WORKSHOP DAN PELATIHAN
ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH
DALAM RANGKA STUDI SISTEM PENGEMBANGAN KAPASITAS
APARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI
LAPORAN KEGIATAN
WORKSHOP DAN PELATIHAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH DALAM RANGKA STUDI SISTEM PENGEMBANGAN KAPASITAS
APARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI
DISUSUN OLEH:
KEMITRAAN UNTUK PEMBARUAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN
2018
Daftar Isi
Daftar Isi ... ii
Daftar Tabel ... i
Daftar Gambar ... 1
BAB I KONTEKS KEGIATAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN KEGIATAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN ... 4
BAB II IMPLEMENTASI KEGIATAN ... 5
A. IMPLEMENTASI KEGIATAN PENELITIAN LAPANGAN DALAM RANGKA STUDI SISTEM PENGEMBANGAN KAPASITAS APARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI ... 5
B. IMPLEMENTASI KEGIATAN WORKSHOP DAN PELATIHAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH DALAM RANGKA STUDI SISTEM PENGEMBANGAN KAPASITAS APARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI ... 13
B.1 Peserta Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni ... 13
B.2. Agenda Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni. ... 15
B.3. Hari Pertama, 9 Oktober 2018. Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni. ... 16
B.4. Hari Kedua, 10 Oktober 2018. Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni ... 25
C. REKOMENDASI DAN PENUTUP ... 32
C.1. Rekomendasi ... 32
C.2. Penutup ... 37
LAMPIRAN 1: Daftar Hadir Peserta Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni ... 38
LAMPIRAN 2: Foto Kegiatan Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni ... 39
Daftar Tabel
Tabel 1. Daftar Responden ... 6
Tabel 2. Peserta Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni ... 14
Tabel 3. Agenda Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni ... 15
Tabel 4 Anggaran Diklat menurut OPD T.A 2017 ... 23
Tabel 5. Alokasi Anggaran Diklat OPD ... 32
Tabel 6. Alokasi Anggaran Diklat Distrik ... 34
Daftar Gambar
Gambar 1. Ceremonial Pembukaan Kegiatan Workshop dan Pelatihan ... 39
Gambar 2. Sambutan oleh Tangguh LNG (Papuan Manager Affairs) ... 39
Gambar 3. Pemaparan Materi Hari Pertama Sesi I ... 40
Gambar 4. Pemaparan Materi Hari Pertama Sesi II ... 40
Gambar 5. Pemaparan Materi Hari kedua Sesi I (Role Play) ... 41
Gambar 6. Pemaparan Materi Hari Kedua Sesi II ... 41
Gambar 7. Pemaparan Materi Hari Kedua Sesi III ... 42
Gambar 8. Ceremonial Penutupan ... 42
Gambar 9. Foto Bersama ... 43
1 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
BAB I KONTEKS KEGIATAN
A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sarat dengan persaingan dan keterbatasan di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya aparatur dalam pelaksanaan urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang menyatakan bahwa sebagai unsur aparatur negara, pegawai negeri sipil harus memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional.
Dalam rangka mencapai profesionalisme tersebut, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara melalui Surat Edaran (SE) Nomor: SE/28/M.PAN/10/2004 tanggal 14 Oktober 2004 Tentang Penataan PNS, mewajibkan setiap instansi baik pusat maupun daerah melaksanakan kegiatan berikut :
1) Melakukan penataan PNS dilingkungan unit kerja mengacu pada Keputusan Men.PAN Nomor:KEP/23.2/M.PAN/2004 tanggal 16 Pebruari 2004 Tentang Pedoman Penataan Pegawai.
2) Melaksanaan analisis jabatan yang mengacu pada Keputusan Men.PAN Nomor:KEP/61/M.PAN/6/2004 Tanggal 21 Juni 2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan.
3) Melaksanakan analisis beban kerja berdasarkan/ mengacu pada Keputusan Men.PAN Nomor:KEP/ 75/M.PAN/7/2004 Tanggal 23 Juli 2004 tentang pedoman perhitungan kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi pegawai negeri sipil.
Berangkat dari visi-misi KDH Kabupaten Teluk Bintuni yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Teluk Bintuni 2016-2021 yaitu Terwujudnya Kabupaten Teluk Bintuni menuju Masyarakat Yang Maju, Produktif dan Berdaya Saing, yang mana salah satu
2 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
aspek penting pendukung dari visi-misi ini adalah menghadirkan Tata Kelola Pemerintahan yang Akutabel, Bersih dan Melayani.
Program tata kelola pemerintahan yang baik yang telah dilaksanakan sebelumnya telah meletakkan landasan yang kuat dan menghasilkan produk rencana pembangunan, aparat pemerintah yang terlatih, pengelolaan keamanan yang bertanggungjawab, serta kepercayaan dan hubungan yang baik dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Namun demikian, kinerja pelayanan publik yang belum optimal, rotasi pejabat Pemerintah Daerah, terjadinya migrasi masuk, pemekaran wilayah dan rencana investasi baru bagi daerah, serta masalah-masalah yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat, masih menjadi tantangan dalam praktik tata kelola pemerintahan yang baik di Kabupaten Teluk Bintuni dan sekitarnya.
Good Governance Assessment yang dilakukan Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan menunjukkan bahwa secara umum, Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni dalam melakukan pembenahan kompetensi PNS menemui sejumlah kendala seperti kendala sistem dan regulasi, kendala kelembagaan, serta kendala SDM. Dari sisi peraturan perundang-undangan, banyak peraturan perundang-undangan yang selama ini mengatur manajemen PNS yang dinilai sudah out of date sehingga tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan lingkungan kabijakan di tingkat lokal.
Sekalipun UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999, namun sebagian besar peraturan pelaksanaannya masih belum disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Contohnya adalah PP No. 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS, PP No. 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS, PP No. 15 Tahun 1979 tentang Daftar Urut Kepangkatan PNS, PP No. 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS, PP No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS, dan lain-lain. Upaya-upaya untuk memperbarui regulasi tersebut telah dimulai walaupun belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Akibatnya, segenap
3 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
problematika regulasi tersebut bermuara pada penciptaan lingkungan yang tidak kondusif untuk proses peningkatan kompetensi PNS di Kabupaten Teluk Bintuni.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni juga menemui kendala yang berupa kapasitas pendidikan PNS yang belum ideal. Data BPS memberikan fakta dimana sebaran pendidikan dari PNS di Kabupaten Teluk Bintuni adalah: SD sebesar 52 orang, SLTP sebesar 68 orang, SLTA sebesar 988 orang, Diploma 1 sebesar 28 orang, Diploma 2 sebesar 154 orang, Diploma 3 sebesar 210 orang, Diploma 5 sebesar 12 orang, Strata 1 sebesar 736 orang, Strata 2 sebesar 26 orang, dan Strata 3 sebesar 2 orang.
Merujuk pada paparan di atas, eksistensi SDM aparatur perlu mendapat perhatian khusus, berkaitan dengan strategi penempatan PNS sesuai dengan kualitas dan kompetensinya. Lebih lanjut, terkait dengan proses penempatan jabatan struktural, kompetensi SDM aparatur (PNS), secara umum, dapat diartikan sebagai kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku, yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Disinilah kompetensi menjadi satu karakteristik yang mendasari individu atau seseorang mencapai kinerja tinggi dalam pekerjaannya. Karakteristik itu muncul dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude) untuk menciptakan aparatur yang memiliki semangat pengabdian yang tinggi dalam melayani masyarakat yang selalu bertindak hemat, efisien, rasional, transparan, dan akuntabel.
Sejalan dengan kebutuhan tersebut, Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni memiliki kepentingan praksis untuk mendesain proses rekrutmen pejabat struktural yang bebasiskan pada kompetensi. Sebagai bagian dari proses tersebut, pemetaan dan identifikasi awal terhadap jenis dan fungsi jabatan struktural merupakan prasyarat yang tidak terelakkan. Lebih dari itu, sebuah analisa kompetensi dari jabatan struktural yang ada juga menjadi prasyarat dasar. Hal ini didasari argumen: pertama,
4 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
pemetaan dan identifikasi kompetensi jabatan struktural akan memberikan gambaran beban tugas yang harus diemban PNS manakala diberi tanggung jawab untuk menjalankannya. Kedua, pemetaan dan identifikasi kompetensi jabatan struktural akan memberikan gambaran prasyarat dasar dari PNS yang akan mengisi jabatan tersebut. Ketiga, pemetaan dan identifikasi kompetensi jabatan struktural akan memberikan ikut membantu akuntabilitas proses pengisian jabatan struktural di Kabupaten Teluk Bintuni. Keempat, pemetaan dan identifikasi kompetensi jabatan struktural berkontribusi pula untuk mencari kandidat yang mempunyai kualifikasi tinggi dalam proses pelayanan publik.
Guna mengawal segenap proses pengisian jabatan struktural, kehadiran sebuah sebuah kegiatan Kajian Pengembangan Training Centre untuk Penguatan Kapasitas Birokrasi di Kabupaten Teluk Bintuni sangat diperlukan. Secara praksis operasional, kajian ini akan menyediakan sebuah desain pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada PNS guna mempersiapkan mereja mengisi jabatan struktural di Kabupaten Teluk Bintuni
B. TUJUAN KEGIATAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN
Secara umum, Kegiatan Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni mempunyai maksud untuk melakukan kajian dalam rangka mendesain pusat pendidikan dan pelatihan bagi PNS di Kabupaten Teluk Bintuni.
Adapun tujuan dari Kegiatan Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni Kegiatan adalah menyusun desain pusat pendidikan dan pelatihan bagi PNS di Kabupaten Teluk Bintuni.
Sedangkan hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah: Dokumen Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni yang di dalamnya terdapat rekomendasi desain pusat pendidikan dan pelatihan bagi PNS di Kabupaten Teluk Bintuni.
5 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n BAB II IMPLEMENTASI KEGIATAN
A. IMPLEMENTASI KEGIATAN PENELITIAN LAPANGAN DALAM RANGKA STUDI SISTEM PENGEMBANGAN KAPASITAS APARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI
Kegiatan studi ini dilakukan pada 24 Mei 2018 sampai dengan 2 Juni 2018. Wilayah populasi studi berada di pemerintahan kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat.
Adapun sampel studi adalah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemerintahan Kabupaten Teluk Bintuni. Kegiatan pada tanggal tersebut adalah tahap awal.
Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, ada dua kegiatan utama di lapangan yaitu menggali data primer melalui penyebaran kuesioner, wawancara, dan Focus Group Discussion (FGD). Antara tanggal 24 Mei 2018 sampai dengan 2 Juni 2018 tersebut peneliti lebih banyak melakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data kuantitatif dan data kualitatif.
Target responden atau informan penelitian sebanyak 20 orang responden. Para informan tersebut diminta untuk mengisi secara tertulis atas kuesinoer yang sudah diberikan kepada mereka. Kualifikasi responden berdasarkan level jabatan ataupun tugas pokok fungsi mereka di sebuah OPD. Ada tiga level jabatan yang menjadi kriteria responden yang diminta untuk mengisi kuesioner. Pertama, yaitu para pegawai/pejabat yang berada di level pimpinan atau managerial sebuah OPD.
Kedua, yaitu para aparat pemerintah yang berada di level administratif atau tata usaha sebuah OPD. Dan ketiga, yaitu para aparat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi bagian tata kelola keuangan. Melalui pengkualifikasian berdasarkan jabatan ataupun tugas pokok fungsi para responden tersebut diharapkan mampu mendapatkan gambaran assesment kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh para aparat pemerintah di ketiga level tersebut.
6 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Ada dua bentuk instrumen kuesioner yang diberikan, yaitu kuesioner kuantitatif yang berisi pilihan yang nantinya hasilnya diskoring menjadi angka-angka atau prosentase kecenderungan dan juga kuesioner kualitatif yang isinya terkait dengan isian jawaban naratif atas pertanyaan kualitatif yang diajukan.
Ada empat (4) OPD yang menjadi sasaran sebar kuesioner yaitu :
1. Kantor Balitbangda atau Bappeda Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.
2. Kantor Dinas Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.
3. Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung (DPMK) Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.
4. Kantor Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.
Berikut para daftar identitas responden yang sudah mengembalikan dan mengisi kuesioner yang sudah disebar peneliti lapangan.
Tabel 1. Daftar Responden
No Nama Jabatan OPD Input Kebutuhan Pendidikan &
Pelatihan Kab. Teluk Bintuni 1 Nemu Staff Dukcapil Tidak memberikan narasi tercatat 2 Drs.
Badaruddin Sekretaris
Dinas Dukcapil a. Agar diklat managerial, teknis fungsional dan bimbingan teknis khusus sebaiknya dilakukan secara rutin setiap tahun
b. Agar pemberi
materi/narasumber
memperhatikan praktek lebih dominan daripada teori
c. Agar lebih terbuka dengan tanya jawab pada saat memberi materi
d. Pendidikan kepegawaian perlu dijadikan materi pokok diklat di bimtek
e. Materi etos dan budaya kerja juga perlu (unwriten)
f. Aturan ASN terbaru yang tidak bisa diterapkan di Papua Barat
7 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
ini, khususnya untuk para SDM lokal. Hal ini dikarenakan tigal hal :
1. Mereka kurang disiplin 2. Tidak mau beban kerja
pemikiran yang terlalu berat 3. Sukanya ikut kegiatan
Bimbingan Teknis, selain dapat uang tetapi juga jalan- jalan
4. Untuk mengantisipasi
masalah internal
kepegawaian tersebut, Pak Badrudin menempatkan SDM non lokal untuk membantu menyelesaikan macetnya pekerjaan- pekerjaan yang dilakukan oleh SDM lokal, sehingga butuh pengorbanan banyak dari para SDM non lokal. Hal ini menjadi masalah serius.
5. Kemudian setelah mendengarkan saran dan curah pendapat dari pak badrudin kita meminta bantuan pak badrudin untuk memetakan calon responden untuk mengerjakan kuesioner yang kita bawa.
Input Pak Badrudin atas peta distribusi kuesioner di lingkungan dinas dukcapil yaitu :
- Managerial/policy maker ( 2 kuesioner)
- Kepegawaian/Umum (2 kuesioner)
- Keuangan (2 kuesioner ) - Fungsional (2 kuesioner) 3 Alfons
Botta, S.IP Kabid
Pemanfaatan Dukcapil a. Pada OPD kami belum ada kegiatan pelatihan
8 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n Data dan
Dokumen Kependudukan
bimbingan teknis bagi aparatur sipil, maka perlu dilakukan pelatihan bimbingan teknis bagi ASN terutama Kabid.
b. Perlu adanya koordinasi kedinasan terkait tugas dan fungsi dari masing-masing kepala seksi sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam menjalankn tugas sesuai tupoksi
4 Alfrida Sattu, S.Kom
Kasie SIAK Dukcapil Sebaiknya jika ada pelatihan agar disesuaikan dnegan momen yang tepat agar para ASN betul-betul bisa paham dengan tugas dan fungsi yang tepat
5 Linda
Noktavia Staff Dukcapil Harus sering diadakan pendidikan pelatihan dan pengembangan pegawai di OPD tapi setelah mengikuti pelatihan agar kembali ke OPD dan diterapkan atu dilaksanakan di OPD yang bersangkutan dengan apa yang telah didapat pada saat pelatihan 6 Nani
Yuningsih Staff Dukcapil a. Agar dklat dan bimbingan teknis dilakukan setiap tahun di awal tahun
b. Diklat ASN pada pelaksanaan tugas staf harus dipraktekan dengan mengisi tugas
7 Chistifarus Skulubus, S.H, M.H
Kasie Inovasi Pelayanan Publik
Dukcapil a. Sangat diharapkan untuk ASN harus mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan pegawai terutama ASN yang menduduki jabatan
b. Agar kegiatan-kegiatan seperti diatas dapat dipublikasikan serta dikomunikasikan dengan baik antar OPD/OPD
9 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
c. Kedepankan disiplin adminitrasi yang baik dan benar
8 Rosintauli
Purba, S.H Plt. Kasubag Perencanaan dan Keuangan
Dukcapil a. Hendaknya pendidikan,
pelatihan dan
pengembangan pegawai menjadi prioritas bagi pengembangan SDM ASN
mengingat daerah
Kabupaten Teluk Bintuni masih Kabupaten yang baru, jadi untuk lebih meningkatkan kompetensi setiap ASN
b. Pendidikan latihan dan pengembangan SDM harus disesuaikan dengan tupoksi maing-masing ASN pada OPD masing-masing
c. Hendaknya pelaksanaan diklat bukan seremonial
biasa Cuma/hanya
menghabiskan anggaran tanpa adanya output/hasil yang diharapkan.
9 Abdul Talib Kasubid
Ekonomi Bappelitbangda Untuk peningkatan pendidikan, latihan, dan pengembangan pegawai harus terus ditingkatkan dan ada afirmasi kepada masyarakat/PNS lokal serta dalam tahapan pelaksanaan dan evaluasi harus baik dan benar.
10 Imam
Yuliasworo Kabid.
Pengendalian dan Pelaporan
Bappelitbangda Tidak memberi input
11 Richard
Talakuo Sekretaris
Bappeda Bappelitbangda i a. Diklat bagi ASN adalah reward dan juga hak disesuaikan kinerja ASN sesuai dengan Tupoksi masing-masing ASN
b. Penempatan pegawai sedianya disesuaikan
10 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
dengan bidang ilmu serta dihindari intervensi kepentingan politik
c. Untuk Bappeda sedianya pegawai yang telah dikembangkan SDM-nya agar dapat dipertahankan sehingga tidak perlu lagi melakukan pembinaan dan pengembangan bagi pegawai yang dirotasi tanpa dasar
12 Frederick
Pairwaman Kebid RISPKA Bappelitbangda a. Sebaiknya diadakan setiap awal tahun
b. Sebaiknya bidang pendidikan dan pelatihan diprogramkan
c. Kirim pelatihan ke luar provinsi
13 Norton Wanggai, S.E
Kasubid
Penelitian Bappelitbangda ASN yang produktif dan aktif selama menjalankan tugas dan tanggung jawab seharusnya dibekali dengan ilmu yang didapat dari pendidikan dan pelatihan.
Oleh karena itu, sewajarnya diberikan pelatihan-pelatihan yang memadai. terimakasih
14 Agus
Wiratno Kabid
Administrasi DPMK Ada BIMTEK terkait tupoksi masing-masing program
15 Melianes
Yitte, S.IP Kabid DPMK -Studi banding ke wilayah-wilayah yang sudah berkembang/maju -Melakukan pelatihan-pelatihan bagi staff di lingkup OPD tersebut -Pelaksana pelatihan di ikut sertakan tugas dan evaluasi bagi peserta pelatihan
16 Agustinus
Asmorom Kasubag Perencanaan dan Keuangan DPMK
DPMK - Pelatihan peningkatan
kapasitas ASN disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing ASN 17 Lince
Idorway Kepala Dinas
DPMK DPMK - Tidak ada karena tidak ada
anggaran yang mendukung 18 La Karim Kabid Bapperlitbangda - Diharapkan adanya
11 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n Penelitian &
Pengembangan Daerah
partisipasi dari pihak lain (mitra pemerintah/CSR) dalam mendukung program pemerintah kab. Teluk bintuni
- Diperlukan
koordinasi/kerjasama yang baik dalam perencanaan pembangunan antara pemerintah dan pihak lain mitra pemerintah
- Lebih ditingkatkan kerjassama dan bantuan pembangunan baik kwalitas maupun kuantitasnya.
- Metode pembagian kuesioner ke Bappeda sebaiknya melalui Sekretaris Bappeda, karena dia yang lebih tahu tentang kondisi kepegawaian dan data kepegawaian di Bappeda.
- Disamping kuesioner terkait dengan kapasitas umum aparat pemerintah, sebaiknya juga dilakukan asessment soal kapasitas pegawai Bappeda terkait kapasitas khusus mereka, yaitu perencanaan pembangunan daerah. Hal itu didasarkan fakta, bahwa dengan sistem input online yang diselenggarakan oleh Bappenas, para pegawai bappeda disini tidak bisa mengikuti proses tersebut.
Proses musyawarah perencanaan pembangunan kampung sampai dengan musrenbang nasional saja
12 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
sudah keteteran apalagi sistem online. Musrenbang kampung diadakan setiap bulan Januari, Musrenbang distrik setiap bulan Maret, data hasil kedua musrenbang tersebut harus sudah masuk ke kabupaten dan propinsi di akhir bulan maret dan awal april harus sudah diinput ke Jakarta.
Dengan begitu cepatnya proses input online ke bappenas tersebut, para pegawai disini tidak bisa mengikuti sehingga butuh pemerkuatan perencanaan untuk tiga hal :
- Sumber Daya Manusia - Sumber Daya Manusia yang
paham sistem perencanaan online Bappenas
- Sumber Daya Manusia yang paham E-goverment
- Perlu dikaji ulang posisi 28 OPD yang dibentuk 2016, karena pada tahun 2017 terjadi banyak tumpang tindih kewenangan atau tupoksi antar OPD.Misalnya kasus yang terjadi antara Dinas Perum dengan Dinas Pengairan PU terkait dengan pembuatan sumur bor. Keduanya merasa bahwa pembuatan sumur bor berada dalam wilayah
kewenangan dan
tupoksinya akibat
kerancuan atau
ketidakjelasan aturan soal OPD.
13 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
B. IMPLEMENTASI KEGIATAN WORKSHOP DAN PELATIHAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH DALAM RANGKA STUDI SISTEM PENGEMBANGAN KAPASITAS APARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI
B.1 Peserta Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni
Pada tanggal 9 – 10 Oktober 2018 bertempat di Hotel Steenkol Bintuni, dilaksanakan Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni telah dilakukan pada tanggal 2 Mei-2 Juni 2018 di Kabupaten Teluk Bintuni.
Sasaran peserta yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini akan akan melibatkan sejumlah staf di Badan Kepegawaian Daerah beserta Organisasi Pemerintah daerah yang lainnya di Kabupaten Teluk Bintuni dengan perincian:
1) 10 orang peserta dari sejumlah perwakilan Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni untuk melakukan expert meeting.
2) 30 orang peserta dari sejumlah perwakilan Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni untuk terlibat dalam Workshop serta Pendidikan dan Latihan (Diklat) Singkat.
Namun dalam implementasi, kegiatan diikuti oleh 31 peserta yang berasal dari sejumlah Organisasi Pemerintah Daerah. Sebaran peserta dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
14 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Tabel 2. Peserta Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah
Kabupaten Teluk Bintuni
NO NAMA JABATAN
1 Ir. Widianingsih Sri Utami Asisten 3 Sekda T.Bintuni
2 Alfrit Lukas Auditor
3 Amelya Mayor Staff Bag.Huku,
4 Ronald Makamuke Kasubid. Belpeg
5 Yulius Bandi Kabag Ortal
6 Betty S.wamaty Kasubag Kelembagaan & Anjak
7 Sugiono Kasubid P&P
8 Bambang Hermanto Auditor
9 Mariska Laukoun Staff BKPP
10 Ade Purnama Staff Bappelitbangda
11 Nurdiana Staff BKPP
12 Maria Bunga Staff BKPP
13 Ikbal M. Jei Staff BKPP
14 Sofia Idorway Kasubag BPKAD
15 Selona K Auditor
16 Yulce T. Sayor Auditor
17 Herniawati Staff BKPP
18 La Karim Kabid Litbang
19 Maria Titioka Staff BKPP
20 Anita Staff Ortal
21 Johanes R Staff Litbang
22 Agustinus Auditor
23 Alibaba N Kasub TU
24 Maria R Staff Sekda
25 Helmy Staff Sekda
26 Jumardin Staff Auditor
27 Fadly Lipriay Kasubag Kepegawaian
28 Fredrick Pairunan Kabid
29 Drs. Ahmad Rahan Ortala
30 Petu Staff Sekda
31 Catur Staff Sekda
15 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
B.2. Agenda Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni.
Pelaksanaan Kegiatan Workshop dan Pelatihan diagendakan dilaksanakan selama 2 hari. Kegiatan pada hari pertama bertujuan untuk memberi pemahaman tentang disiplin kepada ASN di lingkup pemerintah Kab. Teluk Bintuni dan dilanjutkan dengan paparan hasil Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni telah dilakukan pada tanggal 2 Mei-2 Juni 2018.
Lebih jelas, uraian susunan acara kegiatan workshop dan pelatihan tertuang pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Agenda Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah
Kabupaten Teluk Bintuni HARI PERTAMA
NO. WAKTU KEGIATAN PIC
1. 08.00-09.00 WIT Registrasi Peserta Workshop Kemitraan 2. 09.00-09.30 WIT Pembukaan Kegiatan Workshop:
a. Sambutan Kemitraan b. Sambutan Tangguh LNG c. Sambutan Pemkab Teluk
Bintuni sekaligus membuka kegiatan
Kemitraan
Tangguh LNG
Pemkab Teluk Bintuni
3. 09.30-10.00 WIT Coffee Break Kemitraan
LCP 4. 10.00-12.00 WIT Percepatan Pembangunan Daerah
melalui Penguatan Disiplin Aparatur Sipil Negara di Tingkat Lokal
Dr. Hariawan Bihamding, MT (BPSDM
Kemendagri)
5. 12.00-13.00 WIT Ishoma Kemitraan
LCP 6. 13.00-15.00 WIT Paparan Studi Sistem
Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni
Ahmad Amien, SE, M.Sc, CA , PhD (cd) (Universitas
Gadjah Mada)
16 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n HARI KEDUA
NO. WAKTU KEGIATAN PIC
1. 08.00-10.00 WIT Penyuluhan Anti Korupsi Dr. Hariawan Bihamding, MT (BPSDM
Kemendagri)
2. 10.00-10.30 WIT Coffee Break Kemitraan
LCP 3. 10.30-12.30 WIT Membangun Komitmen Aparatur
Sipil Negara dalam
Pengembangan Investasi Daerah dalam Dimensi Hukum
Dr. Hendrik Renjaan, SH, LL.M (Biro Hukum, Sekretariat Daerah, Pemerintah Provinsi Papua Barat)
4. 12.30-13.30 WIT Ishoma Kemitraan
LCP 5. 13.30-15.30 Penyusunan Rencana Tindak
Lanjut Ahmad Amien, SE,
M.Sc, CA , PhD (cd) (Universitas
Gadjah Mada) 6. 15.30-16.00 Penutupan Kegiatan Workshop:
a. Sambutan Kemitraan b. Sambutan Tangguh LNG c. Sambutan Pemkab Teluk
Bintuni sekaligus menutup kegiatan
Kemitraan
Tangguh LNG
Pemkab Teluk Bintuni
B.3. Hari Pertama, 9 Oktober 2018. Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni.
Kegiatan hari pertama diawali dengan acara ceremonial pembukaan dengan susunan Acara adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Kegiatan Workshop dan Pelatihan:
17 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
a. Sambutan Kemitraan yang diwakili oleh Program Manager.
b. Sambutan Tangguh LNG yang diwakili oelh Papuan Affair Manager.
c. Sambutan sekaligus membuka kegiatan workshop dan pelatihan secara resmi oleh Pemerintah Kab. Teluk Bintuni yang diwakili oleh Assisten III.
1) Sesi pertama diisi oleh Dr. Hariawan Bihamding, MA (BPSDM Kemendagri) dengan membawakan materi yang berjudul Percepatan Pembangunan Daerah melalui Penguatan Disiplin Aparatur Sipil Negara di Tingkat Lokal. Pemaparan diawali dengan perkenalan diri pemateri secara singkat kepada para peserta.
Dan melanjutkan penjelasan tentang pentingnya disiplin bagi aparatur sipil negara.
Disiplin merupakan masalah klasik dan mendasar dalam membangun bangsa Indonesia. Pertanyaan kenapa disiplin sangat perlu bagi pelayan publik, kemudian pemateri mengatakan kenapa bangsa jerman, singapura dan Jepang bisa menjadi negara maju. Disiplin menjadi kata kunci untuk keberhasilan suatu bangsa. Disiplin adalah kesanggupan untuk menaati kewajiban (17 kewajiban) dan menghindari larangan (15 larangan) yang diatur dalam regulasi yang berlaku.
a) Aturan yang mengatur tentang disiplin bagi PNS meliputi:
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN pasal .
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dlm kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS.
PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS
dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), maka PNS sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk memiliki sikap disiplin, jujur, adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas
Perka BKN Nomor 21 Tahun 2010
18 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Penegakkan aturan disiplin bagi PNS bertujuan untuk mewujudkan PNS yang handal profesional dan bermoral sebagai penyelenggara pemerintah yang menerapkan prinsip-prinsip good governance dalam menjalan tugas secara transparan dan akuntabel dengan tetap tunduk pada pancasila UUD 1945 dan setia pada negara kesatuan republik Indonesia.
Sebagai seorang warga negara ketika diangkat menjadi PNS maka sejak saat itu pula ia (PNS) menyerahkan sebagian kedaulatan pribadinya kepada negara dan pemerintah Republik Indonesia. Sebab setelah menjadi PNS harus menaati kewajiban (17 kewajiban) dan menghindari larangan (15 larangan) yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Ada 3 bentuk disiplin yakni: pertama, Disiplin Preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk mendorong PNS menaati standar dan norma sehingga tidak terjadin pelanggaran. Kedua, Disiplin korektif yakni sebuah tindakan yang diambil setelah terjadinya pelanggaran, tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah pelanggaran lebih lanjut; dan yang ketiga, Disiplin Progresif adalah tindakan pencegahan yang diambil untuk mencgah terjadinya pengulangan pelanggaran.
Pelanggaran disiplin meliputi:
a) Ucapan
Setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar orang lain.
b) Tulisan
Pernyataan pikiran dan atau c) Perbuatan
19 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil antara lain memuat kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran. Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk membina PNS yang telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri pada masa yang akan datang.
Pemberlakukan UU ASN yang sudah berlaku sejak 2014 menggantikan UU No 43/199 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yang secara teknis dipertegas dengan keluarnya PP No 11/2017 tentang Penatalaksanaan ASN, tugas pokok, fungsi, dan kewenangan „pembina kepegawaian‟ adalah melaksanakan dan mengevaluasi amanat UU ASN, PP 11/2017, PP 53/2010, dan Juknis terkait lainnya. Serta, memberikan sanksi yang tegas bagi pejabat pembina kepegawaian yang apabila tidak melaksanakan amanat dan mandat PP Disiplin ASN/PNS.
Di dalam peraturan tersebut secara tegas disebutkan jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan terhadap suatu pelanggaran disiplin. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi pejabat yang berwenang menghukum serta memberikan kepastian dalam menjatuhkan hukuman disiplin. Demikian juga dengan batasan kewenangan bagi pejabat yang berwenang menghukum telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini.
Respon yang diberikan peserta setelah mendengar pemaparan materi dengan mengajukan pertanyaan yang berbunyi “Banyak UU dan aturan yang berlaku sangat sulit untuk diimplementasi karena akan membingungkan PNS, namun
20 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
yang perlu di tekankan bahwa perlu adanya kesadaran dari diri sendiri yang diawali dari niat PNS itu sendiri. Perubahan peraturan yang sering terjadi kadangkala menjadi kesulitan. Karena aturan belum tersosialisasi dengan baik sudah ada aturan baru yang mungkin saja berbeda”
Kemudian dilanjutkan oleh peserta lainnya dengan memberikan komentar
“Aturan yang berlaku ditempatkan sebagai teguran yang bertujuan untuk melindungi PNS itu sendiri agar tidak melanggaran aturan yang ada. Kenapa aturan cendrung berubah karena dinamisnya perkembangan kehidupan sehingga aturan perlu untuk mengakomodir dinamisnya perubahan lingkungan”.
2) Sesi kedua. Paparan Hasil Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni oleh Ahmad Amien, SE, M.Sc, CA , PhD (cd)
Pada sesi ini merupakan sesi pemaparan hasil studi yang telah dilakukan pada 2 Mei – 2 Juni 2018. Hasil studi tersebut akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari laporan kegiatan ini. Sebelum menguraikan temuan studi pemateri menyampaikan kebijakan pengembangan ASN secara nasional yang dituangkan pada roadmap pengembangan ASN dimana pada tahun 2005-2009 pengembangan ASN yang berfokus pada pencapaian good governance, kemudian pada tahun 2010-2014 pengembangan ASN ditempuh dengan cara melakukan reformasi birokrasi dan memberlakukan UU tentang ASN. Pada tahun 2015-2019 kebijakan pengembangan ASN mengarah pada menjadikan ASN yang SMART dengan karakter global mindset, IT/Digital and foreign lang, High Network.
Seangkan pada tahun 2020-2024 kebijakan pengembangan ASN lebih mengarah pada ASN human capital.
21 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Gambar: Slide Materi Pemaparan Hasil Studi Sistem Pengembangan Kapasitas
Idealnya pengembangan ASN di lingkup pemerintah Kab. Teluk Bintuni tidak lagi berbicara pada pencapaian good governance mengingat fokus kebijakan pengembangan ASN untuk pencapaian good governance dicanangkan pada tahun 2004-2009 dan saat ini kebijakan pengembangan ASN yang ditetapkan oleh pemerintah pusat adalah menciptakan ASN yang SMART.
Pengembangan Kapasitas ASN sesuai dengan UU ASN:
Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas (Pasal 3 huruf d).
Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar... Dst (Pasal 51).
Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu ... ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dst(Pasal 68 ayat 2).
Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah (Pasal 69 ayat 1).
Setidak ada 3 kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh ASN dalam menjalankan tugas sesuai dengan bidang tugasnya yakni:
22 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
kompetensi teknis: tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis;
kompetensi manajerial: tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan;
kompetensi sosial kultural: pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan
Namun pertanyaannya dalam pengembangan kompetensi teknis, apakah dapat dilakukan secara mandiri oleh pemerintah Kab. Teluk Bintuni? Mengingat ketiadaan lembaga atau badan diklat yang dimiliki oleh Pemerintah kab. Teluk Bintuni. Dengan besarnya alokasi anggaran untuk pengembangan kapasitas SDM ASN pada tahun 2017 yang berjumlah Rp. 22,5 miliar belum menjawab kebutuhan yang ada karena merujuk pada hasil studi menunjukkan bahwa 73 responden menyebutkan bahwa dengan diadakan diklat sebanyak dua kali dalam setahun dirasakan masih cukup kuran. Hal ini disebabkan bahwa topik materi dan jenis diklat belum sesuai dengan kebutuhan ASN dalam menunjang bidang tugasnya.
23 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Tabel 4 Anggaran Diklat menurut OPD T.A 2017
Secara singkat hasil studi menunjukkan bahwa:
a) Jumlah ASN pada lingkup Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni menurut tingkat pendidikan terdiri atas:
Pendikan Menengah Pendidikan tinggi
SD 52 Orang D1-D3 404 orang
SMP 68 orang S1 736 Orang
SMU 988 Orang S2 26 Orang
S3 2 Orang
OPD Anggaran Diklat
Dinas Kesehatan 526.183.695
Disdikbudpora 639.300.000
Kearsipan 314.350.000
Kepegawaian 838.112.500
Keuangan 2.375.135.000
Komunikasi Informatika Persandian dan
Statistik 1.246.450.000
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 663.500.000 Pemberdayaan Masyarakat Desa 1.361.740.000 Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak 2.022.200.000
Perencanaan 1.319.123.000
Perhubungan 1.497.000.000
Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman 1.200.000.000
Rumah Sakit Umum Daerah Bintuni 750.000.000
Sekretariat Daerah 1.460.800.000
Sosial (BPBD) 624.463.000
Sosial (DINSOS) 210.000.000
17.048.357.195
24 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
b) Pada level pimpinan, ada problem yang berkaitan dengan kecakapan pimpinan OPD dalam proses menghimpun dan menggerakan orang (SDM:
yang dimiliki), memperoleh dan menggunakan anggaran, mengadakan, mempergunakan, dan memelihara peralatan dan berbagai sumber daya serta pengelolaan program demi tercapainya tujuan organisasi Dinas Daerah.
Fakta seperti ini sangat paradoks dengan orientasi manajemen penyelenggaraan pemerintah modern selalu mengorientasikan tindakan- tindakannya pada pencapaian sesuatu hasil yang nyata (Result Oriented Government). Hal tersebut didukung dengan temuan yang di peroleh peneliti saat melakukan proses pengumpulan data, yakni:
1. Kepemimpinan pada OPD tidak Efektif dan efisien.
2. Kepemimpinan pada OPD tidak komunikatif.
3. Kepemimpinan pada OPD dijalankan secara intuitif
c) Problem kompetensi teknis dan kompetensi lain yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas ditemukan disetiap level managerial OPD yang ada di lingkup pemerintah Kab. Teluk Bintuni dengan varian yang berbeda.
d) Kurikulum merupakan aspek terpenting dalam pengembangan diklat daerah.
Metoda pembelajaran untuk diklat manajerial harus dipersiapkan dengan metoda yang berbeda. Pemateri sangat menentukan keberhasilan palatihan teknis/fungsional dan administrasi.
25 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
B.4. Hari Kedua, 10 Oktober 2018. Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni
Kegiatan pada hari kedua dibagi kedalam 3 sesi penyampaian materi dan diawali dengan penyuluhan anti korupsi bagi peserta workshop. Maksud dari penyuluhan anti korupsi ini adalah untuk memberi pemahaman kepada peserta bahwa sebagai ASN mereka sangat rentan terhadap tindakan korupsi. Dalam sesi pertama peserta diajak untuk bermain peran dengan skenario praktek korupsi didaerah. Pada sesi kedua peserta diberikan materi tentang membangun komitmen ASN terhadap pengembangan investasi daerah.
Sedangkan pada sesi ketiga adalah sesi untuk merumuskan rencana tindak lanjut dari kegiatan workshop yang telah dlakukan selama 2 hari. Secara umum dinamika kegiatan workshop dan pelatihan adalah sebagai berikut:
1. Sesi Pertama. Paparan Materi: Penyuluhan Anti Korupsi oleh Dr. Hariawan Bihamding, MT.
Sebelum memulai materi pemateri menyampaikan safety breefing kepada peserta, maksud dari penyampaian safety breefing ini adalah untuk mempersiapkan forum dalam evakuasi ketika dalam pelaksnaan kegiatan terjadi bencana. Setelah menyampaikan safety breefing pemateri kemudian melanjutkan perkenalan singkat kepada peserta. Pemateri kemudian mengajukan pertanyaan kepada forum “siapa yang belum pernah melakukan korupsi sejak lahir‟? tidak ada satu pesertapun yang mengacungkan tangan untuk mengatakan dirinya tidak pernah korupsi.
26 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Gambar: Slide Materi Penyuluhan Anti Korupsi
Korupsi adalah suka menerima uang sogok, menyelewengkan uang/barang milik perusahaan atau negara, menerima uang dengan menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi (Kamus Hukum, 2002). Korupsi juga merupakan Tingkah laku/tindakan seseorang/lebih yang melanggar norma-norma yang berlaku dengan menggunakan dan/atau menyalahgunakan kekuasaan/kesempatan melalui proses pengadaan, penetapan pungutan penerimaan/pemberian fasilitas/jasa lainnya yang dilakukan pada kegiatan penerimaan dan/atau pengeluaran uang/kekayaan, penyimpanan uang/kekayaan dengan tujuan keuntungan pribadi/golongannya sehingga langsung/tidak langsung merugikan kepentingan/keuntungan negara/masyarakat (Juniadi Suwartojo, 2010)
27 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Ada 5 bahasan yang akan dipaparkan pada sesi pelatihan hari ini. Bahasan yang mengawali pemaparan materi hari ini adalah pemateri menguraikan gambaran kondisi indonesia saat ini dalam kegiatan pemberantasan anti korupsi dengan mengacu pada indeks persepsi korupsi yang dikeluarkan lembaga transparansi internasional dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pemateri mengajukan pertanyaan kepada peserta untuk menilai kondisi pemberantasan korupsi saat ini. Pesertapun menjawab dengan pernyataan bahwa “itulah kekurangan kepala daerah saat ini, karena hidup mewah”. Realitas bahwa kondisi negara sedang terpuruk oleh perilaku koruptif. Keterlibatan berbagai pihak sebagai pelaku tipikor yang hingga saat ini masih selalu terjadi menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan belum optimal. Fakta tersebut didukung oleh peringkat Indonesia dalam penilaian pemberantasan korupsi (IPK) belum optimal oleh lembaga LN seperti Transparency International. Dari kenyataan ini menimbulkan pertanyaan besar.. Akar penyebabnya apa..?
Pemateri kemudian menjelaskan bahwa sejarah pemberantas korupsi dinegara ini, sudah dimulai sejak masa kolonial Belanda sampai era reformasi.
Gambar: Slide Materi Penyuluhan Anti Korupsi
28 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Setelah memaparkan seluruh materi yang dituangkan dalam slide presentase, peserta kemudian diajak untuk memainkan game tentang peran. Dimana skenario yang dimainkan adalah praktek tindak pidana korupsi yang melibatkan Bupati dan ketua DPRD, dengan role play sebagai berikut:
Peserta diminta untuk memainkan peran dengan judul pemenuhan janji-janji bupati saat kampanye untuk diakomodir dalam anggaran tahun berjalan dalam pembangunan jalan dan jembatan. Kelompok pertama terdiri atas 5 orang yang terdiri dari perwakilan bag. Tata laksana organisasi, BPPKD, dan Inspektorat, masing-masing berperan sbg Bupati, Sekda, Kepala Dinas, DPKAD, Ketua DPRD, dan Ketua banggar.
Bupati meminta Sekda dan kepala dinas untuk bernegosiasi dengan ketua DPRD dan Ketua banggar untuk memasukkan pembangunan jalan dan jembatan dala APBD yang sedang di susun. Saat negosiasi tersebut KPK mengadakan operasi tangkap tangan.
Pembelajaran yang dapat ditarik dari role play adalah:
mencermati peluang korupsi dalam menjalankan tugas sebagai ASN selalu muncul setiap saat.
Selalu menjunjung tinggi aturan yang berlaku.
Bila tugas dijalankan sesuai dengan koridor aturan yang berlaku maka akan terbebas dari praktek korupsi.
2. Sesi kedua. Paparan materi: Membangun Komitmen Aparatur Sipil Negara (ASN) Dalam Pengembangan Investasi Daerah Dalam Dimensi Hukum. (Dr. Hendrik Renjaan, SH, LL.M)
Aparatur Sipil Negara (ASN) harus mampu menjalankan tugas dengan mendasari tuntunan kehidupan beragama secara benar, selalu memiliki komitmen dalam melayani masyarakat sehingga tercipta good governance .Di setiap organisasi akan bisa dicapai melalui kesadaran diri ASN yang mempunyai etos kerja yang
29 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
baik sudah barang tentu akan menghasilkan kinerja yang baik, sehingga akan didapatkan ASN yang professional.
Membentuk ASN yang profesional yaitu ASN yang karakternya dibentuk oleh nilai-nilai dasar ASN, sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Kompetensi SDM ASN:
Kemampuan dan Karakteristik ASN : Pengetahuan (knowledge), Keterampilan (skill), dan Perilaku (attitude) untuk menciptakan aparatur yang memiliki semangat pengabdian yang tinggi dalam melayani masyarakat yang selalu bertindak hemat, efisien, rasional, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
Integritas dan komitmen PNS sebagai suatu indikator untuk menentukan baik buruknya sikap perilaku seorang PNS dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dalam pemerintahan. PNS dituntut selalu ingat dengan sumpah dan janjinya, sehingga tidak sampai melalaikan tugas yang menjadi kewajibannya, dan tidak melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan tugas dan kewajibannya dalam pemerintahan.
Alih-alih mendorong percepatan investasi ke daerah-daerah, nyatanya pemda justru membuat Perda yang secara substansi justru memberatkan pelaku usaha atau investor yang mencoba melakukan ekspansi bisnis. Di satu sisi, pemda didorong untuk lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sisi lain ASN harus memberikan pelayanan publik yang prima dan berpihak pada peningkatan investasi di daerah. Investasi Daerah adalah Usaha Daerah(Pemda) menempatkan uang atau dana dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) tertentu atas uang atau dana tersebut.
Faktor yang dinilai menghambat investasi di Indonesia antara lain masih adanya gangguan keamanan pada beberapa wilayah serta belum adanya sinergi positif dengan organisasi buruh terkait persoalan upah, outsourcing, dan kebebasan berorganisasi. Hal itu telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor
30 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
atau calon investor. Persoalan-persoalan tersebut tentu harus segera diatasi. Jika tidak, daya tarik investasi negeri ini akan terus menurun.
UU No. 23 Tahun 2014: telah mengatur bahwa Pemerintah Kota dan Kabupaten dapat langsung membuat perjanjian dalam rangka penanaman modal baik antar daerah maupun dengan pihak asing. Hal ini berarti bahwa cepat atau lambat daerah harus mulai mengantisipasi kemungkinan ini agar dapat langsung mengundang investor asing untuk masuk menanamkan modalnya di daerah yang bersangkutan. Jika kesadaran akan pentingnya investasi menciptakan iklim investasi yang kondusif tidak dimulai sekarang di dalam tata pengelolaan pemerintahan di daerah, maka arus investasi yang kita harapkan tidak akan mungkin masuk ke daerah.
Tertarik atau tidaknya investor untuk menanamkan modal di daerah ternyata sangat bergantung pada komitmen pemerintah daerah (pemda) dalam membangun 'kenyamanan' investasi. prinsipnya calon investor ingin adanya komitmen pemda dalam menjaga stabilitas keamanan. kemudahan perizinan, kemudahan pembebasan lahan, dan kepastian hukum mengenai lahan.
"Sebetulnya di daerah ini banyak faktor yang memengaruhi daya tarik daerah.
Pemda juga patut memastikan bahwa calon investor yang datang menghampiri adalah benar-benar pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan investasi, bukan calo proyek samata. tak sedikit pengalaman di daerah ketika calo proyek berkali-kali datang dan setelah itu hilang bak ditelan bumi
Respon forum terhadap paparan materi yang disampaikan oleh pemateri, lebih banyak mempertanyakan bagaimana investor yang berusaha di bumi papua harus tunduk pada kaidah otonomi khusus dan tetap menghormati adat dan budaya masyarakat papua. Pemerintah pun demikian harus tetap berpihak pada masyarakat papua, jangan hanya demi mendapat kucuran dana pemerintah sering merugikan masyarakat. Mendapat tanggapan seperti itu pemateri mengungkapkan bahwa saat ini ada sekitar 8 raperdasus yang disusun
31 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
oleh pemerintah papua barat. Raperdasus tersebut terdiri atas: Masyarakat adat papua, pengelolaan kawasan laut dan pesisir, DBH Migas, dana Otsus dan ada beberapa lagi. Dalam raperdasus yang sementara dibuat bila ditelisik lebih mendalam, akan dijumpai bahwa pemerintah papua barat tetap berpihak pada masyarakat adat.
Adapula peserta yang mengungkapkan otonomi khusus papua dan papua barat saat ini berada diujung waktu dan masyarakat belum merasakan hasil otonomi khusus secara maksimal. Kalau otonomi khusus selesai lantas kita mau bagaimana. Sanggahan yang diberikan pemtaeri atas respon peserta tersebut dengan menyampaikan bahwa kita sebagai masyarakat harus mendukung pemerintah dalam mendorong investasi didaerah karena dengan datangnya investor untuk menjalankan usahanya akan membuka lapangan pekerjaan yang banyak. Jangan investor baru datang saja masyarakat sudah menuntut berbagai macam dengan dalih adat dan budaya.
32 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n C. REKOMENDASI DAN PENUTUP
C.1. Rekomendasi
Program Pendidikan dan Pelatihan di Kabupaten Teluk Bintuni sebenarnya sudah menjadi kebiasaan yang dijalankan setiap tahun, dengan menyediakan anggaran yang cukup besar, baik pada tingkatan pemerintah daerah, OPD, maupun distrik. Tabel berikut ini menunjukkan nilai alokasi belanja pada beberapa OPD.
Tabel 5. Alokasi Anggaran Diklat OPD
OPD Anggaran Diklat
Dinas Kesehatan 526,183,695
Disdikbudpora 639,300,000
Kearsipan 314,350,000
Kepegawaian 838,112,500
Keuangan 2,375,135,000
Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik 1,246,450,000
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 663,500,000
Pemberdayaan Masyarakat Desa 1,361,740,000
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2,022,200,000
Perencanaan 1,319,123,000
Perhubungan 1,497,000,000
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman 1,200,000,000
Rumah Sakit Umum Daerah Bintuni 750,000,000
Sekretariat Daerah 1,460,800,000
BPBD 624,463,000
DINSOS 210,000,000
17,048,357,195
OPD setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk pendidikan dan pelatihan dengan nilai lebih dari 17 milyar Rupiah. Dari jumlah tersebut, berdasarkan hasil penelitian ini diperkirakan sebesar 80% anggaran pendidikan dan pelatihan digunakan untuk mengirimkan pegawai ke luar provinsi Papua Barat. Sehingga, sekitar 14 milyar anggaran terserap untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan ke luar provinsi. Meskipun pengiriman pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di luar provinsi akan memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan yang lebih baik, hal tersebut juga dapat
33 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n memunculkan dampak negatif, di antaranya adalah:
1. Kurangnya efektivitas pengembangan kapasitas pegawai yang dikirimkan.Tidak banyak kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan berupa bimbingan teknis, pelatihan, workshop, dan lain-lain dengan waktu yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Seperti telah disebutkan di depan, anggaran pendidikan dan pelatihan untuk setiap pegawai yang dikirimkan adalah sebesar Rp20.000.000,00 yang digunakan untuk menerima materi pelatihan selama dua sampai dengan tiga hari. Tempat pendidikan dan pelatihan yang jauh juga akan mempengaruhi kesiapan dan kemampuan pegawai untuk menerima proses pembelajaran secara efektif.
2. Persepsi yang salah tentang pengiriman pegawai pada Diklat di luar wilayah.
Selama ini, pengiriman pegawai pada Diklat di luar wilayah kabupaten lebih banyak dianggap sebagai bentuk penghargaan. Tanpa adanya perubahan persepsi secara baik, maka kehadiran pegawai pada Diklat tersebut dapat keluar dari tujuan awal pengiriman pegawai tersebut.
3. Terbatasnya jumlah pegawai yang dapat dikirimkan pada Diklat di luar wilayah.
Dengan anggaran sebesar Rp20.000.000,00 per orang untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di luar wilayah akan memperkecil kesempatan lebih banyak pegawai yang diikutsertakan dalam program pendidikan dan pelatihan tersebut.
4. Hasil pendidikan dan pelatihan tidak terstandar. Sering kali, output dari pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh pegawai pada diklat yang dilakukan oleh lembaga yang berbeda memberikan hasil yang tidak standar dan pada akhirnya tidak dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari di Kabupaten Teluk Bintuni.
Oleh karena itu, meskipun persepsi bahwa pengiriman pegawai pada sebuah kegiatan pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu bentuk penghargaan atas prestasi dan kinerja pegawai tersebut, dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas program pengembangan kapasitas aparatur sipil, pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni dapat mulai mengembangkan sebuah mekanisme pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
34 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n di dalam wilayah Kabupaten Teluk Bintuni.
Selain penyediaan anggaran di setiap OPD, Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni juga mengalokasikan anggaran di setiap distrik sebagai berikut.
Tabel 6. Alokasi Anggaran Diklat Distrik
Distrik Anggaran Diklat
Distrik Aranday 70,000,000
Distrik Aroba 512,687,500
Distrik Babo 460,000,000
Distrik Bataran Beimes 200,000,000
Distrik Bintuni 150,000,000
Distrik Biscoop 300,000,000
Distrik Fafurwar 19,000,000
Distrik Kaitaro 115,000,000
Distrik Kamundan 153,617,000
Distrik Kuri 485,200,000
Distrik Manimeri 290,000,000
Distrik Masyeta 150,000,000
Distrik Merdey 242,350,000
Distrik Meyado 100,000,000
Distrik Moskona Barat 315,000,000
Distrik Moskona Selatan 150,000,000
Distrik Moskona Timur 415,000,000
Distrik Sumuri 201,386,000
Distrik Tembuni 180,000,000
Distrik Tomu 50,000,000
Distrik Tuhiba 300,000,000
Distrik Wamesa 396,000,000
Distrik Weriagar 100,000,000
5,355,240,500
Sebagian besar program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan pada tingkat OPD merupakan pendidikan dan pelatihan yang sifatnya teknis dan fungsional, sehingga peran OPD untuk mengirimkan pegawai pada program-program pendidikan dan pelatihan di lembaga pelatihan khusus tetap menjadi kewajiban. Sebagai contoh, mengirimkan auditor inspektorat untuk mengikuti diklat fungsional auditor, mengirimkan pegawai Dinas PU pada diklat ke-PU-an, dan mengirimkan tenaga kesehatan untuk mengikuti diklat di bidang kesehatan, mungkin tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparatur fungsional pelatih/widyaiswara di Kabupaten Teluk Bintuni.
35 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Berbeda dengan pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh OPD, pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh aparatur distrik lebih banyak dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas aparatur distrik untuk melaksanakan tata kelola pemerintahan distrik yang lebih baik, sehingga kegiatan pendidikan dan pelatihan tersebut dapat dilakukan secara mandiri.
Dari hasil penelitian dan FGD yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni sudah saatnya untuk merintis kegiatan pendidikan dan pelatihan di dalam wilayah kabupaten dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber dana yang dimiliki. Pemerintah Kabupaten dapat mulai menggeser kegiatan pendidikan dan pelatihan administratif untuk dilakukan secara internal. Sebagai contoh, pelatihan di bidang perencanaan dan keuangan.
Kedua bidang pelatihan ini seharusnya dilakukan oleh seluruh OPD, BLUD, dan Distrik, dengan penerimaan yang sama antar-instansi. Pelaksanaan diklat perencanaan dan keuangan yang dilakukan di tempat yang berbeda-beda akan menghasilkan output yang berbeda, sedangkan pemerintah kabupaten wajib menyeragamkan proses perencanaan dan keuangan.
2. Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni perlu merancang sistem kelembagaan pendidikan dan pelatihan dengan sekaligus melakukan penertiban struktur organisasi dan tata kelola pemerintahan yang saat ini telah ada. Saat ini, fungsi pendidikan dan pelatihan terletak pada Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Teluk Bintuni. Namun demikian, tugas dari bidang Pendidikan dan Pelatihan sejauh ini bukan untuk mendidik dan melatih pegawai. Selain itu, Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan juga tidak memiliki kelompok jabatan fungsional pendidik dan pelatih.
3. Pengaturan kelembagaan dan persiapan penyediaan infrastruktur pendidikan dan pelatihan perlu dilakukan dengan mendasarkan pada prioritas-prioritas yang tepat.
Metoda penyampaian materi pendidikan dan pelatihan untuk level jabatan yang berbeda harus disikapi sesuai dengan harapan para peserta pelatihan, dan tidak
36 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
dilakukan secara generik. Selain itu, penyediaan kurikulum juga sangat penting untuk memperhatikan perbedaan karakter pendidikan dan pelatihan pada jenjang jabatan yang berbeda tersebut.
4. Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni perlu melakukan kerjasama, terutama dalam hal pendampingan pengembangan kelembagaan pendidikan dan pelatihan maupun pendampingan penyusunan kurikulum dan penyediaan calon pendidik/pelatih dengan para pemangku kepentingan di bidang pengembangan kapasitas aparatur sipil, termasuk dengan akademisi maupun industri. Pengembangan kompetensi pendidik dan pelatih tidak dapat dicapai secara instan, sehingga kerjasama jangka panjang merupakan keharusan untuk dilaksanakan.
37 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n C.2. Penutup
Laporan ini diajukan oleh Partnership for Governance Reform Indonesia (PGRI) kepada Tangguh LNG, sebagai bagian dari instrumen monitoring dan evaluasi. Dalam lingkup programatik laporan ini, secara substantif dan manajerial, telah memperoleh legalisasi dari Partnership for Governance Reform Indonesia (PGRI).
Jakarta, 8 Desember 2018
Inda Presanti Loekman Miftah Adhi Ikhsanto
Program Director Program Manager
38 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
LAMPIRAN 1: Daftar Hadir Peserta Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni
39 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
LAMPIRAN 2: Foto Kegiatan Kegiatan Workshop Dan Pelatihan Organisasi Pemerintahan Daerah Dalam Rangka Studi Sistem Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni
Gambar 1. Ceremonial Pembukaan Kegiatan Workshop dan Pelatihan
Gambar 2. Sambutan oleh Tangguh LNG (Papuan Manager Affairs)
40 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Gambar 3. Pemaparan Materi Hari Pertama Sesi I
Gambar 4. Pemaparan Materi Hari Pertama Sesi II
41 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Gambar 5. Pemaparan Materi Hari kedua Sesi I (Role Play)
Gambar 6. Pemaparan Materi Hari Kedua Sesi II
42 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n
Gambar 7. Pemaparan Materi Hari Kedua Sesi III
Gambar 8. Ceremonial Penutupan
43 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n Gambar 9. Foto Bersama
44 | L a p o r a n K e g i a t a n W o r k s h o p d a n P e l a t i h a n