• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KEBIJAKAN PUBLIK: Sistem, Proses, dan Stratifikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN KEBIJAKAN PUBLIK: Sistem, Proses, dan Stratifikasi"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KEBIJAKAN

PUBLIK:

Sistem, Proses, dan Stratifikasi

Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, MSi.,

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(2)

Lokus, fokus, dan konteks

 Lokus (letak/ tempat/ rel), berada dan terkait

dengan organisasi negara.

 Fokus (perhatian utama), yakni pemberi arah

gerak negara agar dapat berjalan meraih tujuan yang diinginkan, beserta instrumen-instrumennya.

 Konteks, yakni elemen-elemen terkait,

terutama berbagai elemen dinamika organisasi negara baik lingkungan internal maupun

eksternal sebagai penanda adanya administrasi (manajemen) organisasi negara.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(3)

Law Policy

Administration

NEGARA SEBAGAI INSITUSI: Institutional Linkages within an

Institutions

(Saleth dan Dinar: 2005)

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(4)

Isi Paparan

A. Pendahuluan

B. Beberapa Definisi Kebijakan

Publik

C.

Definisi Sistem

D.

Implementasi Kebijakan: berbagai

Perspektif

C.

Stratifikasi

Pusdiklat Spimnas Bidang Kepemimpinan

(5)

A. Pendahuluan

Judul di atas, mengarah pada

pengelolaan kebijakan publik dalam

ranah implementasi.

Judul kecil menyangkut sistem dan

proses dapat dipahami dengan

mudah, sedangkan stratifikasi secara

awam yang dimaksud penulis judul

kemungkinan mengarah pada jenjang

manajemen pelaksanaannya.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(6)

B. Beberapa Definisi

Kebijakan Publik

Carl Friedrich mengembangkan definisi

kebijakan publik sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan berbagai hambatan yang dihadapinya, yang

memberikan kesempatan untuk menggunakan risorsis dalam mengatasi masalah sosial yang dihadapi dan dalam rangka mencapai suatu

tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(7)

Lanjutan

Thomas R Dye mengatakan

bahwa kebijakan publik adalah

apapun yang dipilih oleh

pemerintah untuk dilakukan dan tidak

dilakukan.

Robert Eyestone menyatakan

kebijakan publik sebagai

hubungan suatu unit

pemerintahan dengan

lingkungannya.

Pusdiklat Spimnas Bidang Kepemimpinan

(8)

lanjutan

Randall B. Ripley dalam Policy

Analysis in Political science

menganjurkan agar kebijakan

publik dilihat sebagai suatu proses

dan merupakan satu model yang

sederhana untuk memahami

konstelasi antar aktor dan interaksi

yang terjadi di dalamnya untuk

mengatasi masalah sosial yang

berkembang.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(9)

lanjutan

Guy Peters mengatakan kebijakan

public sebagai keseluruhan dari

kegiatan pemerintah baik aktivitas

langsung maupun melalui agen-agennya

yang mempengaruhi kehidupan warga

negaranya.

James A. Anderson, kebijakan

publik sebagai “a purposive course of

action followed by an actor or set of

actor in dealing with a problem or

matter of concern.”

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(10)

lanjutan

W. I. Jenkins “Public policy is a

set of interrelated decisions taken

by a political actor or group of

actors concerning the selection of

goals and the means of achieving

them within a specified situation

where these decisions should, in

principle, be within the power of

these actors to achieve"

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(11)

Suatu kesatuan yang terdiri

dari berbagai unsur (elemen)

yang saling tergantung satu

sama lain dan saling pengaruh

mempengaruhi, dapat berupa

elemen-elemen fisik maupun

non fisik.

C. Definisi Sistem

Pusdiklat Spimnas Bidang Kepemimpinan

(12)

Lanjutan

Dengan demikian, memahami

kebijakan publik terkait

implementasinya sekalipun, sangatlah

luas.

Para pakar mempermudah dengan

model-model implementasi kebijakan

publik sebagai cara

menyederhanakan realitas.

Salah satu model yang mudah adalah

model siklus (proses) kebijakan.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(13)

C.1. Proses Kebijakan dan

Faktor-faktor lingkungan (Model Easton)

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(14)

C.2. Proses Kebijakan

(Nasional)

Nakamura dan Smalwood, Proses

Kebijakan terkait dengan arena-arena

kebijakan yang merupakan forum

memenuhi fungsi-fungsi dar proses

kebijakan yang terdiri dari (1) policy

formulation; (2) policy

implementation; dan (3) policy

evaluation. Masing-masing fungsi

membentuk lingkungan kebijakan

masing-masing. Ada aktor, resources,

ada perilaku, ada simbol dan

nilai-nilainya.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(15)

C.3. New Model: The Policy

Process As a System

Linkages ENVIRONMENT I Policy Formulation Linkages Linkages

ARENA AND ACTORS

ENVIRONMENT III Policy Evaluation

ENVIRONMENT II Policy Implementation

ARENA AND ACTORS ARENA AND ACTORS

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(16)

New Model: The Policy Process As a System

1. Proses kebijakan publik bersifat kompleks, tahap-tahap formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan adalah saling tergantung (interdependent)

2. Proses kebijakan publik tidak bersifat mutually exclusive, seorang pelaku (actor) dapat terlibat dalam berbagai tahap kebijakan

3. Tiap tahap kebijakan mempunyai lingkungan yang berbeda

Linkages

ENVIRONMENT I Policy Formulation

Linkages

Linkages

ARENA AND ACTORS

ENVIRONMENT III Policy Evaluation

ENVIRONMENT II Policy Implementation

ARENA AND ACTORS ARENA AND ACTORS

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(17)

POLICY PROBLEM POLICY ACTIONS POLICY OUTCOMES POLICY ALTERNATIVES POLICY PERFORMANCE monitoring Problem Structuring Practical Inference Evaluation Recommendation Forecasting

C.4. THE PROCESS OF POLCIY

ANALYSIS (DUNN)

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(18)

C.5. Gordon---Proses Kebijakan

Parsons merujuk Gordon; Proses

kebijakan berurutan secara linear

sebagai berikut: (1) analysis of

policy determination; (2) analysis of

policy content; (3) policy

monitoring and evaluation; (4)

information for policy; and (5)

policy advocacy.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(19)

D. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN:

Berbagai Perspektif

D.1. Definisi

“Implementation –which we

define in this book as the

process of carrying out

authoritative public policy

directives– is neither easy nor

automatic.

(NAKAMURA dan SMALLWOOD)

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(20)

Ripley and Franklin

 Implementation, The term refers to the set

of activities that follow statements of intent about program goals and desired results by government officials. Implementation

encompasses actions (and non actions) by a variety of actors, especially bureaucrats, designed to put programs into effect,

ostensibly in such a way as to achieve goals.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(21)

Lanjutan

Implementation encompasses many

kinds of actions. First, agencies

charged by law with responsibility for

administering programs must acquire

resources needed to move ahead.

These resources include personnel,

equipment, land, raw materials, and

–above all– money.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(22)

lanjutan

 Second, agencies engage in interpretation

and planning. They expand the language of statutes into concrete directives,

regulations, and program plans and design. Third, agencies must organize their

activities by creating bureaucratic units and routines for attacking their workload.

Finally, agencies extend benefits or restrictions to their clientele or target groups. They provide the services or

payments or limits on activity or whatever else represents the tangible output of a

program.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(23)

Cochran dan Malone

Merujuk Paul A. Sabatier, menganggap

bahwa implementasi kebijakan yang

disebut sebagai program operation

merupakan salah satu dari lima elemen

proses kebijakan.

Lima elemen tersebut merupakan

runutan sistematis problem

identification, policy proposal, adoption,

program operation, dan evaluation.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(24)

Walaupun secara umum dalam

sebuah sistem atau proses kebijakan

membutuhkan pemahaman

lingkungan kebijakan secara

komprehensif, lebih spesifik

implementasi kebijakan berupaya

mengidentifikasi variabel-variabel

suksestori.

Pusdiklat Spimnas Bidang Kepemimpinan

(25)

Ripley dan Franklin

The best of the literature that includes

at least some conceptual discussion of

implementation (for good example….)

strongly underscores several

generalization about implementation:

(1) there are a very large number of

external factors that can influence

implementation.

(2) there are also a large number of

factors internal to implementation

processes that inevitably provide

obstacles to smooth implementation.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(26)

“Obviously, the implementation of policies is dependent on economic factors such as the availability of money and other resources, on geographic considerations such as territorial

jurisdiction, and on sociological factors such as interpersonal work relationship.”

(NAKAMURA DAN SMALWOOD)

Merujuk berbagai pakar, Nakamura dan Smalwood juga mengemukakan faktor

Komunikasi, faktor sumberdaya, faktor birokrasi dan faktor sikap para aktor.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(27)

D.2. Pendekatan implementasi

kebijakan

Pendekatan klasik menurut Smallwood

dan Nakamura, menganggap bahwa

implementasi adalah runutan hirarkis

dari sebuah proses kebijakan.

Masih menurut pakar yang sama,

pendekatan lingkungan, menyatakan

bahwa implementasi merupakan salah

satu arena dari sebuah siklus arena

kebijakan yang terjadi dalam sebuah

sistem kebijakan.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(28)

Lanjutan

 Oleh karena itu, dua pakar tersebut

menyimpulkan dalam implementasi pendekatan klasik:

1. An agent to carry out the policy is chosen by the policy maker according to technical criteria (i.e. the perceived ability to the agent to employ the appropriate means to accomplish the policy goals)

2. The policy is communicated to the agent as a series of specific instructions

3. The agent implements (carry out) specific

instructions according to the policy guidelines specified in the communication from the policy maker.”

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(29)

Lanjutan

 Pendekatan baru Nakamura dan Smallwood

“One useful study the implementation of a policy is to view the policy process as a

system. A system is characterized by a set of interconnected elements, each directly or indirectly related to the other. The utility of a system overview lies in its simplification of the policy process into a set of elements and linkages. If we can define and analyze these elements and linkages, we will be

able to perceive where and how

implementation fits into the life of a policy.”

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(30)

Wayne Parson

Parson membuat peta berbagai pendekatan implementasi dalam kebijakan:

 Top-down rational system approach  Bureaucratic street-level behavior  Political game model

 Evolutionary process  Managerial framework

 Culture model for failure and organizational

improvement

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(31)

Lanjutan

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(32)

Lanjutan

 Model evolusioner ini hampir sejalan

dengan teori organisasi yang menelusri proses pembelajaran dalam organisasi (learning).

 Adanya aksi-reaksi yang ditimbulkan dalam

sebuah proses implementasi membawa keseluruhan sistem berada dalam

pembelajaran. Idealnya terdapat proses kemajuan (progresif) bukan kemunduran.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(33)

Lanjutan

“Managerialist approaches to

implementation have come to form

the dominant ‘operational’ paradigm

in the administration (qua

management) of public policy…We

may consider these in terms of three

kinds of approaches: (1) operational

management; (2) corporate

management; (3) personal

management.”

Pusdiklat Spimnas Bidang Kepemimpinan

(34)

GRINDLE (1997)

Dalam memahami implementasi,

Grindle menyusun dua kutub utama

dalam pendekatan kebijakan. (1)

Society-centered approach; (2)

State-centered approach

Perilaku aktor dan interest-nya serta

kemungkinan konflik dalam berbagai

arena kebijakan dapat dianalisis

dengan kedua pendekatan.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(35)

Lanjutan

 Kutub pendekatan pertama terdiri dari

berbagai pendekatan: (1) analisis

klas--materi; (2) pendekatan pluralis--karakter; dan (3) public choice --interest.

 Kutub kedua terdiri dari berbagai

pendekatan: (1) pendekatan aktor rasional (rational actors)—individu; (2) pendekatan birokratik-politik (bureaucratic-politics)— individu birokrasi; dan (3) pendekatan kepentingan negara (state interest) – negara otonom (birokrasi kompak).

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(36)

Lanjutan

 Interactive model:

 In the model, pressures to put reform issues

on the policy agenda come from many sources, including frequent

‘reform-mongering’ by policy elites, and the agenda represents a stockpile of proposed change”

 “The effect of a change in policy become

more visible as implementation proceeds,

and there are likely to be more challenges to the original conception of the reform. In this process, the characteristics of the policy will have an important influence on the nature of the reaction or response to change.”

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(37)

Lanjutan

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(38)

E. Stratifikasi

Terdapat berbagai tingkatan

kebijakan dalam pespekstif

manajerial (pengelolaan) (Bromley)

Strategic level

Organizational Level

Operational (technical) level

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(39)

Sumber Penentuan Kebijakan

Publik

PROBLEMS

System of Law

Vision and Wisdom POLICY

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(40)

Kacamata Hukum

 TERDAPAT DUA MATRA BESAR dalam konteks fungsi

Negara dan kebijakan publik:

1. KEBIJAKAN PUBLIK DALAM RANGKA PENGATURAN (POLITICAL AUTHORITY), ATAU

2. KEBIJAKAN PUBLIK DALAM RANGKA PENGURUSAN (ADMINISTRATIVE AUTHORITY)

 ISTILAH POLITICAL AUTHORITY SERINGKALI DIARTIKAN

SEBAGAI WEWENANG PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK SEDANGKAN ADMINISTRATIVE AUTHORITY SEBAGAI WEWENANG PELAKSANAAN KEBIJAKAN PUBLIK.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(41)

lanjutan

DENGAN DEMIKIAN, JIKA YANG

DIMAKSUD ADALAH PRODUKNYA,

maka terdapat produk kebijakan

pengaturan dan produk kebijakan

pengurusan.

Dalam rangka perumusan

KEBIJAKAN, maka terdapat

perumusan kebijakan pengaturan

atau perumusan kebijakan

pengurusan.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(42)

lanjutan

 Lembaga politik di Indonesia ada di tingkat

nasional dan di tingkat lokal karena kita menjalankan desentralisasi.

 Di tingkat nasional, hampir semua lembaga

tinggi negara adalah lembaga yang memiliki

political authority. Di daerah, DPRD dan Kepala Daerah merupakan lembaga politik.

 Dengan demikian, di tingkat nasional terdapat

UUD UU, PerPU, PP, PerPres adalah produk dari kerja lembaga-lembaga politik yang memiliki political authority. Di daerah, terdapat Perda dan Peraturan Kepala daerah sebagai produk dari kerja lembaga politik di daerah yang

memiliki political authority.

Pusdiklat

Spimnas Bidang

(43)

43 Apa dan bagaimana Umum Siapa yg dituju Abstrak Konkrit Individual 1 2 3 4

Norma HAN dan

Stratifikasi Manajemen Kebijakan

1. Umum-Abstrak 2. Individual-Konkrit 3. Umum-Konkrit 4. Individual-Abstrak Pusdiklat Spimnas Bidang Kepemimpinan

(44)

lanjutan

 Pengurusan harus berdasar pada pengaturan.

Pengurusan merupakan operasional dari pengaturan.

 Pengaturan sangat terkait dengan sistem politik.

Budaya makro, budaya politik makro dan sistem ekonomi pun berpengaruh.

 Pengurusan tanpa dasar pengaturan amat rentan.

Pengurusuan berkait erat dengan law enforcement.

 Pengurusan sangat terkait dengan sistem

administrasi dan birokrasi, disamping terdapat

mikro politik dan budaya organisasi serta ekonomi organisasinya. Pusdiklat

Spimnas Bidang

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan secara objektif dan sistematis. Menurut Freire, bahwa hubungan manusia dengan dunianya dijembatani oleh kemampuan pikiran-bahasa. Berfikir dan mengetahui tidak lepas

Setiap dokter tamu berhak untuk memilih tetapi tidak memiliki hak untuk dipilih pada berbagai jabatan staf medis, memiliki hak bicara pada pertemuan staf medis, berpartisipasi aktif

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2) Tanah yang ada di dalam largebag dilubangi terlebih dahulu sebesar ukuran polybag kecil dengan menggunakan boor tanah

Antusiasnya anggota kelompok atau petani menunjukkan keinginan mereka terkait sesuatu hal yang dapat membuat lebih baik, sehingga petani bila terdapat suatu informasi baru

Sistem Informasi Manajemen Desa (SIMADE) adalah suatu sistem informasi yang dapat terhubungkan sebagian besar administrasi yang tersedia di Kantor Kecamatan Kota Batu mulai dari

Pada produk tutup kemasan minyak wangi di ukur menggunakan digimatic caliper 200 mm, jumlah sample 5 pcs, average secara keseluruhan berwana hitam menandakan OK, tetapi dimensi

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis

Nah, jika Anda sudah punya keyakinan bahwa Anda bisa membuat dan mengelola website sendiri, tentu Anda akan lebih percaya diri untuk membuat website professional yang