PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
 - Tujuan Khusus
 
Manfaat Penulisan
- Bagi Penulis
 - Bagi Tempat Penelitian
 - Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
 
Studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal di RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Berdasarkan data yang ditemukan, kedua pasien tersebut mengalami perbedaan tanda dan gejala yang memiliki kesamaan dan kesenjangan dengan teori yang dikemukakan pada pasien penyakit ginjal kronis. Penilaian pasien dengan penyakit ginjal kronik menunjukkan adanya masalah pernafasan, nutrisi, cairan, muskuloskeletal dan perfusi.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Penyakit ginjal kronik merupakan suatu proses patofisiologi dengan berbagai etiologi yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan umumnya berakhir pada gagal ginjal. Selain itu, gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat ireversibel sehingga diperlukan terapi pengganti ginjal permanen berupa dialisis atau transplantasi ginjal.Uremia merupakan suatu sindrom klinis dan laboratorium yang terjadi pada seluruh organ, akibat terhadap penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronis (Suwitra, 2015). Selama CKD, beberapa nefron, termasuk glomeruli dan tubulus, masih berfungsi, sedangkan nefron lainnya rusak dan tidak berfungsi lagi.
Etiologi
Penyakit ginjal kronis (gagal ginjal kronis, CRF) terjadi ketika kedua ginjal tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang sesuai untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal tidak dapat diperbaiki. Memburuknya nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan pembuluh darah akibat diabetes mellitus dan hipertensi persisten Penggunaan terus menerus dapat mengakibatkan pembentukan jaringan pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif (Baradero. 2009). Reabsorpsi tubulus juga meningkat meskipun laju filtrasi glomerulus menurun. Kompensasi dari nefron yang utuh memungkinkan ginjal mempertahankan fungsinya sampai tiga perempat nefron rusak. Zat terlarut dalam cairan menjadi lebih banyak dari yang dapat diserap kembali dan mengakibatkan diuresis osmotik disertai poliuria dan rasa haus, pada akhirnya nefron rusak, bertambah dan terjadi oliguria karena sisa metabolisme tidak dikeluarkan (Baradero. 2009).
Tanda dan Gejala
Patofisiologi
Komplikasi
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
 - Pemeriksaan Radiologi
 
Stadium Penyakit Ginjal Kronik
Penatalaksanaan
Konsep Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
 - Diagnosa Keperawatan
 - Intervensi
 - Implementasi
 - Evaluasi
 
Sedangkan permasalahan keperawatan yang ditemukan pada pasien 2 yaitu : pola pernafasan tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, resiko perfusi ginjal tidak efektif, defisit nutrisi. Menurut Smeltzer & Bare (2015), tanda dan gejala seperti kelemahan dan kelelahan, kram otot, dan penurunan kekuatan otot dapat terjadi pada penderita penyakit ginjal. Hasil evaluasi pasien 1 dan pasien 2 setelah masa pengobatan 4 hari adalah kedua pasien sudah bisa duduk di samping tempat tidur dan sudah bisa berjalan.
METODE PENULISAN
Subyek Penulisan
- Kriteria Inklusi
 - Kriteria Enklusi
 
Batasan Istilah (Definisi Operasional)
Lokasi dan Waktu Penulisan
Prosedur Penulisan
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
- Teknik Pengumpulan Data
 - Instrumen Pengumpulan Data
 
Studi kasus ini menggunakan pendekatan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi) sebagai metode observasi dan pemeriksaan fisik tubuh klien. Kajian dokumentasi diperoleh dari catatan atau rekam medik, riwayat kesehatan, hasil tes diagnostik, dari perawat lain atau tim pelayanan kesehatan lain, catatan medik dan bias dari literatur atau literatur yang berhubungan dengan permasalahan klien. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah format penilaian Keperawatan Medis Bedah (KMB) yang terdiri dari pengkajian, diagnosis, intervensi dan evaluasi pada klien penyakit ginjal kronik.
Keabsahan Data
- Data Primer
 - Data Sekunder
 - Data Tersier
 
Data primer merupakan sumber data yang dikumpulkan dari klien yang dapat memberikan informasi lengkap mengenai masalah kesehatan dan keperawatan yang dialaminya. Data yang dapat diperoleh dari klien antara lain Data Subjektif (informasi yang diucapkan klien pada saat wawancara pengkajian keperawatan, misalnya observasi keluhan utama) dan Data Objektif (data yang diperoleh dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi). Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari orang-orang terdekat pelanggan (keluarga), seperti orang tua, saudara kandung atau pihak lain yang memahami pelanggan dan dekat dengan pelanggan.
Data yang dapat diperoleh antara lain riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan sebelumnya, riwayat keluarga, dan gaya hidup klien. Data tersier adalah data yang diperoleh dari catatan medis atau rekam medis, riwayat kasus, hasil tes diagnostik, dari perawat lain atau tim pelayanan kesehatan lain, serta bias dari literatur atau literatur yang berkaitan dengan masalah klien.
Analisis Data
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada 2 subjek, diagnosa keperawatan pasien 1 didapatkan sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yaitu pola pernafasan tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, defisit nutrisi, hipervolemia, gangguan mobilitas, hipertermia, dan risiko penyakit jantung. air terjun. Sedangkan pada pasien 2 diperoleh diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah yaitu pola nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, defisit nutrisi, hipervolemia, penurunan mobilitas, nyeri akut, dan resiko terjatuh. Sedangkan perbedaannya adalah pasien 1 mengalami hipertermia sedangkan pasien 2 tidak, serta pasien 2 mengalami nyeri dan pasien 2 tidak.
Permasalahan selanjutnya adalah tidak efektifnya perfusi perifer yang berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin pada pasien 1. Menurut penulis, tanda dan gejala tersebut jarang terjadi pada pasien penyakit ginjal, biasanya hipertermia terjadi akibat adanya infeksi yang terus menerus pada pasien. Menurut Nurarif (2015), maag dapat terjadi karena terganggunya ekskresi protein pada penderita penyakit ginjal sehingga menimbulkan sindrom uremik.
Menurut penulis, tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien 2 sebenarnya memiliki persamaan dan kesenjangan dengan teori. Pasien 1 dan 2 mengalami kelemahan dan berkurangnya kekuatan otot akibat kurangnya mobilisasi dan pengaruh disabilitas fisik sehingga timbul tanda dan gejala tersebut. Hasil evaluasi pada pasien 2 dengan masa pengobatan 3 hari adalah nyeri ulu hati berkurang hingga skala nyeri 2 dan nyeri hilang.
Hasil evaluasi pada pasien 2 selama 1 x 24 jam menunjukkan tidak terjadi terjatuh dan pasien serta keluarga memahami pentingnya keselamatan pasien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Lokasi Penelitian
RSUD Abdul Wahab Sjahranie merupakan salah satu dari 2 rumah sakit rujukan milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Kalimantan Timur. Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie diresmikan pada tanggal 22 September 1986, dahulu bernama Rumah Sakit Lanschap yang dibangun pada tahun 1933 pada masa penjajahan Belanda. Dalam studi kasus ini, penulis melakukan hal tersebut di ruang Flamboyan, yaitu ruangan rumah sakit kelas tiga untuk pria dan wanita dewasa yang dirawat langsung dari IGD atau poliklinik.
Bangunan Ruang Flamboyan terletak di tengah, dimana di sebelah utara adalah Ruang Melati, di sebelah selatan adalah Ruang Seruni, di sebelah barat adalah tempat parkir Pusat Pengajaran Universitas Mulawarman, dan di sebelah timur adalah kantin pengunjung. Ruang Flamboyan terdiri dari 2 tim yaitu tim 1 dan tim 2, ruang Flamboyan terdiri dari 1 ruang utama, 2 ruang perawat, 2 kamar mandi perawat, 1 ruang siswa, 1 dapur, 1 musala, 2 ruang operasi, 1 gudang, 10 kamar pasien berkapasitas 50 tempat tidur dengan dua kamar mandi di setiap kamar tidurnya, dan 1 ruang isolasi berkapasitas 2 tempat tidur dan 2 kamar mandi.
Pengkajian
Kulit kepala bersih, tidak ada luka dan ketombe - Rambut merata - Rambut hitam - Rambut mudah patah. Kelenjar getah bening leher tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, trakea letaknya terpusat dan tidak terdapat kelainan lain. Kelenjar limfe tidak teraba, tiroid tidak teraba, trakea letaknya sentral dan tidak ada kelainan lain.
Pada saat auskultasi terdengar bunyi jantung pertama, bunyi jantung normal dan teratur, bunyi jantung kedua bunyi normal dan teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan : bentuk simetris, tidak ada bayangan vena, tidak ada benjolan/massa, tidak ada luka operasi, tidak dipasang saluran air. Palpasi : tidak nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran hati, tidak nyeri pada limpa dan ginjal.
Kebersihan alat kelamin bersih, buang air kecil sedikit (oliguria), buang air kecil dengan kateter pada hari ke 4, produksi urin/hari ±100 ml, tidak ada pembesaran kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih. Kebersihan alat kelamin bersih, buang air kecil sedikit (oliguria), buang air kecil dengan kateter pada hari ke 1, produksi urin/hari ± 600 ml, tidak ada pembesaran kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih.
Diagnosa Keperawatan
Pasien tampak kurus, selaput lendir bibir kering dan pucat, pasien mual saat makan dan muntah setelah makan. Diagnosa keperawatan pasien 1 adalah : pola pernafasan tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, resiko perfusi ginjal tidak efektif, defisit nutrisi, hipervolemia, gangguan mobilitas, hipertermia, dan resiko terjatuh. Masalah keperawatan yang sama pada kedua pasien adalah: pola pernafasan tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, risiko perfusi ginjal tidak efektif, defisit nutrisi, hipervolemia, gangguan mobilitas, dan risiko jatuh.
Intervensi Keperawatan
Berdasarkan Tabel 4.8 dan Tabel 4.9, intervensi keperawatan ditentukan berdasarkan hasil diagnosa yang tercantum pada Tabel 4.7.
Implementasi Keperawatan
Pasien makan sedikit demi sedikit dan perlahan, mengkonsumsi 4 sendok makan. Intake ±5 jam : 200 ml Output ±5 jam : 250 ml Pasien merasa nyaman N : 88x/menit.
Evaluasi Keperawatan
Pembahasan
Berdasarkan data yang ditemukan, terdapat persamaan dan kesenjangan tanda dan gejala pada pasien yang ditemukan di dunia nyata dengan tanda dan gejala secara teori yang disajikan pada pasien penyakit ginjal. Hasil pengkajian gangguan mobilitas fisik pada pasien 1 ditemukan data obyektif yaitu pasien mengatakan tubuhnya lemah, tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Sedangkan data subjektif yang ditemukan pada pasien 2 yaitu: pasien menyatakan badannya terasa lemas, tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
Menurut penulis, tanda dan gejala tersebut muncul pada penderita penyakit ginjal karena kurang gerak karena takut mati lemas, mengalami kelemahan sehingga muncul tanda dan gejala yang sesuai dengan fakta dan teori. Sedangkan pasien 2 mengalami penurunan kekuatan otot dan lingkungan yang tidak aman sehingga menimbulkan risiko terjatuh. Pada pasien 1 dan pasien 2 bengkak pada kaki sudah berkurang, buang air kecil juga semakin banyak dan tidak terasa sesak lagi.
Sedangkan pada pasien 2 ditemukan tiga permasalahan keperawatan yang sesuai dengan teori yaitu hipervolemia, perfusi perifer tidak efektif, dan defisiensi nutrisi. Sisanya berupa pola pernapasan yang tidak efektif, berkurangnya mobilitas fisik, nyeri akut, dan risiko terjatuh. tidak sesuai dengan teori. Pada evaluasi yang dilakukan penulis pada pasien 1 dengan masa pengobatan 4 hari dan dengan 7 permasalahan keperawatan yaitu pola pernafasan tidak efektif, defisiensi nutrisi, hipertermia, penurunan mobilitas dan perfusi perifer tidak efektif, resiko jatuh dan hipervolemia, 6 permasalahan teratasi, dan 1 masalah yang belum terselesaikan yaitu perfusi perifer yang tidak efektif. Sedangkan hasil evaluasi pasien 2 dengan 7 diagnosa keperawatan yaitu gangguan pola pernafasan tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, defisiensi nutrisi, hipervolemia, mobilitas berkurang, nyeri akut dan resiko terjatuh, dilakukan selama 4 hari perawatan, 6 permasalahan. telah teratasi dan satu permasalahan yang belum terselesaikan yaitu perfusi perifer yang tidak efektif.
Kami berharap hasil karya tulis ini dapat menjadi referensi dan bahan perbandingan bagi penulis selanjutnya ketika melakukan studi kasus pada pasien penyakit ginjal kronis.
KESEIMPULAN DAN SARAN
Saran
Dalam pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat menambah keluasan ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit ginjal kronis dan juga mendorong penulis selanjutnya untuk melakukan studi kasus pasien penyakit ginjal kronis dengan lebih baik dan menjadi bahan perbandingan tertulis. bahan. studi kasus pasien dengan penyakit ginjal kronis.