Policy actor in Policy Process
Proses kebijakan publik mrpk proses yang komplek
Melibatkan banyak aktor politik
Banyak sedikitnya aktor tgt besar kecilnya ruang lingkup
permasalahan, jenis masalah maupun tingkatan pemerintahannya
Semakin luas ruang lingkup, semakin banyak pihak yg terkena, semakin banyak aktor dilibatkan.
Dalam menjelaskan aktor kebijakan, juga perlu dibedakan antara negara maju dan negara berkembang, dan juga sisitem
pememrintahannya
Di negara berkembang struktur pembuatan kebijakan relatif lebih sederhana sehingga aktor yg terlibatpun relatif sedikit.
Di negara maju, komponen masyarakat akan berusaha ikut terlibat dalam proses pembuatan kebijakan tersebut (banyak stakeholder yang dilibatkan.
Di negara otoriter akan berbeda dengan di negara demokrasi
Aktor-aktor dalam policy process dikelompokkan kedalam :
Aktor formal : merupakan aktor resmi yang ada dalam struktur pemerintahan, seperti lembaga pemerintah baik eksekutif, legislatif dan juga yudikatif.
Aktor non formal : lembaga ini tidak tercantum dalam struktur tetapi terlibat dalam proses kebijakan. Misal
:partai politik, interest group, ormas, LSM akademisi, pers dsb.
Eksekutif
Yg dimaksud adalah lembaga kepresidenan (presidency).
Termasuk dalam hal ini adalah presiden, wapres, menteri, ketua lembaga, kepala badan dsb)
Presiden sbg kepala eksekutif mempunyai peranan yg sangat penting, bahkan sangat dominan, di semua
tahapan kebijakan
Nampak dalam rapat kabinet, rapat koordinasi,dsb
Di Indonesia peran presiden sangat kuat karena :
1. Scr struktural lembaga kepresidenan merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan negara
2. Presiden memiliki sejumlah atribut yg tak dimiliki lembaga lain, spt, panglima tertinggi Aangkatan Bersenjata, mandataris, dsb yg sangat efektif dalam situasi krisis
3. Resources yg dimiliki sangat besar yg tak tertandingi oleh lembaga lain.
4. Presdiden didukung oleh personil (pejabat) yg mempunyai kemampuan lebih dalam penyelenggaraan pemerintahan
Menteri juga sangat penting dalam policy process, karena hampir semua kebijakan dari eksekutif dirumuskan oleh para menteri
dibidangnya masing-masing
Menteri yg paling menonjol dalam perumusan kebijakan adalah Mensesneg, karena mrpk “mata dan telinga presiden”.
Hampir semua drfat kebijakan pemerintah di tingkat pusat dikaji dan diteliti terlebih dahulu oleh kementrian ini.
Peran eksekutif tidak hanya pada proses perumusan kebijakan tetapi juga pada proses implementasi dan juga evaluasi kebijakan
Dalam proses implementasi, eksekutif yang dalam hal ini birokrat adalah ujung tombak implementasi kebijakan.
Ini dilakukan karena fungsinya di bidang eksekutif.
Birokrat punya pengalaman yang banyak dan SDM yang memadai untuk mengimplementasikan kebijakan
Dalam proses evaluasi kebijakan juga dilakukan oleh eksekutif terutama pihak pihak yang ditunjuk untuk melakukan fungsi pengawasan/ evaluasi, baik
pengawasan kepegawaian, keuangan, administrasi dsb
Legislatif:
Di negara kita DPR merupakan lembaga penting dalam perumusan kebijakan.
Untuk kebijakan tertentu bahkan peran lembaga ini akan terlihat sangat dominan
DPR mempunyai beberapa peralatan yg penting, seperti Fraksi, Komisi, Panitia dsb yg sangat berperanan dalam membahas rancangan kebijakan yg masuk.
5 tingkatan pertemuan di LEG
►1. Rapat Pleno tertutup, untuk
mendengarkan penjelasan pemerintah
►2. Rapat Fraksi,
►3. Rapat Pleno terbuka, untuk
mendengarkan pandangan umum fraksi
►4. Rapat Pansus, memusyawarahkan materi
►5. Rapat Pleno terbuka, mengambil keputusan
Legislatif juga melakukan Public hearing untuk mengumpulkan informasi
Legislatif juga bisa mengadakan penyelidikan tentang suatu masalah tertentu
Juga terlibat dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan.
Dalam hal hal tertentu Lembaga ini bisa memanggil eksekutif untuk menjelasakan implementasi kebijakan yang sudah ditetapkan
Untuk kebijakan tertentu Lembaga ini berfungsi juga
sebagai Lembaga yang menyetujui dan mengesahkan kebijakan
Yudikatif
Berperan dalam mengawasi jalannya kebijakan publik, melakukan tinjauan yudisial atupun penafsiran atas suatu kebijakan tertentu
Juga bisa memberikan pertimbangan pertimbanagn hukum pada saat proses perumusan dan impelmentasi kebijakan.
Juga bisa terlibat dalam memberikan fatwa-fatwa hukum tertentu, khususnya dalam menyelesaikan
persoalan yang ada di masyarakat.
Lembaga non formal:
1. Partai politik, berperan dalam membentuk opini publik.
Juga dapat mempengaruhi proses perumusan kebijakan melalui wakil-wakilnya di DPR.Keterlibatan mereka
ditentukan oleh sistem politik negara ybs. (Bi partai lebih menonjol dibandingkan pada multi partai).
Secara tidak langsung terlibat dalam pengesahan atau penetapan kebijakan
Untuk kebijakan kebijakan tertentu partai politik juga bias terlibat dalam implementasi kebijakan meski secara tidka langsung
2. Kelompok Kepentingan. Perannya juga tgt pada sistem pemerintahannya. (Demokratik lebih berperan
dibanding otoriter). Tingkat pengaruhnya akan tgt pada besar kecilnya kelompok kepentingan. Di Indonesia
kelompok kepentingan ini identik dengan Org
keagamaan, org profesi dan juga LSM yg mempunyai misi tertentu spt WALHI, LBH, dsb.
Kelompok ini juga bisa terlibat dalam proses implementasi kebijakan
3. Intelektual berperan dalam membentuk opini publik, dan pada perumusan kebijakan serta evaluasinya
4. Birokrasi, berperan dalam perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan
5. Media massa, berperan dalam membentuk opini publik, baik pada saat agenda setting, implementasi maupun
evaluasi.