan sanksi yang lebih proporsional sesuai dengan tingkat keseriusan tindak pidana.

4. Korporasi sebagai Subjek Hukum

KUHP baru secara eksplisit mengakui korporasi sebagai subjek hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam tindak pidana perjudian. Hal ini memungkinkan penegak hukum untuk menindak perusahaan atau organisasi yang terlibat dalam penyelenggaraan perjudian illegal.

5. Pengaturan tentang Perampasan

KUHP baru memiliki ketentuan yang lebih komprehensif mengenai perampasan benda yang digunakan untuk melakukan tindak pidana perjudian serta hasil dari perjudian tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberikan efek jera yang lebih kuat terhadap pelaku.

C. Implementasi dan Tantangan dalam Penegakan Hukum

(4)

Implementasi KUHP baru dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian menghadapi beberapa tantangan:

1. Adaptasi Aparat Penegak Hukum

Adanya perubahan signifikan dalam pengaturan tindak pidana perjudian mengharuskan aparat penegak hukum untuk beradaptasi dengan ketentuan baru. Hal ini memerlukan sosialisasi dan pelatihan yang intensif untuk memastikan pemahaman yang komprehensif tentang KUHP baru.

2. Perjudian Online

Perkembangan teknologi informasi telah memungkinkan perjudian dilakukan secara online, yang seringkali sulit dilacak dan berada di luar yurisdiksi Indonesia. Penegak hukum menghadapi tantangan dalam mengidentifikasi, melacak, dan menangkap pelaku perjudian online, terutama jika server atau operator berada di luar negeri.

3. Koordinasi Antar Lembaga

Penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian memerlukan koordinasi yang baik antara berbagai lembaga seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Bank Indonesia. Koordinasi ini seringkali menjadi tantangan dalam praktik penegakan hukum.

D. Studi Kasus dan Analisis Praktis UU No.1 tahun 2023

Kasus Perjudian Online Berkedok Game Slot Digital – Jakarta, 2024

A. Kronologi Kasus

Pada Desember 2024, Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan mengungkap praktik perjudian daring yang dilakukan melalui situs bertajuk “Slot88Asik”. Situs ini menyamar sebagai platform permainan hiburan berbasis digital, dengan tampilan layaknya game kasual biasa. Namun, setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, situs ini menyediakan fitur taruhan digital, sistem deposit uang asli, serta mekanisme penarikan dana bagi pemain yang menang.

Pihak kepolisian menyita sejumlah barang bukti seperti:

• 15 unit ponsel yang digunakan untuk mengelola akun pemain.

• 6 laptop dengan koneksi ke server luar negeri.

• Rekening bank dengan mutasi transaksi harian sebesar Rp300 juta.

(5)

usaha kecil.

Terdapat lima orang pelaku yang diamankan:

1. RZ (28), pemilik dan pengelola sistem server lokal.

2. KY (25), admin media sosial dan promosi.

3. DM (30), pemilik rekening penampung.

4. HL (32), desainer konten digital.

5. AR (29), customer service yang bertugas mengarahkan pemain.

Situs ini telah berjalan selama 8 bulan dan memiliki lebih dari 10.000 pengguna aktif dari berbagai wilayah di Indonesia. Para pelaku menyasar masyarakat usia muda dengan iklan di TikTok, Telegram, dan grup WhatsApp menggunakan embel-embel “game penghasil cuan.”

B. Tindak Pidana yang Dilanggar

Sebelum KUHP baru berlaku, para pelaku dikenai pasal dari:

• Pasal 303 KUHP lama (tentang perjudian),

• UU ITE No. 11 Tahun 2008 juncto UU No. 19 Tahun 2016, khususnya Pasal 27 ayat (2) tentang distribusi muatan perjudian melalui sistem elektronik.

Namun, dengan diberlakukannya UU No. 1 Tahun 2023 tentang KUHP pada Januari 2025, jika kasus ini terjadi setelah tanggal efektif, maka pasal-pasal berikut dapat digunakan secara lebih relevan.

C. Analisis Praktis Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2023

(6)

1. Pengaturan Baru dalam Pasal 321–324 KUHP

KUHP baru memperluas cakupan definisi dan penindakan perjudian:

• Pasal 321: Perjudian adalah permainan untuk mendapatkan keuntungan dengan mengandalkan keberuntungan, keahlian, atau keduanya.

• Pasal 322 ayat (1): Orang yang tanpa izin menyelenggarakan perjudian dipidana penjara paling lama 9 tahun atau denda kategori VI (maks. Rp15 miliar).

• Pasal 323: Jika perjudian dilakukan sebagai mata pencaharian/kebiasaan, maka ancaman pidananya maksimal 10 tahun.

• Pasal 324: Jika dilakukan di tempat umum atau tempat digital yang dapat diakses publik, maka ancaman pidana maksimal 4 tahun dan/atau denda kategori IV (sekitar Rp500 juta–Rp1 miliar).

2. Penerapan terhadap Kasus Slot88Asik

• RZ dan KY sebagai pengelola situs bisa dijerat Pasal 322 dan 323 karena secara aktif menyelenggarakan perjudian dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan.

• DM sebagai pemilik rekening bisa dijerat sebagai pihak yang membantu atau turut serta dalam tindak pidana.

• HL dan AR bisa diproses atas keterlibatan aktif sebagai bagian dari struktur operasional.

• Aset yang digunakan atau dihasilkan dari perjudian dapat dikenakan perampasan (asset forfeiture), berdasarkan ketentuan pidana tambahan KUHP baru (Bab II Pasal 97–105).

D. Dimensi Korporasi dan Pertanggungjawaban Hukum

KUHP baru juga memungkinkan pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi, sebagaimana diatur dalam Pasal 46–50. Jika ternyata Slot88Asik terdaftar sebagai entitas bisnis (meskipun fiktif), maka:

• Korporasi dapat dikenai denda lebih besar.

• Hak usaha dapat dicabut.

• Nama korporasi dapat diumumkan secara resmi oleh negara sebagai bentuk sanksi sosial dan hukum.

(7)

1. Adaptasi Aparat Penegak Hukum

Diperlukan pelatihan dan peningkatan pemahaman aparat tentang ketentuan baru KUHP, terutama pada pasal-pasal khusus seperti perjudian digital.

2. Kendala Teknis Perjudian Online

Server yang berada di luar negeri menyulitkan proses penyitaan dan pelacakan. Diperlukan kerja sama internasional (MLA – Mutual Legal Assistance) untuk memberantas kejahatan siber lintas negara.

3. Partisipasi Masyarakat dan Edukasi

Masih banyak masyarakat yang tidak memahami bahwa game berbasis uang digital bisa tergolong perjudian. Literasi hukum dan digital sangat dibutuhkan untuk menekan angka pelanggaran.

F. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan:

Studi kasus Slot88Asik menunjukkan kompleksitas dalam penanganan perjudian digital. KUHP baru memberikan dasar hukum yang lebih lengkap dan modern, dengan cakupan yang mencakup praktik daring serta kemungkinan keterlibatan korporasi.

Rekomendasi:

• Pemerintah perlu mengembangkan sistem pengawasan digital berbasis AI untuk mendeteksi situs perjudian.

• Aparat penegak hukum harus membentuk unit khusus cybercrime yang memahami mekanisme transaksi digital.

• Sosialisasi KUHP baru kepada masyarakat perlu dilakukan secara massif, khususnya di wilayah rentan.

BAB III PENUTUP

(8)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana membawa angin segar dalam reformasi hukum pidana di Indonesia, termasuk dalam pengaturan terhadap tindak pidana perjudian. Dengan pendekatan yang lebih komprehensif, KUHP baru tidak hanya memberikan definisi yang lebih luas terhadap bentuk-bentuk perjudian, tetapi juga memperkuat sanksi dan memberikan dasar hukum yang jelas bagi penegakan terhadap pelaku, baik perorangan maupun korporasi.

Namun demikian, keberhasilan penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian tidak hanya bergantung pada kualitas regulasi semata. Implementasi yang efektif masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari adaptasi aparat penegak hukum terhadap ketentuan baru, kompleksitas perjudian berbasis daring, lemahnya koordinasi antar lembaga, hingga rendahnya partisipasi masyarakat dalam pencegahan.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya terpadu dan berkelanjutan dari semua pihak, baik pemerintah, aparat penegak hukum, masyarakat, maupun sektor swasta, dalam mendukung implementasi KUHP baru.

Edukasi hukum, peningkatan kapasitas aparat, serta pemanfaatan teknologi informasi secara optimal dapat menjadi kunci dalam menciptakan sistem penegakan hukum pidana yang lebih efektif, adil, dan responsif terhadap dinamika sosial.

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Penertiban Perjudian. Jakarta: Departemen Kehakiman RI.

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. (2023). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: Sekretariat Negara.

Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK). (2023). Catatan Kritis terhadap KUHP Baru:

Implikasi dan Tantangan Implementasi. Jakarta: PSHK.

Saragih, M. (2019). “Tindak Pidana Perjudian dalam Perspektif Hukum Pidana Indonesia.” Jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi, Vol. 4, No. 2, 132–145.

Subekti, R. & Tjitrosudibio, R. (2009). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta: Pradnya Paramita.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU ITE. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251.

Referensi

Dokumen terkait

Memang benar terdakwa mendapatkan hukuman kurungan penjara selama 5 tahun dari maksimal 15 tahun dan denda 60 puluh juta rupiah dari maksimal 300 juta rupiah,

Sistem perumusan pidana denda secara alternatif dengan pidana penjara adalah yang paling banyak di dalam Konsep KUHP 20121. Sebaliknya, sistem perumusan pidana

Berkaitan dengan sanksi pidana, meskipun KUHP belum secara spesifik mengatur tentang tindak pidana kekerasan seksual, pelaku pelecehan seksual di perguruan tinggi

Hal ini tak terkecuali bagi tindak pidana penganiayaan yang diancam dengan pidana perampasan kemerdekaan (pidana penjara) disamping pidana denda. Tindak pidana

20 Tahun 2001, tindak pidanakorupsi diancam pidana penjara, pidana tambahan dan pidana denda yang tinggi.Akan tetapi, formulasi pidana denda yang tinggi tidak

Pasal tersebut menggambarkan tentang ancaman sanksi pidana bagi setiap orang dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak 50 juta

Kedua, pada umumnya pidana denda dirumuskan sebagai pidana alternatif dari pidana penjara atau kurungan sedikit sekali tindak pidana yang hanya diancamkan dengan pidana denda untuk

Pasal tersebut menggambarkan tentang ancaman sanksi pidana bagi setiap orang dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak 50 juta