MAKALAH FILUM Chlorophyta
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Planktonologi Dosen pengampu: R. Mochamad Candra Wirawan Arief, Ph.D.
Disusun Oleh Kelompok 3
Nadia Wati 230110210008
Raihan Fadillah 230110210010
Muhammad Ihsan Al Irsyad 230110210015 David Reivaldo Manuel 230110210027 Rama Aditya Putra 230110210031 Agnia Fauzyah Handayani 230110210041 Humam Shidiq Amrulloh 230110210063
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan Kesehatan dan limpahan rahmat sehingga penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Filum Chlorophyta dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah planktonologi.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Akhirnya saya sampaikan terimakasih atas perhatiannya kepada teman-teman yang sudah menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan makalah ini. Penulis akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jatinangor, Maret 2022
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penulisan ... 2
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Umum ...3
2.1.1 Definisi Filum Chlorophyta ...3
2.1.2 Morfologi dan Anatomi ...3
2.1.3 Ciri – Ciri ...4
2.2 Klasifikasi Khusus ...5
2.3 Reproduksi ...8
2.4 Habitat ...9
2.5 Peranan ...9
2.5.1 Positif ...9
2.5.2..Negatif ...9
III PENUTUP 3.1 Kesimpulan... 1O DAFTAR PUSTAKA ... 11
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plankton merupakan seluruh kelompok organisme baik hewan maupun tanaman air yang berukuran mikroskopis & hidupnya melayang mengikuti arus (Odum, 1998). Istilah plankton diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun 1887.
Plankton berasal dari kata Yunani planktos yang artinya “melayang-layang”.
Plankton cenderung mengikuti atau terbawa arus yang menentukan kemana mereka pergi. Pada umumnya plankton tidak mampu melawan arus karena karakteristik plankton perenang pasif, namun beberapa organisme yang dimasukkan ke dalam plankton memiliki karakteristik perenang aktif. Seperti ubur-ubur dan krill (fase larva dari euphausiid). Hal tersebut walaupun mereka perenang aktif tetapi tidak dapat berenang melawan arus sehingga cenderung terbawa arus (Maizar. A. S. H.
et al 2021).
Plankton dapat dibagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan fungsinya,ukurannya, daur hidupnya, atau sifat sebarannya. Berdasarkan fungsinya, plankton dapat digolongkan menjadi empat golongan utama, yakni fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton. Fitoplankton terdiri dari lima divisi, salah satunya yaitu Chlorophyta atau disebut alga hijau.
Chlorophyta atau juga dikenal sebagai alga hijau, merupakan kelompok alga yang paling banyak ditemukan di air tawar dan hanya sebagian kecil yang hidup di laut. Chlorophyta dapat hidup melekat pada tanah yang lembab ataupun basah, pada tubuh hewan, dan ada yang hidup melekat pada batang tumbuhan lain (Aziz, 2008). Warna hijau pada alga disebabkan oleh pigmen klorofil yang terkandung didalamnya. Pada Alga hijau juga terdapat pigmen karoten yang memberi warna kuning sehingga, terdapat dua jenis alga yang memiliki warna kekuningan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi umum filum chlorophyta ?
1
2
2. Bagaimana klasifikasi khusus filum chlorophyta ? 3. Bagaimana reproduksi chlorophyta ?
4. Bagaimana habitat chlorophyta ?
5. Bagaimana cara reproduksi chlorophyta ? 6. Apa saja peranan chlorophyta ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui klasifikasi umum filum chlorophyta 2. Mengetahui klasifikasi khusus filum chlorophyta 3. Mengetahui reproduksi chlorophyta
4. Mengetahui habitat chlorophyta
5. Mengetahui cara reproduksi chlorophyta 6. Mengetahui apa saja peranan chlorophyta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Umum Chlorophyta
Klasifikasi Chlorophyta (alga hijau), menurut Smith (1995) membagi filum chlorophyta kedalam dua kelas : (1) Chlorophyceae dan (2)Charophyceae. Pada kelas chlorophyceae ia membagi menjadi sepuluh ordo dan kelas charophyceae hanya satu ordo kelas. Chlorophyceae terdiri dari 10 ordo adalah sebagai berikut : Volvocales, Tetrasporales, Oedogoniales, Ulvales, Prasiolales, Ulotrichales, Zygnematales, Chlorococcales, Siphonales, Siphonocladales.
2.1.1 Definisi Filum Chlorophyta
Chlorophyceae (alga hijau) merupakan salah satu kelas dari alga yang selnya bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti), pigmen klorofil terdapat dalam jumlah banyak sehingga alga ini .berwarna hijau. Chlorophyta merupakan organisme prokariotik (Kasrina et al.2012)
Chlorophyta (alga hijau) adalah salah satu khas alga yang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada yang bersel banyak benang, lembaran atau membentuk koloni
2.1.2 Morfologi dan Anatomi
Klorofil-a dan klorofil-b mendominasi kloroplas yang dimiliki chlorophyta, terdapat di dalam membran yang memiliki karoten. endosimniotik primer menghasilkan organel. Menurut Junior (2016), kloroplas dan dinding sel adalah tempat penyimpanan pati yang merupakan hasil utama produk fotosintesis. Ukuran sel (Thallus) dan cara hidup chlorophyta dari planktonik dengan ukuran mikroskopis atau bentuk nonmotil, hingga mikroskopis (Lewis dan McCourt, 2004).
Menurut lewis dan McCourt (2004), chlorophyta yang uniseluler memiliki ciri bulat memanjang, dengan atau tanpa flagella, mempunyai sisik, dan lapisan dinding atau penutup lainnya. Filamen umumnya menunjukan bentuk sel silinder
3
4
yang tersusun dari ujung ke ujung, meskipun rantai sel yang berbentuk tidak terlalu diketahui.
Morfologi bercabang dibagi atas bentuk-bentuk yang tidak bercabang (Oedogonium) dan percabangan (drapalnadia) yang telah diketahui, dan banyak bentuk percabangan yang juga mempunyai filamen. Koloni terjadi dalam berbagai ukuran, dari pasangan sel (euastropis) hingga ribuan (hidrodiksi). Sel dalam koloni dapat bergabung dengan adanya gelatin atau berpasangan karena adanya dinding parental. Kisaran koloni berkisar dalam berbagai bentuk dari koloni kecil (kluster sel nonlinier: Chlorokybus) hingga agregat ribuan sel planktonik (volvox). Bentuk- bentuk percabangan mungkin berupa jaringan bifurkasi atau retikulasi yang sederhana, tetapi beberapa mencapai kompleksitas yang disebut seperti jaringan (nitella). Sel mungkin tidak berinti atau coenocytic, dimana banyak inti tersebar di seluruh sitoplasma dari apa yang disebut sel raksa (caulerpa).
2.1.3 Ciri – Ciri
Ciri-ciri chlorophyta yaitu berwarna hijau terang, memiliki banyak anggota, eutoriot, ada yang berkoloni, uniseluler dan berfilamen. Habitat Chlorophyta biasanya hidup di air tawar, air laut, air payau tanah-tanah yang basah ada pula yang hidup di tempat-temat kering. Chlorophyta memiliki spesies air tawar lebih dari spesies air laut. Spesies air tawar lebih kecil dalam ukuran. Pada umumnya melekat ada batuan dan sering kali muncul ke permukaan apabila air surut.
Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes dan ada yang intraseluler ada binatang rendah.
2.2 Klasifikasi Khusus
Chlorophyta dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Chlorophyceae dan Charophyceae. Menurut Smith (1955) Chlorophyceae dibagi menjadi 10 ordo yaitu: Volvocales, Tetrasporales, Oedogoniales, Ulvales, Prasiolales, Ulotrichales, Zygnematales, Chlorococcales, Siphonales, Siphonocladales.
Sedangkan Charophyceae hanya memiliki 1 ordo yaitu Charales.
1. Ordo Volvocales
Ordo Volvocales memiliki unicleate-sel sempurna, ditemukan di perairan air tawar. Bentuk tubuhnya koloni, filamen, dan unicel. Pada Ordo Volvocales beberapa memiliki flagel dan beberapa tidak. Reproduksi dilakukan dengan dua cara, secara aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet. Ordo Volvocales memiliki lima family, yaitu:
a. Polyblepharidaceae b. Phacotaceae
c. Chlamydomonadaceae d. Volvocaceae
e. Spondylomoraceae 2. Ordo Tertrasporales
Ordo Tetrasporales tidak memiliki flagel. Bentuk selnya koloni dan unisel. Pada Ordo Tetrasporales terdiri dari 2 family, yaitu :
a. Tetrasporaceae b. Palmelaceae.
3. Ordo Oedogoniales
Bentuk ordo ini koloni bentuk filamen tidak bercabang, hidup dalam air tawar. Sel basal termodifikasi menjadi semacam batil penghisap untuk menempel pada substrat. Sel-sel yang menyusun filamen berbentuk silindris panjang. Sedangkan sel apical (ujung) biasanya ujungnya membulat.
Pembelahan sel terjadi tidak pada bidang tengah sel tetapi agak ke ujung sel sehingga dinding sel yang diwariskan pada kedua sel anak tidak sama. Sel
6
berinti tunggal dan memiliki satu kloroplas berbentuk anyaman (reticulate) yang menyelubungi protoplasma.
Ordo ini memiliki beberapa fitur unik yaitu, reproduksi aseksual dengan zoospora yang memiliki cincin subapikal dengan banyak flagella pendek, yang disebut stephanokont, dan reproduksi seksual dengan oogami.
Ordo Oedogoniales hanya meliputi satu genus saja yaitu Oedogonium. Dari genus Oedogonium memiliki lebih dari 330 spesies, sekitar 70 spesies Bulbochaete, dan 10 species Oedocladium. Lebih dari separuh spesies ini dikenal berasal dari Amerika utara. Contohnya Oedogonium ciliatum (Tjitrosoepomo.G, 2009)
4. Ordo Zygnematales
Bentuk selnya koloni yang berupa benang yang tidak bercabang dan selalu bertambah panjang karena pembentangan sel, serta pembelahan sel secara vegetatif. Tiap selnya memiliki kloroplas berbentuk pita melingkar (spiral) dan satu inti serta menempel pada dinding sel yang mengandung pirenoid-pirenoid. Ordo Zygnematales memiliki 3 family, yaitu :
a. Zygnemataceae b. Desmidiaceae c. Mesotaeniaceae 5. Ordo Ulvales
Ordo Ulvales banyak ditemukan menempel di dasar perairan laut.
Berbentuk menyerupai lembaran daun. Ordo Ulvales bereproduksi dengan dua cara, secara generatif menghasilkan gamet jantan dan betina, pertemuan antara kedua gamet menghasilkan zigot (2n) yang disebut sporofit. Secara vegetatif menghasilkan spora dimana spora akan tumbuh menjadi Ulva haploid (n) yang disebut gametofit haploid.
6. Ordo Schizogoniales (Prasiolales) 7. Ordo Ulothrichales
Sel-sel selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Dan masih sederhana membentuk koloni berupa benang yang becabang atau tidak.
Ulotrichales yang lebih tinggi tingkatannya mempunyai talus yang lebar dan
melekat pada suatu alas dan talus mempunyai susunan seperti jaringan parenkim, adapula yang berbentuk pipa atau pita. Dalam ordo ini terbagi dalam beberapa family yaitu: family Ulotrichaceae, contoh Ulothrix zonata dan family Ulvaceae, contoh Ulva lactuca dan Enteromorpha intestinalis.
8. Ordo Chlorococcales
Memiliki sel-sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk sehingga tidak dapat bergerak, mempunyai satu inti dan satu kloroplas.Kelompok ini merupakan satu koloni yang bentuknya bermacam-macam dan tidak lagi melakukan pembelahan sel yang vegetatif. Perkembangbiakan dengan zoospora yang mempunyai dua bulu cambuk atau dengan tanpa bulu cambuk dinamakan aplonospora. Sedangkan perkembangbiakan dengan isogami antara lain pada marga Pediastrum. Chlorococcales hidup sebagai plankton dalam air tawar, terkadang pada kuli pohon-pohon dan tembok- tembok yang basah. Ada yang hidup bersimbiosis dengan fungsi sebagai lichenes bahkan ada yang hidup dalam plasma binatang rendah, misalnya Chlorella Vulgaris dam infusoria dan Hydra. Ordo ini memiliki 4 famili, yaitu:
a. Chlorococcaceae, umumnya berbentuk kokus dan dalam koloni berbentuk speris.
b. Oocystaceae, memiliki penyebaran yang luas, umumnya unisel, tidak bergerak, tidak menghasilkan zoospore.
c. Hydrodictiaceae, umumnya koloni, dapat hidup di air tenang, maupun sedikit mengalir, seluruhnya hidup di air tawar.
d. Scenedesmaceae, umumnya koloni, hidup di air tawar.
9. Ordo Siphonales
Habitat di laut dan air tawar. Siphonales memiliki filamen pada dasarnya terdiri dari sel multinukleat besar dengan dinding yang memalang langka dan biasanya hanya berdekatan dengan organ reproduksi. Talusnya tidak tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang, sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung inti dan kloroplas. Siphonales terdiri beberapa jenis , antara lain:
8
a. Protosiphon botryoides (suku Protosiphonaceae).
b. Halicystis ovalis (suku Uhalicystidaceae).
c. Caulerpa prolifera (suku caulerpaceae).
d. Vaucheria sessilis (suku vaucheriaceae).
10. Ordo Siphonocladales 2.3 Reproduksi
Reproduksi merupakan salah satu strategi untuk menjaga keberadaan populasi di alam agar tidak punah lantaran predasi, kompetisi, hama, penyakit, serta umur (Nybakken, 1992). Chlorophyta merupakan jenis fitoplankton yang sistem reproduksinya paling lengkap. Reproduksi Chlorophyta dilakukan dengan dua cara yaitu cara aseksual dan seksual ( Preisy et al 2016). Chlorophyta multiseluler memiliki filamen yang melibatkan siklus hidup yang mencakup antara reproduksi seksual dan aseksual (Lewis and McCourt. 2004).
Gamet jantan dilengkapi dengan alat pengangkut (flagella) sehingga dapat bertemu dengan garnet betina dan membentuk zigot pada saat proses kawin.
Sporofit yang terbentuk dari perkembangan zigot menghasilkan sporofit pada tahap awal gametofit (Atmadja & Prud'homme van Reine, 2014).
1) Secara Seksual : Terdapat perubahan fase antara haploid dan diploid.
a. Melalui konjugasi : perkembangbikan secara kawin.
b. Isogami : peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama.
c. Anisogami : Peleburan dua gamet ukuran tidak sama.
d. Oogami : Peleburan dua gamet yang satu kecil gamet jantan bergerak (sebagai sperma) dan yang satu besar gamet betina (sebagai sel telur).
2) Secara Aseksual
a. Membelah diri : Sel induk membelah dan menghasilkan sel baru yang identik dengan induk.
b. Fragmentasi : Pemotongan bagian tubuh, selanjutnya potongan tersebut tumbuh menjadi individu baru.
c. Zoospora : Sel tunggal yang diselubungi oleh selaput dan bergerak atau berenang bebas menggunakan satu atau lebih flagela. Ada dua macam
d. zoospora yaitu Aplanospora (spora yang tidak bergerak), dan Autospora (aplanospora yang mirip dengan sel induk).
2.4 Habitat
Alga hijau merupakan golongan terbesar di antara alga dan sebagian besar hidup di air tawar. Beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada Umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut.
Jenis yang hidup di air tawar, bersifat kosmopolit. terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti : kolam, danau, genangan air, batu-batuan, tanah lembab, kulit batang pohon yang lembab. Beberapa anggotanya hidup di air mengapung atau melayang melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan.
2.5 Peranan
2.5.1 Dampak Positif
1) Ahli biologi Jepang telah bekerja untuk memproses Chlorella vulgaris menjadi berbagai jenis makanan, yang membuka perspektif baru tentang produksi makanan. (Gembong, 1989).
2) Ganggang hijau dapat menjadi fokus penelitian evolusi, terutama sebagai titik awal evolusi (Tjitrosomo, 1983).
3) Ganggang hijau juga penting sebagai sumber makanan bagi banyak protozoa dan hewan air. Chlorella bersel tunggal sebagai organisme yang penuh dengan rincian fotosintesis dan mungkin sebagai sumber makanan di daerah yang tidak cocok untuk pertanian konvensional (Kimball, 1992).
4) Alga hijau adalah produsen utama dalam ekosistem perairan, dan selain Chlorella, sejenis ganggang hijau, sel-sel ganggang bergizi tinggi ini juga mengandung Chlorelin, antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Saptasari, dkk., 2007).
2.5.2 Dampak Negatif
Menimbulkan bau kurang sedap yang menyebabkan kematian ikan dan fauna lain, serta mengganggu kesehatan masyarakat (Dokulil & Teubner, 2011).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alga hijau diklasifikasikan ke dalam filum Chlorophyta dan kingdom protista. Chlorophyta memiliki ciri-ciri sel eukariotik, klorofil a dan b. pigmen karoten, dan multiseluler. Habitat chlorophyta berada perairan laut dangkal, Umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut.
Alga hijau dapat melakukan reproduksi dengan cara seksual dengan cara peleburan sel gamet dan aseksual dengan cara fragmentasi, zoospora. dan aplanospora. Alga hijau memiliki banyak manfaat bagi ekosistem dan manusia. Alga hijau dapat dimanfaatkan sebagai makanan. Walau memiliki dampak positif chlorophyta sendiri memiliki dampak negatif jika jumlahnya berlebihan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, W.S. and W.F.Prud'domme van Reine. 2014. Chesklist of the seaweed species biodiversity of Indonesia with their distribution and classification green algae (Chlorophyta) and brown algae (Phaeophyceae, Ochrophyta). Naturalis Biodiversity Center and Indonesian Institute of Sciences. 59 pp.
Aziz, Abdul. 2008. Dan Alampun Bertasbih. Jakarta: Balai Pustaka.
de Moura-Júnior, E. G., Valentin-de-Souza, R. L., & Milhomens, L. B. (2016). New record of Pithophora roettleri (Roth) Wittrock, 1877 (Chlorophyta: Pithophoraceae) for the São Francisco River basin and its potential geographic distribution in Brazil. Check List, 12(3), 1899-1899.
Iman prasetyo, Triastono. 1967. Beberapa Genus Alga Air Tawar Sistematika dan Deskripsi (Menurut Gilbert M. Smith). Malang: FMIPA IKIP MALANG
Kasrina et al. 2012. Ragam Jenis Mikroalga Di Air Rawa Kelurahan Bentiring Permai Kota Bengkulu Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi SMA. Jurnal Exacta, X(1).
Kimball, J., W. 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Maizar. A. S. H. et al 2021. Ilmu Tentang Plankton dan Peranannya di Lingkungan Perairan. UB Press : Malang.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia Jakarta. 367 hal.
Odum, E.P. 1998. Dasar-dasar Ekologi : Terjemahan dari Fundamentals of Ecology. Alih
Bahasa Samingan, T. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. 697 p
Preisy et al. 2016. INVENTARISASI MAKROALGA DI PERAIRAN PESISIR PULAU MANTEHAGE KECAMATAN WORI, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA. Jurnal Ilmiah Platax. 4(2)
Saptari, M., dkk. 2007. Botani Tumbuhan Bertalus Alga. Malang.
Smith, B. M. 1955. Cryptogamic Botany. Vol. 1. Alga & Fungi. Mc. Graw-Hill Book Company. Tokyo.
Sulistijo, 2009. Pelayaran kebangsaan Ilmuan Muda. Pusat penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia. Jakarta
Lewis, L. A. & McCourt, R. M. (2004). "Green algae and the origin of land plants".
American Journal of Botany. 91 (10): 1535–1556.
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tjitrosomo,G. 1983. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa Bandung.
11