• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pidato Keynote Inspektur Aceh pada Workshop Pengelolaan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

N/A
N/A
Ji On

Academic year: 2025

Membagikan "Pidato Keynote Inspektur Aceh pada Workshop Pengelolaan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Keynote Speech Inspektur Aceh

Dalam rangka Workshop Pengelolaan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Berdasarkan Konsep CGAA

Yang dilaksanakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah Aceh Banda Aceh, 27 Agustus 2024

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh …

Alhamdulillahi Rabbil‘aalamin, Washshalatu Wassalamu ‘ala Asyrafil Ambia-i Walmursalin, Wa

’alaa alihi Washahbihi Ajma’in Yang Saya Hormati :

Kepala BI Perwakilan Aceh, beserta jajaran, Kepala Perwakilan BPK Provinsi Aceh, Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Aceh, Kepala Kanwil DJP Aceh,

Kepala Kanwil DJPb Aceh, Kepala Kanwil DJKN Aceh

Ketua Dewan Konsultatif IAI Wilayah Aceh, Beserta jajaran, Ketua IAI Wilayah Aceh dan jajaran.

Narasumber.

Puji dan syukur marilah sama-sama kita panjatkan kehadirat Allaah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan nikmat kesehatan, nikmat kesempatan, nikmat ilmu, dan nikmat kekuatan kepada kita semua untuk dapat berhadir pada kegiatan ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian.

Para hadirin yang saya hormati,

Dalam konteks reformasi pengelolaan Keuangan Negara, ditandai dengan lahirnya paket peraturan tentang Keuangan yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Sedangkan dalam konteks Pemerintah Daerah, reformasi keuangan daerah pasca Otonomi Daerah juga berlangsung, yang pada awalnya ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya dicabut dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Namun seiring dengan perkembangan reformasi, Undang- Undang tersebut telah digantikan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah.

Selain itu, dalam pengelolaan Keuangan Daerah, Terdapat regulasi turunannya yang juga telah mengalami perubahan yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan pedoman teknisnya sebelumnya diatur dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah

(2)

telah diganti dengan Permendagri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dalam hal akuntansi pemerintahan juga tidak luput dari adanya reformasi yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Hadirin yang saya hormati

Proses pengelolaan keuangan daerah terdiri dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungiawaban, dan pengawasan. Mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan tersebut dituntut untuk dilakukan secara Transparan dan Akuntabel. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) PP No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa “Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, manfaat untuk masyarakat, serta taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan”. Hal senada juga diungkapkan dalam Undang- Undang Pengelolaan Keuangan Negara lainnya.

Hal tersebut membuktikan bahwa pentingnya akuntansi pemerintahan dalam upaya mewujudkan transparansi dan akuntabilitas, mewujudkan tata Kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good government and clean governance), akurasi, kepatuhan, dan kepatuhan penyajian informasi keuangan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Para hadirin sekalian yang saya hormati,

Dalam Akuntansi Pemerintahan memilik kompeksitas yang lebih tinggi diantaranya:

1. Basis akuntansi; Basis Akuntansi dalam Pemerintahan menggunakan basis kas menuju akrual dan basis akrual sedangkan pada sektor privat hanya menggunakan basis akrual.

2. Laporan Keuangan;

Pada sektor Privat, kita mengenal ada 5 (lima) Laporan Keuangan yaitu Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Sedangkan pada sektor publik, terdapat 7 (tujuh) laporan yaitu Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

3. Akun yang relatif lebih banyak; Akun pada Pemerintahan lebih kompleks karena

karakteristik Satuan Kerja yang beragam, contoh pada Dinas Peternakan sehingga terdapat akun Aset Tetap berupa Hewan Ternak, pada Dinas Pertanian terdapat akun Aset Tetap berupa Tanaman, pada Dinas Kebudayaan terdapatAkun Aset Tetap Barang Bercorak Kebudayaan, dan pada satuan kerja lainnya yang memiliki karakteristik tertentu.

Para hadirin yang terhormat,

Kompleksnya akuntansi dalam Pemerintahan mengharuskan pengelolaannya menggunakan teknologi informasi, untuk saat ini Pemerintah Daerah seluruh Indonesia menggunakan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) yang dikembangkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Penggunaan perangkat teknologi SIPD ini merupakan tantangan tersendiri dalam proses pengelolaan dan system akuntansi pemerintahan mengingat sebelumnya telah juga terdapat aplikasi dalam pengelolaannya, namun aplikasinya masih belum seragam.

Kompleksitas lainnya dalam Akuntansi Pemerintahan terutama pada Pemerintah Aceh adalah adanya kekhususan dan keistimewaan Aceh. Sehingga Pemerintah Aceh disamping telah menetapkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 46 Tahun 2022 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Aceh, juga menetapkan

(3)

Peraturan Gubernur Aceh Nomor 45 Tahun 2022 tentang Kebijakan Akuntansi Zakat, Infaq, dan Harta Keagamaan Lainnya.

Para hadirin sekalian,

Kompleksnya akuntansi Pemerintahan tersebut memberikan kita tantangan untuk melakukan upaya terbaik. Beberapa tantangan dalam akuntansi pemerintahan diantaranya :

1. Perubahan Regulasi bidang keuangan yang begitu cepat, sehingga Pemerintah harus selalu memastikan bahwa sistem akuntansi dapat selaras dengan perubahan-perubahan tersebut.

2. Pengawasan Yang Ketat, untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-

prinsip akuntansi. Opini diberikan oleh BPK-RI namun sebelum Laporan Keuangan disampaikan ke BPK-RI, terlebih dahulu harus dilakukan reviu oleh APIP.

3. Dalam Pemerintahan Daerah, setiap terdapat adanya kegiatan yang masih belum selesai dilakukan pembayaran sampai dengan akhir tahun, untuk disajikan sebagai kewajiban (hutang) dalam Laporan Keuangan, harus dilakukan reviu terlebih dahulu oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP).

4. Dalam Pemerintahan, Penghapusan terhadap Piutang, prosesnya sangat rumit.

5. Berbagai Permasalahan dalam Pengelolaan Aset Tetap, diantaranya masih terdapat asset tetap yang dikuasai oleh pihak lain, asset tetap yang tidak ditemukan fisiknya, pencatatan asset tetap yang ganda pada beberapa unit kerja dan lain sebagainya.

6. Walaupun telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) namun masih terdapat kasus- kasus yang berindikasi Korupsi.

7. Kasus Tindak Pidana Korupsi yang merugikan keuangan daerah dan telah diproses oleh Aparat Penegak Hukum, namun pengembaliannya ke Kas Negara sehingga uangnya tidak dikembalikan ke Kas Daerah.

8. Terdapat adanya temuan hasil Audit yang menyatakan adanya kelebihan

pembayaran karena adanya kekurangan volume dalam pembangunannya, namun dalam pencatatan asset tetapnya masih sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.

9. Laporan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, bukan hanya Laporan Keuangan, namun terdapat laporan lainnya yaitu Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang menyajikan target dan capaian Indikator Makro dan Indikator Kinerja Kunci serta capaian Standar Pelayanan Minimal, Laporan Kinerja yang menyajikan target dan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) pada seluruh unit kerja, dan Laporan pelaksanaan Reformasi Birokrasi, serta laporan lainnya.

Para hadirin sekalian,

Tantangan lainnya bagi Auditor pada Pemerintahan Daerah tidak hanya kecakapan dan kemampuan yang baik dalam melakukan reviu laporan keuangan Pemerintah Daerah sebelum disampaikan kepada BPK, namun peran APIP saat ini lebih luas karena melakukan reviu bukan hanya pada tahap Laporan melainkan sejak tahap perencanaan yaitu :

1. Reviu terhadap dokumen perencanaan daerah 5 (lima) tahunan berupa reviu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan reviu terhadap Rencana Strategis (Renstra) SKPD.

2. Reviu terhadap dokumen perencanaan daerah tahunan yaitu reviu terhadap

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Reviu terhadap Rencana Kerja (Renja) SKPD, Reviu terhadap Kebijakan Umum Anggaran – Prioritas Plafond Anggaran Sementara (KUA-PPAS), dan reviu terhadap Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) SKPD.

Khusus untuk Pemerintah Aceh, mulai Tahun 2024 ini bagi Auditor Inspektorat Aceh juga mendapat tantangan tambahan yaitu secara Bersama-sama dengan Dirjen Pajak, BPKP dan BPMA untuk melakukan Audit terhadap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yaitu kontraktor yang melakukan

(4)

eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi yang menjadi kewenangan Aceh, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94 Tahun 2023 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 205 Tahun 2024.

Para hadirin sekalian,

Pemerintah Aceh dalam pengelolaan Keuangan Aceh berkomitmen untuk selalu menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas. Oleh karenanya, sejak Tahun 2015 s.d. 2023, Laporan Keuangan Pemerintah Aceh telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK-RI. Dan Alhamdulillah sampai saat ini Pemerintah Aceh dan seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota di Aceh telah seluruhnya memperoleh opini WTP dari BPK-RI. Hal tersebut membuktikan bahwa Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota telah menyajikan Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Namun demikian, berbagai tantangan masih terus akan kita jumpai dalam upaya menjaga transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kami APIP juga harus terus berupaya untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan pengetahuan termasuk kompetensi bidang akuntansi pemerintahan yang salah satunya adalah CGAA (Certified Goverment Accounting Associate) dan CGAE (Certified Goverment Accounting Expert) ini. Selanjutnya, marilah kita tetap secara Bersama-sama dan bergotong royong untuk terus mengawal pengelolaan keuangan di Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Aceh, agar dapat terus tercipta dan terwujud transparansi dan akuntabilitasnya.

Para hadirin sekalian,

Demikian yang dapat saya sampaikan, saya haturkan terima kasih atas segala perhatian dan kesempatan yang diberikan, seraya memohon maaf atas segala silaf dan kealpaan baik disengaja atau tidak.

Wab illa hitt aufiq wal hida yah

Wassalamu’a laikum warahmatullahi wabarakatuh

INSPEKTUR ACEH

Jamaluddin, SE, M.Si, Ak, CA, CGCAE

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengawasan, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah pada

Penelitian dilakukan Askam Tuasikal (2008) tentang pengaruh pengawasan, pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap unit satuan kerja pemerintah

Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Fungsi Pengawasan dan Kinerja Pemerintah Daerah (Survei pada Pemda di Jawa Tengah ).. Jurnal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengawasan, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah di Dinas Pendapatan,

Otonomi daerah memberikan keleluasaan bagi daerah dalam rangka melakukan pengelolaan keuangan, namun demikian otonomi daerah ini tidak dilaksanakan dalam kerangka yang

Jadi dapat dijelaskan bahwa kinerja aparatur pemerintah daerah, pengelolaan keuangan daerah, sistem pengendalian intern, dan implementasi standar akuntansi pemerintah

Otonomi daerah memberikan keleluasaan bagi daerah dalam rangka melakukan pengelolaan keuangan, namun demikian otonomi daerah ini tidak dilaksanakan dalam kerangka yang